Anda di halaman 1dari 27

Manajemen Keperawatan

“Konferensi Keperawatan, Timbang Terima dan


Ronde Keperawatan”

Dosen Pengampu : Ibu Indri Erwhani

Disusun Oleh :

Mitha Syarah : (SR172110046)


Santri Sancaya : (SR172110061)
Fitri Handayani : (SR172110043)
Tri Febrianti : (SR172110052)
Indah Januarti : (SR172110035)
Raihan S : (SR172110047)
Ferdinan P : (SR172110082)
Jihan Milenia T : (SR172110058)
Irfan Ramadhana : (SR172110055)

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran danfungsi


mandiri merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme
pelayanan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan danperubahan memerlukan
pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada
harus bersifat kondusifdengan belajar tentang konsep pelayanan keperawatan
dan langkah-langkah konkret dalam pelaksanaannya. Profesionalisme dalam
pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan
fungsi perawat, terutama perandan fungsi mandiri perawat.

Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar pearawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian
shift, yaitu dengan adanya coference, timbang terima, dan ronde keperawatan
pada klien. Conference merupakan pertemuan tim yang di lakukan setiap hari.
Conference di lakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore
atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana, sedangkan
timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima seuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara
singkat yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dari cofenrence, timbang terima dan ronde

keperawatan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep dari konferensi keperawatan

2. Mengetahui konsep dari timbang terima

3. Mengetahui konsep dari ronde keperawatan

D. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa

Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai konferensi keperawatan,

timbang terima dan ronde keperawatan.

2. Institusi

Dapat dijadikan sumber referensi bagi penulis selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KONFERENSI KEPERAWATAN

1. Konferensi (Conference)
a. Pengertian Conference

Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa

aspek klinik dan kegiatan konsultasi (Syah Putra, C, 2016).

Menurut Suarli dkk, (2002) Conference adalah diskusi

kelompok tentang penyusunan asuhan keperawatan dengan

tujuan untukmempertahankan asuhan keperawatan agar tetap

terbaru dan dapat di pergunakan secara konstan.

Menurut Sain, l (2010) Conference merupakan pertemuan

tim yang di lakukan setiap hari. Conference di lakukan

sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau

malam sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana.

Adapun panduan bagi perawat pelaksana dalam melakukan

conference adalah Sebagai berikut Conference dilakukan

setiap hari segera setelah di lakukan pergantian dinas pagi

atau sore sesuai dengan jadwal perawat pelaksana, conference

di hadiri oleh perawat pelaksana dalam tim nya masing-


masing. Penyampaian perkembangan dan masalah klien

berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang di

laporkan dinas malam (Sitorus, R, 2006).

b. Tujuan Conference

1) Merencanakan asuhan pasien secara individual

Conference akan membahas bentuk asuhan klien secara

individual dan komprehensif setiap staf yang terlibat

dapat memberikan masukan.

2) Mengkoordinasi semua pelayanan yang sesuai

Hal ini bertujuan agar kelompok menjadi lebih mengerti

tentang pelayanan yang di berikan kepada pasien agar

dapat di gunakan secara maksimal.

3) Meningkatkan semangat kooperatif

Selama Conference staf dapat berkerja sama dan belajar

lebih banyak serta terlibat dalam perencanaan dan

pemberian asuhan keperawatan. Hal ini bertujuan agar

masing-masing anggota mampu bekerja dengan baik

sehingga akan meningkatkan semangat kooperatif.

4) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman staf

keperawatan dalam Conference semua hal tentang klien

di diskusikan bersama sehingga tergambar peran dari


masing-masing komponen yang terlibat dalam asuhan

klien. Semua instruksi dan informasi serta etika dalam

menjaga kerahasiaan informasi tentang klien di bicarakan

dalam conference (Suarli dkk, 2002).

c. Pedoman Pelaksanaan Conference

1) Sebelum di mulai tujuan conference harus di jelaskan.

2) Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika

kelompok.

3) Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus

diskusi tanpa mendiminasi dan memberi umpan balik.

Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara

periodik.

4) Waktu yang di gunakan 20-30 menit.

5) Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta,

keinginan mengambil tanggung jawab dan menerima

pendekatan serta pendapat yang berbeda.

6) Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat

diskusi.

7) Penyampaian perkembangan dan masalah klien

berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang

di lakukan oleh dinas malam.


8) Perawat primer mendiskusikan dan mengarahkan perawat

pelaksana tentang masalah yang terkait dengan

keperawatan klien.

9) Mengingatkan kembali standar prosedur yang di tetapkan.

10) Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,

kejujuran dan kemajuan masing-masing perawat

pelaksana.

11) Membantu perawat pelaksana menyelesaikan masalah

yang tidak dapat diselesaikan.

12) Pada saat menyimpulkan Conference ringkasan di

berikan oleh pimpinan dan kesesuaiannya dengan situasi

lapangan.

B. PRE CONFERENCE

1. Pengertian Pre Conference

Menurut Syah Putra, C (2016) Pre conference adalah diskusi

tentang aspek klinik sebelum melaksanakan asuhan keperawatan

pada pasien, sementara Post Conference adalah diskusi tentang

aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien.
Hasil penelitian Amalia E, dkk, (2015) meneliti tentang

hubungan pre dan post conference keperawatan dengan

pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD DR. Achmad Mochtar

Bukit tinggi, dari pelaksanaan asuhan keperawatan oleh ketua tim

dan supervise keperawatan oleh kepala ruangan akan lebih efektif

bila kegiatan pre post conference terlaksana dengan baik. Perawat

pada sift selanjutnya akan lebih mengerti rencana asuhan

keperawatan yang akan di berikan.

2. Tujuan Pre Conference

a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien

agar dapat merencanakan asuhan dan evaluasi hasil.

b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.

c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan

pasien.

3. Langkah – langkah pelaksanaan pre conference

a. Waktu : setelah operan

b. Tempat : Meja masing-masing tim

c. Penanggung jawab : Ketua tim atau PJ tim

d. Kegiatan :

1) Ketua tim atau PJ tim membuka acara.

2) Ketua tim atau PJ tim menanjakan rencana harian


masing–masing perawat pelaksana.

3) Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan

lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.

4) Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement.

5) Ketua tim atau PJ tim menutup acara.

C. POST CONFERENCE

1. Pengertian

Menurut Modul MPKP (2016), Post conference adalah

komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan

sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post

conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk

operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ

tim.

Menurut Sugiharto,dkk (2012) Kemampuan berkomunikasi

dapat dilihat dari kualitas post conference dan operan setiap

pergantian sif. Post conference merupakan kegiatan diskusi yang

dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana mengenai

kegiatan selama sif sebelum dilakukan operan sif berikutnya.

Kegiatan post conference sangat diperlukan dalam pemberian

pelayanan keperawatan karena ketua tim dan anggotanya harus


mampu mendiskusikan pengalaman klinik yang baru dilakukan,

menganalisis, mengklarifikasi keterkaitan antara masalah dengan

situasi yang ada, mengidentifikasi masalah, menyampaikan dan

membangun system pendukung antar perawat, dalam bentuk

diskusi formal dan professional. Proses diskusi pada post

conference dapat menghasilkan strategi yang efektif dan

mengasah kemampuan berfikir kritis untuk merencanakan

kegiatan pada pelayanan keperawatan selanjutnya agar dapat

berkesinambungan.

2. Tujuan Post Conference

Menurut Nursalam, (2002) Untuk memberikan kesempatan

mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan

masalah yang dijumpai. Pre conference yang di lakukan adalah :

a. Menentukan waktu post conference.

b. Mendiskusikan mengenai penyelesaian masalah klien.

c. Mendiskusikan kesenjangan yang di temukan antara

perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan.

d. Mendiskusikan dan menetapkan rencana tindakan

selanjutnya.
3. Langkah – langkah pelaksanaan post conference

a. Waktu : Sebelum operan ke dinas berikutnya.

b. Tempat : Meja masing–masing tim.

c. Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim

d. Kegiatan :

1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.

