Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KESEHATAN MENTAL


REMAJA

DISUSUN OLEH :
1. NABILA VIRGIN KAYLA NAGITA (20231666023)
2. SALSABILLA FITRAH MAULIDAH (20231666027)
3. WENTY TRI WULANDARI (20231666040)
4. THERESIA KHOFIFA UMMAH (20231666044)
5. SALSABILLA HONEY KAHFIDA (20231666046)
6. AISYAH PUSPITA DEWI (20231666057)

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Encik Savira Isnah, S.Hum., M.Hum.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S1 FARMASI
2024
ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa perkembangan yang dilalui setiap orang. Pada masa ini,
remaja mengalami masa peralihan perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Hal ini dapat menimbulkan perbedaan kepribadian secara fisik dan psikis yang dapat menimbulkan
permasalahan dan tantangan bahkan berujung pada gangguan jiwa pada remaja. Remaja
memerlukan upaya lingkungan keluarga untuk mengatasi tantangan tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa peran keluarga sangat penting bagi kesehatan
mental emosional pada remaja. Digunakan metode penelitian berupa survei melalui google form
yang di isi oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan yang ditujukan agar dapat mengevaluasi
terkait pentingnya peran keluarga dalam kehidupan sehari-hari dan dalam proses pertumbuhan
anak remaja. Peran pihak-pihak seperti orang tua, keluarga, teman, lingkungan sekolah menjadi
salah satu faktor utama dari proses berkembangnya kesehatan mental dan emosional dari seorang
remaja. Seiring dengan berjalannya waktu, kesehatan mental remaja menjadi salah satu kasus yang
kerap terjadi di kalangan masyarakat sekitar. Faktor keluarga seperti latar belakang keluarga yang
terbilang harmonis maupun yang sangat sentimental menjadi salah satu alasan mengapa kasus
Kesehatan mental remaja dapat terjadi. Faktor lain seperti lingkungan hidup dari seorang remaja
juga ikut ambil andil dalam permasalahan ini. Seorang remaja menjadi cukup tertekan, dengan
kehidupannya di lingkungan sekolah, rumah, bahkan masyarakat. Hubungan pertemanan pun
menjadi pelengkap dari faktor mengapa kesehatan mental remaja terganggu. Teman merupakan
orang yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, dalam sehari kita dapat bertemu
dengan teman hingga lebih dari 10 jam. Untuk Sebagian orang, bahkan lebih lama lagi. Hubungan
baik dalam pertemanan akan menimbulkan dampak positif bagi kesehatan mental remaja. Hal ini,
karena mereka berada pada fase yang sama, sehingga pola pikir dan percakapan mereka sehari-
hari lebih baik ketimbang seorang remaja dengan orang tua mereka. Oleh karena itu, orang tua
harus dapat mengikuti pola pikir anak mereka mulai dari balita hingga memasuki masa remaja.

Kata kunci : Kesehatan mental remaja, peran keluarga,


PENDAHULUAN
Keluarga adalah tempat di mana seorang anak tumbuh dari masa balita hingga remaja.
Keluarga berperan penting dalam membentuk kesehatan mental remaja. Mereka berperan dalam
memberikan kenyamanan emosional, pendidikan, membantu menyelesaikan masalah, memenuhi
kebutuhan finansial dan menjaga kesehatan anggota keluarga. Peran keluarga meliputi
perlindungan, pendampingan, memberikan kenyamanan, menjalin komunikasi interaktif, dan
menciptakan gaya hidup sehat. Keluarga juga berperan penting dalam menjaga kestabilan
kesehatan mental remaja dan berperan besar dalam perkembangan masalah kesehatan mental anak.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan keluarga untuk menjaga kesehatan mental anak,
antara lain dengan memberikan pujian, menetapkan tujuan yang realistis, dan menciptakan
lingkungan yang mendukung. Kesehatan mental anak membutuhkan perhatian dan intervensi dari
keluarga, pendidikan, dan masyarakat.

