Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Depresi adalah perubahan mood atau afek yang diekspresikan dalam bentuk
perasaan sedih, putus asa, dan pesimis. Selain itu juga terjadi penurunan minat
pada aktivitas sehari – hari, perubahan nafsu makan, perubahan pola tidur, dan
gejala somatic lainnya (Townsend, 2014).

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak


dan masa dewasa yang berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun (WHO, 2015).

Perkembangan remaja merupakan usaha penyesuaian diri dalam menangani


beberapa perubahan pada diri remaja (Sarwono 2011, dalam Safitri dan Hidayati
2013). Remaja mengalami beberapa perubahan dalam waktu yang bersamaan
meliputi perubahan fisik, kognitif, sosial dan emosional (Potter & Perry, 2005).
Seorang remaja yang berhasil melewati tugas perkembangan serta dapat melewati
perubahan yang ada dalam lingkungan hidupnya akan disurvive dan apabila
seorang remaja mengalami masalah dalam perkembangan dirinya serta
mengalami masalah dalam menghadapi lingkungannya baik dalam keluarga,
masyarakat, maupun peer groupnya, ia akan melakukan perilaku yang
menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum (Potter & Perry, 2005).
Dalam berbagai tugas perkembangan remaja, didalamnya terdapat beban dan
tanggung jawab. Adanya tugas–tugas dan tanggung jawab tersebut, membuat 13
remaja merasakan ada beban yang berat dalam kehidupannya. Menurut Sofia
2009 dalam Safitri (2013) pertumbuhan fisik masa remaja akan diikuti oleh
adanya permasalahan baik secara medis (fisik) maupun psikososial. Permasalahan
ini dapat disebabkan oleh kondisi remaja yang sedang mencari jati diri dengan
peran barunya tersebut dapat membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat
membuat tertekan dan mengalami depresi hingga berperilaku yang merugikan
baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

1
2

Perubahan fisik, kognitif dan emosional yang dialami pada fase remaja dapat
menimbulkan stress dan memicu perilaku unik pada remaja. Disamping itu, salah
satu tugas perkembangan remaja yang harus dilalui adalah mengembangkan
identitas diri dan mulai mengembangkan kemandirian emosional dari orangtua.
Remaja memiliki keinginan alam bawah sadar untuk mempertahankan
ketergantungannya, namun disisi lain remaja juga dalam proses kemandirian.
Sehingga remaja mungkin akan menunjukkan sikap ambivalen yang ditunjukkan
dalam emosi yang meluap – luap. (Stuart , 2016)

Prevalensi depresi pada usia remaja menunjukkan peningkatan yang sangat


tinggi dibandingkan dengan usia kanak‐ kanak dan usia dewasa. Tanda gejala
depresi meningkat antara usia 13 – 15 tahun dan mencapai puncaknya pada usia
17 – 18 tahun. Menurut Stuart (2016), depresi mayor mempengaruhi 4 – 8% pada
remaja. Remaja yang mengalami depresi pada usia 14 – 16 tahun akan berisiko
tinggi untuk terjadinya depresi mayor pada masa dewasa. Hasil studi longitudinal
menunjukkan bahwa sekitar 20- 25% remaja yang mengalami depresi akan
berkembang menjadi gangguan penyalahgunaan zat. Dan sebayak 5-10% remaja
akan melakukan tindakan bunuh diri dalam rentang 15 tahun dari awal episode
depresi mayor.

Di Indonesia ditemukan bahwa 21,8% orang yang disurvei melaporkan gejala


depresi sedang atau berat. Dari prevalensi tersebut, perempuan memiliki tingkat
gejala depresi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, meskipun perbedaan ini
tidak signifikan. Dari keseluruhan orang yang disurvei, 21,4% laki-laki dan 22,3%
perempuan melaporkan gejala depresi sedang atau berat.

Pada perempuan yang disurvei, kelompok remaja (15-19 tahun) menunjukkan


prevalensi gejala depresi tertinggi dibandingkan kelompok usia lain. Sebanyak
32% dari remaja perempuan yang disurvei melaporkan gejala depresi sedang atau
berat. dan remaja laki-laki (26,6%) dibanding kelompok usia lain(Peltzer dan
Pengpid, 2018).
3

Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan mental


yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan
4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan
kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005
dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh dunia.
Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di negara yang
berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017).

Keluarga merupakan support system terdekat bagi remaja. Orangtua


mempunyai peran untuk melindungi dan mengasuh anak dalam menjalani proses
tumbuh kembangnya. Pola asuh orangtua akan berpengaruh pada kematangan
emosi remaja, yang pada akhirnya berdampak pada perilaku remaja (Arsyam,
2016). Selain pola asuh, dukungan keluarga juga berperan penting dalam proses
tumbuh kembang remaja

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 4 Kota Medan,


didapatkan bahwa rata - rata jumlah masalah/kasus yang ditangani guru BK 10-15
siswa/bulan. Adapun jenis permasalahan yang dihadapi antara lain siswa yang
mengalami kesulitan belajar, penurunan minat belajar, perselisihan dengan teman,
dan siswa dengan keluarga broken home

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


mengenai hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan depresi pada remaja
di SMAN 4 Medan.

