Anda di halaman 1dari 84

TUGAS

KEPERAWATAN MATERNITAS III

ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL PATOLOGI

“HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN”

Dosen Pengampu : Ns. Lili Fajria, S.Kep., M.Biomed

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

FADHIL AKBAR 1711312003


PUTRI RAHMADANI 1711311011
SITI RAHMA 1711312023
TIKA NELSYA PUTRI 1711313035

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan
antenatal patologis pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan” sehingga kami dapat
membuat serta menyelesaikan makalah ini. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami,
kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranya:
1.    Yang terhormat Ibu Ns. Lili Fajria, S.Kep,. M.Biomed selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Maternitas III.
2.    Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaian
makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Namun,
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan dalam
makalah ini sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut sehingga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 19 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ........................................................................................ i
Daftar isi .................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan ................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................. 1
1.2.1 Tujuan Umum .................................................................. 1
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................. 2

BAB II Tinjauan Pustaka ....................................................................... 3


2.1 Hipertensi Gravidarum ................................................. 3
2.1.1 Definisi................................... ....................................... 3
2.1.2 Penyebab ............................................... ....................... 3
2.1.3 Tanda dan gejala………………………………………….. 3
2.1.4 Klasifikasi………………………...................................... 3
2.1.5 Penatalaksanaan Medis…………..................................... 4
2.1.6 Analisa Jurnal…………………....................................... 5
2.2 Hipertensi Gestasional .............................................. …… 9
2.2.1 Defenisi ......................................................................... 9
2.2.2 Penyebab........................................................................ 9
2.2.3 Tanda dan gejala ............................................................ 10
2.2.4 Penatalaksanaan Medis…............................................... 10
2.2.5 Analisa Jurnal ............................... ............................... 11
2.3 Hipertensi Preeklampsia ................................................ 14
2.3.1 Definisi…………………….......................................…………… 14
2.3.2 Penyebab…………........................................ …………………… 15
2.3.3 Patofisiologi…………............................................................... 16
2.3.4 Tanda dan gejala…………........................................................ 16
2.3.5 Penatalaksanaan Medis…………............................................. 17
2.3.6 Analisa Jurnal………............................................................... 18

ii
2.4 Hipertensi Eklampsia .................................................... 22
2.4.1 Definisi....................................... ............................................. 22
2.4.2 Penyebab....................................... .......................................... 22
2.4.3 Patofisiologi....................................... ...................................... 22
2.4.4 Tanda dan gejala....................................... .............................. 22
2.4.5 Penatalaksanaan Medis....................................... .................... 23
2.4.6 Analisa Jurnal....................................... .................................. 23
2.5 HELLP Syndrome ........................................................ 26
2.5.1 Definisi...................................... ............................................. 26
2.5.2 Penyebab....................................... ......................................... 26
2.5.3 Tanda dan gejala....................................... .............................. 27
2.5.4 Klasifikasi....................................... ........................................ 28
2.5.5 Penatalaksanaan Medis....................................... .................... 29
2.5.6 Analisa Jurnal.......................................................................... 30
BAB III Penutup .................................................................................... 33
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 33
3.2 Saran .................................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perlu diketahui bahwa Hipertensi dalam Kehamilan sering ditemukan dan dapat
merupakan salah satu dari tiga besar (selain perdarahan & infeksi) penyebab kematian maternal.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vascular yang terjadi sebelum
kehamilan, saat kehamilan atau pada permulaan nifas.
Ditandai dengan hypertensi, oedema, proteinuria, convulsi, koma dan gejala – gejala
lainnya. Diagnosis hipertensi pada kehamilan ditegakkan bila TD sistole >140 mmHg dan
diastole >90 mmHg. Seorang wanita hamil boleh dicurigai menderita Hipertensi dalam
kehamilan, jika yang bersangkutan sering mengeluh pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan,
nyeri perut bagian atas, nafsu makan tidak ada, rasa mual dan muntah.
Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua Ibu yang sedang hamil, sehingga
pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar – benar dipahami
oleh semua tenaga medis baik di pusat maupun daerah. Salah satu penyebab kematian
perinatal adalah hipertensi yang menyebabkan preeklampsi dan eklampsia.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa/i terkait dengan asuhan keperawatan
antenatal hipertensi dalam kehamilan
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah memahami dengan baik mengenai asuhan keperawatan pada ibu hamil
antenatal hipertensi dalam kehamilan, penulis mampu :
a. Untuk mengetahui definisi patologi hipertensi dalam kehamilan
b. Untuk mengetahui penyebab patologi hipertensi dalam kehamilan
c. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala pada patologi hipertensi
dalam kehamilan

1
d. Untuk mengetahui klasifikasi patologi hipertensi dalam kehamilan
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan yang tepat bagi
ibu hamil dengan hipertensi dalam kehamilan
f. Menganalisa jurnal tiap patologi hipertensi dalam kehamilan dalam sauhan
keperawatan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi Gravidarum

2.1.1 Definisi
Adalah keadaan dengan tekanan darah diastolik minimal 90mmHg atau tekanan
sistolik minimal 140mmHg, atau kenaikan tekanan diastolik minimal 15 mmHg atau
kenaikan tekanan sistolik minimal 30mmHg. Tekanan darah harus diukur paling sedikit 2
kali dengan selang waktu 4 jam.

2.1.2 Penyebab
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perserorangan
Misalnya seperti umu ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin (laki-
laki lebih tinggi dari pada perempuan ) dan rasa (rasa kulit hitam lebih banyak daripada
kulit putih)
c. Kebiasaan Hidup
Seperti sering mengkonsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30gr), kegemukan atau
makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alkohol , obat-
obatan (ephedrine, prednison dan epineprin).
d. Usia
Pada lanjut usia penyebab perubahan tekanan darah adalah karna adanya aterosklerosis,
hilangnya elastisitas pembuluh darah, menurunnya distensi dan daya regang pembuluh
darah.

2.1.3 Tanda dan gejala


a. Tekanan darah absolut 140/90 dengan kenaikan tekanan darah 30mmHg untuk sistolik
atau 15 mmHg untuk diastolik.
b. Jika hipertensi kronik, maka tekanan darah akan meningkat sebelum usia kehamilan 20
minggu atau sudah mempunyai keadaan hipertensi sebelum hamil.
c. Nyeri kepala
d. Kejang ( antara lain penyebab kejang adalah epilepsi, malaria, trauma kepala,
meningitis, ensefalitis, dll)
e. Hilangnya kesadaran

2.1.4 Klasifikasi
a. Kehamilan yang menyebabkan hipertensi
Hipertensi yang timbul sebagai akibat kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas,
seperti : hipertensi tanpa proteinuri atau edema, Preeklampsi dengan atau tanpa
proteinuri dan edema yaiut preeklmapsi ringan dan preeklampsi berat dan eklampsi
b. Hipertensi secara kebetulan
Hipertensi kronis yang mendahului kehamilan dan menetap pada masa nifas
c. Kehamilan yang memperburuk hipertensi
Hipertensi yang sudah terjadi diperburuk oleh kehamilan , yaitu hipertensi yang
diperberat preeklampsi dan eklampsi.

3
d. Hipertensi sementara
Hipertensi yang timbul setelah trimester kedua dan ditandai keaikan tekanan darah
ringan tanpa mengganggu kehamilan. Hipertensi ini akan menghilang setelah persalinan,
tetapi dapat berulang pada kehamilan berikut.

2.1.5 Penalataksanaan Medis dan keperawatan

Penatalaksanaan hipertensi gravidarum terutama pada pasien hipertensi kronik :


Umum
a. Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda vital ( nadi, tekanan
darah dan pernafasan ) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu pasien
atau keluarganya.
b. Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera lakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan
segera hindari trauma atau jatuh, periksa dan bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi
kiri, ukur suhu, beri oksigen 4-6 liter/menit, pasang infus dan segera lakukan rujukan ke
RS.
c. Sedangkan jika dibagian medisnya bisa diberikan obat antihipertensi untuk mengurangi
tekanan darah ibu.
d. Mengalirkan ringer laktat agar kekentalan darah ibu menurun.

Khusus
a. Pembatasan kalori, cairan dan garam tidak terbukti untuk mencegah hipertensi dalam
kehamilan, bahkan dapat berbahaya bagi janin.
b. Deteksi dini dan penanganan ibu hamil dengan faktor faktor risiko sangat penting pada
penanganan hpertensi dalam kehamilan dan pencegahan kejang.
c. Kunjungan ulang dan follow up teratur dan konseling yang jelas kapan pasien harus
kembali
d. Suami dan anggota keluarga diberi konseling tentang tanda-tanda hipertensi dalam
kehamilan dan perlunya dukungan sosial atau moral kepada ibu hamil.
e. Hipertensi karna kehamilan tanpa proteinuria, maka lakukan pemantauan tekanan darah,
urin (cek proteinuria), jika tekanan darah meningkat,kondisi janin memburuk atau
terjadi pertumbuhan janin terhambat. Segera lakukan tujukan ke RS, beritahu pasien dan
keluarga tentang tanda bahaya dan gejaa preeklampsia/eklampsia.

2.1.6 Analisa Jurnal


ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas umum ibu, seperti : nama, tempat tinggal/umur, pendidikan, suku bangsa,
pekerjaan, agama dan alamat rumah.

2) Data riwayat kesehatan


a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal, terasa sakit di
ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan visus, mual dan muntah, tidak
nafsu makan, bisa terjadi gangguan serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan
ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu.
b) Riwayat kesehatan Dahulu
4
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita penyakit
hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu mempunyai riwayat
preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi
pada ibu dengan obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi dalam keluarga.

3) Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu hamil
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa dan semakin
semakin tuanya usia kehamilan (Prawirohardjo, 2013).

b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami kelemahan.
 TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan tekanan darah darah sistol
diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.
 Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan denyut nadi yang
meningkat, bahkan pada ibu yang mengalami eklampsia akan ditemukan nadi yang
semakin cepat.
 Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemuksn nafas pendek,
dan pada ibu yang mengalami eklampsia akan terdengar bunyi nafas yang berisik
dan ngorok.
 Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya tidak ada
gangguan pada suhunya, tetapi jika ibu hamil tersebut mengalami eklampsia maka
akan terjadi peningkatan suhu.
 BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu, dan
pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia akan terjadi peningkatan BB lebih dari
1 kg/minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan
 Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang berketombe dan kurang
bersih dan pada ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami sakit kepala.
 Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami preklampsia/eklampsia wajah
tampak edema.
 Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan konjungtivasub
anemis, dan bisa juga ditemukan edema pada palvebra. Pada ibu hamil yang
mengalami preeklampsia atau eklampsia biasanya akan terjadi gangguan penglihat
yaitu penglihatan kabur.
 Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguan
 Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab
 Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi, menyebabkan kondisi
gusi menjadi hiperemik dan lunak, sehingga gusi bisa mengalami pembengkakan dan
perdarahan
 Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer tiroid
 Thorax :
1) Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru dan napas
pendek

5
2) jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi jantung, pada ibu yang
mengalami hipertensi dalam kehamilan,khususnya pada ibu yang mengalami
preeklampsia beratakan terjadi dekompensasi jantung.

 Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat dan lebih
keras, puting menonjol dan areola menghitam dan membesar dari 3 cm menjadi 5 cm
sampai 6 cm, permukaan pembuluh darah menjadi lebih terlihat.
 Abdomen :Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus menonjol keluar,
danmembentuk suatu area berwarna gelap di dimding abdomen, serta akanditemukan
linea alba dan linea nigra. Pada ibu hamil dengan hipertensibiasanya akan ditemukan
nyeri pada daerah epigastrum, dan akanterjadi anoreksia, mual dan muntah
 Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi bunnyi jantung
janin yang tidak teratur dan gerakan janin yang melemah (Mitayani, 2011).
 Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan bisa ditemukan
edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
 Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa ditemukan hiper
refleksia, klonus pada kaki
 Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan didapatkan oliguria dan
proteinuria, yaitu pada ibu hami dengan preeklampsia (Reeder, 2011; Mitayani,
2011).

c. Pemeriksaan Penunjang Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang


hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr%)
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3

b) Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut mengalami
proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi ringan tidak ditemukan protein
dalam urin.

c) Pemeriksaan fungsi hati


1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N: 15-45 u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N: < 31 u/l).
6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).

d) Tes kimia darah Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).

2. Radiologi
a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernapasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
b) Kardiotografi : Diketahui denyut jantung janin lemah

6
3. Data sosial ekonomi
Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita dengan
golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung
protein dan juga melakukan perawatan antenatal yang teratur.

4. Data Psikologis
Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada dalam kondisi
yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin
dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat ataupun meninggal dunia, sehingga
ia takut untuk melahirkan (Prawihardjo, 2013).