“Kesehatan mental menjadi salah satu dari sederet masalah kesehatan yang paling disoroti
oleh banyak orang di belahan dunia.” (Health Service Monitor, 2023). Kesehatan mental remaja
merupakan salah satu isu yang sering disebut-sebut di era saat ini. Berdasarkan laporan Riskesdas
Indonesia 2018, angka gangguan emosional dan mental di Indonesia adalah 9,6%. Angka ini cukup
memprihatinkan, karena masa remaja merupakan fase dimana seorang individu beranjak dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa awal. Peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa menimbulkan krisis yang harus dihadapi remaja. Namun, pada kenyataannya, tidak semua
dapat mengatasi masalahnya dengan baik. Mereka membutuhkan bantuan dari orang-orang di
sekitarnya, namun tidak semua mau jujur bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena
itu, orang tua dan guru harus lebih peka untuk mewaspadai beberapa hal negatif yang dapat terjadi
pada remaja. Dampak dari kesehatan mental remaja yang buruk antara lain: perubahan kebiasaan
tidur, kehilangan minat dalam beraktivitas, menurunnya prestasi belajar, konsentrasi, dan
demotivasi, nafsu makan yang buruk atau meningkat, depresi berat, peningkatan isolasi/penarikan
diri, ide bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri.

Menemani anak dan memberikan kata-kata penyemangat dari orang dewasa kepada anak
dapat membantu anak mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, dan pandangan hidup yang
sehat. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga untuk menjaga
kesehatan mental anak, antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan Pujian Pada Anak

Memuji kemampuan anak dapat membantu mereka mengembangkan keinginan untuk


mengeksplorasi hal-hal baru dan belajar. Biarkan anak bereksplorasi dan bermain sesuai dengan
usianya. Yakinkan mereka dengan sering tersenyum dan berbicara dengan mereka. Jadilah
partisipan aktif dalam kegiatan anak Anda. Perhatian dari keluarga dapat membantu anak
membangun kepercayaan diri dan harga dirinya.

2. Menetapkan Tujuan yang Realistis

Anak-anak membutuhkan tujuan yang realistis yang sesuai dengan ambisi dan kemampuan mereka.
Dengan bantuan keluarga, anak-anak dapat memilih aktivitas baru yang menguji kemampuan
mereka dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

3. Jujur

Jangan sembunyikan kegagalan yang dialami anggota keluarga dari anak-anak. Penting bagi
mereka untuk mengetahui bahwa setiap orang melakukan kesalahan. Mengetahui bahwa orang
dewasa tidak sempurna dapat membantu mereka memahami kehidupan.

4. Menyelaraskan Perkataan dan Perbuatan

Penting bagi orang tua untuk memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak karena pada
hakikatnya anak akan lebih mudah meniru perilaku yang dilakukan oleh orang tuanya
dibandingkan hanya mendengar perkataan semata.

5. Menghindari Komentar Sarkastik

Jika seorang anak gagal dalam sebuah tes, cari tahu bagaimana perasaan anak tentang situasi
tersebut. Anak mungkin berkecil hati. Tetapi jika anda mengetahui situasi yang tepat, bicaralah
dengan anak anda. Menerima kegagalan adalah salah satu cara terbaik untuk memperkuat
kesehatan mental anak. Karena, jika hanya mempertahankan ego diri sendiri saat berbicara dengan
seorang anak, anak itu anak semakin menangis dan akan mencapai tahap dimana dia tidak bisa
mengendalikan emosional pada dirinya sehingga anak itu akan “meledak” saat itu juga. Dia akan
berbicara dengan nada yang tinggi kepada orang tuanya. Dia tidak akan mendengarkan kata atau
ucapan dari orang tua nya. Pada akhirnya, hal ini yang akan membuat luka tersendiri bagi seorang
anak hingga dewasa.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian terdahulu yang dapat menjadi acuan untuk menyusun karya tulis ilmiah ini, yaitu
jurnal dari Eka Malfasari, dkk (2020) dengan judul “Kondisi Emosional Pada Remaja”. Penelitian
ini membahas seputar bagaimana kondisi mental emosional pada seorang remaja. Usia merupakan
salah satu faktor yang menjadi penyebab seorang remaja menjadi labil (kondisi emosional
gampang berubah-ubah dari yang awalnya senang dan bahagia, seketika berubah menjadi pemarah
atau sangat sensitif dan akan mudah meledak apabila di dekati oleh seseorang). Gender atau jenis
kelamin seorang remaja tidak menjadi faktor yang sangat mempengaruhi perubahan emosional
mereka.

Penelitian lain yang memperkuat argumen dalam penyusunan karya tulis ini, yaitu jurnal
dari Faqih Purnomosidi, dkk (2023), jurnal pengabdian kepada masyarakat dengan judul
“Kesehatan Mental Pada Remaja”. Jurnal tersebut membahas seputar kesehatan mental remaja
melalui metode survei secara langsung melalui sebuah acara agamis, yaitu “ngaji asik”.
“mahasiswa lebih banyak menyerap edukasi atau pengetahuan kesehatan mental yang kurang
mendukung dalam dirinya seperti maraknya kasus bunuh diri, stress individu, depresi seseorang
sampai sampai dengan kasus hal-hal yang dianggap sepele namun merebak banyak di kalangan
remaja yaitu kecemasan” (Faqih dkk, 2023).