1.2. Rumusan Masalah

a. Dimana dilakukan penelitian hubungan antara dukungan sosial keluarga


dengan depresi pada remaja?
b. Siapa yang diteliti di dalam hubungan antara dukungan sosial keluarga
dengan depresi pada remaja ?
4

c. apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan depresi pada
remaja di SMAN 4 Medan?
d. Mengapa ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan depresi pada
remaja di SMAN 4 Medan?
e. Bagaimana hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan depresi pada
remaja di SMAN 4 Medan?
f. Kapan dilakukan penelitian hubungan antara dukungan sosial keluarga
dengan depresi pada remaja di SMAN 4 Medan?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan


depresi pada remaja di SMAN 4 Medan?

1.3.2. Tujuan khusus


a. Mengidentifikasi dukungan Keluarga pada remaja di SMAN 4 Medan
b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada remaja di SMAN 4 Medan

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi remaja
Meningkatkan koping adaptif terhadap stressor yang dialami, dengan
memanfaatkan support system yang ada, khususnya dari keluarga
2. Bagi orang tua/keluarga
Mampu meningkatkan dukungan yang diberikan pada remaja khususnya pada
aspek informasional dan penghargaan.
3. Bagi pihak Sekolah
Dapat menjadi acuan untuk memberikan dukungan kepada guru BK dalam
menjalin kerjasama dan komunikasi dengan orangtua mengingat pentingnya
dukungan sosial keluarga bagi kesehatan jiwa remaja.
4. Peneliti selanjutnya
5

Penelitian ini dapat dijadikan sarana dan sumber untuk mengembangkan


pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian keperawatan..
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dukungan Keluarga

2.1.2. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga


didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu
ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota
keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal
balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang disebabkan
oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2014)

Menurut Duval keluarga merupakan sekumpulan orang yang


dihubungkan oleh ikatan perkawinan,adopsi,kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan upaya yang umum,meningkatkan
perkembangan fisik mental,emosional dan social dari tiap anggota keluarga
(Harnilawati,2013).

2.1.3. Fungsi Keluarga

Macam-macam Fungsi Keluarga Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut


penjelasannya antara lain (Wirdhana et al., 2013) :
a. Fungsi Keagamaan
Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal,
menanamankan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai
agama, sehingga bisa menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak baik
dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Fungsi Sosial Budaya

6
7

Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada seluruh anggota


keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial budaya bangsa yang
beraneka ragam dalam satu kesatuan.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak dengan
anak, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga
menjadi tempat utama bersemainya kehidupan yang punuh cinta kasih lahir
dan batin.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam
menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap anggota
keluarganya.
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan keturunannya yang
sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat menunjang kesejahteraan
umat manusia secara universal.
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan arahan kepada keluarganya
dalam mendidik keturunannya sehingga dapat menyesuaikan kehidupannya
di masa mendatang.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagaiunsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
h. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap anggota
keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras, dan
seimbang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan lingkungan yang
setiap saat selalu berubah secara dinamis.
Sementara menurut WHO fungsi keluarga terdiri dari (Ratnasari, 2011) :
8

a. Fungsi Biologis meliputi : fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara


dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga, serta
memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi Psikologi meliputi : fungsi dalam memberikan kasih sayang dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga,serta memberikan identitas
keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi meliputi : fungsi dalam membina sosialisasi pada anak,
meneruskan nilai-nilai keluarga, dan membina norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
d. Fungsi Ekonomi meliputi : fungsi dalam mencari sumber-sumber
penghasilan, mengatur dalam pengunaan penghasilan keluarga dalam 8
rangka memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga di masa mendatang.
e. Fungsi Pendidikan meliputi : fungsi dalam mendidik anak sesuai dengan
tingkatan perkembangannya, menyekolahkan anak agar memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, serta mempersiapkan anak dalam
mememuhi peranannya sebagai orang dewasa untuk kehidupan dewasa di
masa yang akan datang.

