DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
202111005 Cecilia Widya
202111011 Elsha Estetica Senora
202111017 Gracia Gisela Viori
202111021 Isabel Eleonora Cara
202111033 Melva Oktavia Pane
2. Penyebab
1. Tidak melakukan pemberian kolostrum dan ASI eksklusif
3. Faktor risiko
Rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan
mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Ibu yang masa
remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak. Faktor lainnya yang menyebabkan
stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu,
dan hipertensi. Jarak kelahiran anak yang pendek. Rendahnya akses terhadap pelayanan
kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan anak
Stunting juga dapat disebabkan oleh masalah asupan gizi yang dikonsumsi selama
kandungan maupun masa balita. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan
gizi sebelum masa kehamilan, serta masa nifas, terbatasnya layanan kesehatan seperti
pelayanan antenatal, pelayanan postnatal dan rendahnya akses makanan bergizi,
rendahnya akses sanitasi dan air bersih juga merupakan penyebab stunting. Multi faktor
yang sangat beragam tersebut membutuhkan intervensi yang paling menentukan yaitu
pada 1000 HPK (1000 hari pertama kehidupan ).
Faktor Penyebab stunting juga dipengaruhi oleh pekerjaan ibu, tinggi badan ayah,
tinggi badan ibu, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, pola asuh, dan pemberian
ASI eksklusif, selain itu stunting juga disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti
pendidikan ibu, pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur
pemberian MP-ASI, tingkat zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor
genetik.
Hasil pengamatan statistik diketahui bahwa status gizi merupakan faktor yang
berhubungan dan beresiko terdahap kejadian stunting pada balita. status gizi balita.
Stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. kondisi ini diukur dengan menghitung
panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus 2 standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO.
Asupan gizi yang tidak adekuat akan mempengaruhi pertumbuhan fisik pada
anak. Status gizi pada anak sebagai salah satu tolak ukur dalam penilaian kecukupan
asupan gizi harian dan penggunaan zat gizi untuk kebutuhan tubuh. jika asupan nutrisi
anak terpenuhi dan dapat digunakan seoptimal mungkin maka pertumbuhan dan
perkembangan anak akan menjadi optimal, dan sebaliknya apabila status gizi anak
bermasalah maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak hingga
dewasa.
Faktor lain adalah penyakit infeksi berhubungan dengan kejadian stunting pada
anak balita yang berada di pedesaan maupun perkotaan. Masalah kesehatan pada anak
yang paling sering terjadi adalah masalah infeksi seperti diare, infeksi saluran pernafasan
atas, kecacingan dan penyakit lain yang berhubungan dengan gangguan kesehatan kronik.
Masalah kesehatan anak dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
dikarenakan intake makanan menurun, menurunnya absorbsi zat gizi oleh tubuh yang
menyebabkan tubuh kehilalangan zat gizi yang dibutuhakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Masalah kesehatan yang berlanjut menyebabkan imunitas tubuh
mengalami penurunan, sehingga mempermudah terjadinya penyakit atau infeksi. Kondisi
yang demikian apabila terjadi secara terus menerus maka dapat menyebabkan gangguan
gizi kronik yang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti stunting. Pendapatan
atau kondisi ekonomi keluarga yang kurang biasanya akan berdampak kepada hal akses
terhadap bahan makanan yang terkait dengan daya beli yang rendah, selain itu apabila
daya beli rendah maka mungkin bisa terjadi kerawanan pangan di tingkat rumah tangga.
“Perlu adanya edukasi kepada calon orang tua dan orang tua untuk melakukan
pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak balitanya.”
5. Komplikasi
Berdasarkan komplikasi kehamilan ibu Responden, 44,3% ibu responden
mengalami komplikasi pada kehamilan dan 55,7% tidak ada komplikasi ketika hamil.
Komplikasi ibu responden yaitu KEK. Ibu dengan komplikasi. kehamilan 63,2%
memiliki anak stunting dan 30% tidak stunting. Ibu tanpa komplikasi kehamilan dengan
anak stunting sebesar 36,8% dan tidak stunting sebesar 70%. Ibu dengan komplikasi
kehamilan berisiko 2,154 kali memiliki anak stunting dibandingkan ibu tanpa komplikasi
kehamilan (P value=0,002; PR=2,154; 95%CI 1,297-3,578). Stunting pada anak sebagian
besar terjadi pada ibu dengan komplikasi kehamilan dan anak yang tidak stunting
sebagian besar terjadi pada ibu tanpa komplikasi selama kehamilan. Komplikasi ibu yang
dialami ibu responden selama kehamilannya adalah KEK.
6. Cara Pencegahan
1. Memenuhan gizi sejak hamil
Mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa
kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia
menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan
sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan
yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau bidan
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak
berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk
tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati.
Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-
makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya
selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan
fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu
berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu
dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama
dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si kecil secara berkala ke Posyandu
maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk
mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak
langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan
School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan
kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan
kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.
7. Tata Laksana
Berdasarkan (Kemenkes RI, 2022) tata laksana stunting adalah :
8. Program pemerintah
Sebagai salah satu masalah kesehatan nasional, stunting perlu mendapatkan
perhatian dan penanganan khusus dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, hingga
tingkat keluarga. Upaya pemerintah dalam mencegah stunting di Indonesia, yaitu :
Sikap
1. Saya akan memantau perkembangan anak dan membawa ke posyandu secara berkala
2. Saya akan memberikan keberagaman makanan pada anak saya pada masa MPASI
seperti daging ayam, daging sapi, telur, susu (hewani), buah-buahan & sayur-sayuran
3. Saya akan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
4. Saya mengkonsumsi tablet penambah darah selama kehamilan
Perilaku
1. Saya selalu memeriksa kandungan sesuai dengan jadwal
2. Saya akan memantau efek perkembangan pemberian makanan yang saya berikan
terhadap anak
3. Ibu mendampingi anak atau menyuapi anak ketika makan
4. Saya selalu memberikan makanan dengan gizi yang cukup untuk anak saya
DAFTAR PUSTAKA