Analisis Jurnal

Kasus :
Seorang ibu hamil bernama N y. X berusia 38 tahun dengan usia kehamilan 16 minggu datang
kerumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan pusing, wajah pucat, waktu pengisian kapiler
darah 4 detik dan kondisi lemas serta edema (+). Setelah di ukur didapatkan TTV, TD =
150/110mmHg, Nadi : 98x / menit, Pernafasan : 24x/menit, Suhu : 35,5 oC. Asuhan
Keperawatan apakah yang dapat dilakukan pada Ny. X ?
L
>Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d Hipertensi
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan perfusi NOC : NIC :
jaringan perifer b/d 1. Perfusi jaringan - Perawatan peredaran darah :
Hipertensi perifer Insufisiensi arteri
2. Management
DO : Cairan 1. Kaji secara komprehensif sirkulasi
- TD : 150/100 Kriteria hasil : perifer (misalnya mengukur denyut
mmHg 1. TTV dalam batas nada perifer, kapiler refiil, warna
- Nadi : 98x/menit normal dan suhu)
- Suhu : 35,5oC 2. Warna kulit 2. Evaluasi nadi perifer dan edema
- Pernafasan : normal 3. Memberikan obat antihipertensi,
24x/menit 3. Suhu kulit hangat antiplatelet/antikoagulan jika
- Edema (+) 4. Tekanan darah diperlukan
- Pucat pasi turun 4. Monitor status cairan masuk
- Kapiler refil 4s 5. Kapiler refill termasuk asupan dan keluaran
DS : normal 5. Mempertahankan hidrasi yang
- Merasa pusing, 6. Tidak adanya adekuat untuk menurunkan
lemas, dan sakit edema kekentalan darah
kepala
- Managemen Cairan

1. Monitor berat badan harian pasien


2. Monitor TTV pasien
3. Kaji luuasnya edema

7
2.2 Hipertensi Gestasional

2.2.1 Definisi

Hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang terjadi saat hamil. Hipertensi
gestasional biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu / 3 bulan / trimester III tanpa
disertai proteinuria , dan setelah melahirkan hipertensi ini bisa hilang. Biasanya hipertensi
gestasional dialami oleh ibu yang sebelum hamil tidak menderita tekanan darah tinggi.

Ibu hamil yang sudah menderita tekanan darah tinggi (140/90 mmHg) sebelum hamil atau sebelum
usia kehamilan 20 minggu disebut dengan hipertensi kronis. Biasanya hipertensi kronis tidak akan
hilang walaupun ibu sudah melahirkan bayinya.

2.2.2 Penyebab

Beberapa kondisi bisa meningkatkan risiko Anda mengalami hipertensi gestasional, yaitu:

1. Faktor maternal
a. Usia maternal
Usia yang aman kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun. Komplikais
Maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5
kali lebih tinggi pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Dampak usia yang kurang dapat berdampak pada komplikasi selama kehamilan. Setiap
remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam
kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun.
b. Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan pertama. Jika ditinjau
dari kejadian hipertensi dalam kehamilan, graviditas paling aman adalah kehamilan
kedua sampai ketiga
c. Riwayat keluarga
Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut dapat terjadi
karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam kehamilan.
d. Gangguan ginjal

8
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil dapat
menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut berhubungan dengan
kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokonstriksi
pembuluh darah.

2. faktor kehamilan

Faktor kehamilan seperti kehamilan bayi kembar dimana memiliki resiko 3 kali lebih sering

2.2.3 Tanda dan Gejala

Hipertensi gestasional didapat pada wanita dengan tekanan darah > 140/90 mmHg
atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi
gestasional disebut transien hipertensi apabila tidak terjadi preeklampsi dan tekanan darah kembali
normal dalam 12 minggu postpartum. Dalam klasifikasi ini, diagnosis akhir bahwa yang
bersangkutan tidak mengalami preeklampsi hanya dapat dibuat saat postpartum. Namun perlu
diketahui bahwa wanita dengan hipertensi gestasional dapat memeperlihatkan tanda-tanda lain yang
berkaitan dengan preeklampsia, misalanya nyeri kepala, nyeri epigastrium atau trombositopenia
yang akan mempengaruhi penatalaksanaan.

2.2.4 Penatalaksanaan medis

1) Pemeriksaan antenatal care yang teratur


2) Cukup isitrahat dengan tidur malam sekurang-kurangnya 8-10 jam dan tidur siang
sedikitnya 2 jam,
3) Kurangi pekerjaan rumah tangga dan hindari situasi yang mencetuskan stress
4) Memberitahu ibu beberapa cara mengatasi pusing, yaitu : makan teratur dan bergizi
seimbang, mengatur pola makan yang sehat seperti rendah garam, rendah kolesterol,
dan rendah hidrat arang serta meningkatkankan konsumsi buah-buahan dan sayur-
sayuran.
5) Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit
kepala yang hebat, penglihatan kabur, rasa nyeri yang hebat di bagian bawah perut,
bengkak pada wajah, tangan dan kaki, dan pergerakan janin berkurang.

2.2.5 Analisa Jurnal


9
Judul jurnal : Asuhan Kebidanan pada Ny. E dengan Hipertensi Gestasional

Sumber : 2018 Yulrina Stikes Hang Tuah Pekanbaru

Intervensi jurnal : 1. Memberitahu Ibu hamil cara mengatasi pusing


2. Menyarankan ibu menghindari makanan asin secara berlebihan
3. Memberitahu ibu hamil tanda bahaya kehamilan

Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan pendekatan


Continuity of care diberikan pada ibu hamil Ny. E di BPM Dince Safrina, Amd.Keb, SST Jl.
Limbungan, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru dari 17-29 Maret
2017. Subyeknya Ny. E Umur 29 tahun G4P3A0.Tekanan darah 140/90 mmHg, Pernafasan 24 x/i,
Nadi 79 x/i, Suhu 36,5 ˚c, sklera tidak ikterik, konjugtiva tidak pucat. BB sebelum hamil 65 kg, BB
sekarang 75 kg, Tinggi Badan 152 cm, HPHT 01-08-2016, UK 32 minggu 5 hari, TP 08-04-2017.

Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian
a.       Pengumpulan data
1)      Anamnesa
a)  Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
status perkawinan, berapa kali nikah, dan berapa lama.
b) Riwayat kesehatan sekarang :
kehamilan yang ke berapa, sudah pernah melakukan ANC, sakit kepala, pusing, tengkuk
terasa pegal dan susah tidur pada malam hari. peningkatan tekanan darah pada usia kehamilan 23
minggu
c) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : tidak adanya indikasi hipertensi
sebelumnya
d) Riwayat kesehatan yang lalu :
tidak mempunyai riwayat penyakit degenaratif seperti penyakit Jantung, Diabetes, Asma
dan lain-lain.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi dalam keluarga
f) Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
g) Riwayat Obstetri
10
biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu hamil primigravida,
kehamilan ganda, hidramion dan semakin tuanya usia kehamilan

b. Pemeriksaan Fisik
a)      Umum : Ibu hamil dengan hipertensi mengalami kelemahan.
TTV :
Tekanan darah :140/90 mmHg
Frekuensi nadi : 79 kali/menit,
regular Frekuensi nafas : 24 kali/menit,
regular Suhu : 36,5 ° C
(1)   Rambut dan kulit : ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami sakit kepala
(2)   Mata : sklera tidak ikterik, konjugtiva tidak pucat.
(3)   Hidung : tidak temui gangguan
(4)   Gigi dan mulut
(5)   Leher
(6)   Buah dada / payudara
-          payudara membesar, lebih padat dan keras
- putting menonjol dan areola menghitam
(7)   Jantung dan paru
-          Peningkatan respirasi, napas pendek
- tejadi palpitasi jantung
(8)   Abdomen
-          nyeri pada daerah epigastrum
-          Menentukan tinggi fundus uteri
(9)   Pemeriksaan Janin
Palpasi : leopold I-III dikarena kepala bayi belum masuk PAP

b)      Khusus
(1)   Tinggi fundus uteri
(2)   Posisi dan persentasi janin
(3)   Panggul dan janin lahir
(4)   Denyut jantung janin

c. Pemeriksaan Penunjang
- MC. Donald : 33 cm
- TBBJ : (33-13) x 155 =3100 Gram
11
- DJJ : 146 x/i
- Pemeriksaan laboratorium :
- Protein urine : (-)
Hb : 11 gr/dl Glukosa : (-)

2. Diagnosa Keperawatan Utama


Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan

NANDA NIC NOC

NANDA NOC NIC


Defisiensi pengetahuan b.d 1. Knowledge : disease Teaching : disease Process
kurang sumber pengetahuan process 1. gambarkan tanda dan
2. Knowledge : health gejala yang bisa muncul
Behavior pada penyakit
2. jelaskan patologi dari
Kriteria hasil : penyakit dan berhubungan
1. Pasien mengetahui dengan anatomi dan
pendidikan fisiologi dengan cara cepat
kesehatan sebelum 3. diskusi perubahan gaya
melahirkan dari skala hidup yang mungkin
tidak ada diperlukan pada pasien
pengetahuan ke 4. eksplorasi kemungkinan
pengetahuan banyak sumber atau dukungan
2. Pasien mampu dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali 1.
apa yang dijelaskan
perawat

2.3 Hipertensi Preeklampsia

2.3.1 Pengertian

12
Preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi gestasional yang ditandai dengan
gangguan pada gingal, yang dibuktikan dengan awitan proteinuria (kennedy & beky B
2014).
Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastic yang melibatkan banyak system dan
ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria dan atau edema (Bobak
dkk,2012)
Jadi dapat disimpulkan bahwa preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi
gestasional yang merupakan suatu penyakit vasospastik yang ditandai dengan hipertensi,
proteinuria dan atau edema generalisata yang muncul sejak minggu ke 20 kehamilan sampai
minggu ke 6 setelah melahirkan

2.3.2 Penyebab
Bukti epidemologi menunjukan bahwa respons mal adaptive imun berperan dalam
etiologi preeklamsia/eklamspsia. Terjadinya preeklamsia dapat disebabkan oleh respon
intravaskuler yang abnolmal atau berlebih terhadap materi genetic asing yaitu janin dan
khususnya jaringan plasenta.
Plasenta juga dapat memainkan peranan penting dalam patogenesis
preeklamsia/eclampsia. Wanita yang hamil dengan pria dari ras yang berbeda memiliki
insiden spreeklamsia yang lebihtinggi. Selainitu, wanita multipara beresiko mengalami
preeklamsia/eclampsia seperti nulipara saat dia mengandung dari pasangan yang baru.
Disposisi genetik dianggap sangat berperan penting dan terdapat signifikan yang
mendukung disposisi familiar terhadap preeklamsia/eklampsia. Peningkatan jumlah bukti ini
tampak pada riwayat obstetric ibu ,anak perempuan dan cucu perempuan. Mungkin dapat
pewaris ansifat resesif gen tunggal atau gen dominan dari ibu dengan dominasi inkomplet.

Faktor predisposisi
 Ibu berusia muda yang hamil pertama kali.
 Ibu berusia muda dan mengalami kehamilan kedua tetapi dengan suami yang
berbeda.
 Wanita yang pasangannya pernah memiliki anak dengan wanita lain yang mengalami
preeklampsia saat khamilan anak tersebut.
 Ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal (hipertensi
pembuluh darah ginjal, sindrom nefrotik, penyakit ginjal polikistik pada orang
dewasa).

13
 Ibu yang mengalami kehamilan kembar.
 Ibu hamil yang menderita diabetes.
 Ibu hamil yang memiliki riwayat preeklampsia.
 Ibu hamil dan kulit hitam dan berusia lebih dari 35 tahun.
 Aantibodi antifosfolipid ).

2.3.3.Patofisiologi

Patofisiologi preeklampsia berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi


fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan plasma darah, vasodilatasi,
penujrunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan
osmotik koloid. Pada preeklampsia volume plasma menurun, sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat fungsi
organ maternal menurun termasuk perfusi ke unit janin. Uteroplasenta vasospasme siklik
dapat menurunkan perfusi organ dan dapat menghancurkan sel-sel darah merah sehingga
kapasitas oksigen mengalami penurunan. (Bobak,dkk 2012)
Episode vasospasme menyebabkan cedera pada lapisan endotelium pembuluh darah dan
selanjutnya disertai pengendapan trombosit dan pelekatan fibrin ke dinding sel yang rusak.
Kerusakan endotelium pembuluh darah menyebabkan kebocoran protein dan cairan kapiler
sehingga cairan intravaskuler berpindah ke ruang ektravaskuler. (kennedly & Belsi, 2014).

