Disusun oleh
Nama kelompok 3 :
1. Cecillia Widya
2. Dewi Marleni
3. Estifania Anggrening Gulo (202111012)
4. Eva Cahyani (202111013)
5. Indah Permatasari (202111018)
6. Monica Regina Caeli (202111035)
Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dan Kesehatan jiwa adalah suatu bagian
yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.Selain dari itu pakar lain
mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera
(mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang
utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia
dengan kata lain. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan
bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup juga dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya semakin dini kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin
mudah penanganannya dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa sangat
membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat
B. Tujuan Penulis
Untuk dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan sehat jiwa sepanjang
rentang kehidupan remaja,dewasa dan lansia
\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Istilah remaja berasal dari kata latin adolescare atau adolescentia yaitu "tumbuh" atau
tumbuh menjadi dewasa . Usia remaja merupakan usia transisi dari masa anak ke masa
dewasa dan mulai terjadi perubahan-perubahan dari segi fisik, psikis, dan emosi. Usia remaja
yang dimaksud adalah usia 10-19 tahun yaitu periode terjadinya masa pubertas atau
pematangan organ reproduksi manusia. Sedangkan dikutip dari Congress research service
bahwa usia remaja dikelompokkan dalam rentan usia 10-24 tahun karena masa pubertas
banyak dialami beberapa remaja pada usia 10 tahun.
Menurut Departemen Kesehatan remaja diklasifikasikan sebagai masa remaja awal
(10-13 tahun) dimana terjadi perubahan faktor- faktor emosi, sosial, dan intelektual, Masa
remaja Tengah (14-16 tahun) yang cirinya berupa lebih mampu berkompromi, belajar
berpikir independen, bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman, dan
merasa perlu melakukan pengalaman-pengalaman baru. Dan yang terakhir adalah Masa
remaja Akhir (17-19 tahun) yang cirinya cenderung mulai menggeluti masalah sosial politik
termasuk agama, terlibat kehidupan pekerjaan, dan hubungan diluar keluargaserta belajar
mencapai kemandirian emosional
Masa Remaja disebut sebagai periode peralihan dari masa Anak- anak ke masa
Dewasa dan juga diidentikkan dengan pubertas yaitu fenomena biologi yang disebabkan oleh
peningkatan hormone Adrenal dan Gonad. Hal ini ditandai dengan perkembangan
karakteristik seks sekunder dan modulasi pada otot dan lemak. Hal juga dikaitkan dengan
periode peningkatan perilaku berisiko dan reaktivitas emosi pada Remaja yang menyebabkan
perubahan sosial dan lingkungan Remaja seperti menghabiskan waktu lebih sedikit dengan
Orang tua dan lebih banyak dengan kelompok teman sebaya serta meningkatnya Autonomy
pada Remaja (Jaworska & MacQueen, 2015).
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa pada Remaja
Terdapat dua hal besar yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu faktor internal dan
eksternal meliputi :
Faktor internal ini antara lain meliputi: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan
kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problem hidup,
kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam berpikir. Salah satu penyebab internal
dalam masalah psikis pada seorang anak yaitu faktor keluarga. Karena keluarga
merupakan lingkungan utama pada setiap pertumbuhan anak. Keluarga yang selalu
dalam masalah akan secara tidak langsung mendidik anak dengan sesuatu yang keras
menjadikan pribadi mereka yang pemarah, keras kepala, dan tidak mau diatur,
sehingga peran mereka itu sangat berpengaruh terhadap dampak positif maupun
negatif.
Faktor eksternal antara lain: faktor dari lingkungan luar yang belum bisa menerima
kehadiran mereka dalam suatu kelompok juga memicu munculnya perasaan yang
berpengaruh pada psikis. Beberapa orang introvert merasa terbebani dengan stigma
bahwa mereka membosankan, tidak asik, dan sulit diajak bicara. Remaja dengan
situasi ini akan sangat merasa terkuras energinya jika berbicara dengan orang diluar
circle-nya. Insecurities, ini juga menjadi salah satu masalah umum pada remaja yang
menjadi salah satu usia dimana tempat pencarian identitas bagi diri mereka. Adapun
faktor ekternal dari keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya.
