Anda di halaman 1dari 16

ASKEP SEHAT JIWA USIA REMAJA, DEWASA DAN LANSIA

Disusun oleh
Nama kelompok 3 :
1. Cecillia Widya
2. Dewi Marleni
3. Estifania Anggrening Gulo (202111012)
4. Eva Cahyani (202111013)
5. Indah Permatasari (202111018)
6. Monica Regina Caeli (202111035)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


S1 KEPERAWATAN A
2022/2023
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Remaja
a. 1. Definisi
b. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa
c. 3. Jenis-jenis Yang Dialami Remaja
d. 4. Tindakan yang dilakukan Pada Remaja
B. Asuhan Keperawatan Dewasa
a. 1. Definisi
b. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa
c. 3. Jenis-jenis Yang Dialami Dewasa
d. 4. Tindakan Yang Dilakukan Dewasa
C. Asuhan Keperawatan Lansia
a. 1. Definisi
b. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa
c. 3. Jenis-jenis Yang Dialami Lansia
d. 4. Tindakan Yang Dilakukan Lansia
BAB III PENGAMATAN KASUS
A. Resume Kasus
B. Pohon Masalah
C. Rencana Askep
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dan Kesehatan jiwa adalah suatu bagian
yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.Selain dari itu pakar lain
mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera
(mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang
utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia
dengan kata lain. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan
bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup juga dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya semakin dini kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin
mudah penanganannya dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa sangat
membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat

B. Tujuan Penulis
Untuk dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan sehat jiwa sepanjang
rentang kehidupan remaja,dewasa dan lansia
\

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA

1. Definisi
Istilah remaja berasal dari kata latin adolescare atau adolescentia yaitu "tumbuh" atau
tumbuh menjadi dewasa . Usia remaja merupakan usia transisi dari masa anak ke masa
dewasa dan mulai terjadi perubahan-perubahan dari segi fisik, psikis, dan emosi. Usia remaja
yang dimaksud adalah usia 10-19 tahun yaitu periode terjadinya masa pubertas atau
pematangan organ reproduksi manusia. Sedangkan dikutip dari Congress research service
bahwa usia remaja dikelompokkan dalam rentan usia 10-24 tahun karena masa pubertas
banyak dialami beberapa remaja pada usia 10 tahun.
Menurut Departemen Kesehatan remaja diklasifikasikan sebagai masa remaja awal
(10-13 tahun) dimana terjadi perubahan faktor- faktor emosi, sosial, dan intelektual, Masa
remaja Tengah (14-16 tahun) yang cirinya berupa lebih mampu berkompromi, belajar
berpikir independen, bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman, dan
merasa perlu melakukan pengalaman-pengalaman baru. Dan yang terakhir adalah Masa
remaja Akhir (17-19 tahun) yang cirinya cenderung mulai menggeluti masalah sosial politik
termasuk agama, terlibat kehidupan pekerjaan, dan hubungan diluar keluargaserta belajar
mencapai kemandirian emosional
Masa Remaja disebut sebagai periode peralihan dari masa Anak- anak ke masa
Dewasa dan juga diidentikkan dengan pubertas yaitu fenomena biologi yang disebabkan oleh
peningkatan hormone Adrenal dan Gonad. Hal ini ditandai dengan perkembangan
karakteristik seks sekunder dan modulasi pada otot dan lemak. Hal juga dikaitkan dengan
periode peningkatan perilaku berisiko dan reaktivitas emosi pada Remaja yang menyebabkan
perubahan sosial dan lingkungan Remaja seperti menghabiskan waktu lebih sedikit dengan
Orang tua dan lebih banyak dengan kelompok teman sebaya serta meningkatnya Autonomy
pada Remaja (Jaworska & MacQueen, 2015).
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa pada Remaja
Terdapat dua hal besar yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu faktor internal dan
eksternal meliputi :
 Faktor internal ini antara lain meliputi: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan
kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problem hidup,
kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam berpikir. Salah satu penyebab internal
dalam masalah psikis pada seorang anak yaitu faktor keluarga. Karena keluarga
merupakan lingkungan utama pada setiap pertumbuhan anak. Keluarga yang selalu
dalam masalah akan secara tidak langsung mendidik anak dengan sesuatu yang keras
menjadikan pribadi mereka yang pemarah, keras kepala, dan tidak mau diatur,
sehingga peran mereka itu sangat berpengaruh terhadap dampak positif maupun
negatif.

