Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH STUNTING PADA BALITA

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
202111005 Cecilia Widya
202111011 Elsha Estetica Senora
202111017 Gracia Gisela Viori
202111021 Isabel Eleonora Cara
202111033 Melva Oktavia Pane

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAROLUS


S1 KEPERAWATAN JALUR A
2023
KELOMPOK 1 KOMUNITAS – BALITA
a.) Cari literatur rerkait masalah yang diangkat
1. Definisi
Stunting atau pendek pada anak merupakan salah satu kondisi gagal tumbuh pada
anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis karena adanya
keterbatasan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau. Stunting
didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari minus dua
standar deviasi (<-2 SD) atau tinggi badan balita itu lebih pendek dari yang seharusnya
bisa dicapai pada umur tertentu (TNP2K, 2017). Masa balita merupakan periode yang
sangat peka terhadap lingkungan sehingga diperlukan perhatian lebih terutama
kecukupan gizinya (Kurniasih et al., 2010). Masalah gizi terutama stunting pada balita
dapat menghambat perkembangan anak, dengan dampak negatif yang akan berlangsung
dalam kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual, rentan terhadap penyakit
tidak menular, penurunan produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan risiko
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Unicef, 2012; WHO, 2010). Balita/ Baduta
(bayi di bawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat
kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan
di masa depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya
secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kemiskinan dan memperlebar ketimpangan (TNP2K, 2017).

2. Penyebab
1. Tidak melakukan pemberian kolostrum dan ASI eksklusif

2. Pola konsumsi anak


Penyebab tidak langsung

3. Faktor risiko
Rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan
mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Ibu yang masa
remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak. Faktor lainnya yang menyebabkan
stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu,
dan hipertensi. Jarak kelahiran anak yang pendek. Rendahnya akses terhadap pelayanan
kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan anak
Stunting juga dapat disebabkan oleh masalah asupan gizi yang dikonsumsi selama
kandungan maupun masa balita. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan
gizi sebelum masa kehamilan, serta masa nifas, terbatasnya layanan kesehatan seperti
pelayanan antenatal, pelayanan postnatal dan rendahnya akses makanan bergizi,
rendahnya akses sanitasi dan air bersih juga merupakan penyebab stunting. Multi faktor
yang sangat beragam tersebut membutuhkan intervensi yang paling menentukan yaitu
pada 1000 HPK (1000 hari pertama kehidupan ).
Faktor Penyebab stunting juga dipengaruhi oleh pekerjaan ibu, tinggi badan ayah,
tinggi badan ibu, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, pola asuh, dan pemberian
ASI eksklusif, selain itu stunting juga disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti
pendidikan ibu, pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur
pemberian MP-ASI, tingkat zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor
genetik.
Hasil pengamatan statistik diketahui bahwa status gizi merupakan faktor yang
berhubungan dan beresiko terdahap kejadian stunting pada balita. status gizi balita.
Stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. kondisi ini diukur dengan menghitung
panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus 2 standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO.
Asupan gizi yang tidak adekuat akan mempengaruhi pertumbuhan fisik pada
anak. Status gizi pada anak sebagai salah satu tolak ukur dalam penilaian kecukupan
asupan gizi harian dan penggunaan zat gizi untuk kebutuhan tubuh. jika asupan nutrisi
anak terpenuhi dan dapat digunakan seoptimal mungkin maka pertumbuhan dan
perkembangan anak akan menjadi optimal, dan sebaliknya apabila status gizi anak
bermasalah maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak hingga
dewasa.
Faktor lain adalah penyakit infeksi berhubungan dengan kejadian stunting pada
anak balita yang berada di pedesaan maupun perkotaan. Masalah kesehatan pada anak
yang paling sering terjadi adalah masalah infeksi seperti diare, infeksi saluran pernafasan
atas, kecacingan dan penyakit lain yang berhubungan dengan gangguan kesehatan kronik.
Masalah kesehatan anak dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
dikarenakan intake makanan menurun, menurunnya absorbsi zat gizi oleh tubuh yang
menyebabkan tubuh kehilalangan zat gizi yang dibutuhakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Masalah kesehatan yang berlanjut menyebabkan imunitas tubuh
mengalami penurunan, sehingga mempermudah terjadinya penyakit atau infeksi. Kondisi
yang demikian apabila terjadi secara terus menerus maka dapat menyebabkan gangguan
gizi kronik yang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti stunting. Pendapatan
atau kondisi ekonomi keluarga yang kurang biasanya akan berdampak kepada hal akses
terhadap bahan makanan yang terkait dengan daya beli yang rendah, selain itu apabila
daya beli rendah maka mungkin bisa terjadi kerawanan pangan di tingkat rumah tangga.
“Perlu adanya edukasi kepada calon orang tua dan orang tua untuk melakukan
pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak balitanya.”