2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan

yang telah diberikan.

3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut

asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift

berikutnya.

4) Ketua tim atau PJ menutup acara.

Kemampuan berkomunikasi dapat di lihat dari kualitas

pre dan post conference dan operan setiap pergantian sif. Pre

dan post conference merupakan kegiatan diskusi yang di

lakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana mengenai

kegiatan selama sif sebelum di lakukan operan sif berikutnya

yang di pimpin oleh kepala ruangan. Kegiatan pre dan post

conference sangat di perlukan dalam pemberian pelayanan

keperawatan karena ketua tim dan anggotanya harus mampu

mendiskusikan pengalaman klinik yang baru di lakukan,

menganalisis, mengidentifikasi keterkaitan antara masalah


dengan situasi yang ada, mengidentifikasi masalah,

menyampaikan dan membangun sistem pendukung antar

perawat dalam bentuk diskusi formal dan professional.

Kegiatan pre dan post conference berpengaruh terhadap

operan. Apabila pre dan post conference dilakukan dengan

tidak baik maka informasi yang di berikan akan tidak baik,

maka informasi yang di berikan pada saat operan tidak akan

efektif.

4. SYARAT PRE DAN POST CONFERENCE

Syarat pre dan post confrence menurut Somantri (2011) yaitu :

a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan

keperawatan dan post conference dilakukan sesudah

pemberian asuhan keperawatan.

b. Waktu efektif yang diperlukan 10-15 menit.

c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang

keadaan pasien, perencanaan tindakan dan data-data yang

perlu ditambahkan jumlah anggota harus cukup.

d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua

tim dan anggota tim.

B. TIMBANG TERIMA
1. Definisi timbang terima

Agustin, Wijaya dan Habibi (2014) timbang terima adalah proses

transfer atau perpindahan informasi penting untuk asuhan

keperawatan pasien secara holistic dan aman yang bertujuan agar

pelayanan yang diberikan oleh setiap perawat saling

berkesinambungan. Overan merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan

dengan keadaan pasien. Overan pasien harus dilakukan seefektif

mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap

tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah

dan yang belum di lakukan serta perkembangan pasien saat itu.

Informasi disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan

keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Overan dilakukan oleh

perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung

jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan

(Nursalam,2021).

2. Tujuan Timbang Terima

Menurut Australian Health Cre and Hospitals Association/

AHHA (2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengindetifikasi,

mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam

berbagai pengaturan kesehatan. Menurut Nursalam (2021) tujuan


dilaksanakan timbang terima adalah

a. Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan

informasi yang penting.

b. Menyampaikan keadaan dan kondisi keadaan pasien (data

fokus).

c. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada pasien.

d. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh

perawat dinas berikutnya.

e. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

1) Tujuan Bagi perawat

a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

b) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggng jawab

antar perawat.

c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhada pasien yang

berkesinambungan.

d) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara

paripurna

2) Tujuan bagi pasien

Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila

ada yan belum terungkap (Nursalam,2012). Pelayanan

keperawatan merupakan pelayanan yang kompleks sehingga


aktivitas tinang terima dalam pelaya nan memiliki berbagai

bentuk atau tipe yang saling berhubungan dengan tujuan

pelayanan yang akan diberikan pada pasien selama dalam

perawatan. Beberapa bentuk atau timbang terima antara lain

a) On call responsibility yang merupakan timang terima

dalam bentuk pertanggungjawaban atas informsi

melalui telepon/informasi lisan.

b) Critical report yaitu bentuk pencatatan atas infromasi

hasil pemeriksaan penunjang seperti catatan

laboratorium.

c) Hospitas to community handover yaitu bentuk timang

terima dari fasilitas pelayanan rumah sakit ke rumah

fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.