Namun, yang paling dominan adalah faktor internal. Dijelaskan bahwa ketenangan
hidup, ketenangan jiwa atau kebahagiaan batin itu tidak banyak tergantung pada
faktor-faktor dari luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan
sebagainya. Akan tetapi lebih tergantung pada cara dan sikap menghadapi faktor
tersebut.
1. Definisi
Istilah dewasa berasal dari kata latin yaitu adults yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan
dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu
yang telah menyelesaikan pertumbuhannya pertumbuhannya dan telah dan telah siap menerima siap
menerima kedudukan kedudukan dalam ma dalam masyarakat bersamaan syarakat bersamaan dengan
orang dewasa lainnya. Usia dewasa adalah usia ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang
tegas.
Masa dewasa merupakan masa seseorang menginjak usia kawin dan karena itu dianggap
sudah dapat berdiri sendiri dalam menanggung hidupnya, lepas dari asuhan dan bantuan orang tua.
Masa dewasa adalah proses pertumbuhan seseorang secara alami dan berkembang dari hari ke hari.
Umur bukan patokan seseorang dewasa, melainkan perilaku, sifat, watak, dan bisa menghadapi
situasi. Pengertian dewasa biasanya dikaitkan dengan pola pikir seseorang tentang sesuatu. Dewasa
melambangkan segala organisme yang telah matang yang lazimnya merujuk pada manusia yang
bukan lagi anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita. Saat ini, istilah dewasa dapat didefinisikan
dari aspek biologi yaitu sudah akil balig, hukum sudah berusia 16 tahun ke atas atau sudah menikah,
menurut undang-undang perkawinan yaitu 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita dan
karakter pribadi yaitu kematangan dan tanggung jawab. Berbagai aspek kedewasaan ini sering tidak
konsisten dan kontradiktif. Seseorang bisa saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik
perilaku dewasa, tetapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur dewasa
secara hukum. Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tetapi tidak memiliki
kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan karakter dewasa.
b. Perkembangan koognitif
Kebiasaan berfikir rasional meningkatkan secara tetap pada masa dewasa awal dan
tengah. Pengalaman Pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum dan
kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah
dan keterampilan motoric. Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas
utama dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat
dan karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya mereka
akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi banyak dewasa alaawa kekurangan sumber
dan system pendukung untuk memfasilitasi Pendidikan lebih lanjut atau pengembangan
keahlian yang diperlukan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal
mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas.
c. Perkembangan psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan emmecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadanh terjebak antara
keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan
memikultanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relative dapat
diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, orang dewasa memperbaiki persepsi diri dan
kemampuan berhubungan. Dari usia 29 - 34 tahun orang dewas mengarahkan kelebihan
energinya terhadap pencapaian besar dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35 43 tahun
adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam
kehidupan pribadi social dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan
"krisi usia baya" ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.
Factor etnik dan jender emmpunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam kehidupan
dewasa dan factor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan.
Dewasa awl harus membuat keputusan mengenai karir, pernikahan dan menjadi orang tua.
Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan.
d. Stress pekerjaan
Stress pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan
dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stress situasi pekerjaan situasional dapat
terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau
seseorang pekerja yang diberi tanggung jawab baru atau besar. Stres pekerjaan juga terjadi
jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya karena setiap individu
menerima pekerjaan yang berbeda, maka setiap stressor bervariasi pada setiap klien.
Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa
dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan
jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan
iritabilitas dan kegugupan.
e. Stress keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat di prediksi
untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan menjadi bagian
efektif dalam masyarakat salah satu peran penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan
keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua orang tua berperan
coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau adakalanya seseorang anggota
keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis
keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji factor ligkungan dan keluarga termasuk
system pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota keluarga
3. Jenis-jenis Yang Dialami Dewasa
a. Skizofrenia
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik demham distorsi khas proses pikir,
terkadang mempunyai perasaan bahwa dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar,
waham yang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata
atau sebenaranya dan autisme. Kejadian skizofrenia pada pria lebih besar terjadi
dibandingkan dengan wanita. Gejala skizofrenia muncul pada usia remaja akhir maupun
dewasa muda. Onset pada pria biasanya terjadi di usia antara 15-25 tahun sedangkan
wanita antara 25-35 tahun. Skizofrenia merupakan sindrom neuropsikiatri parah yang
berpengaruh pada terjadinya kecacatan seumur hidup yang signifikan serta kematian
dini akibat bunuh diri. Skizofrenia menunjukkan tiga domain gejala utama:
o Gejala psikotik, atau positif, termasuk halusinasi dan delusi yang umumnya
dialami memiliki dasar realitas di luar jiwa seseorang.