2.3.4 Tanda dan gejala


Preeklampsia biasanya dikatagorikan sebagai preeklampsia ringan atau berat , terutama
didasarkan pada derajat hipertensi atau proteinuria dan apakah sistem organ lainnya
terlibat
1. Preeklampsia Ringan
 Tekanan Darah telah mencapai 140/90 mmHg atau lebih tetapi kurang dari
160/110 mmHg pada dua waktu yang berbeda dengan interval 4 jam
 Proteinuria tercatat mencapai 1+ atau sekitar 300mg dalam spesismen urine 24
jam.
 Kenaikan berat badan lebih dari 2,26 kg/minggu selama trimester kedua atau
lebih 0,9 kg/minggu selama trimester ketiga
 Edema ringan diseluruh tubuh.
2. Preeklampsia Berat

14
 Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 110
mmHg atau lebih.
 Proteinuria menetap 2+ atau lebih ( 500mg/24 jam)
 Pengeluaran urine menurun hingga kurang dari 50 ml dalam 24 jam.
 Sakit kepala berat.
 Masalah penglihatan (skotoma ataupenglihatan kabur).
 Trombositopenia.
 Nyeri epigastri.
 Mual atau muntah.
 Peningkatan enzim hati ALT atau AST.
 Iritabilitas, gelisah atau takut.
 Edema paru disertai gawat napas.

2.3.5 Penatalaksanaan Medis

1. Preeklampsia Ringan ( Perawatan di rumah)


 Evaluasi dua kali seminggu, pada saat di rumah sakit atau klinik panatu tekanan
darah, fungsi ginjal dan hati serta trombosit
 Anjurkan untuk beristirahat dalam posisi miring selama 2 hingga 3 jamtanpa
gangguan minimal dua kali sehari
 Pastikan ibu dan keluarga mengetahui dan mampu melaporkan tanda kondisi
yang memburuk.

2. Preeklampsia Ringan (Perawatan di rumah sakit )


 Jika memungkinkan , lakukan hospitalisasi untuk mengevaluasi kondisi janin dan
ibu
 Jika cukup bulan atau mendekati cukup bulan lakukan induksi persalinan
 Penatalaksanaan kurang dari usia gestasi 37 minggu masih diperdebatkan , dan
beberapa mendukung hospitalisasi serta lainnya tirah baring di rumah. Untuk
panatalaksan di rumah, evaluasi dua kali seminggu di rumah sakit atau klinik dan
hospitalisasi bila kondisi berubah
 Tirah baring , terutama miring kiri untuk meningkatkan aliran balik vena dan
memperbaiki perfisi ginjal dan plasenta.
 Diet seeimbang dengan kandungan protein sedang hingga tinggi (80 sampai
100g/hari) untuk mengganti kehilangan protein di dalam urine.

15
 Pantau tekanan darah, fungsi ginjal dan hatiserta trombosit.
 Pemberian aspirin 85 mg/ hari untuk mencegah preeklampsia berat masih
diperdebatkan, dan manfaat dari penanganan tersebut masih diteliti.

3. Preeklampsia Berat
Hidralazin, labetol, atau nipedifin untuk mempertahankan tekanan darah antara
140/90 dan 150/100, sehingga menjaga aliran darah uterus dan plasenta
MgSO4 IV untuk mencegah konvulsi..
Ciptakan lingkungan yang tenang dengan menghindari stimulasi.
Sediakan kalsium glukonat jika terjadi toksikasi magnesium.
Penggantian cairan dan elektrolit bila diindikasikan pemeriksaan laboratorium.
Selain itu, pada usia gestasi 34 minggu atau lebih :
Induksi persalinan jika kondisi serviks baik, bila tidak lakikan pelahiran secar
Betametason atau deksametason jika janin memiliki profil paru imatur . Sering
diberikan bila usia gestasi janin 34 hingga 36 minggu dengan harapan mengurangi
resiko enterokolitis nekrotikansdan sindrome gawat napas
Pada saat usia gestasi 28 hingga 32 minggu :
Berikan kortikosteroid untuk mempercepat maturitas paru
Penatalaksanaan yang diharapkan mencakup evaluasi dengan sering dan pelahiran
ketika usia gestasi 34 minggu atau sebelumnya jika terjadi gawat janin atau gawat
ibu.

2.3.6 Analisa Jurnal

Judul Jurnal : Studi Kasus Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Ny.C. N Dengan Preeklamsia Berat Di Ruang Bersalin Badan Layanan
Umum Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado

Sumber : Sandra Tombokan1, Atik Purwandari2, Jecika Seila

Lawani3
1, 2, 3. Jurusan kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado
Kasus : Ny. C. N. G3 P2 A0, 39 tahun, hamil 34-35 minggu, janin intrauterine
tunggal hidup, letak kepala V punggung kanan dengan Preeklamsia Berat (PEB) dan di
tangani secara aktif, keadaan ibu cukup baik, tekanan darah 170/110 mmHg,

88x/menit,suhu badan 36,5 oC, Respirasi 24x/menit


Intervensi Jurnal :

16
1. pemberian terapi dan obat dengan cara oral
2. berikan MgSO4 disuntikkan di bokong sebelah kanan sesuai dengan kolaborasi
dokter
3. pemasangan kateter urine,
4. ibu harus diet rendah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi protein

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Anamnesa :
1. Identitas umum ibu, seperti : nama, tempat tinggal/umur, pendidikan,
suku bangsa, pekerjaan, agama dan alamat rumah
2. Data Riwayat Kesehatan
Sakit kepala sejak tiga hari yang lalu, pusing, oedema pada bagian
ekstremitas bawah sejak 1 hari yang lalu
b. Pemeriksaan Fisik
1. Tekanan darah 170/110 mmHg,
2. Nadi 88 x/menit,
0
3. Suhu badan 36,5 C,
4. Respirasi 24 x/menit,
5. Berat badan 78 Kg,
6. Tinggi badan 154 cm,
7. LILA 34 cm.
8. Rambut Warna hitam, panjang dan sedikit ikal, tidak rontok, kulit kepala
tidak ada ketombe, bersih, tidak ada benjolan.
9. Muka terdapat Cloasma danOedema Tidak ada
10. Mata Simetris, Polip Tidak ada, KonjungtivaTidak anemis, Sclera Tidak
Ikterus,
11. Hidung Simetris Polip Tidak ada,
12. Gigi dan mulut Bibir basah, lidah merah, gusi bersih, gigi tidak ada caries.
13. LeherTidak ada pembesaran kelenjar Tyroid.
14. Payudara Bentuk simetris Payudara simetris, Keadaan puting susu
Menonjol, Areola mamae Ada Hiperpigmentasi. Colostrum ada dan sudah
keluar.
15. Abdomen Pembesaran perut sesuai usia Kehamilan, Linea Nigra
Bekas luka/operasi tidak ada. Varises Tidak ada. Oedema Tidak ada,
Pembesaran kelenjar bartolini Tidak ada, Pengeluaran pervagina Ada
17
lendir, berwarna putih kental, tidak berbau. Bekas luka/jahitan
perineum tidak ada.
16. Anus tidak ada hemoroid, bersih, tangan dan kaki Simetris, : Simetris
kiri dan kanan,
17. Oedema pada tungkai bawah: Ada kiri dan kanan Varices Tidak ada
18. Pergerakan Normal, Palpasi Payudara Simetris, ada pembesaran
payudara Colostrum ada. Benjolan Tidak ada.
19. Abdomen Tinggi Fundus Uteri: 31 cm Leopold I Tinggi Fundus uteri 31
cm (3 jari bawah procesus xypoideus). Leopold II Bagian perut kanan
perut ibu teraba keras, rata seperti papan, bagian kiri perut ibu teraba
bagian kecil dan tidak rata. Leopold III
20. Bagian terendah janin teraba melenting dan keras tidak dapat
digoyang letak kepala. Leopold IV Bagian terendah janin sudah masuk
pintu atas panggul (PAP) jari – jari penolong dapat bertemu
(convergen).
21. Taksiran berat janin: 2926 gram. Perhitungan menurut Donald Tinggi
fundus uteri(dalam cm)-12 x 154. Kontraksi Kadang – kadang, belum
teratur. Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ)Terdengar disebelah kanan,
22. Frekuensi 11-12-12 140 x/menit, teratur/tidak, Perkusi Refleks
patella kanan dan kiri positif
23. Pemeriksaan dalam dilakukan oleh Dokter Pukul : 19.20 Wita,
24. Dinding Vagina normal Portio Lunak,
25. Pembukaan servik Belum ada Pembukaan, Ketuban Utuh, Presentasi
Fetus Kepala Posisi Letak belakang kepala, Penurunan bagian
terendah HI,
26. Pemeriksaan Penunjang Tanggal 22 Agustus 2012 Urine Proteinuria ++
+, Hb 10,6 gr%.

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d Hipertensi

NANDA NIC NOC


DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan perfusi NOC NIC :
jaringan perifer b/d Kriteria hasil :
Hipertensi 1. TD normal 1. Kaji secara komprehensif sirkulasi
18
2. Nadi Normal perifer (misalnya mengukur denyut
DO : 3. Suhu 36C nada perifer, kapiler refiil, warna
- TD : 170/110 4. Edema Berkurang dan suhu)
mmHg 2. Memberikan obat secara oral
- Nadi : 88x/menit 3. Memberikan MgSO4
- Suhu : 36,5oC 4. Memberikan penjelasan tentang
- Pernafasan : keadaan kehamilannya
24x/menit 5. Memberikan penjelasan tentang
- Edema (+) asupan makanan yang sesuai
DS : kebutuhan ibu hamil
- Sakit Kepala - Managemen Cairan

1. Monitor berat badan harian pasien


2. Monitor TTV pasien
3. Kaji luuasnya edema

2.4 Hipertensi Eklampsia

2.4.1 Pengertian

Eklampsia didefinisikan sebagai awitan aktifitas kejang atau koma pada ibu
hamil yang berdiagnosis hipertensi gestasional atau preeklampsia, tanpa
riwayat patologis neulogi sebelumnya (kenned & besty B 2014).
Eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan
gejala preeklampsia tanpa didahului gangguan neurologis. (Bobak dkk,
2012).
Eklampisa merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih berat
yaitu dapat kejang seluruh tubuh dan koma
.
2.4.2 Penyebab

Eklampsia menggambarkan perburukan preeklampsia disertai penurunan


fungsi yang cepat pada beberapa organ dan sistem
2.4.3 Patofisiologi
Eklampsia merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih
berat , yaitu dapat terjadi kejang seluruh tubuh atau koma. Kejang dapat
terjadi ketika terdapat muatan listrik berlebihan yang tidak sinkron
padaneuron dalam sistem saraf pusat
2.4.4 Tanda dan gejala

Diagnosa berdasarkan pada adanya


 Kriteria diagnosa pada eklampsia

19
 Adanya kejadia konvulsi yang melibatkan hal berikut
 Kedutan awal pada otot wajah.
 Gangguan kontraksi otot dengan mengepalkan tangan dan
menggerakangigi dan kemudian relax.
 Pernapasan yang berhenti dan kemudian mulai lagi dengan
napas yang dalam, berat dan berbunyi.
 Koma yang dapat berlanjut dan berlangsung selama 2 sampai
3 menit hingga beberapa jam.
 Tidak ditemukan kemungkinan etiologi kejang yang lain
2.4.5 Penatalaksanaan Medis
1. Segera Pastikan Kesejahteraan Ibu
2. Masukan alat jalan napas melalui mulut atau penekanan lidah yang
dibalut untuk memperkecil lidah tergigit dan memastikan jalan napas
yang paten
3. Mulai penghisapan orofaring begitu dapat dipastikan pasen tidak akan
menggigit
4. Kendalikan pasen dengan lembut untukmencegah trauma tulang atau
jaringan linak
5. Berikan oksigen
6. Kendalikan kejang
 Magnesium sulfat diberikan dengan dosis muatan 4 – 6 g IV diikuti
oleh infus IV 1,5 – 2 g/jam , untuk mencapai kadar terapeutik 4,8 –
8,4 mg/dl
 Jika kejang terjadi lagi > 20 menit, pertimbangkan pemberian
diazepam 5 – 10 mg IV atau amobarbital sampai 250mg
7. Kendalikan hipertensi biasanya dimulai hanya untuk diastolik >110 dan
dengan target diastolik 90 -100

2.4.6 Analisa Jurnal


Judul Jurnal : EKLAMPSIA POSTPARTUM: SEBUAH TINJAUAN KASUS
Sumber : Bagian Obstetrik dan Genikologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/ RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh Mahasiswa Kepanitraan Klinik Senior Departemen Obstetrikdan
Genikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Bada Aceh
Kasus : Seorang wanita hamil G3P2A0 usia37 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat
RumahSakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan keluhan perut

20
mulas, HPHT 4/5/2015,usia kehamilan diketahui 39-40 minggu, TTP 8/2/2016. Ibu
merasakan mules sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit, disertai keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 200/110
mmHg, denyut nadi 110 dpm, laju nafas 22x/i, serta proteinuria +3
Intervensi Jurnal : Pemberian anti kejang Magnesium sulfat (MgSO4) dan Obat anti hipertensi
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a.Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, berapa kali
menikah, dan berapa lama
b. Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah
pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
c.Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru.
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi
atau
preeklampsi.
e.Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit
jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.
f. Pola pemenuhan nutrisi.
g. Pola istirahat.
h. Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tekanan darah 200/110 mmHg,
2. Denyut nadi 110 dpm, laju nafas 22x/i,
3. Serta proteinuria +3.
C. Pemeriksaan Obstetri
1. Tingi fundus uteri (TFU) 31 cm dengan taksiran berat janin 3100 gram,
2. Pada fundus kesan bokong, punggung pada sisi kanan dengan denyut jantung janin
140 denyut per-menit,
3. Kepala mengisi bagian terbawah rahim, sudah masuk pintu atas panggul.
D. Pemeriksaan Dalam
1. Hasil pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan lengkap 10 cm, teraba
kepala, selaput ketuban (-)

21
Diagnosa
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d Hipertensi

NANDA NIC NOC


DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan perfusi NOC : NIC :
jaringan perifer b/d Kriteria hasil :
Hipertensi 5. Bayi lahir normal 6. Kaji secara komprehensif sirkulasi
6. TD : perifer (misalnya mengukur denyut
DO : 190/110mmHg nada perifer, kapiler refiil, warna
- TD : 200/110 7. Kejang teratasi dan suhu)
mmHg 7. Evaluasi nadi perifer dan edema
- Nadi : 110x/menit 8. Memberikan obat antihipertensi,
- Pernafasan : antiplatelet/antikoagulan jika
22x/menit diperlukan
DS : 9. Monitor status cairan masuk
- Mules termasuk asupan dan keluaran

- Managemen Cairan

4. Monitor berat badan harian pasien


5. Monitor TTV pasien

2.5 HELLP Syndrome

2.5.1 Definisi

HELLP syndrome merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis,


peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Keadaan
ini merupakan salah satu komplikasi dari preeklamsia dengan faktor risiko
partus preterm, hambatan pertumbuhan janin.
H : Hemolysis

22
EL : Elevated Liver Enzyme
LP : Low Platelet Count
Pada 10 % pasien dengan preeklampsia berat dan eklampsia menunjukan terjadinya HELLP
syndrome yang ditandai dengan adanya anemia hemolitik, peningkatan enzim hati dan jumlah
platelet rendah. Sindrom biasanya terjadi tidak jauh dengan waktu kelahiran (sekitar 31 minggu
kehamilan) dan tanpa terjadi peningkatan tekanan darah. Kebanyakan abnormalitas hematologik
kembali ke normal dalam dua hingga tiga hari setelah kelahiran tetapi trombositopenia bisa menetap
selama
seminggu.
2.5.2 Penyebab
Sampai saat ini etiologinya yang pasti belum diketahui. Penyebab sindrom HELLP sampai
sekarang belum jelas. Yang ditemukan pada penyakit multisistem ini adalah kelainan tonus
vaskuler, vasospasme, dan kelainan koagulasi. Sampai sekarang tidak ditemukan faktor
pencetusnya. Sindrom ini kelihatannya merupakan akhir dari kelainan yang menyebabkan
kerusakan endotel mikrovaskuler dan aktivasi trombosit intravaskuler; akibatnya terjadi
vasospasme, aglutinasi dan agregasi trombosit dan selanjutnya terjadi kerusakan endotel.
Terdapat 4 hipotesa patogenesis dari preeklampsia, sebagai berikut :
1. Iskemia Plasenta.

Peningkatan deportasi sel tropoblast yang menyebabkan kegagalan invasi ke arteri


spiralis dan akan mengakibatkan iskemia pada plasenta.
2. Mal Adaptasi Imun.

Terjadinya mal adaptasi imun dapat menyebabkan dangkalnya invasi sel tropoblast pada
arteri spiralis, dan terjadinya disfungsi endotel di picu oleh pembentukkan setokin, enzim
proteolitik, dan radikal bebas.
3. Genetik Inpreting.

Terjadinya preeklampsia dan eklampsia mungkin didasarkan pada gen resesif tunggal atau gen
dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna. Penetrasi mungkin tergantung pada genotip
janin.
4. Perbandingan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dan TxPA (Toxicity Preventing
Activity).

Sebagai kompensasi untuk peningkatan energi selama kehamilan, asam lemak non- esterifikasi
akan dimobilisasi. Pada wanita hamil dengan kadar albumin yang rendah, pengangkatan
kelebihan asam lemak non-esterifikasi dari jaringan lemak kedalam hepar akan menurunkan

23
aktifitas antitoksin albumin sampai pada titik dimana VLDL terekspresikan. Jika kadar VLDL
melebihi TxPA maka efek toksik dari VLDL akan muncul.

2.5.3 Tanda dan Gejala


Pasien sindrom HELLP dapat mempunyai gejala dan tanda yang sangat bervariasi, dari yang
bernilai diagnostik sampai semua gejala dan tanda pada pasien preeklampsi-eklampsi yang tidak
menderita sindrom HELLP.
Sibai (1990) menyatakan bahwa pasien biasanya muncul dengan keluhan nyeri epigastrium
atau nyeri perut kanan atas (90%), beberapa mengeluh mual dan muntah (50%), yang lain bergejala
seperti infeksi virus. Sebagian besar pasien (90%) mempunyai riwayat malaise selama beberapa
hari sebelum timbul tanda lain.
Dalam laporan Weinstein, mual dan/atau muntah dan nyeri epigastrium diperkirakan akibat
obstruksi aliran darah di sinusoid hati, yang dihambat oleh deposit fibrin intravaskuler. Pasien
sindrom HELLP biasanya menunjukkan peningkatan berat badan yang bermakna dengan oedem
menyeluruh. Hal yang penting adalah bahwa hipertensi berat (sistolik 160 mmHg, diastolik 110
mmHg) tidak selalu ditemukan. Walaupun 66% dari 112 pasien pada penelitian Sibai dkk (1986)
mempunyai tekanan darah diastolik 110 mmHg, 14,5% bertekanan darah
diastolik 90 mmHg.6
Perlemakan hati akut (AFLP) jarang terjadi tapi potensial menjadi komplikasi yang fatal
pada kehamilan trimester ke tiga. Pada awalnya, perlemakan hati akut dalam kehamilan sukar
dibedakan dari sindrom HELLP. Pasien AFLP mempunyai gejala khas berupa : mual, muntah, nyeri
abdomen, dan ikterus. Sindrom HELLP dan AFLP keduanya ditandai dengan peningkatan tes
fungsi hati, tapi pada sindrom HELLP peningkatannya cenderung lebih besar. PT dan PTT biasanva
memanjang pada AFLP tapi normal pada sindrom HELLP. Pemeriksaan mikroskopik hati
merupakan tes diagnosis untuk menentukan AFLP. Panlobular microvesicular fatty change
(steatosis) difus derajat rendah merupakan gambaran patognomonik AFLP. Penanganan AFLP
meliputi pengakhiran kehamilan segera, atasi hiperglikemi atau koagulopati bila timbul.

2.5.4 Klasifikasi
Dua sistem klasifikasi digunakan pada sindrom HELLP. Klasifikasi pertama berdasarkan
jumlah kelainan yang ada. Dalam sistem ini, pasien diklasifikasikan sebagai sindrom HELLP
parsial (mempunyai satu atau dua kelainan) atau sindrom HELLP total (ketiga kelainan ada).
Wanita dengan ketiga kelainan lebih berisiko menderita komplikasi seperti DIC, dibandingkan
dengan wanita dengan sindrom HELLP parsial. Konsekuensinya pasien sindrom HELLP total
seharusnya dipertimbangkan untuk bersalin dalam 48 jam, sebaliknya yang parsial dapat diterapi
konservatif.
24
Klasifikasi kedua HELLP syndrome menurut klasifikasi Mississippi berdasar kadar
trombosit darah terdiri dari .2,6 :
Kelas1
Kadar trombosit : ≤ 50.000/ml LDH ≥ 600 IU/l
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/l
Kelas2
Kadar trombosit > 50.000 ≤ 100.000/ml LDH ≥ 600 IU/l
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/l
Klas3
Kadar trombosit > 100.000 ≤ 150.000/ml LDH ≥ 600 IU/l
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/l

Klasifikasi ini telah digunakan dalam memprediksi kecepatan pemulihan penyakit pada post
partum, keluaran maternal dan perinatal, dan perlu tidaknya plasmaferesis. Sindrom HELLP kelas I
berisiko morbiditas dan mortalitas ibu lebih tinggi dibandingkan pasien kelas II dan kelas III.

2.5.5 Penatalaksanaan Medis

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan spesifik untuk Sindrom HELLP akan ditentukan berdasarkan:
a. Kehamilan ibu, kesehatan umum dan catatan medik
b. Perkembangan penyakit
c. Toleransi terhadap obat-obatan, prosedur dan terapi spesifik
Penatalaksaan mungkin meliputi:
a. Tirah baring (istirahat di rumah maupun di rumah sakit sangat dianjurkan)
b. Hospitalisasi (tenaga dan peralat khusus mungkin dibutuhkan)
c. Tranfusi darah (untuk anemia berat dan platelet yang rendah)
d. Pemberian magnesium sulfat (untuk mencegah seizure)
e. Obat-obatan antihipertensi (untuk menurunkan tekanan darah)
f. Monitor fetus (untuk mengevaluasi kesehatan fetus)
1) Hitung pergerakan janin, perubahan jumlah atau frekuensi pergerakan janin mungkin
menandakan fetus dalam keadaa stress.
2) Non Stress Test (NST), tes untuk mengetahui denyut jantung janin sebagai respon
pergerakan janin
3) Profil biofisikal, sebuah tes yang merupakan kombinasi dari NST dengan USG untuk
menobservasi fetus
25
4) Doppler flow studies, sebuah tipe ultrasound yang menggunakan gelombang suara untuk
mengukur aliran darah melalui pembuluh darah.
g. Tes laboratorium untuk fungsi hati, urin dan darah (sebagai sinyal bila Sindrom
HELLP semakin memburuk)
h. Obat-obatan seperti kortikosteroid yang dapat membantu maturasi paru-paru janin
(paru-paru imatur adalah masalah utama bayi prematur)
i. Rujukan (bila Sindrom HELLP semakin memburuk dan membahayakan
keselamatan ibu atau bayi, secepatnya harus dirujuk)

2.5.6 Analisa Jurnal

Judul Journal : A life-saving therapy in Class I HELLP syndrome: Therapeutic


plasma exchange
Sumber : 2014 Published by Elsevier Ltd
Sindrom HELLP, yang dapat memengaruhi banyak sistem organ dan menyebabkan
kematian ibu dan janin, adalah komplikasi serius dari kehamilan yang ditandai dengan
mikroangiopati anemia molitik, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia. Melahirkan
bayi biasanya cukup untuk pengobatan sindrom ini. Dalam kasus dengan sindrom HELLP
Kelas I, Namun, gambaran klinis dapat memburuk dengan cepat meskipun pelahiran.
Penelitian ini dilakukan pada 21 pasien yang didiagnosis dengan sindrom HELLP Kelas I di
Fakultas Kedokteran Universitas Inonu, Departemen Hematologi antara 2011 dan 2014.
Kateter vena sentral ditempatkan dan terapi pertukaran plasma dimulai pada pasien. pasien
tidak responsif terhadap pengiriman, steroid, dan terapi suportif (darah dan produk darah,
terapi antihipertensi, pemberian cairan intravena, dan antibiotik) dalam waktu 24 jam setelah
diagnosis sindrom HELLP Kelas I sesuai dengan Kriteria Mississippi. Semua pasien
menjalani pertukaran terapi plasma selama tiga sesi masing-masing dengan volume 1: 1.
Parameter hemogram dan biokimia pasien dievaluasi sebelum dan sesudah prosedur.
Menurut hasil, ada penurunan yang signifikan secara statistik dalam total kadar bilirubin,
LDH, AST, dan ALT sedangkan peningkatan jumlah trombosit yang signifikan diamati
melayani. Tingkat hemoglobin meningkat, meskipun peningkatan ini tidak secara statistik
penting. Sindrom HELLP terutama diobati dengan kelahiran bayi; Namun, beberapa kasus-
kasus mungkin menunjukkan perkembangan penyakit meskipun sudah selesai melahirkan.
Sebagai penyebab potensial dari kematian ibu dan janin, kondisi sindrom HELLP harus
agresif diobati. Pertukaran plasma terapeutik adalah salah satu opsi perawatan yang tersedia.
Belajar kita telah menemukan bahwa penggunaan terapi pertukaran plasma postpartum