Perpindahan pasien pada tingkat perawatan merupakan

suatu bentuk timbang terima yang dirujukan pada

perpindahan pasien dari perawaan kritikal ke perawatan

medical.

d) Nursing shift merupakan bentuk timbng terima yang

berhubungan dengan pergantian shift dalam pelayanan

keperawatan seperti pergantian dari dinas pagi ke dinas

sore.
e) Other transition in care yang merupakan perpindahan

dalam kegiatan pelayanan yang bersifat sementara

seperti kepemeriksaan radiologi, fisiotherapy atau ruang

operasi dikutip dari penelitian (Hidayaturahhman,

2016).

3) Persiapan

a) Operan (Handover) dilaksanakan setiap pergantian

shift/operan.

b) Prinsip operan terutama pada semua pasien baru masuk

dan pasien yang dilakukan operan khususnya pasien

yang memliki perasalahan yang belum/dapat teratasi

serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.

c) PP menyampaikan operan pada PP berikutnya mengenai

hal yang perlu disampaikan dalam operan antara lain :

• Jumlah pasien.

• Identitas pasien dan diagnosa medis.

• Data (keluhan/subjektif dan objektif).

• Masalah keperawatan yang masih muncul, intervensi

keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

(secara umum).

• Intervensi kolaborasi dan independen.


• Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukabb

(persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dan lain-

lain).

4) Pelaksanaan

a) Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga).

b) Keompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

c) Kepala ruangan membuka acara operan.

d) Perawat yang melakukan acara operan dapat melakukan

klarifikasi.

e) Tanya jawab dan melakukan validari terhadap hal-hal

yang terlah dioperkan dan berhak menanyakan

mengenai di hal-hal yang kurang jelas.

f) Kepala ruangan atau PP menannyaan kebutuhan dasar

pasien.

g) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat.

h) Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara

penuh terhadap masalah keprawata, kebutuhan dan

tindakan yang telah/belum dilaksanakan serta ha-hal

penting lainnya selama masa perawatan.

i) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian

yang matangg sebaiknya dicatat secara khusus untuk


kemduian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.

j) Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit

kecuali pada kondisi khusus yang memerlukan

keterangan yang rumit.

5) Post timbang terima (Handover)

a) Diskusi

b) Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada

format operan yang ditanda tangani oleh pp yang jaga

itu atau pp yang jaga perikutnya diketahui oeh kepala

ruang.

c) Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada

format operan yang ditanda tangani oleh pp yang jaga

saat itu dan pp yang jaga berikutnya diketahi oleh

kepala ruang.

d) Ditutup oleh karu (Nursalam, 2012)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbang terima

Faktor penghambat terdiri dari 8 elemen utama yaitu :

a. Hambatan komunikasi.

b. Masalah yang berhubungan dengan standar.

c. Ketersediaan sumber daya.

d. Faktor lingkungan.

e. Efektifitas waktu.
f. Kesulitan yang berhubungan dengan komplesitas keadaan

pasien.

g. Pendidikan dan pelatihan yang kurang serta faktor individu

Sedangkan faktor prndukung terdiri dari 7 elemen utama yaitu :

a. Keterampilan komunikasi.

b. Stratego standar timbang terima.

c. Penggunaan teknologi.

d. Dukungan lingkungan.

e. Pendidikan dan pelatihan.

f. Keterlibatan staf serta kepemimpinan (Agustin, Wijaya & Habibi

2014)

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima

a. Dilaksanakan tepat waktu pergantian shift.

b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau pergantian jawab pasien

(PP).

c. Diikuti oeh semua perawat yang telah dan akan dinas.

d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga

kerahasiaan pasien.

e. Operan (handover) harus berorientasi pada permasalahan pasien.

f. Pada saat operan di kamar pasien menggunakan volume suara

yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar


sesuatu yang rahasia bagi pasien. Sesuatu yang d anggap rahasia

sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat pasien.

g. Sesuatu yang mungking membuat pasien terkejut dan syok

sebaiknya dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2012).

c. RONDE KEPERAWATAN RONDE KEPERAWATAN

1. Definisi

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan klien Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi

masalah keperawatan klie yang dilaksanakan oleh perawat,

disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan yang dilaksanakan

oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu

harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan

seluruh anggota tim ( Nursalam 2002).

2. Karakteristik :

a. Klien dilibatkan secara langsung.

b. Klien merupakan fokus kegiatan.

c. Perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama.

d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas.

e. Perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengatasi masalah.
3. Tujuan :

a. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.

b. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang

berasal dari masalah klien.

c. Meningkatkan vadilitas data klien.

d. Menilai kemampuan justifikasi.

e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.

f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana

perawatan.

4. Manfaat :

a. Masalah pasien dapat teratasi.

b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional.

d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.

e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan

tepat dan benar.

5. Kriteria Pasien

a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun

sudah dilakukan tindakan keperawatan.

b. Pasien dengan kasus bartu atau langka.

6. Kriteria Evaluasi

a. Struktur
1) Persarata administrative (informed consent, alat dan lainnya).

2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde

keperawatan.

3) Persiapan dilakukan sebelumnya.

b. Proses

1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

2) Seluruuh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai

peran yang telah ditentukan.

c. Hasil

1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.

2) Masalah pasien dapat teratasi

3) Perawat dapat :

a) Menumbuhkan cara berikir yang kritis.

b) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.

c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.

d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis

keperawatan.

e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan

yang berorientasi pada masalah pasien.

f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

g) Meningkatkan kemampuan justifikasi.


h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

7. Metode

Diskusi

8. Peran Perawat :

a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)

Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan

yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa

disebutkan antara lain :

1) Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien.

2) Menjelaskan masalah keperawatan utama.

3) Menjelaskan masalah keperawatan utama.

4) Menjelaskan tindakan selanjtunya.

5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

6) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler.

1) Memberikan justifikasi.

2) Memberikan reinforcement.

3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan

serta tindakan yang rasional.

4) Mengarahkan dan koreksi.

5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.


9. Langkah – Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan

Tahap Pra

PP

Penetapan pasien

Persiapan pasien :
- Informed consent
- Hasil pengkajian/Validasi data

Penyajian, masalah - Apa diagnosis keperawatannya?


- Apa data yang mendukung?
- Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
-Apa hambatan yang ditemukan?

PP Konselor KARU Validasi Data

PP Konselor KARU

Kesimpulan dan
rekomendasi Solusi
masalah
10. Langkah-Langkah

Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah

sebagai berikut :

a. Pesiapan

1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.

2) Pemberian informed consent kepada klien atau keluarga.

b. Pelaksanaan Ronde

Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan

difokuskan.

1) Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau

telaH dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.

2) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta

rencana tindakan yang akan dilakukan.

3) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang

akan ditetapkan.

c. Pasca Ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta

menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.

1) Evaluasi, revisi dan perbaikan.

2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi

keperawatan selanjutnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Conference adalah diskusi kelompok tentang penyusunan asuhan

keperawatan dengan tujuan untukmempertahankan asuhan keperawatan

agar tetap terbaru dan dapat di pergunakan secara konstan. Pre conference

adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien, sementara Post Conference adalah diskusi

tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien. Dengan adanya ini kualitas pemberian asuhan keperawatan akan

mengalami peningkatan yang baik.

B. Saran
Agar mahasiswa dapat memahami dan menerapkan konsep dari
conference dan post conference untuk menciptakan manajemen keperawatan
yang lebih professional demi terciptanya pelayanan yang optimal terhadap
klien.

Anda mungkin juga menyukai