o Gejala negatif, atau defisit, meliputi hilangnya motivasi, afek tumpul, dan
pemiskinan pemikiran dan bahasa.
o Gejala kognitif termasuk gangguan signifikan dalam perhatian, memori kerja,
memori deklaratif, kefasihan verbal, dan berbagai aspek kognisi sosial. Selain itu,
banyak penderita skizofrenia menderita gangguan suasana hati, biasanya depresi.
b. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar merupakan penyakit mental kronis atau episodik yang artinya
bahwa penyakit bipolar dapat terjadi sesekali pada interval yang tidak teratur.
Gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan yang tidak biasa, seringkali muncul
secara ekstrim dan fluktuatif terkait dengan suasana hati, energi, aktivitas dan
konsentrasi atau fokus dengan kata lain gangguan bipolar merupakan gangguan yang
ditandai dengan terjadinya perubahan suasana hati, aktifitas serta energi.
1. Definisi
Lanjut usia (lansia) adalah proses menua termasuk biologis, psikologis dan sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain dengan batasan umur dewasa menjelang lansia 45-54 tahun,lanjut
usia 55-64 tahun,lansia dengan risiko tinggi >65 tahun yang akan hilang secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti died, mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita keadaan yang cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-Faktor
tersebut meliputi :
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology) misalnya tenaga berkurang,
energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan
sebagainya hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun sosial yang dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan
kepada orang lain seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Pada usia lanjut sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti
gangguan jantung, gangguan metabolisme, misalnya diabetes melitus, vaginitis atau
baru selesai operasi dan memiliki rasa tabu atau malu bila mempertahankan
kehidupan seksual pada lansi,sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang
serta diperkuat oleh tradisi dan budaya kelelahan atau kebosanan karena kurang
variasi dalam kehidupannya,pasangan hidup telah meninggal,disfungsi seksual karena
perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi,
pikun dan sebagainya
3. Perubahan Aspek Psikososial
Seorang lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Misalnya
kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-
lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat dan
fungsi psikomotorik (konatit) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan
kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi
kurang cekatan
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status
dan harga diri.
2. Gangguan Depresif
Gangguan ini seringkali menyerang orang-orang yang masuk dalam kategori usia lansia.
Gejala-gejala yang sering terlihat pada gangguan ini adalah penurunan pada kondisi fisik dan
kosentrasi serta ada gangguan tidur yaitu terlalu cepat bangun pagi dan seringkali terbangun,
nafsu makan yang menurun, penurunan berat badan yang dratis, serta masalah-masalah pada
tubuh lainnya.
3. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan ini dapat berupa gangguan panik, ketakutan, fobia, gangguan
kecemasan menyeluruh, obsesif kompulsif, serta gangguan stress pasca trauma. Gejala-gejala
yang dapat terlihat pada kaum lansia memang tidak akan separah pada kaum remaja maupun
dewasa yang lebih muda namun memiliki efek yang sama. Pada gangguan kecemasan
memang dapat muncul ketika masa remaja dan pertengahan namun juga pada beberapa kasus
akan muncul ketika usia 60 tahun. Untuk pengobatan memang harus disesuaikan dengan
kondisi penderitanya. Biasanya psikoterapi dan farmakoterapi menjadi salah satu cara yang
efektif sebagai cara mengatasi Anxiety Disorder.
4. Gangguan Skizofrenia
Gangguan skizofrenia adalah gangguan jiwa dalam skala yang cukup berat dan gawat yang
dapat dialami semenjak usia masih muda dan kemudian berlanjut menjadi kronis dan gawat
saat menginjak usia lansia. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari segi fisik, psikologis,
hingga sosial budaya. Skizofrenia pada kaum lansia dapat terjadi hingga 1% dari kelompok
usia lansia. Ciri-ciri skizofrenia yang terjadi pada kaum lansia dapat ditandai dengan adanya
gangguan pada alam pikiran yang mana membuat pasien terasa terganggu pikirannya.