Menurut Putri Cahya, 2021. Emosi dijelaskan secara berbeda oleh psikologi, namun pada
intinya emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari
karakter seseorang tang luas (dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dan sebagainya).
Apabila emosi seseorang sangat kuat, maka akan terjadi gangguan terhadap fungsi intelektualnya,
tingkat disosiasi dan kecenderungannya terhadap tindakan yang sifatnya kurang baik atau bahkan
tindakan yang negatif.

METODE
Metode yang kami gunakan untuk membuat artikel ini, yaitu metode kuantitatif. Dimana
kami membuat survei melalui google form yang ditujukan untuk para mahasiswa Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Pembagian kuisioner dilakukan dengan cara
menyebarkan tautan Google Form melalui media WhatsApp sehingga sasaran dalam penelitian ini
adalah Fakultas Ilmu Kesehatan, tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Tujuan dari survei ini,
yaitu untuk mengukur seberapa besar peran keluarga pada mental remaja menurut diri mereka
sendiri. Selain itu, agar responden dapat memahami diri mereka sendiri dan tidak terpengaruh oleh
orang lain.

PEMBAHASAN
Peran keluarga sangat penting bagi kesehatan mental seorang anak, terutama saat anak
berada pada fase remaja. Hal ini karena, kesehatan mental remaja dipengaruhi oleh peristiwa dalam
kehidupan yang meninggalkan faktor yang besar pada perilaku dan kepribadian seorang anak.
Lingkungan dimana dia tumbuh pun menjadi pengaruh utama bagaimana mental anak itu terbentuk.
Anak remaja dengan kesehatan mental yang kurang baik, seringkali sulit mengungkapkan apa yang
dia rasakan, cenderung sulit mengungkapkan emosional yang dimiliki dan tidak dapat mengatasi
tekanan hidup normal yang mereka alami pada kehidupan normalnya. Kesehatan mental bisa jadi
salah satu faktor yang dapat memicu berbagai masalah, contohnya depresi dan bunuh diri. Banyak
keluarga yang tidak menyadari bahwa mereka merupakan salah satu faktor penyebab kesehatan
mental terganggu.

Remaja menjadi cukup sensitif dengan lingkungan keluarga mereka. Terlebih lagi,
keluarga adalah lingkungan yang paling banyak di temui oleh mereka dalam 24 jam. Walaupun
biasanya semakin dewasa seorang anak akan semakin jarang bertemu dengan keluarga mereka, hal
ini tetaplah menjadi poin penting dalam diri mereka. Bagaimanapun, keluarga adalah rumah bagi
mereka untuk pulang. Keluarga adalah tempat mereka untuk beristirahat, tempat untuk
menceritakan apa yang hari ini mereka alami dan bagaimana mereka melalui satu hari dengan jalan
yang mereka pilih. Di dalam lubuh hati mereka yang paling dalam,mereka selalu ingin keluarga
selalu menanyakan kondisi diri mereka setiap harinya. “bagaimana hari ini?” “apa kamu melalui
semuanya dengan baik?” “apakah kamu butuh seseorang untuk mendengarkan ceritamu?” “apa
kamu lelah?”. Kata-kata itu yang selalu ingin di dengar oleh seorang anak dari keluarganya.
Mereka selalu ingin dimengerti oleh keluarganya. Mereka ingin, keluarganya memahami kondisi
diri mereka terlebih lagi masalah kesehatan mental mereka.
Dari hasil survei yang telah kami lakukan sebelumnya, beberapa jawaban dari kuisioner
tersebut sangat beragam. Pandangan mereka tentang “keluarga” berbeda-beda satu sama lain.
Walaupun ada beberapa dari mereka yang memiliki pemikiran yang hampir sama, tetap saja
berbeda satu sama lain. “penting karena berpengaruh pada sikap anak”. Dari poin ini, dapat
disimpulkan bahwa sikap dan perilaku orang tua atau keluarga akan dicontoh oleh anak mereka.
Rumah adalah sarana belajar yang pertama. Sejak lahir, mereka di besarkan di lingkungan
keluarganya. Mulai dari berbicara, berjalan, makan, dan lain sebagainya orang tua dan keluarga
lah yang mengajari mereka. Oleh sebab itu, Tindakan dan perilaku baik dan buruk yang dilihatkan
oleh orang tua/keluarga pasti akan dijadikan contoh oleh anak-anak mereka.