4. Tanda dan gejala


 Tinggi dan berat badan lebih kecil dibandingkan dengan anak seusianya.
 Anak rentan mengalami gangguan pada tulang.
 Mengalami gangguan tumbuh kembang.
 Rentan mengalami gangguan kesehatan.
 Terlihat lemas terus menerus.
 Kurang aktif.

5. Komplikasi
Berdasarkan komplikasi kehamilan ibu Responden, 44,3% ibu responden
mengalami komplikasi pada kehamilan dan 55,7% tidak ada komplikasi ketika hamil.
Komplikasi ibu responden yaitu KEK. Ibu dengan komplikasi. kehamilan 63,2%
memiliki anak stunting dan 30% tidak stunting. Ibu tanpa komplikasi kehamilan dengan
anak stunting sebesar 36,8% dan tidak stunting sebesar 70%. Ibu dengan komplikasi
kehamilan berisiko 2,154 kali memiliki anak stunting dibandingkan ibu tanpa komplikasi
kehamilan (P value=0,002; PR=2,154; 95%CI 1,297-3,578). Stunting pada anak sebagian
besar terjadi pada ibu dengan komplikasi kehamilan dan anak yang tidak stunting
sebagian besar terjadi pada ibu tanpa komplikasi selama kehamilan. Komplikasi ibu yang
dialami ibu responden selama kehamilannya adalah KEK.

6. Cara Pencegahan
1. Memenuhan gizi sejak hamil
Mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa
kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia
menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan
sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan
yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau bidan
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak
berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk
tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati.
Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-
makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya
selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan
fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu
berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu
dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama
dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si kecil secara berkala ke Posyandu
maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk
mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak
langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan
School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan
kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan
kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

7. Tata Laksana
Berdasarkan (Kemenkes RI, 2022) tata laksana stunting adalah :

1. Tata laksana gizi, aktivias fisik, dan durasi tidur


Tata laksana stunting dilakukan oleh dokter spesialis anak di Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) yang meliputi 3 aspek, yaitu tata laksana nutrisi
dengan pemberian makanan yang benar ddan energi cukup (protein energy ratio, PER 10
– 15 %) , jadwal tidur teratur dengan waktu tidur malam mulai pukul 21.00 untuk
menccapai tidur dalam (deep sleep) pada pukul 23.00 – 03.00 serta melakukan aktivitas
fisik teratur paling tidak 30 – 60 menit, minimal 3 – 5 hari dalam seminggu.
Sekresi hormon pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nutrisi,
aktivitas fisik dan pola tidur. Peningkatan kadar hormon disekresikan selama tiddur dan
memuncak pada fase tidur dalam / deep sleep
Strategi pencapaian tujuan ini adalah dengan memberikan tata laksana nutrisi
sesuai dengan langkah-langkah asuhan nutrisi pediatrik yang terdiri dari :
a. Penilaian
Penilaian yang dilakukan meliputi anamnesis, pengukuran antropometri,
pemeriksaan fisik dan penunjang.
b. Penentuan Kebutuhan
Secara umum, kebutuhan kalori pada anak yang tidak sakit kritis
ditentukan berdasarkan Recommended Dietary Allowance (RDA) atau Angka
Kecukupan Gizi (AKG). Kebutuhan total kalori dihitung berdasarkan berat badan
ideal dikalikan RDA menurut usia tinggi (height age)

Usia Kebutuhan Energi


0 – 6 bulan 120 kkal/kg/hari
6 – 12 bulan 110 kkal/kg/hari
1 – 3 tahun 100 kkal/kg/hari
4 – 6 tahun 90 kkal/kg/hari
7 – 9 tahun 80 kkal/kg/hari
Laki - laki Perempuan
10 -12 tahun 60 – 70 kkal/kg/hari 50 – 60 kkal/kg/hari
12 – 18 tahun 50 – 60 kkal/kg/hari 40 – 50 kkal/kg/hari