2.1.3 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Friedman (2010) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang


harus dilakukan yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan
kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
9

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggungjawab


keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahannya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat
bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan
oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat
meminta bantuan kepada orang dilingkungan sekitar keluarga.
3) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak
dapat membantuk dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan
lanjutan agar masalah yang lebih prah tidak terjadi.
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga memainkan
peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan
kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan
keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan
anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang
sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga
mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif
terhadap pelayanan kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota
keluarga mengenai sehat sakit.
10

2.1.4 Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2013), dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus
menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus
pada interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana
yang dievaluasi oleh individu. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan
dan bantuan jika diperlukan
Keluarga merupakan support system terdekat bagi remaja. Orangtua
mempunyai peran untuk melindungi dan mengasuh anak dalam menjalani
proses tumbuh kembangnya. Pola asuh orangtua akan berpengaruh pada
kematangan emosi remaja, yang pada akhirnya berdampak pada perilaku
remaja (Arsyam, 2016).
Selain pola asuh, dukungan keluarga juga berperan penting dalam proses
tumbuh kembang remaja. Dukungan keluarga diharapkan mampu
memfasilitasi remaja untuk beradaptasi dalam menjalani masa transisi.
Dukungan keluarga dapat diberikan dalam bentuk informasi, instrumental,
emosional, dan penghargaan.
Optimalisasi dukungan keluarga dalam menghadapi remaja pubertas dapat
dilakukan dengan menggunakan modul praktis yang mudah dimengerti oleh
keluarga. Optimalisasi peran keluarga tersebut dapat dilakukan melalui
pelatihan, pendampingan dan konseling dalam menghadapi remaja pubertas.
Aktivitas ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap orang tua dalam menghadapi dan memberikan dukungan kepada remaja,
sehingga remaja mampu berperilaku adaptif (Triyanto, 2014).
5. Jenis Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2013) sumber dukungan keluarga terdapat berbagai
macam bentuk seperti :
11

1) Dukungan informasional Dukungan informasional adalah keluarga


berfungsi sebagai pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang
pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan
suatu masalah.
2) Dukungan penilaian atau penghargaan Dukungan penilaian adalah keluarga
yang bertindak membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai
sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan
support, penghargaan, perhatian. 14
3) Dukungan instrumental Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan
sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal
kebutuhan keuangan, makan, minum dan istirahat.
4) Dukungan emosional Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat
yang aman dan damai untuk istirahat serta pemulihan dan membantu
penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian.

2.2. DEPRESI PADA REMAJA


2.2.1 Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan yang berupa hilangnya
minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasa dan pada waktu yang
lampau. Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dalam rentang
respon emosi dari adaptif sampai maladaptif. Respon depresi merupakan
emosi yang maladaptif (Kusnadi,2015).

Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di dalam


kehidupan seseorang yang ditandai dengan gangguan emosi, motivasi,
fungsional gerakan tingkah laku, dan kognitif. Seseorang yang mengalami
depresi cenderung tidak memiliki harapan atau perasaan patah atau
ketidakberdayaan yang berlebihan sehingga dia tidak mampu berkonsentrasi
dan membuat keputusan, selalu tegang dan adanya keinginan untuk
12

mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Depresi merupakan salah satu gangguan
mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman
subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal
yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi
emosional saat itu Kaplan & Sadock (2010 dalam Relang ,Rizky Mulyadi
2016)

2.2.2 Gejala-gejala Depresi


Gejala-gejala depresi menurut Kusnadi (2015) adalah:
a. Gejala fisik
Pada gejala fisik dari orang yang mengalami depresi akan terjadi keluhan
fisik (somatic), seperti sakit kepala atau pusing, rasa nyeri lambung dan
mual bahkan muntah-muntah, nyeri dada, dan sesak nafas, gangguan tidur
(sulit tidur), penurunan libido dan agitasi, jantung berdebar-debar, retardasi
psikomotor, tidak nafsu makan atau makan berlebihan, diare, lesu dan
kurang bergairah, gerakan lambat dan berat badan turun, dan terjadinya
gangguan menstruasi, atau impotensi dan tidak respons pada hubungan
seks.
b. Gejala Psikis
Gejala-gejala gangguan kognitif pada klien depresi terlihat dari
ketidakmampuan berpikir logis, berkurangnya konsentrasi, hilangnya daya
ingat, dan disorientasi. Adapun gejala-gejala gangguan afektif meliputi
mudah marah dan gampang tersinggung, malu, cemas, bersalah disertai
dengan perasaan terbebani, hilangnya percaya diri, karena mereka selalu
menilai dari sisi pribadinya, seperti menilai orang lain sukses, kaya, dan
pandai, sementara diri saya tidak ada apa-apa (merasa tidak berguna) dan
merasa diri terasing dalam lingkungan dan putus asa.