 Faktor eksternal antara lain: faktor dari lingkungan luar yang belum bisa menerima
kehadiran mereka dalam suatu kelompok juga memicu munculnya perasaan yang
berpengaruh pada psikis. Beberapa orang introvert merasa terbebani dengan stigma
bahwa mereka membosankan, tidak asik, dan sulit diajak bicara. Remaja dengan
situasi ini akan sangat merasa terkuras energinya jika berbicara dengan orang diluar
circle-nya. Insecurities, ini juga menjadi salah satu masalah umum pada remaja yang
menjadi salah satu usia dimana tempat pencarian identitas bagi diri mereka. Adapun
faktor ekternal dari keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya.
Namun, yang paling dominan adalah faktor internal. Dijelaskan bahwa ketenangan
hidup, ketenangan jiwa atau kebahagiaan batin itu tidak banyak tergantung pada
faktor-faktor dari luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan
sebagainya. Akan tetapi lebih tergantung pada cara dan sikap menghadapi faktor
tersebut.

3. Jenis-jenis gangguan yang dialami pada Remaja


Banyak sekali jenis-jenis atau penyebab –penyebab seorang remaja mengalami
gangguan kondisi kesehatan psikologis atau gangguan mental. Faktor tersebut dapat muncul
baik dari lingkungan, orang terdekat, atau bahkan dari dalam dirinya sendiri. Lingkungan
adalah penyebab paling kuat terjadinya gangguan kesehatan mental, “Sebagian remaja tidak
kuat dengan perubahan yang terjadi; begitu cepatnya perkembangan dan perubahan di
lingkungan sosialnya. Jadi faktornya adalah ketidaksiapan atas perubahan yang ini didasari
oleh internal remaja itu sendiri,” jelas Dr Rockhill.(Ryo, 2019)Komunikasi dengan orang
sekitar juga merupakan faktor lingkungan yang sangat berdampak. Terlebih, manusia
adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi.Adanya konflik atau gesekan dengan
orang lain di lingkungan sekitar bisa menjadi pemicu stress luar biasa. Di sisi lain,
memiliki orang terpercaya sekaligus terdekat di lingkungan akan memberikan rasa
tenang. Contohnya tinggal bersama pasangan yang bisa mengelola emosi dengan baik
serta komunikasi lancer, tentu menjadi sumber ketenangan sendiri. Tentu ada persepsi
baik positif maupun negative yang muncul ketika seseorang berada di lingkungannya.
Contohnya selalu merasa nyaman dan aman saat pulang ker rumahdari rantau. Di sisi lain,
Ketika seseorang kerap mengalami hal negatif seperti kekerasan atau perundungan di
tempat tinggalnya, ini bisa memunculkan persepsi masa –masa sulit. Tak menutup
kemungkinan, kondisi ini memunculkan kecemasan berlebih. (Trifiana, 2021)Jadi memiliki
sosok terpercaya dan dekat sangat penting untuk Kesehatan mental. Mulai dari
pernikahan sehat, persahabatan dekat, dan hubungan kerabat dengan keluarga.Dalam hal ini
peran orang -orang terdekat sangatlah utama dalam pembentukan pola berfikir dan
perilaku seseorang dalam menghdapi atau menyikapi suatu permasalahan dalam
hidupnya. Terutama peran orang tua, yang mana pola asuh orang tua dapat menjadi
dasartingkah laku seorang anak terbentuk dalam kehidupannya. Menjaga kedekatan
hubungan dengan anak mampu meningkatkan rasa nyaman pada anak sehingga ia bisa
terbuka atas persoalan yang sedang dialami. Dengan begitu anak merasa ia tidak
sendirian dan merasa dapat mengurangi sedikit beban dari masalahnya ketika bersama orang
tua.Dorong anak untuk berbicara tentang perasaannya dengan anda. Penting bagi anak untuk