Poin lain jadi jawaban kuisioner kami, yaitu “keluarga selalu mengeluh dalam ketidak-
adaan nya ekonomi. Jadi bagaimana cara mengatasinya?”. Permasalahan ini cukup banyak terjadi.
Keadaan ekonomi dari sebuah keluarga, menjadikan kesehatan mental anak terganggu. Pekerjaan
yang dapat dikatakan kurang menjanjikan, kondisi internal dari sebuah keluarga, membuat hal ini
menjadi salah satu faktor kesehatan mental seorang remaja. Hal ini seharusnya tidak boleh sampai
mengganggu seorang anak. Maksudnya, untuk masalah perekonomian keluarga, seharusnya hanya
orang tua saja yang mengetahui. Namun, argumen saya tidak seluruhnya benar. Remaja adalah
fase dimana seorang anak sudah dapat memahami dan mengerti dengan beragam macam keadaan
di lingkungan sekitarnya. Jadi, kesimpulan dari poin ini, yaitu perekonomian merupakan salah satu
kebutuhan hidup bagi setiap keluarga. Setiap anggota keluarga pastinya memiliki cara mereka
sendiri untuk menjaga agar hal ini tetap berjalan secara stabil dan tidak sampai menimbulkan
permasalahan yang tidak diinginkan. Seorang anak remaja, yang pola pikirnya sudah lumayan
matang memang sudah cukup waktu untuk ikut memikirkan hal ini. Tetapi, keluarga sebagai orang
tua dari mereka harus memiliki jalan tengah untuk menyelesaikan permasalahan ini. Terlebih
jangan sampai karena hal ini, keluarga dapat beradu argument satu sama lain.

Menurut data hasil survei dari Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-
NAMHS), survei Kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka kejadian gangguan
mental pada remaja 10-17 tahun di Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia
memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki
gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.
Remaja dalam kelompok ini adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai
dengan panduan Diagnostig and Statistical Manual Of Mental Discordes Edisi Kelima (DSM-5)
yang menjadi panduan penegakkan di Indonesia.Gangguan Kesehatan mental yang rentan terjadi
pada remaja, data di Indonesia tahun 2023 menunjukkan sebanyak 6,1% penduduk Indonesia
berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan Kesehatan mental.

Otak remaja banyak yang berkembang dalam keadaan konstan yang berarti remaja lebih
cenderung melakukan perilaku yang berisiko dan inklusif, kurang memperhatikan konsekuensi
dibanding orang dewasa. Oleh karena itu keluarga merupakan peran penting untuk membimbing
dan menjadi panutan para remaja dalam membangun kecerdasan emosi, dan mengambil pilihan
yang sehat.

Adapun caranya kelurga memperhatikan Kesehatan mental remaja:

1. Menunjukkan perhatian kepada remaja.


2. Memberikan dukungan untuk meraih pencapaian .
3. Membantu remaja merasa nyaman di dalam lingkungan keluarga.
4. Tidak membanding-bandingkan pencapaian remaja.
5. Menggunakan nada bicara yang baik dan tidak melakukan kekerasan
6. Menciptakan lingkungan yang aman.
Dengan melakukan langkah-langkah di atas, keluarga dapat memainkan peran yang
penting dalam membangun Kesehatan mental remaja.

KESIMPULAN
Keluarga adalah pintu pertama untuk membentuk pribadi remaja. Dari data di atas, dapat
di simpulkan bahwa menjaga Kesehatan mental sangatlah penting terutama Kesehatan mental pada
anak remaja. Mereka lebih rentan mengalami gangguan Kesehatan mental yang di akibatkan oleh
banyak faktor. Maka dari itu, diharapkan keluarga lebih memperhatikan perasaan anak remaja
untuk kedepannya agar dapat mengurangi angka resiko bunuh diri dan depresi. Anak juga harus
berani mengungkapkan perasaan mereka agar tidak terjadi kesalahpahaman antara keluarga dan
juga anak. Dengan menjaga Kesehatan mental remaja dengan baik, remaja dapat menghadapi
tantangan hidup dengan lebih baik,menjalin hubungan yang sehat, dan meraih kualitas yang baik.
Dari keluarga yang saling mendengar dan mendukung tiap anggota keluarga dapat
mengurangi angka Kesehatan mental di Indonesia. Karena keluarga memegang peranan penting
untuk menjaga kesehatan mental remaja, karena Kesehatan mental merupakan aspek penting bagi
remaja. Dengan dukungan yang tepat, remaja dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dari
segi kesehatan mental mereka.