Gejala-gejala gangguan perilaku pada klien depresi terlihat dari rasa


kecemasan yang berlebihan dan tidak dapat mengontrol tingkah laku,
13

seperti berjalan mondar-mandir tanpa tujuan, bingung karena tidak bisa


mengambil keputusan dan melakukan aktivitas, sedih yang mendalam,
wajah tampak murung, pandangan mata kosong (melamun), merasa tidak
ada lagi orang lain yang mau menyayanginya atau mempedulikan seningga
ada pemikiran untuk bunuh diri. Hal ini disertai halusinasi yang
mengatakan dirinya tidak berguna dan tidak ada perhatian pada kebersihan
diri.
c. Gejala sosial
Gejala-gejala gangguan sosial pada klien depresi terlihat dari keinginan
untuk menyendiri dan tidak mau bergaul, merasa malu dan bersalah apabila
berkomunikasi dengan orang yang dianggap lebih behasil, sukses, cantik,
dan pandai. Klien merasa minder, kurang percaya diri untuk membina
relasi sosial sekalipun pada anggota keluarganya dan tidak memedulikan
pada situasi (Herri Zan Pieter, 2011).

2.2.3. Jenis Depresi


a. Menurut gejalanya, menurut (Kusnadi ,2015):
1) Depresi neurotik
Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang
menyedihkan, tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya.
Penderitanya seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului
penyakit, misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik
berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi
neurotik bisa merasa gelisah, cemas, dan sekaligus merasa depresi.

2) Depresi psikotik
Secara tegas istilah “psikotik” harus dipakai untuk penyakit depresi
yang berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.

3) Psikosis depresi manik


14

Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali


disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami
gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas, tetapi
kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah,
dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut ‘mania’.

4) Pemisahan diantara keduanya


Para dokter membedakan antara depesi neurotik dan psikotik, tidak
hanya berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya
perilaku orang tersebut.

b. Menurut penyebabnya, menurut (Kusnadi, 2015):


1) Depresi reaktif
Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar, seperti
kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.
2) Depresi endogenius
Pada depresi endogenius, gejalanya tanpa dipengarauhi faktor lain.

3) Depresi primer dan sekunder


Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang
disebabkan penyakit fisik atau psikiatrik atau kecanduan obat atau
penyebab ini (depresi primer). Penggolongan ini lebih banyak
digunakan untuk penelitian tujuan perawatan.

c. Menurut arah penyakit, (Kusnadi ,2015):


1) Depresi tersembunyi
Diagnosis depresi tersembunyi kadang-kadang dibuat bilamana depresi
dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat
diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata
15

atau hipokondria atau sebaliknya, berupa perilaku yang tidak dapat


diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.

2) Berduka
Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan
terhadap suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan
itu mampu menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat
kesedihan yang menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang
yang dicintai dan penyesuaian kembali.

3) Depresi pasca lahir


Banyak wanita yang kadang-kadang mengalami periode gangguan
emosional dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi, ketika
emosi mereka masih labil dan mereka merasa sedih dan suka
menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau dua hari
kemudian berlalu.

2.2.4. Gambaran Klinis Depresi

Depresi pada lansia adalah proses patologis, bukan merupakan proses


normal dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya
dengan mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun, lansia
cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya
banyak diantara mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri dan
biasanya sulit untuk di diagnosis (Iskandar, 2012).
a. Perubahan Fisik
1) Nafsu makan menurun
2) Gangguan tidur
3) Kelelahan dan kurang energi
4) Agitasi
5) Nyeri, sakit kepala, otot keram dan nyeri tanpa penyebab fisik
16

b. Perubahan pikiran
1) Merasa bingung, lambat dalam berpikir, konsentrasi menurun
dan sulit mengingat informasi.
2) Sulit membuat keputusan, selalu menghindar
3) Kurang percaya diri
4) Selalu merasa bersalah dan tidak mau dikritik
5) Pada kasus berat sering dijumpai halusinasi dan delusi
6) Adanya pikiran untuk bunuh diri
c. Perubahan perasaan
1) Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis
2) Merasa bersalah dan tak berdaya
3) Tidak adanya perasaan
4) Merasa sedih
5) Sering menangis tanpa alasan yang jelas
6) Iritabilitas, marah dan terkadan agresif
d. Perubahan pada kebiasaan sehari-hari
1) Menjauhkan diri dari lingkungan sosial dan pekerjaan
2) Menghindari membuat keputusan
3) Menunda pekerjaan rumah
4) Penurunan aktivitas fisik dan latihan
5) Penurunan perhatian terhadap diri sendiri

2.2.5 Faktor penyebab timbulnya depresi

Faktor penyebab depreso yang dikemukakan Lubis (2009) yaitu:


a. FaktorFisik
1) Faktor Genetik
Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat
memiliki risiko lebih besar menderita gangguan depresi dari pada
masyarakat pada umumnya.
2) Susunan Kimia Otak danTubuh
17

Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang
besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi
ditemukan adanya perubahan akibat pengaruh bahan kimia seperti 12
mengkonsumsi obat-obatan, minum-minuman yang beralkohol, dan
merokok.
3) Faktor Usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu
remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Namun sekarang
ini usia rata-rata penderita depresi semakin menurun yang menunjukkan
bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak terkena depresi.
4) Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi dari pada
pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, karena wanita
lebih sering mengakui adanya depresi dari pada pria dan dokter lebih
dapat mengenali depresi pada wanita.
5) Gaya Hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit
misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi.
6) Penyakit Fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut karena
mengetahui seseorang memiliki penyakit serius dapat mengarahkan
pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri (self-esteem),
juga depresi.
7) Obat-obatanTerlarang
Obat-obatan terlarang telah terbukti dapat menyebabkan depresi karena
mempengaruhi kimia dalam otak dan menimbulkan ketergantungan.
8) Kurangnya Cahaya Matahari
Kebanyakan dari seseorang merasa lebih baik di bawah sinar
mataharidari pada hari mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada
beberapa individu. Mereka baik-baik saja ketika musim panas tetapi
18

menjadi depresi ketika musim dingin. Mereka disebut menderita


seasonal affective disorder (SAD).
b. Faktor Psikologis
1) Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya
depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada narapidana
yang lebih rentan terhadap depresi, yaitu yang mempunyai konsep diri
serta pola pikir yang negatif, pesimis, juga tipe kepribadian introvert
salah satu aspek kepribadian itu adalah penyesuaian diri. Penyesuaian
diri adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
berasal dari diri seseorang seperti keluarga, masyarakat, dan luar diri
individu seperti lingkungan sosial, antara lain melalui gambaran diri
yang positif, hubungan interpersonal yang baik dengan keluarga dan
lingkungan sosial, kemampuan mengontrol emosi dan rasa percaya diri.
2) Pola Pikir
Pada tahun 1967 psikiatri Amerika Aaron Beck menggambarkan pola
pemikiran yang umum pada depresi dan dipercaya membuat seseorang
rentan terkena depresi. Secara singkat, dia percaya bahwa seseorang
yang merasa negatif mengenai diri sendiri rentan terkena depresi.
3) Harga Diri (self-esteem)
Harga diri yang rendah akan berpengaruh negatif pada seseorang yang
bersangkutan dan mengakibatkan seseorang tersebut akan menjadi stres
dan depresi.
4) Stres
Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah, atau
stres berat yang lain dianggap dapat menyebabkan depresi. Reaksi
terhadap stres sering kali di tangguhkan dan depresi dapat terjadi
beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi.
5) Lingkungan Keluarga
19

Ada tiga hal seseorang menjadi depresi di dalam lingkungan keluarga


yaitu dikarenakan kehilangan orangtua ketika masih anak-anak, jenis
pengasuhan yang kurang kasih saying ketika kecil, dan penyiksaan fisik
dan seksual ketika kecil.
6) Penyakit Jangka Panjang
Ketidaknyamanan, ketidakmampuan, ketergantungan, dan
ketidakamanan dapat membuat seseorang cenderung menjadi depresi.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab depresi yang dipaparkan
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang
mempengaruhi depresi dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor
fisik dan faktor psikologis. Semua faktor depresi ini pada umumnya
dikarenakan stres yang berkepanjangan, sehingga menimbulkan depresi
dengan faktor yang berbeda-beda.

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian

Menurut WHO, remaja adalah remaja adalah penduduk dalam rentang


usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah
(WHO, 2014)

1. Fase Remaja
Fase Remaja Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia
10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.246 Masa remaja adalah
masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa. Pada masa
ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik
20

maupun mental. Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam


tahapan berikut ini 247:
1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih hanya
satu tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14 tahun.
Dikatakan juga fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang
cenderung negatif. Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi antara anak
dengan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu karena
mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja
menunjukkan peningkatan reflektivenes tentang diri mereka yang berubah
dan meningkat berkenaan dengan apa yang orang pikirkan tentang mereka.
Seperti pertanyaan: Apa yang mereka pikirkan tentang aku ? Mengapa
mereka menatapku? Bagaimana tampilan rambut aku? Apakah aku salah
satu anak “keren”? dan lain lain.
2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai
puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam
banyak hal terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri karena masa ini,
statusnya tidak jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai
orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat keputusan
sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas
sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan
semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga.248
3. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan dirinya; caranya
lain dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat
dan mempunyai energi yang besar. Ia berusaha memantapkana identitas diri,
dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional.
21

2.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini disusun berdasarkan tinjauan


pustaka dimana penelitian ini tentang Hubungan Dukungan Sosial Keluarga
dengan tingkat depresi pada Remaja Di SMAN 4 Medan. Sesuai dengan
tujuan penelitian, maka hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai
berikut.
Skema 2.1.