merasa bahwa mereka tidak harus melalui segala sesuatunya sendiri dan bahwa anda dapat
bekerja samauntuk menemukan solusi untuk masalah. (lararenjana, 2021)Selain peran dari
orang tua, peran orang terdekat di lingkup pergaulannya juga sangat penting. Bisa dari teman,
sahabat atau kekasihnya harus bisa berusaha memahami kondisi yang sedang
dialami, menghargainya dengan mendengarkan cerita yang dia ungkapkan. Terkdang salah
satu hal yang paling dibutuhkan seseorang Ketika sedang menghadapi persoalan adalah
ingin didengar. Ketika mereka didengarkan dan lebih dihargai perasaan dan pikirannya
lebih mudah membaik. Berusaha memberikan dukungan atas apa yang sedang dia alami
agar selalu merasa aman dan tidak merasa sendirian di saat –saat mereka dalam kondisi yang
kurang baik.Namun kesadaran dari dalam diri seseorang itu sendiri juga sangat
diperlukan dan memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental agar tetap terjaga.
Untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental dapat dengan berusaha meningkatkan
rasa syukur terhadap apapun yang sedang terjadi dan sudah terjadi. Melalukan evaluasi
diri atas bagaimana cara menyikapi suatu permasalahan dimasa lalu. Istirahat juga
memegang peranan penting, saat tubuh dan pikiran merasa lelah, berhentilah sejenak
untuk menghilangkan sedikit beban, dan dapat melakukan hal hal yang membuatmu tidak
merasa stress setidaknya samapi beban itu terasa sedikit berkurang. Belajar lebih
terbuka terhadap orang yang bisa kita percaya, bagaimanapun kita adalah makhluk sosial
yang membutuhkan bantuan orang lain. Pada intinya usia remaja merupakan usia yang
begitu rawan stress dan tingkat kestabilan emosional yang mudah naik turun. Dimana
untuk mengurangi dan mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental diperlukan peran
pendukung dari berbagai pihak, baik dari orang tua, teman, sahabat, kekasih atau orang
terdekat lainnya. Juga diiringi dengan peningkatan kesadaran dan pengetahuan
masyarakat dan dari dalam diri sendiri terhadap kepedulian gangguan kesehatan mental
terutama pada remaja. Dimana remaja adalah masa masa emas pencarian jati diri dan
penyesuain diri menginjak usia dewasa.
4. Tindakan yang dilakukan pada Remaja :
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kesehatan fisik adalah bagian besar
dari kesehatan mental. Untuk membantu anak tetap sehat secara emosional dan fisik dapat
melakukan hal berikut:
1. Tetap aktif. Kebugaran fisik akan membantu anak tetap sehat, memiliki lebih banyak
energi, merasa percaya diri, mengelola stres dan tidur nyenyak.
2. Kembangkan dan pertahankan kebiasaan makan yang sehat.
3. Tidur teratur yang cukup. Tidur yang berkualitas akan membantu anak untuk
mengelola kehidupan yang sibuk, stres dan tanggung jawab.
4. Hindari alkohol dan obat-obatan lainnya.
Upaya Menjaga Kesehatan Mental bagi Remaja
Berbicara dari hati ke hati dengan anak remaja tentang kondisi dan kesehatan mentalnya
adalah langkah awal yang perlu dilakukan sebagai orang tua. Jika mengkhawatirkan
kesehatan mental anak, mulailah dengan mengajaknya berbicara. Berbicara dengan anak
tentang bagaimana perasaan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa
sebagai orang tua memiliki rasa peduli. Selain itu, anak juga mungkin memerlukan bantuan
orang tua atau orang disekitarnya untuk mendapatkan dukungan profesional.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA DEWASA

1. Definisi
Istilah dewasa berasal dari kata latin yaitu adults yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan
dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu
yang telah menyelesaikan pertumbuhannya pertumbuhannya dan telah dan telah siap menerima siap
menerima kedudukan kedudukan dalam ma dalam masyarakat bersamaan syarakat bersamaan dengan
orang dewasa lainnya. Usia dewasa adalah usia ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang
tegas.
Masa dewasa merupakan masa seseorang menginjak usia kawin dan karena itu dianggap
sudah dapat berdiri sendiri dalam menanggung hidupnya, lepas dari asuhan dan bantuan orang tua.
Masa dewasa adalah proses pertumbuhan seseorang secara alami dan berkembang dari hari ke hari.
Umur bukan patokan seseorang dewasa, melainkan perilaku, sifat, watak, dan bisa menghadapi
situasi. Pengertian dewasa biasanya dikaitkan dengan pola pikir seseorang tentang sesuatu. Dewasa
melambangkan segala organisme yang telah matang yang lazimnya merujuk pada manusia yang
bukan lagi anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita. Saat ini, istilah dewasa dapat didefinisikan
dari aspek biologi yaitu sudah akil balig, hukum sudah berusia 16 tahun ke atas atau sudah menikah,
menurut undang-undang perkawinan yaitu 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita dan
karakter pribadi yaitu kematangan dan tanggung jawab. Berbagai aspek kedewasaan ini sering tidak
konsisten dan kontradiktif. Seseorang bisa saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik
perilaku dewasa, tetapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur dewasa
secara hukum. Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tetapi tidak memiliki
kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan karakter dewasa.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan jiwa, meliputi:
a. Perkembangan psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun.
Pengecualian pada hal ini adalah waita hamil dan menyusui. Perubahan fisik, koognitif dan
psikologis serta masalah kesehatan pada wanita hamul dan keluarga usia subur sangat luas.
Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering kelompok usia
lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering menunda mencari perawatan
kesehatan.karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan
pengkajian umumnya dalam batas normal kecuali klien mempunyai penyakit. Namun
demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil mafaat dari pengkajian gaya
hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu perawat dan klien mengidentifikasi
kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau penyakit
kronik lainnya. Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan
hidup secara umum yaitu
 Hobi dan minat
 Kebiasaan meliputi: diet, tidur, olahraga, perilaku seksual dan penggunaan kafein,
alcohol dan obat terlarang
 Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan dan
hewan peliharaan
 Lingkungan pekerjaan meliputi: jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik dan mental

b. Perkembangan koognitif
Kebiasaan berfikir rasional meningkatkan secara tetap pada masa dewasa awal dan
tengah. Pengalaman Pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum dan
kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah
dan keterampilan motoric. Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas
utama dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat
dan karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya mereka
akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi banyak dewasa alaawa kekurangan sumber
dan system pendukung untuk memfasilitasi Pendidikan lebih lanjut atau pengembangan
keahlian yang diperlukan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal
mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas.
c. Perkembangan psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan emmecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadanh terjebak antara
keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan
memikultanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relative dapat
diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, orang dewasa memperbaiki persepsi diri dan
kemampuan berhubungan. Dari usia 29 - 34 tahun orang dewas mengarahkan kelebihan
energinya terhadap pencapaian besar dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35 43 tahun
adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam
kehidupan pribadi social dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan
"krisi usia baya" ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.
Factor etnik dan jender emmpunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam kehidupan
dewasa dan factor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan.
Dewasa awl harus membuat keputusan mengenai karir, pernikahan dan menjadi orang tua.
Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan.
d. Stress pekerjaan
Stress pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan
dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stress situasi pekerjaan situasional dapat
terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau
seseorang pekerja yang diberi tanggung jawab baru atau besar. Stres pekerjaan juga terjadi
jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya karena setiap individu
menerima pekerjaan yang berbeda, maka setiap stressor bervariasi pada setiap klien.
Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa
dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan
jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan
iritabilitas dan kegugupan.
e. Stress keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat di prediksi
untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan menjadi bagian
efektif dalam masyarakat salah satu peran penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan
keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua orang tua berperan
coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau adakalanya seseorang anggota
keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis
keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji factor ligkungan dan keluarga termasuk
system pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota keluarga
3. Jenis-jenis Yang Dialami Dewasa
a. Skizofrenia
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik demham distorsi khas proses pikir,
terkadang mempunyai perasaan bahwa dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar,
waham yang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata
atau sebenaranya dan autisme. Kejadian skizofrenia pada pria lebih besar terjadi
dibandingkan dengan wanita. Gejala skizofrenia muncul pada usia remaja akhir maupun
dewasa muda. Onset pada pria biasanya terjadi di usia antara 15-25 tahun sedangkan
wanita antara 25-35 tahun. Skizofrenia merupakan sindrom neuropsikiatri parah yang
berpengaruh pada terjadinya kecacatan seumur hidup yang signifikan serta kematian
dini akibat bunuh diri. Skizofrenia menunjukkan tiga domain gejala utama:
o Gejala psikotik, atau positif, termasuk halusinasi dan delusi yang umumnya
dialami memiliki dasar realitas di luar jiwa seseorang.
o Gejala negatif, atau defisit, meliputi hilangnya motivasi, afek tumpul, dan
pemiskinan pemikiran dan bahasa.
o Gejala kognitif termasuk gangguan signifikan dalam perhatian, memori kerja,
memori deklaratif, kefasihan verbal, dan berbagai aspek kognisi sosial. Selain itu,
banyak penderita skizofrenia menderita gangguan suasana hati, biasanya depresi.

b. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar merupakan penyakit mental kronis atau episodik yang artinya
bahwa penyakit bipolar dapat terjadi sesekali pada interval yang tidak teratur.
Gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan yang tidak biasa, seringkali muncul
secara ekstrim dan fluktuatif terkait dengan suasana hati, energi, aktivitas dan
konsentrasi atau fokus dengan kata lain gangguan bipolar merupakan gangguan yang
ditandai dengan terjadinya perubahan suasana hati, aktifitas serta energi.

4. Tindakan Yang Dilakukan Dewasa


1) Jalin hubungan baik dengan orang lain
Melansir NHS, membangun hubungan baik dengan orang lain bisa membantu
menjaga kesehatan mental. Terhubung dengan orang dapat meningkatkan harga diri,
memberikan kesempatan berbagai pengalaman positif, sampai memberikan dukungan
emosional. Alih-alih menyendiri, coba sesekali luangkan waktu bersama teman atau keluarga.
Jika tidak memungkinkan untuk berkomunikasi secara langsung, coba manfaatkan teknologi
dengan media sosial dll.
2) Katakan sesuatu yang positif pada diri sendiri
Cara pandang dalam menilai diri sendiri sangat memengaruhi kondisi perasaan.
Ketika mempersepsikan diri dengan sudut pandang positif, seseorang jadi memiliki tambahan
kekuatan untuk mengerjakan sesuatu. Sebaliknya, cara pandang negatif dapat menurunkan
motivasi dan harga diri sendiri
3) Aktif bergerak dan rajin olahraga
Tubuh yang aktif bergerak tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tapi juga
berkontribusi positif pada kesehatan mental. Aktif bergerak dapat meningkatkan harga diri,
memotivasi diri sendiri, dan mengubah kimia di otak menjadi lebih positif. Tak perlu muluk-
muluk, coba rutin beranjak dari tempat duduk setiap 20 menit untuk jalan kaki mengambil
minum atau ke kamar mandi. Fisik dan mental juga makin prima jika seseorang rutin
berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari. Pilih jenis olahraga di luar ruangan. Menghirup
udara di luar ruangan bisa membantu meredakan stres.
4) Mempelajari keterampilan baru
Penelitian menunjukkan, mempelajari keterampilan baru dapat meningkatkan
kesejahteraan mental. Saat mempelajari ilmu atau pengetahuan baru, kepercayaan diri dan
harga diri seseorang jadi meningkat. Selain itu, mempelajari keterampilan baru juga
membuka peluang seseorang terhubung dengan orang lain. Ingat, tak perlu muluk-muluk
menerapkan target tertentu. Cukup temukan sesuatu yang baru dan menarik untuk rutin
dijalani.

5) Konsumsi makanan bergizi seimbang


Menjalankan pola makan bergizi seimbang juga bagian dari cara menjaga kesehatan
mental. Karbohidrat dapat meningkatkan hormon yang membangun suasana hati agar positif.
Seperti karbohidrat, sayur dan buah dapat memberi makan sel tubuh termasuk mengontrol
suasana hati lebih positif. Sedangkan protein dapat meningkatkan zat kimia di otak yang
membantu tubuh tetap waspada. Selain itu, pastikan tubuh mendapatkan pasokan lemak sehat
seperti dari ikan dan kacang-kacangan.

6) Tidur yang cukup dan istrahat


Banyak penelitian menyebut, kurang tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan
mental. Untuk itu, tidur yang cukup juga menjadi bagian dari cara menjaga kesehatan mental.
Pastikan untuk tidur yang cukup setiap hari. Bangun kebiasaan baik dengan tidur secara
teratur di jam yang sama setiap hari. Jika saat ini Anda susah tidur, coba segera cari solusi
untuk mengatasi masalah tersebut.
Ketika segala sesuatunya mulai terasa membebani pikiran, coba istirahatkan fisik dan
mental. Untuk meredakan stres secara instan, coba lakukan latihan pernapasan sederhana.
Pejamkan mata dan tarik napas dalam-dalam selama 10 kali. Saat mengambil, menahan, dan
mengeluarkan napas, masing-masing lakukan dalam empat hitungan.

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

1. Definisi
Lanjut usia (lansia) adalah proses menua termasuk biologis, psikologis dan sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain dengan batasan umur dewasa menjelang lansia 45-54 tahun,lanjut
usia 55-64 tahun,lansia dengan risiko tinggi >65 tahun yang akan hilang secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti died, mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita keadaan yang cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-Faktor
tersebut meliputi :
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology) misalnya tenaga berkurang,
energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan
sebagainya hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun sosial yang dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan
kepada orang lain seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Pada usia lanjut sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti
gangguan jantung, gangguan metabolisme, misalnya diabetes melitus, vaginitis atau
baru selesai operasi dan memiliki rasa tabu atau malu bila mempertahankan
kehidupan seksual pada lansi,sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang
serta diperkuat oleh tradisi dan budaya kelelahan atau kebosanan karena kurang
variasi dalam kehidupannya,pasangan hidup telah meninggal,disfungsi seksual karena
perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi,
pikun dan sebagainya
3. Perubahan Aspek Psikososial
Seorang lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Misalnya
kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-
lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat dan
fungsi psikomotorik (konatit) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan
kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi
kurang cekatan
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status
dan harga diri.

3. Jenis-jenis gangguan yang dialami pada lansia


1. Gangguan Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya progresif dan
ireversibel. Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia > 65 tahun, hal ini terjadi
karena mengalami gangguan atau penurunan daya ingat pada lansia

2. Gangguan Depresif
Gangguan ini seringkali menyerang orang-orang yang masuk dalam kategori usia lansia.
Gejala-gejala yang sering terlihat pada gangguan ini adalah penurunan pada kondisi fisik dan
kosentrasi serta ada gangguan tidur yaitu terlalu cepat bangun pagi dan seringkali terbangun,
nafsu makan yang menurun, penurunan berat badan yang dratis, serta masalah-masalah pada
tubuh lainnya.
3. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan ini dapat berupa gangguan panik, ketakutan, fobia, gangguan
kecemasan menyeluruh, obsesif kompulsif, serta gangguan stress pasca trauma. Gejala-gejala
yang dapat terlihat pada kaum lansia memang tidak akan separah pada kaum remaja maupun
dewasa yang lebih muda namun memiliki efek yang sama. Pada gangguan kecemasan
memang dapat muncul ketika masa remaja dan pertengahan namun juga pada beberapa kasus
akan muncul ketika usia 60 tahun. Untuk pengobatan memang harus disesuaikan dengan
kondisi penderitanya. Biasanya psikoterapi dan farmakoterapi menjadi salah satu cara yang
efektif sebagai cara mengatasi Anxiety Disorder.
4. Gangguan Skizofrenia
Gangguan skizofrenia adalah gangguan jiwa dalam skala yang cukup berat dan gawat yang
dapat dialami semenjak usia masih muda dan kemudian berlanjut menjadi kronis dan gawat
saat menginjak usia lansia. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari segi fisik, psikologis,
hingga sosial budaya. Skizofrenia pada kaum lansia dapat terjadi hingga 1% dari kelompok
usia lansia. Ciri-ciri skizofrenia yang terjadi pada kaum lansia dapat ditandai dengan adanya
gangguan pada alam pikiran yang mana membuat pasien terasa terganggu pikirannya.
Karena hal inilah yang menyebabkan penderitanya mengalami emosi yang labil, sehingga
merasa cemas, mudah marah, bingung, mudah salah paham , dan lainnya. Biasanya gangguan
ini juga disertai dengan gangguan perilaku, yang mana ditandai dengan macam-macam
halusinasi, gangguan kemampuan ketika menilai realita, sehingga menyebabkan penderitanya
tidak mengetahui tentang waktu, orang, maupun tempat.
5. Gangguan Neurosis
Gangguan ini  dialami 10-20% kaum lanjut usia. Gangguan ini memang agak sukar untuk
dikenali pada kaum lansia karena sering disangka sebagai gejala faktor usia yang sudah tua.
Pada sebagian kasus, gangguan ini memang sudah ada pada masa mudanya. Namun beberapa
kasus lainnya gangguan ini baru dirasakan saat memasuki masa lanjut usia. Gangguan
neourosis yang terjadi pada kaum lansia memiliki kaitan yang erat dengan masalah
psikososial.
6. Gangguan Mania dan Bipolar
Penderita gangguan mania dan bipolar memang sering bertambah seiring dengan
pertambahan usia. Kebanyakan kasus bipolar memang dimulai sebelum menginjak usia 50
tahun, bahkan sebenarnya kemuculan diatas usia 65 tahun dianggap sebagai sebuah hal yang
tidak wajar. Bila gangguan ini terjadi setelah usia 65 tahun, maka kemungkinan penyebabnya
adalah adanya patofisiologik etiologik yang cukup mencolok. kemungkinan hal ini
diakibatkan adanya efek samping konsumsi obat-obatan ataupun gangguan demensia
konkomitan.

4. Tindakan yang dilakukan pada lansia :


 Melakukan terapi psikologis
 Memberikan makanan bergizi untuk lansia
 Olahraga secara teratur, seperti joging dan bersepeda
 Berada di lingkungan yang positif, dalam hal ini peran keluarga dan orang terdekat
bahkan masyarakat sangat penting
 Lakukan hobi atau aktivitas yang disukai pada lansia
 Latih kemampuan lansia untuk mengungkapkan perasaannya
 Rutin melakukan pemeriksaan Kesehatan pada dokter
BAB III
PENGAMATAN KASUS
A. Resume Kasus

B. Pohon Masalah
C. Rencana Askep
DAFTAR PUSTAKA

Hamuni, H., Idrus, M., & Aswati, M. (2022). Perkembangan peserta didik.

Sibarani, D. M., Niman, S., & Widiantoro, F. X. (2021). Self-Harm dan Depresi pada Dewasa Muda. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 9(4), 795-802.

Livana, P. H., Ayuwatini, S., Ardiyanti, Y., & Suryani, U. (2019). Gambaran Kesehatan Jiwa Masyarakat.
Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(1), 60-63.
Handayani, T., Ayubi, D., & Anshari, D. (2020). Literasi kesehatan mental orang dewasa dan penggunaan
pelayanan kesehatan mental. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion
and Behavior, 2(1), 9-17.

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/362/mengenal-pentingnya-kesehatan-mental-pada-remaja

Safitri, M. (2021). Pengaruh Masa Transisi Remaja Menuju Pendewasaan Terhadap Kesehatan Mental
Serta Bagaimana Mengatasinya. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 30(1), 20-24.

Mustamu, A. C., Hasim, N. H., & Khasanah, F. (2020). Pola Asuh Orangtua, Motivasi & Kedisiplinan dalam
Meningkatkan Kesehatan Mental Remaja Papua. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 8(1), 17-
25.

Rufaida, S. A., Wardani, I. Y., & Panjaitan, R. U. (2021). Dukungan sosial teman sebaya dan masalah
kesehatan jiwa pada remaja. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 175-184.

Fitri, A., Neherta, M., & Sasmita, H. (2019). Faktor–Faktor yang Memengaruhi Masalah Mental Emosional
Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta Se Kota Padang Panjang Tahun 2018. Jurnal
Keperawatan Abdurrab, 2(2), 68-72.

Buanasari, A. (2021). Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Kelompok Usia Remaja. TOHAR MEDIA.

Nida, F. L. K. (2014). Zikir sebagai PsikoteraPi dalam gangguan kecemasan bagi lansia. Konseling
Religi, 5(1), 133-150.
Zahnia, S., & Sumekar, D. W. (2016). Kajian epidemiologis skizofrenia. Jurnal Majority, 5(4), 160-166.

Wedanthi, Putu Hening (2022) Studi Kasus Dinamika Psikologis Penderita Bipolar Disorder. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 6 (1). hlm.2578-2582. ISSN 2614-6754 (cetak); 2614-3097(online)

Anda mungkin juga menyukai