c. Penentuan cara pemberian


Rute pemberian dapat berupa oral, emteral dan parenteral. Indikasi
pemberian enteral melalui selang adalah jika akseptabilitas tidak baik (<80%) atau
terdapat kondisi medis tertentu.
d. Penentuan jenis makanan
Stunting dengan berbagai jenis status gizi diberikan Pangan Olahan Untuk
Kondisi Medis Khusus (PKMK) secara penuh atau sebagian (oral atau per enteral)
beserta makanan dengan komposisi seimbang yang mengutamakan sumber
protein hewani. Pemberian PKMK harus berdasarkan indikasi dan diresepkan
oleh dokter spesialis anak. Penggunaannya juga harus berada di bawah
pengawasan dokter spesialis anak.
e. Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan setiap dua minggu meliputi penilaian
akseptabilitas, toleransi, dan efektivitas pemberian terapi nutrisi. Akseptabilitas
merupakan evaluasi apakah jumlah makanan yang dikonsumsi sesuai preskripsi
diet, toleransi merupakan evaluasi adanya reaksi simpang terhadap makanan yang
diberikan, efektivitas merupakan memantau kenaikan berat badan dan panjang
badan
2. Tata laksana pada bayi premature dan bayi KMK
Pada bayi premature dan bayi KMK, direkomendasikan bayi mendapatkan
nutrisi agresif dini (early aggressive nutrition) untuk mengurangi gagal tumbuh
ekstrauterin dan meningkatkan luaran jangka panjang terutama dalam aspek
kognitif. Early aggressive nutrition didefinisikan sebagai pemberian nutrisi
parenteral dini disertai nutrisi enteral (jumlah bergantung pada derajat
prematuritas) dan pencapaian nutrisi enteral penuh (full enteral feeding) yang
lebih cepat, bertujuan membuat bayi lebih cepat kembali ke berat lahir dan
mendukung kejar tumbuh pascanatal.
Bayi premature, khususnya bayi sangat premature (usia gestasi <32
minggu) dan bayi berat lahir sangat rendah (<1500 gram) juga membutuhkan
PKMK yang dapat meningkatkan kandungan protein dan mineral ASI yang
disebut Human Milk Fortifier (HMF) dan susu formula premature
3. Imunisasi pada bayi dan balita stunting
Secara umum, pemberian imunisasi pada kasus murni stunting, tidak ada
kontraindikasi khusus. Anak stunting sangat mungkin lebih rentan terhadap
infeksi. Pemberian imunisasi beserta boosternya diindikasikan pada semua kasus
stunting dan imunisasi perlu dipastikan kelengkapannya sesuai usia.
4. Stimulasi perkembangan
Tata laksana tumbuh kembang pada anak stunting dengan perkembangan
yang normal atau tidak mengalami keterlambatan perkembangan dilakukan
melalui pemberian stimulasi sesuai usia dan kemampuan anak untuk
dikombinasikan dengan tata laksana nutrisi.
5. Tata laksana penyakit penyerta
Jika terdapat penyakit penyerta, pengobatan diberikan sesuai dengan
penyakit penyerta yang ada.

8. Program pemerintah
Sebagai salah satu masalah kesehatan nasional, stunting perlu mendapatkan
perhatian dan penanganan khusus dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, hingga
tingkat keluarga. Upaya pemerintah dalam mencegah stunting di Indonesia, yaitu :

1. Melakukan pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu


hamil guna mencukupi kandungan gizi dan zat besi pada ibu hamil
2. Konseling dan penyediaan makanan sehat untung peningkatan gizi balita
3. Perawatan kesehatan untuk Ibu hamil dan menyusui
4. Pembangunan sanitasi dan air bersih
5. Pembangunan MCK
6. Memberi pelayanan POSYANDU
7. Mengadakan penyuluhan mengenai pencegahan stunting pada 1000 HPK
8. Pemberian imunisasi guna meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga dapat
melindungi bayi dari infeksi di 1000 hari pertama

b.) Menyusun tools/instument/angket yang dilandasi materi stunting. (5 pertanyaan)


Pengetahuan
1. Apakah ibu mengetahui apa itu stunting?
2. Apakah ibu mengetahui pentingnya ASI eksklusif sejak dari lahir hingga berumur 6
bulan?
3. Apakah ibu mengetahui pentingnya pemberian olahan protein hewani pada masa
MPASI?
4. Apakah ibu mengetahui nutrisi yang cukup pada masa kehamilan?

Sikap
1. Saya akan memantau perkembangan anak dan membawa ke posyandu secara berkala
2. Saya akan memberikan keberagaman makanan pada anak saya pada masa MPASI
seperti daging ayam, daging sapi, telur, susu (hewani), buah-buahan & sayur-sayuran
3. Saya akan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
4. Saya mengkonsumsi tablet penambah darah selama kehamilan

Perilaku
1. Saya selalu memeriksa kandungan sesuai dengan jadwal
2. Saya akan memantau efek perkembangan pemberian makanan yang saya berikan
terhadap anak
3. Ibu mendampingi anak atau menyuapi anak ketika makan
4. Saya selalu memberikan makanan dengan gizi yang cukup untuk anak saya

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2022). Kepmenkes RI no HK.01.07/MENKES/1928/2022 Tentang Pedoman


Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting.
Pencegahan Stunting Pada Anak. (2019). Kementrian Kesehatan.
https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting
Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan stunting dan pencegahannya. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 11(1), 225–229. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253
Sutarto, Mayasari, D., & Indriyani, R. (2018). Stunting, faktor risiko dan pencegahannya. J
Agromedicine, 5(1), 540–545. https://doi.org/10.1201/9781439810590-c34
Yuwanti, Y., Mulyaningrum, F. M., & Susanti, M. M. (2021). Faktor – faktor yang
mempengaruhi stunting pada balita di kabupaten Grobogan. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Masyarakat Cendekia Utama,

Anda mungkin juga menyukai