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Sosial Tingkat depresi


Keluarga remaja

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Hubungan yang diteliti

2.5. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan depresi pada


remaja di SMAN 4 Medan
Ho : Tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan depresi pada
remaja di SMAN 4 Medan
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian Analitik Korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional
karena peneliti ingin melihat hubungan antara dukungan sosial keluarga
dengan depresi pada remaja di SMAN 4 Medan

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian


3.2.1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 dan
3 di SMAN 4 Medan yang aktif pada TA 2018-2019, berusia 13-17 tahun
dengan jumlah 470 orang

3.2.2 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampling propotionated stratified random sampling . yaitu mengambil sample
dengan memperhatikan strata (tingkatan) di dalam populasi secara acak.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas 2 dan kelas 3 di SMA N 4 Medan
yang hadir saat dilakukan penelitian. Karena populasi lebih dari 100 orang,
maka sampel yang digunakan sebanyak 20% dari jumlah populasi
N= 470 x 20%
N= 94
Tabel 3.1
Besar sampel tiap kelas XI dan XII di SMAN 4 Medan dengan n=94
No. Kelas Jumlah Siswa Sampel Jumlah Sampel
1. XI/1 55 (55/470)x94 11
2. XI/2 56 (56/470)x94 12
3. XI/3 43 (43/470)x94 9

22
23

4. XI/4 40 (40/470)x94 8
5. XI/5 51 (51/470)x94 10
6 XII/1 40 (40/470)x94 8
7. XII/2 46 (46/470)x94 9
8. XII/3 51 (51/470)x94 10
9 XII/4 42 (42/470)x94 8
10. XII/5 46 (46/470)x94 9

a. kriteria inklusi
 Siswa SMAN 4 yang aktif pada TA 2018-2019
 Berusia 13-17 tahun
 Bersedia menjadi responden
 Kelas XI dan XII

3.3 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian


3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 4 Kota Medan
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai tanggal 10 Oktober sampai 20
Desember 2019.
3.4 Defenisi Operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
24

Variabel Bentuk nyata dari Kuisioner Tinggi = Ordinal


Independen : kepedulian keluarga berupa yang 52-68
Dukungan dukungan emosional, terdiri
Sosial informasi, instrumental dan dari 17 Sedang
keluarga dukungan penghargaan pertanyaa =35-51
terhadap remaja yang n.
mengalami masalah Kurang=17-
psikososial seperti depresi 34

Variabel Kondisi abnormal yang Kuisioner 0 = Tidak Ordinal


Independen: dialami remaja seperti DASS sesuai
Tingkat mood yang buruk, yang dengan saya
Depresi anhedonia (kehilangan rasa terdiri sama sekali.
senang pada kegiatan yang dari 42 1= Sesuai
sebelumnya terasa pertanyaa dengan saya
menyenangkan), dan n. sampai
penurunan energi (atau tidak
peningkatan rasa mudah tertentu. 2=
lelah). Sesuai
dengan saya
sampai
batas yang
dapat
dipertimban
gkan. 3 =
Sangat
sesuai
dengan
saya.(Lovib
25

ond. S. H&
Lovibond.P.
F , 1995)

A. Aspek Pengukuran
Pada penelitian ini instrument yang digunakan dalam 2 bagian kuisioner yaitu:
1. Variabel Independen : dukungan keluarga
Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuisioner yang diambil dari
penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Dian (2017) dengan nilai cronbach
alpha 0.8 Untuk mengukur dukungan keluarga terdapat 17 pertanyaan
dengan alternative jawaban “selalu” , “sering” , “jarang”, “tidak pernah”jika
responden menjawab”selalu” diberi skor 4 jika responden menjawab”
sering”diberi skor 3, jika responden menjawab “jarang” maka diberi skor 2,
jika responden menjawab “tidak pernah”maka diberi skor 1, maka skor
tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Untuk mengkategorikan
dukungan sosial baik dan buruk digunakan rumus hidayat (2007) yaitu :
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
P= bk

Ket :
P : Nilai yang dicari
R : Skor tertinggi-skor terendah
Bk: Banyak kategori
skor tertinggi−skor terendah
P= bk
68−17
P= 3
51
P= 3