Karena hal inilah yang menyebabkan penderitanya mengalami emosi yang labil, sehingga
merasa cemas, mudah marah, bingung, mudah salah paham , dan lainnya. Biasanya gangguan
ini juga disertai dengan gangguan perilaku, yang mana ditandai dengan macam-macam
halusinasi, gangguan kemampuan ketika menilai realita, sehingga menyebabkan penderitanya
tidak mengetahui tentang waktu, orang, maupun tempat.
5. Gangguan Neurosis
Gangguan ini dialami 10-20% kaum lanjut usia. Gangguan ini memang agak sukar untuk
dikenali pada kaum lansia karena sering disangka sebagai gejala faktor usia yang sudah tua.
Pada sebagian kasus, gangguan ini memang sudah ada pada masa mudanya. Namun beberapa
kasus lainnya gangguan ini baru dirasakan saat memasuki masa lanjut usia. Gangguan
neourosis yang terjadi pada kaum lansia memiliki kaitan yang erat dengan masalah
psikososial.
6. Gangguan Mania dan Bipolar
Penderita gangguan mania dan bipolar memang sering bertambah seiring dengan
pertambahan usia. Kebanyakan kasus bipolar memang dimulai sebelum menginjak usia 50
tahun, bahkan sebenarnya kemuculan diatas usia 65 tahun dianggap sebagai sebuah hal yang
tidak wajar. Bila gangguan ini terjadi setelah usia 65 tahun, maka kemungkinan penyebabnya
adalah adanya patofisiologik etiologik yang cukup mencolok. kemungkinan hal ini
diakibatkan adanya efek samping konsumsi obat-obatan ataupun gangguan demensia
konkomitan.
B. Pohon Masalah
C. Rencana Askep
DAFTAR PUSTAKA
Hamuni, H., Idrus, M., & Aswati, M. (2022). Perkembangan peserta didik.
Sibarani, D. M., Niman, S., & Widiantoro, F. X. (2021). Self-Harm dan Depresi pada Dewasa Muda. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 9(4), 795-802.
Livana, P. H., Ayuwatini, S., Ardiyanti, Y., & Suryani, U. (2019). Gambaran Kesehatan Jiwa Masyarakat.
Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(1), 60-63.
Handayani, T., Ayubi, D., & Anshari, D. (2020). Literasi kesehatan mental orang dewasa dan penggunaan
pelayanan kesehatan mental. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion
and Behavior, 2(1), 9-17.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/362/mengenal-pentingnya-kesehatan-mental-pada-remaja
Safitri, M. (2021). Pengaruh Masa Transisi Remaja Menuju Pendewasaan Terhadap Kesehatan Mental
Serta Bagaimana Mengatasinya. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 30(1), 20-24.
Mustamu, A. C., Hasim, N. H., & Khasanah, F. (2020). Pola Asuh Orangtua, Motivasi & Kedisiplinan dalam
Meningkatkan Kesehatan Mental Remaja Papua. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 8(1), 17-
25.
Rufaida, S. A., Wardani, I. Y., & Panjaitan, R. U. (2021). Dukungan sosial teman sebaya dan masalah
kesehatan jiwa pada remaja. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 175-184.
Fitri, A., Neherta, M., & Sasmita, H. (2019). Faktor–Faktor yang Memengaruhi Masalah Mental Emosional
Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta Se Kota Padang Panjang Tahun 2018. Jurnal
Keperawatan Abdurrab, 2(2), 68-72.
Buanasari, A. (2021). Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Kelompok Usia Remaja. TOHAR MEDIA.
Nida, F. L. K. (2014). Zikir sebagai PsikoteraPi dalam gangguan kecemasan bagi lansia. Konseling
Religi, 5(1), 133-150.
Zahnia, S., & Sumekar, D. W. (2016). Kajian epidemiologis skizofrenia. Jurnal Majority, 5(4), 160-166.
Wedanthi, Putu Hening (2022) Studi Kasus Dinamika Psikologis Penderita Bipolar Disorder. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 6 (1). hlm.2578-2582. ISSN 2614-6754 (cetak); 2614-3097(online)