Remaja merupakan fase mencari jati diri bagi seorang anak. Pada fase ini, anak-anak
cenderung sangat labil dan sulit mengontrol emosional nya. Mereka menjadi sensitif pada hal-hal
yang sangat sederhana. Contoh kecil yaitu saat seorang anak remaja yang sedang sibuk bermain
dengan gadget mereka. Sesaat kemudian, ibunya memanggil untuk membantunya mengerjakan
pekerjaan rumah. Tentu saja hal ini membuat anak itu meledakkan emosi dalam hitungan detik.
Mereka tidak suka apabila saat melakukan sesuatu, ada hal yang mengganggu konsentrasinya.
Contoh kecil ini memang sebenarnya kurang baik, namun dari sudut pandang lain, dapat dinilai
bahwa orang tua tidak perlu menggunakan emosi ataupun teguran yang terlalu keras pada anak
mereka. Bahkan, terkadang hal ini membuat anak tersebut menjadi malu. “sudah dewasa masih
dimarahi”. Poin ini yang dipegang oleh mereka. Sehingga orang tua harus mengerti situasi dan
kondisi dari anak mereka.

Untuk mengatasi dampak-dampak negatif dari kesehatan mental remaja, peran keluarga
terutama orang tua sangat dibutuhkan. Mereka dituntut untuk dapat memahami perasaan dan
kondisi emosional anak mereka di setiap waktu dan situasi. Di waktu yang senggang, mereka harus
dapat berbicara lebih dalam empat mata dengan anak mereka dan menanyakan bagaimana kondisi
mereka saat itu. Mereka harus bisa memberi nasehat dengan menggunakan and bicara yang lemah
lembut, agar anaknya dapat menyerap dan mencerna perkataan orang tuanya dengan baik.

Jiwa religius juga harus tumbuh dengan matang pada diri seorang anak remaja. Karena,
saat mereka memiliki jiwa religi yang tinggi, maka mereka akan memiliki tempat untuk berkeluh
kesah. Tuhan akan menjadi tempat pertama dimana ia berkeluh kesah. Jika sejak kecil hal ini
sudah tertanam pada diri mereka, maka secara otomatis, mereka akan mudah memahami
emosional dan mental pada diri mereka sendiri. Oleh karena itu, jiwa religius harus mulai
ditanamkan pada anak sejak mereka balita. Agar, mereka memiliki pegangan hidup untuk
menuntun diri mereka berada pada jalan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. (2023, Mei 03). Krisis Kesehatan Mental Melonjak di Kalangan Remaja. Retrieved from
Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/05/03/krisis-kesehatan-mental-
melonjak-di-kalangan-remaja
Cahya, P. (2021). Literature review : Gambaran Peran Keluarga Terhadap Masalah Kesehatan
Mental emosional pada remaja . 5-6.
Gloriabarus. (2022, Oktober 24). Hasil Survei I-NAMHS: Satu dari Tiga Remaja Indonesia
Memiliki Masalah Kesehatan Mental. Retrieved from ugm.ac.id:
https://ugm.ac.id/id/berita/23086-hasil-survei-i-namhs-satu-dari-tiga-remaja-indonesia-
memiliki-masalah-kesehatan-mental/
Luthfian, M. A. (2022, September 13). Peran Keluarga dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak.
Retrieved from yankes.kemkes.go.id:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1509/peran-keluarga-dalam-menjaga-
kesehatan-mental-anak13
Malfasari Eka, S. R. (2020). Kondisi Mental Emosional pada Remaja. Jurnal Keperawatan Jiwa,
243-244.
News, U. (2023, Februari 23). Bagaimanakah Peran Fungsi Keluarga pada Masalah Mental
Emosional Anak. Retrieved from unair.ac.id: https://unair.ac.id/bagaimanakah-peran-
fungsi-keluarga-pada-masalah-mental-emosional-anak/
Purnomosidi Faqih, S. E. (2023). Kesehatan Mental pada Remaja. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat, 6.
Rahmawaty, F. d. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental pada Remaja.
Jurnal Surya Medika, 277.
Suswati, W. S. (2023). Kesehatan Mental pada Remaja di Lingkungan Sekolah Menengah Atas
Wilayah Urban dan Rural Kabupaten Jember . Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan
Perawat Nasional Indonesia, 538-541.
Ulfah, E. (2021). Peran Keluarga terhadap Kesehatan Mental Remaja di Masa Pandemi. PSISULA :
Prosiding Berkala Psikologi, 16.

Anda mungkin juga menyukai