P = 17
Maka kategorinya :
26

Baik = 52-68

Cukup =35-51

Kurang = 17-34

2. Variabel Independen : tingkat depresi


Untuk mengukur tingkat depresi terdapat 42 pertanyaan
menggunakan Depression Anxiety Stress Scale (DASS) . Skala
Pengukuran Dass (Depression Anxiety Stress Scale) yang di pelopori oleh
lovibond (1995) DASS terdiri dari 42 item pertanyaan yang
menggambarkan tingkat stress dan kecemasan. Menurut Lovibond (1995)
yang dikutip oleh Crawford & Henry (2003) dalam jurnalnya yang
berjudul “DASS :Normative data & latent structure in large non-clinical
sample”. Skor dari depresi, kecemasan, dan stres dihitung dengan
menjumlahkan skor untuk item yang relevan. Item dari skala depresi
adalah pertanyaan nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38,
42. Item skala kecemasan pertanyaan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25,
28, 30, 36, 40, 41, dan item skala stres adalah pertanyaan nomor 1, 6, 8,
11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39 dengan pilihan jawaban 0-3. Nilai
0 tidak pernah sama sekali, 1 kadang-kadang, 2 sering, dan 3 sering
sekali. DASS mempunyai tingkatan discrimant validity dan mempunyai
reliabilitas sebesar 0,91 yang diolah berdasarkan penilaian Cronbach’s
Alpha.

rumus hidayat (2007) yaitu :


𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
P= bk

Ket :
P : Nilai yang dicari
R : Skor tertinggi-skor terendah
Bk: Banyak kategori
27

skor tertinggi−skor terendah


P= bk
−17
P= 3

B. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data


1. Alat Pengumpulan Data
a. Variabel Independen
Alat pengumpulan data pada variabel Dukungan Keluarga adalah lembar
Kuesioner dukungan sosial dan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale
(DASS). Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman rank.

2. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam melakukan penelitian, peneliti melakukan
beberapa prosedur pengumpulan data yaitu:
Prosedur pengumpulan data akan dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi
izin pelaksanaan penelitian dari institusi Program Studi Farmasi dan Ilmu
Kesehatan USM Indonesia pada tangal. 10 Oktober sampai 20 Desember
2019. diantarkan ke SMAN 4 Medan.
a. Peneliti melakukan survey awal terhadap remaja di SMAN 4 Medan
b. Selanjutnya peneliti melaporkan hasil survey kepada Pihak Sekolah.
c. Kemudian peneliti menunggu surat balasan dari Pihak Sekolah yang akan di
gunakan untuk memperoleh data remaja.
d. Selanjutnya peneliti mendapat jumlah remaja kelas XI dan
e. Setelah mendapatkan izin dari sekolah, peneliti akan melaksanakan
pengumpulan data penelitian.
f. Peneliti akan mengambil calon responden dengan cara purposive sampling,
jumlah sampel 94 orang remaja Dilakukan selama satu minggu hari dengan
cara membagikan kuesioner kepada remaja
28

g. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden akan diminta untuk
menandatangani Informed Consent.
h. Responden akan diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti
dengan mengisi sendiri kuisioner yang telah diberikan. Setelah kuesioner diisi
peneliti mengecek satu persatu.
i. Setelah dilakukan pengecekan terhadap kuesioner, peneliti kemudian akan
mengumpulkan kuisioner untuk dilakukan analisa data dengan bantuan
komputerisasi

C. Etika Penelitian
Selama penelitian, responden di lindungi dengan memperhatikan aspek-aspek
self determination, privacy, and anonmymity, beneficience, maleficience, justice
(Polit & Beck, 2013). Penelitian ini di lakukan setelah mendapat persetujuan
dengan menekankan masalah etika sebagai berikut :
1. Tekad Individu (Self determination)
Prinsip self determination di jelaskan bahwa responden diberi kebebasan oleh
penulis untuk menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia ikut dalam
penelitian atau tidak tanpa paksaan. Setelah respon bersedia, maka langkah
selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dantujuan serta manfaat penelitian,
kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden, setelah setuju respon
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subjek penelitian
atau informed consent yang di sediakan.

2. Kerahasiaan (Privacy and Anonmymity)


Prinsip etika Privacy and Anonmymity yaitu prinsip menjaga kerahasiaan
informasi responden dengan tidak mencantumkan nama, tetapi hanya
menuliskan kode inisial dan hanya di gunakan untuk kepentingan peneliti.

3. Keadilan (Justice)
29

Justice merupakan prinsip etik yang memandang keadilan dengan


memberikan keadilan bagi responden dan perlakuan sama kepada semua
responden.

4. Persetujuan (Informed Consent)


Informed Consent merupakan persetujuan atau izin yang diberikan oleh
responden untuk memperbolehkan dilakukannya suatu tindakan atau
perlakuan.

D. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Mnurut Notoadmojo (2010) detelah data-data dikumpulkan, langkah
selanjutnya adalah menolah data sedemikian rupa dengan menggunakan
program computer, langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah :

a. Editing
Peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian
kuesioner dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden.Kuesioner
untuk pernyataan dukungan keluarga berjumlah 17 pernyataan, serta skala
depresi ada 15 pernyataan.Bila pernyataan telah terjawab, maka setiap
pernyataan diperiksa dan disesuaikan dengan pengkategorian jawaban.

b. Coding
Pernyataan-pernyataan yang telah dijawab diberi kode tertentu agar
mempermudah peneliiti dalam pengolahan data.Pada tahap ini pula
peneliti memberikan skor pada pernyataan yang telah dijawab. Untuk
jawaban pernyataan dukungan keluarga memilih “selalu” diberi skor 4,
yang memilih “sering” diberi skor 3, yang memilih “jarang” diberi skor 2,
yang memilih “tidak pernah” diberi skor 1.
30

c. Entry
Tahap ini memasukkan data kedalam komputer dengan menggunakan
program Excel ke dalam SPSS 16 dan diolah dengan menggunakan uji
statistikRank Sperman dengan sistem komputerisasi.

d. Tabulating
Setelah selesai memberikan penilaian kemudian dilakukan tabulasi dengan
memasukkan semua jawaban kedalam table distribusi frekuensi untuk
mempermudah analisa data lalu diinterprestasikan.

2. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen (dukungan keluarga) dengan variabel dependen
(depresi), dimana analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan program
system komputerisasi.
Adapun tahap-tahap analisa data sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian, pada
umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari
tiap variabel (Notoatmojo, 2010).P ada penelitian ini analisis univariat
dilakukan untuk mengetahui distribusi dan presentasi pada variabel
Dukungan Sosial keluarga dan Tingkat Depresi pada Remaja Di SMAN 4
Medan

b. Analisa Bivariat
Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi (Notoatmojo, 2010). Variabel yang akan dianalisa secara
bivariat adalah Dukungan Sosial keluarga dengan Tingkat Depresi Remaja
di SMAN 4 Medan, digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
Dukungan keluarga dengan Tingkat Depresi di SMAN 4 Medan. Analisa
31

data dilakukan dengan uji Korelasi Rank Spearman dengan derajat


kepercayaan 95%. Hubungan dua variabel dikatakan ada hubungan
apabila nilai P < 0,05.
32

DAFTAR PUSTAKA

Aidyn L. Iachini, Elizabeth Levine Brown, Annahita Ball, Jennifer E. Gibson &
Steven E. Lize. 2015. School mental health early interventions and academic
outcomes for at-risk high school students: a metaanalysis, Advances in School Mental
Health Promotion, 8:3, 156-175, DOI: 10.1080/1754730X.2015.1044252

Astuti, Yuli. 2016. Hubungan dukungan sosial orangtua dengan strategi koping
berfokus masalah siswa SMKN 3 Yogyakarta. Ejournal Bimbingan dan Konseling
(1:5) Baron, Robert A. & Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh. Jilid
2. (Penerjemah: Ratna Djuwita, dkk). Jakarta: Erlangga. BKKBN. 2012. Fenomena
Kenakalan Remaja. available from: http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispF
orm.aspx?ID=673&ContentTypeId=0x01 003DCABABC04B7084595DA364423D
E7897 Bridge, A.J, Goldstein, R.T, David, A.D. 2006. Adolescent suicide and
suicidal behavior. Journal of Child Psychology and Psychiatry 47:3/4
doi:10.1111/j.14697610.2006.01615.x Camara, Maria, Gonzalo Bacigalupe &
Patricia Padilla (2017). The role of social support in adolescents: are you helping me
or stressing me out?. International Journal of Adolescence and Youth, 22:2, 123-136,
DOI: 10.1080/02673843.2013.875480 Coombs. T. 2005. Australian Mental Health
Outcomes and Classification Network.Availablefrom:http://amhocn.org
/static/files/assets/bae82f41/MHI_Manual. pdf Coley, et al. 2018. Locating economic
risk for adolescent mental & behavioral health: poverty and affluence in family,
neighborhoods, and school. Child Development (18:1). Davdson G C. 2006.
Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Gravindo Persada. Department of Health and
Ageing. 2003. Mental health national outcomes and casemix collection: Overview of
clinician-rated and consumer selfreport measures. Available from:
http://www.mhcc.org.au/documents/NOC C Measures Overview Arsyam, Syurkianti;
Tofan A.W; Murtiani. 2016. Hubungan antara pola asuh orangtua dengan terjainya
depresi pada remaja di SMAN 1 Sinjai Timur. Journal of Islamic Nursing. Vol 1:2.
Darmayanti. 2016. Meta-analisis: gender dan depresi pada remaja. Jurnal Psikologi.
Vol 35:2. Espelage & Holt. 2012. Suicidal ideation and School Bullying experience
33

after controlling for depression and delliguency.Journal of Adolescent health.


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/237 90197. Fagel, Selene, Sonneville, Leo de,
Engeland, Herman van, & Swaab, Hanna. 2014. School-associated problem behavior
in childhood and adolescence and development of adult schizotypal symmptoms:a
follow-up of a clinical cohort. Journal Abnorm child psychol, 42, 813-823. Friedman.
2010. Keperawatan Keluarga: Teori & Praktik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai