Anda di halaman 1dari 6

Stunting adalah kondisi serius pada anak yang ditandai dengan tinggi

badan anak di bawah rata-rata atau anak sangat pendek serta tubuhnya
tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya dan
berlangsung dalam waktu lama. Bbahkan pada akhirnya diikuti dengan
gangguan kecerdasan pada anak dikarenakan kurang gizi kronis.
Kondisi ini dipicu oleh beberapa faktor sejak dalam kandungan ibu yang
meliputi infeksi pada kehamilan, kekurangan gizi (malnutrisi) pada ibu
hamil, gizi yang tidak optimal pada bayi dari sejak lahir hingga tiga tahun
pertama kehidupannya, infeksi berulang, atau stimulasi yang buruk dari
lingkungan. Simak penjelasan lebih detail tentang apa itu masalah
stunting, penyebab, serta cara mengatasi anak yang susah makan agar
tidak stunting dalam pembahasan ini.

APA ITU STUNTING?


Masalah stunting adalah salah satu isu penting dalam dunia kesehatan
anak-anak yang masih menjadi perhatian besar, khususnya anak-anak
di negara terbelakang dan negara berkembang. Berdasarkan laporan
dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia, estimasi ada sekitar 149 juta
balita yang mengalami stunting di seluruh dunia pada tahun 2020,
sementara 45 juta anak lainnya diperkirakan memiliki tubuh terlalu kurus
atau berat badan rendah.
Stunting adalah masalah tumbuh kembang anak yang ditandai dengan
tinggi badan anak yang rendah, sementara berat badannya mungkin
normal sesuai dengan usianya. Anak dikatakan stunting bila tinggi
badannya tidak bertambah signifikan sesuai dengan usianya atau bila
dibandingkan dengan tinggi badan yang anak itu dapatkan saat baru
lahir. 
Sementara anak di bawah 5 tahun yang memiliki berat badan rendah
atau sangat kurus dari usianya, itu disebut wasting. Anak menderita
stunting dan wasting bila anak memiliki tubuh yang pendek/kerdil dan
badannya juga sangat kurus, disertai adanya gangguan perkembangan
otak dan keterlambatan kemampuan anak. 
Gangguan tumbuh kembang anak tersebut biasanya diakibatkan oleh
gizi buruk (malnutrisi), infeksi berulang, dan stimulasi atau perawatan
psikososial yang tidak memadai pada anak dari 1000 hari pertama sejak
pembuahan sampai usia dua tahun. 
Masalah stunting atau anak yang kerdil tentu akan berdampak buruk
bagi kehidupan anak, termasuk gangguan sistem kekebalan tubuh,
gagal tumbuh, masalah fungsi otak dan perkembangan organ, rentan
infeksi, gangguan fisik dan mental, serta mengancam produktivitas dan
fungsi hidup di masa depan. 
 

GEJALA STUNTING YANG MUDAH DIKENALI


Stunting adalah gangguan pertumbuhan di mana anak tidak tumbuh
tinggi seperti anak usianya atau disebut juga dengan kerdil akibat
kekurangan gizi dalam jangka waktu panjang. Anak mungkin juga
memiliki tubuh kurus (wasting) atau perkembangan tubuhnya tidak
sesuai dengan normal.
Berikut ini gejala stunting berdasarkan WHO (World Health
Organization/Organisasi Kesehatan Dunia):
Memiliki tinggi badan yang rendah. 
Tumbuh lebih lambat dari yang seharusnya.
Perkembangan lambat seperti dalam bicara, berjalan, tumbuh gigi, atau
tahapan bayi normal lainnya. 
Apabila mencurigai gejala tersebut pada anak, mohon segera konsultasi
ke dokter. Anda dapat memperbaiki kesehatan anak dalam 1,000 hari
pertama kehidupannya (sampai usia 2 tahun) dengan memberi nutrisi
terbaik untuk anak. 
 
PENYEBAB STUNTING YANG HARUS DIWASPADAI  
Stunting menurut WHO (World Health Organization) disebabkan oleh
kekurangan nutrisi pada bayi dalam waktu lama, kurang ASI, infeksi
berulang, atau penyakit kronis yang menyebabkan masalah penyerapan
nutrisi dari makanan. Faktor risiko stunting juga akibat pola asuh yang
tidak memadai dari sejak bayi di dalam kandungan, di mana ibu hamil
mungkin memiliki masalah kesehatan atau tidak memenuhi nutrisi janin
selama kehamilan. 
Pelajari lebih banyak tentang penyebab masalah stunting berikut ini: 
1. Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil
Penyebab stunting yang paling utama adalah masalah kekurangan gizi
saat ibu mengandung bayi. Ibu hamil tersebut mungkin sakit malaria,
hipertensi, HIV/AIDS, atau riwayat penyakit lainnya yang juga
memengaruhi perkembangan janin di dalam kandungan.
Stunting bisa juga terjadi bila ibu hamil tidak cukup mendapatkan
asupan nutrisi seperti kalsium, zat besi, asam folat, omega-3, serta
vitamin dan mineral penting lainnya. Akibatnya, janin di dalam
kandungan juga tidak mendapat nutrisi yang memadai, lahir dengan
berat badan rendah, risiko gizi buruk, atau komplikasi lain. 
2. Infeksi atau Penyakit Menular
Dilansir dari Jurnal Nestlé Nutrition Institute, Switzerland/S (2018), bayi
berisiko terpapar banyak penyakit berbahaya, penyakit menular, infeksi
akibat mikroorganisme, kerusakan usus, diare, atau gangguan
pertumbuhan lainnya tanpa gejala pada usia 3-5 bulan hingga semakin
terlihat pada usia 6-18 bulan. 
Bila tidak segera mendapat penanganan medis atau dibiarkan, itu dapat
berdampak buruk pada pertumbuhan anak. Dapat memicu gizi buruk,
stunting, atau wasting, terlebih lagi akibat penyakit tanpa gejala yang
mungkin anak alami. 
3. Kurang Gizi
Sejak masa kehamilan, baru lahir, dan periode emas (golden age), anak
membutuhkan asupan gizi seimbang dan nutrisi lengkap untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Bukan hanya untuk kesehatan
otak, namun juga kesehatan fisik, mental, emosional, dan kognitif. 
Maka dari itu, orang tua harus memenuhi kebutuhan gizi anak dengan
lengkap, yaitu berikan si Kecil makanan sehat setiap hari, susu, vitamin,
dan suplemen makanan bila perlu. Orang tua juga harus waspada pada
penyebab anak tidak mau makan. Jangan sampai anak tidak nafsu
makan hingga memicu kurang gizi atau malnutrisi. Kekurangan gizi
kronis pada anak dalam waktu lama akan berisiko stunting dan wasting. 
4. Pola Pengasuhan yang Tidak Memadai
Orang tua mungkin belum memahami pola pengasuhan yang baik untuk
anak dan kurang pengetahuan tentang pentingnya gizi untuk anak.
Kondisi ini dapat membuat anak terabaikan, kekurangan asupan nutrisi,
sehingga mengalami gangguan pertumbuhan yang berisiko fatal. 
5. Faktor Lingkungan 
Lingkungan sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Bila anak lahir
di lingkungan yang kekurangan akses makanan bergizi dan air bersih,
anak-anak akan berisiko malnutrisi dan gagal tumbuh. Gangguan
pertumbuhan masih rentan terjadi di negara miskin dan negara
berkembang akibat kesulitan akses makanan, harga makanan mahal,
atau terbatasnya akses kesehatan yang memadai.
 

CARA MENCEGAH STUNTING PADA ANAK


Cara mengatasi stunting adalah dengan memberi anak nutrisi yang
memadai sejak dari dalam kandungan, setelah baru lahir, dan selama
masa pertumbuhan. Pelajari cara mencegah stunting pada anak berikut
ini: 
1. Penuhi Nutrisi Selama Kehamilan
Ibu hamil harus mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
selama kehamilan, bahkan sebelum masa kehamilan. Ini untuk
memastikan bahwa janin akan mendapat nutrisi yang optimal di dalam
rahim, lahir sehat, dan juga mendapat bekal nutrisi yang baik setelah
lahir. 
2. Penuhi Nutrisi Si Kecil dengan Optimal
Cara mencegah stunting adalah dengan memberikan buah hati Anda
nutrisi lengkap dan asupan bergizi. Nutrisi penting dan esensial untuk si
Kecil adalah vitamin (A, B kompleks, C, D, E, dan K), mineral (kalsium,
magnesium, fosfor, sulfur, sodium, kalium, dan klorida), protein, lemak
sehat, karbohidrat, dan cairan. 
Setelah itu, orang tua disarankan memberi si Kecil susu bernutrisi
yang  sesuai dengan usianya. Manfaat susu untuk menjaga sistem imun,
mendukung pertumbuhan tulang dan gigi, memproduksi energi,
menutrisi otak, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak
secara keseluruhan. 
3. Mempraktikkan Kebersihan yang Benar
Masalah stunting juga dapat dipicu akibat kebersihan lingkungan yang
buruk. Maka dari itu, orang tua dan seluruh anggota keluarga harus
mempraktikan kebersihan yang tepat, misalnya, mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah menyiapkan makanan.
 
4. Mengatasi Anak yang Susah Makan
Salah satu pemicu gizi buruk adalah akibat anak yang susah makan.
Ada beberapa penyebab anak tidak mau makan, termasuk alergi atau
intoleransi makanan, refluks, muntah, diare, sembelit, kolik, atau kondisi
kesehatan yang lebih serius lainnya. 
Orang tua dapat menerapkan cara mengatasi anak yang susah makan,
sebagai berikut:
 Memberikan variasi makanan yang sehat dan beragam..
 Melengkapi kebutuhan gizi seimbang, termasuk sepertiga buah dan
sayuran, sepertiga karbohidrat seperti nasi, dan sepertiga protein seperti
daging, ikan, atau sumber protein vegetarian lainnya.
 Konsumsi minuman sehat seperti susu, teh buatan rumah, jus sayur dan
buah, infused water, yoghurt, dan lainnya. 
 Berikan si Kecil camilan sehat seperti potongan buah, salad sayur,
oatmeal, keju, atau olahan nikmat lain yang dibuat sendiri. 
5. Konsultasi dengan Tim Pelayanan Kesehatan 
Orang tua harus telaten memberikan si Kecil makanan bergizi seimbang
setiap hari. Selain itu, penting untuk konsultasi kesehatan anak secara
rutin baik di Posyandu, Puskesmas, atau pusat pelayanan kesehatan
terdekat. 
Dokter akan membantu memeriksa kesehatan anak dan memberikan
saran terbaik demi tumbuh kembang anak. Sementara orang tua juga
harus peduli dan memerhatikan detail pertumbuhan anak dari waktu ke
waktu.

Anda mungkin juga menyukai