26
dalam waktu 24 jam adalah suatu Pilihan perawatan yang hemat dan menyelamatkan nyawa
pada sindrom HELLP Kelas I.
Intervensi dari journal : Prtukaran Plasma darah (Plasmapheresis)

Diagnosa utama : Ketidak Efektifan Perfusi Jaringan d.a perubahan tekanan


darah/bd.Hipertensi
Asuhan Keperawatan
1) PENGKAJIAN
A. Anamnesa :
a. Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, berapa kali nikah, dan berapa
lama.
b. Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah melakukan ANC, terjadi
peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru.
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau
preeklampsi.
e. Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal, HT, dan
gemmeli.
f. Pola pemenuhan nutrisi.
g. Pola istirahat.
h. Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan bagian tertentu dari
tubuh.
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, kelainan jantung, dan
paru pada ibu.
d. Perkusi : untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4.
C. Pemeriksaan penunjang
a. Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
b. Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau + 1 sampai + 2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine
meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.
c. USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta.
d. NST :untuk menilai kesejahteraan janin.
2) Diagnosa Keperawatan Utama
27
a. Ketidak Efektifan Perfusi Jaringan d.a perubahan tekanan darah/bd.Hipertensi
NANDA NOC NIC
NANDA NOC NIC
Ketidak Efektifan Perfusi  Circulation Status  Kaji secara
Jaringan d.a perubahan  Tissue perfusion: perifer komprehensif
tekanan darah/bd.Hipertensi Setelah dilaksanakan askep sirkulasi perifer
selama .... diharapkan  Evaluasi nadi perifer
ketidakseimbangan perfusi jaringan dan edema
perifer teratasi dengan kriteria hasil  Elevasi anggota
: badan 200 ataulebih
o TTV dalam batas  Ubah posisi pasien

normal setiap 2 jam

o Warna kulit normal  Dorong latihan ROM

o Suhu kulit hangat sebelum bedrest


 Monitor
o Kekuatan fungsi
laboratorium (Hb,
otot
hmt)
o Nilai laboratorium
 Kolaborasi
dalam batas normal
pemberian anti
platelet atau anti
perdarahan
 Kaji TTV

28
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi


sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi pada
kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal
disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin.
Berdasarkan working group classification system hipertensi pada kehamilan dibedakan
menjadi 4 klasifikasi.,yaitu hipertensi gestasional, preeklampsia/eklampsia, hipertensi yang
menyertai preeklampsia dan hipertensi kronis, yang paling ditakutkan dari hipertensi pada
kehamilan adalah preeklamsia dan eklamsia atau keracunan pada kehamilan yang sangat
membahayakan ibu maupun janinnya .
Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau gejala yang
timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik
yaitu proses keperawatan . proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dalam mengatasi masalah keperawatan yang
timbul akibat penyakit hipertensi pada kehamilan

3.3 SARAN

Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap mahasiswa dapt memahami dengan baik
defenisi, penyebab, tanda dan gejala, serta tindakan yang dapat diberikan pada pasien ibu hamil
dengan hipertensi dalam kehamilan. Orang dengan hipertensi dalam kehamilan, diharapkan
menjaga kondisi fisiknya, melakukan kegiatan yang menguntungkan janin dan ibu,menjaga pola
makan dan mengurangi kegiatan fisik yang berat. Hal ini dilakukan guna menghindari
terjadinya perdarahan, dan mengatasi hipertensi pada pasien ibu hamil.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bobak , Lowdermilk , Jensen . (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas . Jakarta : EGC
Ratnawati, Ana. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas.Yogyakarta:Pustaka Baru
Green , Carol J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir .Jakarta :
EGC
Doenges,E. Marlyyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. E/3. EGC, Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta ; PT Bina Pustaka; 2009.Hal. 530-50.

Cunningham, Leveno,Bloom, Hauth, Hipertensi dalam kehamilan. Dalam Obstetri Williams.


Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran.2013 : 754-756.

Prawirohardjo,Sarwono.IlmuKebidanan.Edisi4.Jakarta;PTBinaPustaka;2009. Hal. 530-50.

30
LAMPIRAN JURNAL

1.HIPERTENSI GRAVIDARUM

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA IBU HAMIL


DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIEODE
JANUARI-SEPTEMBER TAHUN 2016

Abstrak

Hipertensi dalam kehamilan merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas
ibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran dan ketepatan penggunaan obat antihipertensi pada ibu hamil di RSUD Pandan Arang
Boyolali Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang termasuk dalam
penelitian observasional (non-experimental) dengan pengumpulan data secara retrospektif dan
sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan
ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan obat dan ketepatan dosis. Berdasarkan dengan
Standar Pengobatan Rumah sakit, Penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan dan dan
Queensland Health (Hypertensive Disorders of Pregnancy) tahun 2013. Sampel yang didapatkan
sebanyak 39 pasien ibu hamil, ditemukan 11 pasien (28,11%) yang terdiagnosis hipertensi
gestasional dan 28 pasien (71,79%) terdiagnosis preeklamsia berat. Pasien yang menerima terapi
obat antihipertensi tunggal berupa nifedipin sebanyak 21 pasien (53,84%), metildopa sebanyak 4
pasien (10,26%), dan terapi kombinasi nifedipin dengan metildopa sebanyak 14 pasien (35,90%).
Hasil analisis kriteria tepat indikasi sebanyak 39 pasien (100%) dengan kriteria tepat indikasi, 39
pasien (100%) dengan kriteria tepat pasien, 37 pasien (94,87%) dengan kriteria tepat obat dan 36
pasien (92,31%) dengan kriteria tepat dosis.
Kata kunci : kehamilan, antihipertensi, hipertensi gestasional, preeklamsia berat

Abstract

Hypertension in pregnancy is one of three causes of maternal mortality and morbidity in


addiction to infection and bleeding. The aim of this research is to know the representation and the
accuracy of the use of anti hypertensive drugs in pregnant women at RSUD Pandan Arang Boyolali
in 2016.This research used the descriptive method which included in observational research (non-
experimental) with retrospective data collection and sample taken by purposive sampling
technique. The samples obtained were 39 pregnant women who received therapy with anti
hypertensive drug. The data obtained were analyzed based on the accuracy of indication, patient
accuracy, drug accuracy and dosage acuracy.Based on the Hospital Medical Standard,
Hypertension Management in Pregnancy (Feto Maternal Medicine Association POGI, 2006) and
Queensland Health (Hypertensive Disorders of Pregnancy) in 2013. Samples are 39 pregnant
women, 11 patients (28.11%) were diagnosedwith gestational hypertension and 28 patients
(71.79%) were diagnosed severe preeclampsia. Patients receiving single antihypertensive drug
therapy of nifedipine were 21 patients (53.84%), methyldopa were 4 patients (10.26%), and
combination therapy of nifedipine with methyldopa were 14 patients (35.90%). The result of
analysis precise indication criteria were 39 patients (100%), precise patient criteria were 39
patients (100%), precise drug criteria were 37 patients (94,87%) and precise dosage criteria were
36 patients (92,31%).
Keywords : pregnancy, antihypertensive, gestational hypertension, severe preeclampsia

31
iv

32
1. PENDAHULUAN
Hipertensi pada kehamilan ditandai dengan meningkatnya tekanan darah diatas normal yaitu
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg.Hipertensi dalam kehamilan
merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping infeksi dan
perdarahan(Sirait, 2012) . Penanganan hipertensi selama kehamilan perlu segera dilakukan setelah
diagnosa ditegakkan. Pemberian terapi obat antihipertensi segera mungkin dan menjaga tekanan
darah agar tetap masuk ke dalam kisaran normal merupakan hal penting. Hipertensi dalam
kehamilan apabila tidak segera diobati dapat menyebabkan pendarahan pada janin dan otak, serta
dapat menyebabkan kematian pada ibu, janin, maupun keduanya (Queensland ClinicalGuidelines,
2015).
Angka kematian ibu (AKI) masih menjadimasalah kesehatan yang tinggi di Indonesia. AKI di
Indonesia berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Selama tahun 2014, jumlah kematian ibu di Kabupaten Boyolali
sebesar 14 kasus atau AKI 93,05 per 100.000 kelahiran hidup dimana 6 kasus kematian karena
hipertensi selama kehamilan, 1 kasus mengalami pendarahan, 1 kasus terkena infeksi, dan penyebab
kematian lain sebesar 6 kasus (Survivalina, 2015)
Keamanan dan ketepatan pemberian obat antihipertensi pada Ibu hamil sangat penting,
karena obat tersebut akan terdistribusi ke dalam uterus dan kemudian kedalam janin (Chobanian et
al., 2004). Wanita hamil dengan hipertensi harus dimonitor dengan hati-hati karena risiko ke ibu
dan janin akan meningkat. Metildopa, beta blocker, dan vasodilator merupakan lini pertama
pengobatan hipertensi pada ibu hamil karena aman dan tidak mempengaruhi janin. ACEI
(angiotensin-converting enzyme inhibitor) dan ARB(Angiotensin receptor blocker)tidak boleh
digunakan selama kehamilan karena berpotensi untuk cacat fetus dan harus dihindari pada
perempuan yang diduga hamil atau berencana hamil (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2006).
 METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif secara observasional (non eksperimental),
pengambilan data secra retrospektif dengan metode purposive sampling.
Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian yang digunakan diantaranya:
 Evaluasi ketepatan penggunaan obat antihipertensi pada ibu hamil dengan penilaian
berdasarkan parameter ketepatanindikasi,pasien, obat dan dosis.

33
 Tepat indikasi adalah pemberian obat disesuaikan dengan gejala dan diagnosa pasien karena obat
memiliki spektrum terapi yang spesifik.
 Tepat pasien merupakan ketepatan pemilihan obat yang sesuai dengan kondisi dari pasien dan
obat tidak dikontraindikasikan untuk pasien.
 Tepat obat adalah pemberian obat disesuaikan dengan diagnosis penyakit dan obat yang dipilih
haruslah obat lini pertama.
 Tepat dosis adalah pemberian obat yang tepat besaran, frekuensi, rute dan durasinya kepada
pasien sehingga menimbulkan efek yang diinginkan, karena pemberian dosis yang berlebihan
atau kurang akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
Populasi dan Sampel
Populasi sampel yang diperoleh sebanyak 157 pasien dengan diagnosa hipertensi selama
kehamilan, dari jumlah tersebut didapatkan 39 pasien yang memenuhi kriteia inklusi sebagai
berikut:
 Pasien rawat inap dengan diagnosa utama penyakit hipertensi kronis, pre-eklampsia, hipertensi
gestasional, preeklampsia pada hipertensi kronis dan eklampsia
 Umur pasien >17 tahun
 Mendapat terapi dengan obat antihipertensi
 Rakam medik pasien dengan kelengkapan identitas pasien (Nama, usia), tekanan darah saat
masuk dan keluar, nomor rekam medik, usia kehamilan, riwayat kehamilan, tekanan darah, hasil
tes laboratorium berupa nilai protein dalam urin, obat antihipertensi yang digunakan dan obat
lain jika ada termasuk dosis, rute dan frekuensi.
Alat dan Bahan
1) Alat
1. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Panduan Penatalaksanaan Hipertensi
dalam Kehamilan Kehamilan (Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI, 2006), Standar
Pengobatan Medis RSUD Pandan Arang yang digunakan sebagai standar acuan dan Queensland
Health(Hypertensive Disorders of Pregnancy) tahun 2013.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien dengan kelengkapan
berupaidentitas pasien (Nama, usia), tekanan darah saat masuk dan keluar, nomor rekam medik,
usia kehamilan, riwayat kehamilan, tekanan darah, hasil tes laboratorium berupa nilai protein dalam
urin, jenis obat antihipertensi yang digunakan dan obat lain jika ada, dosis, rute dan frekuensi.

34
Tempat Penelitian
RSUD Pandan Arang Boyolali
Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan pada prosedur pengobatan antihipertensi pada ibu hamil di
RSUD Pandan Arang tahun 2016 berdasarkan 4T yaitu ketepatan indikasi, ketepatan pasien,
ketepatan obat dan ketepatan dosis. Seluruh data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan
menghitung presentasenya.Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah presentase 4T
adalah :

a. % tepat indikasi = x 100 %

b. % tepat pasien = x 100 %

c. % tepat obat = x 100 %

d. % tepat dosis = x 100 %

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


 Karakteristik pasien
Klasifikasi usia pasien berdasarkan Depkes RI yaitu 17-25 tahun (masa remaja akhir), 26-35
tahun (masa dewasa awal), dan 36-45 tahun (masa dewasa akhir). Dari data hasil penelitian,
didapatkan persentase timbulnya hipertensi dalam kehamilan berdasarkan usia pada usia 26-35
tahun (masa dewasa awal) sebesar 38,46 % (15 pasien), diikuti dengan usia 17-25 dan 36-45
dimana persentase masing-masing sebesar 30,77% (12 pasien). Persentase terbanyak hipertensi
pada ibu hamil terdapat pada usia 26-35 sebanyak 15 pasien (30,77%), Hipertensi dalam kehamilan
akan meningkat di usia muda (< 20 tahun) dikarenakan adanya perubahan patologis yaitu terjadinya
spasme pembuluh darah arteriole menuju organ penting dalam tubuh sehingga menimbulkan
gangguan metabolisme jaringan, gangguan peredaran darah menuju retroplasenter, sedangkan pada
tubuh ibu belum siap untuk terjadinya kehamilan karena belum sempurnanya organ-organ yang
mendukung dalam kehamilan wanita (Manuaba, 1998). Ibu hamil berusia > 35 tahun atau lebih
dapat beresiko terjadinya hipertensi dan preeklamsia karena pada usia tersebut terjadi perubahan
pada rahim dan organ kandungan yang menua dan jalan lahir yang sudah tidak lentur (Rochjati,
2003). Usia kehamilan dilihat dari data menunjukan trimester ketiga (28-40minggu) memberikan
persentase paling besar sebanyak 34 pasien (87,18%) . Hal ini terjadi karena hipertensi gestasional
dan preeklamsia berat dapat muncul setelah usia kehamilan memasuki minggu ke 20 usia kehamilan
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Semakin bertambahnya usia kehamilan maka

35
semakin meningkat risiko terkena hipertensi, sedangkan trimester kedua sebanyak 3 pasien (7,69%)
dan lebih dari trimester ketiga ada 2 pasien (5,13%).
Status kehamilan pada ibu hamil dapat dilihat tabel 1 sebanyak 10 pasien (25,64%) dengan
statusprimigravida dan sebanyak 29 pasien (74,36%) dengan status multigravida. Paritas
merupakan frekuensi kehamilan dan persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan kehamilan 28
minggu dan berat badan janin mencapai 1000 gram. Paritas dipandang dari sisi kesehatan, paritas
pertama, dan kedua merupakan paritas yang paling aman, sedangkan paritas ketiga memiliki risiko
yang tinggi untuk terjadinya hipertensi pada ibu hamil (Lindarwati, 2012).
Diagnosis yang didapatkan dalam penelitian yaitu preeklamsia berat sebanyak 28 pasien
(71,79%) dan hipertensi gestasional sebanyak 11 pasien (28,21%). Preeklamsia merupakan
hipertensi yang muncul pada usia kehamilan minggu ke 20 dengandisertai adanya proteinurea.
Preeklamsia dapat berkembang mejadi eklamsia, dimana hipertensi yang disertai kejang-
kejang(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).Hipertensi gestasional dapat muncul
setelah usia kehamilan masuk minggu ke 20, tidak dapat berkembang menjadi preeklamsia dan
dapat sembuh dalam waktu 3 bulan setelah melahirkan (Queensland Clinical Guidelines, 2015).
Kadar protein dalam urin dari 39 pasien terdapat 28 pasien (71,79%) dinyatakan positif dan 11
pasien (28,21%) dinyatakan negatif. Kadar protein dalam urin dikatakan tidak normal apabila hasil
pemeriksaan pada pasien ibu hamil yang mengalami hipertensi sebesar 0,3gram/24 jam atau dengan
menggunakan dipstick didapatkan hasil ≥ 1 (+) dalam sampel urin acak.(Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2006).
Melahirkan yang dipercepat merupakan terapi yang disarankan untuk penderita preeklamsia
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Apabila usia kehamilan sudah memasuki 37
minggu, kehamilan diakhiri setelah mendapatkan terapi dengan obat hipertensi untuk stabilitas ibu
dan usia kehamilan yan kurang atau belum memasuki 37 minggu maka kehamilan dipertahankan
selama mungkin serta diberikan terapi dengan obat hipertensi (Himpunan Kedokteran Feto
Maternal POGI, 2006). Data menunjukkan bahwa tindakan SC (sectio caesarea) paling banyak
dilakukan yaitu 14 pasien (35,90%), secara VE (vakum ekstraksi) terdapat 3 pasien (7,69%),
melahirkan secara spontan terdapat 11 pasien (28,21%) dan pasien yang belum melahirkan
sebanyak 11 pasien (28,21%). Paritas tinggi atau kehamilan yang berulang akan membuat uterus
menjadi renggang, sehingga dapat menyebabkan kelainan letak janin dan plasenta yang akhirnya
akan berpengaruh buruk pada proses persalinan,sehinggaapabila melahirkan secara normal
(pervaginam) tidak memungkinkan maka dilakukan persalinan per-abdominal (Wiknjosastro, 2003).

36
Tabel 1. Demografi pasien hipertensi pada ibu hamil berdasarkan usia, usia
kehamilan, status kehamian dan lama rawat inap di Intalasi Rawat Inap RSUD
Pandan Arang tahun 2016.
Kriteria Jumlah Presentase (%)
N=39
Usia(Tahun)
17-25 12 30,77
26-35 15 38,46
36-45 12 30,77
Usia kehamilan (Minggu)
0-12 -
13-28 3 7,70
29-40 34 87,17
>40 2 5,13
Status kehamilan
Primigravida 10 25,64
Multigravida 29 74,36
Lama rawat inap (Hari)
1-5 26 66,67
6-10 13 33,33
Diagnosa Jumlah Presentase (%)
Hipertensi Kronis - -
Pre-eklamsia Berat 28 71,79
Hipertensi Gestasional 11 28,21
Eklamsia - -
Kadar Protein dalam urin Jumlah Presentase (%)
Positif 28 71,79
Negatif 11 28,21
Metode melahirkan Jumlah Presentase (%)
SC 14 35,90
VE 3 7,70
Spontan 11 28,20
Belum melahirkan 11 28,20

b. Karakteristik Pengobatan
Pada tabel 2 menyajikan distribusi penggunaan obat pada pasien ibu hamil yang mengalami
hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang tahun 2016. Obat antihipertensi yang
digunakan Nifedipin (89,74%) dan metildopa (46,15%). Selain penggunaan obat antihipertensi, 39
pasien (100%) juga mendapatkan cairan elektrolit berupa ringer laktat. Ringer laktat merupakan
cairan kristaloid yang dapat digunakan untuk luka bakar, syok, dan menghindari dari kekurangan
cairan. Ringer laktat dalam kehamilan bersifat teratogenik, menurut FDA termasuk dalam kategori
C untuk digunakan dalam kehamilan. Hasil penelitian pada sistem reproduksi hewan belum
dilakukan, dan tidak diketahui secara pasti pengaruh pemberian ringer laktat pada kerusakan janin
apabila diberikan pada ibu hamil atau dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Ekskresi ringer laktat
melalui ASI (air susu ibu) belum diketahui secara pasti, namun perlu berhati-hati saat ibu menyusui
diberikan ringer laktat (Petik et al., 2005). Penggunaan antikonvulsan berupa injeksi MgSO4
sebanyak 28 pasien (71,79%). Injeksi MgSO4 diberikan untuk mencegah terjadinya kejang yang

37
berkaitan dengan preeklamsia, dapat digunakan sebagai terapi profilaksis untuk mencegah
berkembangnya preeklamsia berat menjadi eklamsia dan dapat diresepkan untuk pengobatan
eklamsia(Lisniawati et all., 2011; Brian et all., 2013). Magnesium sulfat adalah terapi pilihan untuk
mencegah terjadinya eklampsia, namun obat ini belum berperan dalam menurunkan tekanan darah
sehingga antihipertensi tetap perlu diberikan pada pasien (Pratiwi, 2013).
Terapi analgetik menggunakan asam mefenamat yang merupakan obat golongan NSAID
(Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) tidak dianjurkan untuk pasien hipertensi karena dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menghalangi sintesis prostaglandin dan dapat
mengakibatkan meningkatnya plasma dan volume darah karena terjadi pelebaran dari pembuluh
darah (Sager et al, 2013). Menurut FDA keamanaan penggunaan asam mefenamat untuk ibu hamil
termasuk dalam kategori C, yang berarti dalam studi terkontrol menggunakan hewan uji terdapat
pengaruh pada janin sedangkan dalam wanita hamil belum terdapat studi terkontrol. Obat golongan
NSAID tidak dianjurkan untuk diberikan pada ibu hamil baik pada saat mengandung atau saat akan
melahirkan (trimester akhir) karena obat ini dapat menghambat kontraksi rahim dan dapat
mempengaruhi janin (Sageret al, 2013).
Pemberian vitamin dan suplemen pada ibu hamil juga diberikan selama kehamilan, tedapat 1
pasien yang mendapatkan vitamin C, 1 pasien ( 2,56%) mendapatkan asam folat dan terdapat 3
pasien (7,69%) mendapatkan ferro sulfat. Kebutuhan gizi ibu hamil akan meningkat dibandingkan
kebutuhan ibu yang tidak hamil, kebutuhan protein akan meningkat sampai 68%, asam folat 100%,
kalsium 50% dan zat besi 200-300% (Arisman, 2010). Zat besi sangat dibutuhkan oleh ibu hamil
untuk mencegah terjadinya anemia dan menjaga pertumbuhan janin secara optimal. Kekurangan zat
besi akan mengakibatkan kecepatan pembentukan hemoglobin dan konsentrasinya dalam peredaran
darah menurun.Asam folat dapat mencegah terjadinya cacat janin, menghindari anemia.
Kekurangan asam folat dalam kehamilan akan menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit,
sehingga muncul sel darah merah dengan bentuk dan ukuran abnormal yang disebut sebagai anemia
megaloblastik (Daque et al., 2014). Konsumsi vitamin C dapat membantu meningkatkan
penyerapan zat besi. Vitamin C mempunyai peran dalam pembentukan hemoglobin dalam darah,
dimana vitamin C membantu penyerapan zat besi dari makanan sehingga dapat diproses menjadi sel
darah merah kembali. Kadar hemoglobin dalam darah meningkat maka asupan makanan dan
oksigen dalam darah dapat diedarkan ke seluruh jaringan tubuh yang akhirnya dapat mendukung
kelangsungan hidup dan pertumbuhan janin (Fathimah, 2016).
6

38
Terapi glukokortikoid sangat efektif dalam menurunkankesulitan pernafasan dan mortalitas
neonatal dalam menunda kelahiran minimal 24 jam setelah pemberian secara intravena. Injeksi
deksamethason direkomendasikan untuk pematangan paru janin, mengurangi mortalitas, gangguan
sindrom pernafasan dan pendarahan intraventrikular pada bayi prematur (Prawirohardjo, 2009).
Pemberian injeksi oksitosin bertujuan meningkatkan aktifitas uterus sehingga dapat mempercepat
perubahan serviks dan penurunan janin ke jalan lahir (Cunningham,2002).
Tabel 2. Distribusi penggunaan obat pada ibu hamil dengan hipertensi di Instalasi
Rawat Inap RSUD Pandan Arang tahun 2016
Kelas Terapi Nama Obat Jumlah Pasien Presentase (%)
N=39
Antihipertensi Nifedipin tab 35 89,74
Metildopa 18 46,15
Anti konvulsan Injeksi MgSO4 28 71,79
Antiinflamasi Asam mefenamat 1 2,56
Injeksi Deksametasone 6 15,38
Elektolit Ringer Laktat 39 100
Vitamin Vitamin C 1 2,56
Suplemen Ferro Sulfat 3 7,69
Asam Folat 1 2,56
Antibiotik Injeksi Cefotaxime 3 7,69
Hormon Injeksi Oksitosin 2 5,12

1) Golongan Obat Antihipertensi


Profil penggunaan antihipertensi pada ibu hamil di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan
Arang Boyolali tahun 2016 menunjukan penggunaan monoterapi dan kombinasi. Berdasarkan tabel
3 pemberian obat antihipertensi yang digunakan sebagai monoterapi adalah nifedipin, dan
metildopa. Pemberian terapi kombinasi obat antihipertensi berupa nifedipin dengan metildopa.
Penggunaan terapi antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah nifedipin sebanyak 21
pasien (53,84%). Nifedipin merupakan obat hipertensi golonganCalcium Channel Blockers,
mekanisme kerja dari nifedipin adalah menghambat pergerakan transmembran masuknya kalsium
ke dalam sel mengakibatkan kontraksi otot pembuluh darah menurun sehingga tekanan darah dapat
menurun(Gaspar, 2013). Penggunaan nifedipin secara oral masih sering digunakan dalam
pengobatan pre-eklamsia berat tetapi FDA tidak menyetujuinya karena efek samping terhadap fetus
dan ibu yaitu hipotensi dengan fetal distress pernah dilaporkan (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2006). Pasien yang mendapatkan monoterapi dengan metildopa sebanyak 4 pasien
(10,26%). Metildopa digunakan sebagai drug of choice untuk pengobatan hipertensi dalam
kehamilan, obat ini aman karena tidak memiliki efek kepada janin (Morimoto et al., 2015). Menurut
pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi, metildopa merupakan obat pilihan dalam
7

39
pengobatan hipertensi dalam kehamilan karena aliran darah plasenta pada ibu dan janin stabil serta
aman berdasarkan follow-up jangka panjang (7,5 tahun) (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2006).Terapi kombinasi diberikan apabila pasien tidak merespon terhadap terapi tunggal
(monoterapi) yang diberikan. Respon tersebut berupa tekanan darah yang menurun atau kembali
normal (Sajith et al., 2014). Pasien yang menerima terapi kombinasi antara nifedipin dengan
metildopa sebanyak 14 pasien (35,90%).
Tabel 3. Distribusi pengobatan monoterapi hipertensi pada ibu hamil di Intalasi
Rawat Inap RSUD Pandan Arang tahun 2016
Terapi Obat Utama Jumlah Pasien Persentase (%)
n=39
Tunggal Nifedipine 21 53,84
Metildopa 4 10,26
Kombinasi Nifedipine + Metildopa 14 35,90

3. Evaluasi Pengobatan
 Tepat Indikasi
Tepat indikasi merupakan ketepatan pemilihan obat dengan berdasarkan diagnosis dokter
untuk pasien. Hasil penelitian ini sebanyak 39 pasien atau sebesar 100% yang terdiri dari 28 ibu
hamil yang terdiagnosa pre-eklamsia berat dan 11 ibu hamil yang terdiagnosa hipertensi gestasional
memenuhi kriteria tepat indikasi, karena obat antihipertensi diberikan kepada ibu hamil sudah
sesuai dengan diagnosa. Pemberian obat antihipertensi di RSUD Pandan Arang tahun 2016 yaitu
nifedipin, metildopa dan kombinasi nifedipin dengan metildopa. Profil ketepatan indikasi tersaji
pada tabel 4.
Tabel 4. Presentase ketepatan indikasi antihipertensi pada ibu hamil di RSUD Pandan Arang
Boyolali tahun 2016
Diagnosa Obat yang Standar terapi Nomor RM Jumlah Persentase (%)
diresepkan SPM POGI Tepat N=39
Preeklamsia Nifedipin Nifedipin Nifedipin 1,3,4,7,9,10,13,14,15, 28 71,79
Berat 18,19,20,23,24,25,37,38,3
9

Nifedipin + 2,5,6,8,11,12,16,17,21,2
metildopa
Hipertensi Metildopa Metildopa 27,28,29,36 11 28,21
Gestasional
Nifedipin Nifedipin 26,30,31,34

Nifedipin + 32,33,35
metildopa

2) Tepat Pasien

40
Tepat pasien merupakan pemilihan obat yang sesuai dengan kondisi dari pasien baik dari aspek
fisiologi maupun patologi dan obat tidak dikontraindikasikan untuk pasien. Obat yang diberikan
harus sesuai dan aman untuk ibu hamil, karena obat tidak hanya akan terdistribusi pada ibu
melainkan juga terhadap janin yang dikandung, sehingga keamanan dan ketapatan pemilihan obat
untuk pasien harus sesuai.(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Tabel 5. Presentase ketepatan pasien hipertensi pada ibu hamil di RSUD Pandan Arang tahun 2016
Diagnosa Terapi antihipertensi sesuai Obat yang Nomor RM Persentase (%)
SPM RS dan POGI diresepkan N=39
Preeklamsia Berat Terapi preeklamsia berat Nifedipin 1,3,4,7,9,10,13, 71,79
menurut SPM RS 14,15,18,19,20,
menggunakan nifedipin dan 23,24,25,37,38, 39
menurut POGI terapi nifedipin + 2,5,6,8,11,12,16,17,21,2
preeklamsia berat dapat metildopa 2
menggunakan nifedipin atau
nicardipin.
Hipertensi Terapi menurut POGI lini Metildopa 27,28,29,36 28,21
Gestasional pertama: metildopa, lini nifedipin 26,30,31,34
kedua: nifedipin Nifedipin + 32,33,35
metildopa
Hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 5, dari data didapatkan ketepatan
pasien pada diagnosis preeklamsia berat sebesar 71,79% atau 28 pasien dan diagnosa hipertensi
gestasional 28,21% atau 11 pasien. Pemberian obat berupa nifedipin, metildopa pada ibu hamil
sudah sesuai karena aman dan tidak dikontraindikasikan dengan pasien. Metildopa termasuk dalam
kategori B, merupakan obat yang tidak menimbulkan risiko pada janin sedangkan nifedipin masuk
dalam kategori C dimana perlu adanya pertimbangan penggunaan nifedipin memberikan manfaat
yang lebih besar daripada risiko yang akan terjadi pada janin.
3) Tepat Obat
Tepat obat merupakan ketepatan pemilihan obat sesuai dengan drug of choice untuk hipertensi pada
ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan dari 39 pasien yang terdiagnosa hipertensi terdapat 37
pasien (94,87%) yang memenuhi kaidah tepat obat. Tabel 6 menjelaskan bahwa ketepatan
penggunaan obat terbagi menjadi dua diagnosis yaitu 26 pasien dengan diagnosis preeklamsia berat
atau sebesar 66,67% dari 28 pasien dan diagnosis hipertensi gestasional sebesar 28,21% (11 pasien )
yang memenuhi kaidah tepat obat. Ketidaktepatan penggunaan obat terjadi pada diagnosis PEB
dengan penggunaan kombinasi obat (nomor RM: 5 dan 11), dikarenakan pemberian terapi
kombinasi antara nifedipin dengan metildopa pada pasien dengan TD < 160/100mmHg, menurut
Queensland Health(Hypertensive Disorders of Pregnancy) tahun 2013 terapi kombinasi antara obat
antihipertensi diberikan apabila pasien hipertensi sudah memasuki stage berat/akut, yaitu tekanan
darah diastolik > 160 mmHg dan tekanan darah sistolik mencapai > 100 mmHg, pemberian obat
9

41
antihipertensi pada stageberat/akut secara bersamaan dapat menurunkan tekanan darah secara
efektif (Queensland ClinicalGuidelines, 2013).

Tabel 6 Presentase ketepatan obat antihipertensi pada ibu hamil di RSUDPandan Arang
tahun 2016
Diagnosa Obat Standar terapi Nomor RM No RM Jumlah Persentase (%)
yang di SPM POGI Queensland Tidak tepat N=39
resepkan tepat
Preeklamsia Nifedipin Nifedipin Nifedipin Nifedipin 1,3,4,7,9, 18 66,67
Berat (CCB) (CCB) (CCB) 10,13,14,
15,18,19,
20,23,24,
25,37,38, 39
Nifedipin Kombinasi 2,6,8,12,16,17,2 8
+ Nifedipine 1,22
metildopa dan Metildopa
pada
hipertensi
berat/akut

Kombinasi 5, 11
Nifedipine
dan Metildopa
pada
hipertensi
ringan-sedang
Hipertensi Metildopa Metildopa 27,28,29, 36 - 4 28,21
Gestasional Nifedipin Nifedipin 26,30,31, 34 - 4
Nifedipin Kombinasi 32,33,35 - 3
+ Nifedipine
metildopa dan Metildopa
pada
hipertensi
berat/akut

4) Tepat Dosis
Berdasarkan tabel 7 besaran dosis antihipertensi yang digunakan di RSUD Pandan Arang
Boyolali terdapat 1 kasus ketidaktepatan dosis (nomor RM 9), hal ini karena pasien mendapatkan
terapi nifedipin dengan rute pemberian secara sublingual yang tidak sesuai dengan acuan Standar
Pengobatan Medis. Kriteria tepat dosis didapatkan sebanyak 36 pasien (92,31%). Pemberian
nifedipin dengan rute sublingual tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan hipotensi
krisis dan gangguan pada janin walaupun penggunaan secara sublingual dapat menurunkan tekanan
darah dengan cepat (Marendeng, 2007). Ketepatan dosis dari penelitian yang dilakukan didapatkan
sebanyak 25 pasien atau sebesar 64,10 % mendapatkan nifedipin dengan dosis 10 mg 3 x1 dan
kombinasi nifedipin 10 mg 3x1 dengan metildopa 3,0g/hari, dibagi menjadi 2-3 dosis dalam

10

42
sehari.dan ketepatan dosis untuk diagnosa hipertensi gestasional adalah 11 pasien atau sebesar
28,21%. Menurut DIH, terapi dengan metildopa minimal dilakukan selama 2 hari dan dosis yang
digunakan adala 3x 250mg rute per oral, serta nifedipin dengan besaran dosis 3x 10mg dengan rute
per oral. Pemberian besaran dosis obat antihipertensi harus tepat, ketidaktepatan dosis dapat
berpengaruh pada keberhasilan terapi. Hal ini disebabkan karena besaran dosis yang diberikan
kurang sehingga tekanan darah normal tidak tercapai (Brian et all., 2013).
Tabel7. Presentase ketepatan dosis antihipertensi pada ibu hamil di RSUD Pandan Arang
tahun 2016
Diagnosa Obat yang Standar terapi Nomor RM No Jumlah Persentase (%)
diresepkan SPM POGI RM tepat N=39
Tidak
tepat
Preeklamsia Nifedipin Per oral: Per oral: Nifedipin 1,3,4,7,10,1 17 64,10
Berat Nifedipin 10mg 3 x sehari 3,14,15,18,1
10mg 3 x 9,20,23,24,2
sehari 5, 37,38,39

Sublingual: 9
Nifedipin
10mg 3x sehari
Nifedipin + Nifedipin 2,6,8,12, - 8
metildopa 10mg 3 x sehari 16,17,21,22
Metildopa
0,5-3,0 g/hari.
Terbagi menjadi 2-3
dosis dalam sehari.
Hipertensi Metildopa Metildopa 27,28,29, 36 - 4 28,21
Gestasional 0,5-3,0 g/hari.
Terbagi menjadi 2-3
dosis dalam sehari.
Nifedipin Per oral: Nifedipin 26,30,31, 34 - 4
10mg 3 x sehari
Nifedipin + Nifedipin 32,33,35 - 3
metildopa 10mg 3 x sehari
Metildopa
0,5-3,0 g/hari.
Terbagi menjadi 2-3
dosis dalam sehari.

 Keterbatasan penelitian
Kelemahan dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu penelitian sehingga penelitian
menggunakan metode secara retrosprektif. Dimana metode ini hanya dapat menggambarkan
ketepatan penggunaan obat dengan melihat data dari rekam medis pasien, tidak dapat melihat
langsung kondisi klinis pasien dengan mengikuti perkembangan penyakitnya dan melihat kejadian
yang mungkin terjadi karena ketidaktepatan penggunaan obat antihipertensi pada ibu hamil. Perlu
adanya penelitian secara prospektif dengan mengikuti perkembangan pasien untuk mengetahui
akibat yang benar-benar terjadi akibat ketidaktepatan penggunaan obat antihipertensi.

11

43
4. PENUTUP
KESIMPULAN
1. Gambaran terapi antihipertensi adalah terapi tunggal nifedipin sebanyak 21 pasien (53,84%),
metildopa sebanyak 4 pasien (10,26%) dan terapi kombinasi berupa nifedipin dengan metildopa
sebanyak 14 pasien (35,90%).
2. Ditemukan 39 pasien (100%) dengan kriteria tepat indikasi, 39 pasien (100%) dengan kriteria
tepat pasien, 37 pasien (94,87%) dengan kriteria tepat obat dan 36 pasien (92,31%) dengan
kriteria tepat dosis.
Saran
1. Perlu peningkatan peran farmasis dalam penatalaksanaan terapi antihipertensi pada ibu hamil di
RSUD Pandan Arang Boyolali untuk mendapatkan terapi yang aman dan sesuai.
2. Perlu dilakukan penelitian secara prospektif untuk melihat kejadian yang ditimbulkan dari
ketidaktepatan penggunaan obat antihipertensi pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2010, Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Brian K. A., Corelli R.L., Ernst M.E., Guglielmo B., Joseph., Jacobson P.A., Kradjan W.A., and
Williams B.R., 2013, Koda-Kimble and Young’s applied therapeutics : the clinical use of
drugs 10 th Edition,Philadelpia, USA.

Chobanian A.V., Bakris G.., Black H.R. and Cushman W.C., 2004, The Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure, Seventh., New York.

Daque, X., Martinez, H., Vilchis-Gil, J., Mendoza, E., Flores-Hernández , S., Morán, S., Navarro,
F., Roque-Evangelista, V., Serrano, A., Mera , R.M., 2014. Effect of Supplementation with
Ferrous Sulfat on Iron Bis-Glycinate Chelate of Feritin Concentration in Mexican School
Children; A Randomized Controlled Trial, Nutrition Journal, 3.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Modul penggunaan obat rasional, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Jakarta.

Fathima D.N., 2016, A Study on Outcome of Antepartum Eclampsia . An Analysis of Factors


Contributing to Zero Maternal Mortality in Medical Science, Medical Science,Departemen of
Obstetries & Gynaecology, Mahabubnagar, Telangana.

Gaspar R. and Hajagos T. J., 2013, Calcium Channel Blockers as Tocolytics: Principles of their
actions, adverse effects and therapeutic combinations, Pharmaceuticals, pp 689–699.

44
Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI, 2006, Panduan Penatalaksanaan Hipertensi dalam
Kehamilan, Semarang. 12

45
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P. and Lanc, L.L., 2008, Drug Information Handbook,
17th Edition, America.

Lindarwati, 2012, Hubungan Antara Frekuensi Kehamilan Dengan Hipertensi di RSUDPandan


Arang Boyolali,Skripsi,hal 8, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Marendeng B., 2007, Profil peresepan obat antihipertensi pada pasien preeklamsia di instalasi rawat
inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma

Morimoto Y., Kondo Y., Kataoka H., Honda Y., Kozu R., Sakamoto J., Nakano J., Origuchi T.,
Yoshimura T. and Okita M., 2015, Heat treatment inhibits skeletal muscle atrophy of
glucocorticoid-induced myopathy in rats, Physiological Research, pp 897–905, Nagasaki, Japan.

Petik D., Puho E., and Czeizel A.E., 2005, Evaluation of Maternal Infusion Therapy During
Pregnancy For Fetal Development, pp 137-147.

PratiwiB. R., 2013, Efektivitas Kombinasi Nifedipin 10 mg dan Metildopa 500 mg Terhadap Luaran
Maternal dalam Pengelolaan Preeklamsia Berat di RSUP dr. Kariadi, Skripsi, pp 5, Fakultas
Kedokteran,Universitas Diponegoro Semarang.

Queensland, 2013, Hypertensive Disorders of Pregnancy, Queensland, Queensland Goverment.

Sager, P., Heilbraun, J., Turner, J.R., Gintant, G. and Geiger, M.J., 2013. Assessment of drug-
induced increases in blood pressure during drug development : Report from the Cardiac Safety
Research Consortium. American Heart Journal, 165(4), pp.477–488.

Sajith M., Nimbargi V., Modi A., Sumariya R. and Pawar A., 2014, Incidence of pregnancy induced
hypertension and prescription pattern of antihypertensive drugs in pregnancy, , 5 (4), 163–170.

Sirait A.M., 2012, Prevalensi Hipertensi Pada Kehamilan Di Indonesia Dan Berbagai Faktor Yang
Berhubungan ( Riset Kesehatan Dasar 2007 ), Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 15 (2 April
2012), 103–109.

Survivalina R., 2015, Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali, Boyolali.

Wiknjosastro, H., 2003, Ilmu Kebidanan, Edisi keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta

46
2.Hipertensi Gestasional

Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.IX No.2 Tahun 2018


ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. E
DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL

Yulrina Ardhiyanti
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Jl. Mustafa Sari No. 5 Tangkerang Selatan, Pekanbaru
rien.ardhi@htp.ac.id

INTISARI
Latar belakang studi kasus : Angka Kematian Ibu di Provinsi Riau mengalami
peningkatan pada tahun 2014 sebesar 124,5 dibandingkan tahun 2012 dan 2013 masing-
masing sebesar 118 dan 112,7 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebabnya adalah
perdarahan sebanyak 39%, diikuti dengan Hipertensi Gestasional sebanyak 20% dan
penyakit lain seperti penyakit Jantung, Diabetes dan lain-lain.
Tujuan studi kasus : Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
Hipertensi Gestasional menggunakan metode SOAP.
Metode studi kasus : Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif observasional
dengan pendekatan Continuity of care diberikan pada ibu hamil Ny. E di BPM Dince
Safrina, Amd.Keb, SST dari 17-29 Maret 2017. Subyeknya Ny. E Umur 29 tahun
G4P3A0. Jenis data primer. Cara pengumpulan data anamnesa, observasi, pemeriksaan
dan dokumentasi. Analisa data dengan membandingkan antara data yang diperoleh
dengan teori yang ada.
Laporan kasus dan bahasan : Saat hamil Ny. E mengatakan sakit kepala, pusing,
tengkuk terasa pegal dan susah tidur pada malam hari.
Simpulan : Asuhan kebidanan dilaksanakan menggunakan pendekatan dengan
pendokumentasian SOAP (Subjektif, Objektif, Asesmen, Penatalaksanaan). Tidak
ditemukan kesenjangan pada hasil data Subjektif dan Objektif. Sehingga setelah semua
data terkumpul dapat disimpulkan Analisa dan melakukan Penatalaksanaan sesuai dengan
teori.
Saran : Diharapkan penyedia layanan kesehatan meningkatkan kembali penyuluhan
tentang kehamilan baik itu tentang kehamilan fisiologis maupun patologis serta
meningkatkan kembali motivasi ibu untuk melakukan pemeriksaan antenatal di RB/RS 4
kali selama kehamilan sampai trimester III untuk mengetahui kondisi ibu hamil tersebut
agar dapat terpantau kesehatan ibu dan janin.
Kata kunci : Kehamilan, Hipertensi Gestasional

PENDAHULUAN Menurut data World Health

Hipertensi Gestasional (hipertensi Organization (WHO), hipertensi dalam

dalam kehamilan) merupakan tekanan darah kehamilan menyumbangkan 6-8% kematian

≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada maternal. Kematian maternal ini terjadi

kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria hampir 99% di negara berkembang, dan

dan tekanan darah kembali normal ≤ 12 sisanya dinegara maju (Uteri, 2013).
minggu pasca persalinan (Nugroho,2012). Lima penyebab kematian ibu terbesar

adalah perdarahan, Hipertensi Gestasional,

58

47
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.IX No.2 Tahun 2018

infeksi, partus lama/macet dan abortus. sebelum hamil dan obesitas. Tingginya

Kematian ibu di Indonesia didominasi oleh insiden hipertensi dalam kehamilan

tiga penyebab utama kematian yaitu menunjukkan semakin tingginya resiko

perdarahan, Hipertensi Gestasional, dan komplikasi maternal dan perinatal

infeksi. Di Indonesia tahun 2012 kematian (Prawirohardjo, 2009).

ibu peringkat pertama disebabkan oleh Asuhan yang dapat diberikan pada ibu

Hipertensi Gestasional 30% dan hamil dengan Hipertensi Gestasional adalah

komplikasi/perdarahan yaitu 31% (Depkes pemeriksaan antenatal care yang teratur,

RI, 2013). cukup istirahat dengan tidur malam

Di Provinsi Riau, Angka Kematian Ibu sekurang-kurangnya 8-10 jam dan tidur

(AKI) tiga tahun terakhir mengalami siang sedikitnya 2 jam, kurangi pekerjaan

peningkatan, tahun 2014 sebesar 124,5 rumah tangga dan hindari situasi yang

meningkat dibandingkan tahun 2012 dan mencetuskan stress, diet tinggi protein,

2013 masing-masing sebesar 118 dan 112,7 rendah hidrat arang, rendah lemak dan

per 100.000 kelahiran hidup. Penyebabnya rendah garam (Yulaikhah, 2009).

adalah perdarahan sebanyak 39%,

Hipertensi Gestasional sebesar 20% dan METODE STUDI KASUS

penyakit lain-lain seperti penyakit Jantung, Studi kasus ini menggunakan metode

Diabetes dan lain-lain (Dinkes Prov Riau, deskriptif observasional dengan pendekatan

2014). Continuity of care diberikan pada ibu hamil

Faktor resiko terjadinya Hipertensi Ny. E di BPM Dince Safrina, Amd.Keb,

Gestasional, antara lain : primigravida, SST Jl. Limbungan, Kelurahan Limbungan,

hiperplasentosis, umur yang ekstrim, riwayat Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru

keluarga yang pernah mengalami pre- dari 17-29 Maret 2017. Subyeknya Ny. E

eklampsia dan eklampsia, penyakit ginjal Umur 29 tahun G4P3A0. Jenis data primer.

dan hipertensi yang sudah ada Cara pengumpulan data anamnesa,


59

48
observasi, pemeriksaan dan dokumentasi. Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.IX No.2 Tahun 2018

Analisa data dengan membandingkan antara 140/90 mmHg, Pernafasan 24 x/i,

data yang diperoleh dengan teori yang ada. Nadi 79 x/i, Suhu 36,5 ˚c, sklera

tidak ikterik, konjugtiva tidak pucat.

BB sebelum hamil 65 kg, BB


HASIL STUDI KASUS
sekarang 75 kg, Tinggi Badan 152
Kunjungan antenatal care pertama kali
cm, HPHT 01-08-2016, UK 32
dilakukan pada tanggal 17 Maret 2017.
minggu 5 hari, TP 08-04-2017.
 Data Subjektif
 Pemeriksaan Palpasi :
o Keluhan yang dirasakan : sakit
Leopold I :
kepala, pusing, tengkuk terasa pegal
TFU 3 jari dibawah Px, bagian atas
dan susah tidur pada malam hari.
perut ibu teraba bundar, lembek,
o Mengalami peningkatan tekanan
tidak melenting, kemungkinan
darah pada usia kehamilan 23
bokong janin.
minggu, TD sebelum hamil 120/80
Leopold II :
mmHg.
Bagian kanan perut ibu teraba
o Sering mengkonsumsi makanan
panjang, keras, memapan
seperti : ikan asin dan telor asin serta,
kemungkinan punggung janin.
minuman dalam kemasan seperti teh
Bagian kiri perut ibu teraba
gelas.
tonjolan-tonjolan kecil
o Riwayat kesehatan yang lalu : tidak
kemungkinan ekstremitas janin.
mempunyai riwayat penyakit
Leopold III :
degenaratif seperti penyakit Jantung,
Bagian bawah perut ibu teraba
Diabetes, Asma dan lain-lain.
bulat, keras, melenting
 Data Objektif
kemungkinan kepala janin, belum
o Keadaan umum : lemas, kesadaran
masuk PAP.
composmentis.Tekanandarah

60

49
Leopold IV : Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.IX No.2 Tahun 2018
alternatif untuk mengurangi stress
Tidak dilakukan
dan depresi, membuat relaks dan
o MC. Donald : 33 cm
keadaan emosional menjadi stabil
o TBBJ : (33-13) x 155
sehingga tekanan darah ibu pun
= 3100 Gram
menjadi stabil.
o DJJ : 146 x/i
(Ibu memahami penjelasan yang
o Pemeriksaan laboratorium :
diberikan dan akan mencobanya).
Protein urine : (-)
3) Memberitahu ibu beberapa cara
Hb : 11 gr/dl
mengatasi pusing, yaitu : makan
Glukosa : (-)
teratur dan bergizi seimbang,
 Analisa
mengatur pola makan yang sehat
G4P3A0H3 usia kehamilan 32 minggu 5
seperti rendah garam, rendah
hari dengan Hipertensi Gestasional.
kolesterol, dan rendah hidrat arang
 Penatalaksanaan
serta meningkatkankan konsumsi
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan
buah-buahan dan sayur-sayuran.
kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
(Ibu mengerti dengan penjelasan
mengalami hipertensi dalam
yang diberikan).
kehamilan dan keadaan janin baik.
4) Menyarankan pada ibu untuk
(Ibu mengerti dengan penjelasan
menghindari makanan yang asin
yang diberikan, kelihatan sedikit
secara berlebihan karena dapat
cemas tetapi senang dengan kondisi
meningkatkan kadar kolesterol dan
janinnya).
bisa meningkatkan tekanan darah.
 Menjelaskan kepada ibu bahwa
(Ibu mengerti dan akan mencoba
mendengarkan musik seperti
untuk menghindari makan yang
lantunan ayat suci Alqur’an selama
mengandung kadar garam yang
30 menit merupakan pilihan
berlebihan).

61

50
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.IX No.2 Tahun 2018

5. Memberitahu ibu cara mengatasi PEMBAHASAN

tengkuk yang terasa pegal salah  Data Subjektif

satunya dengan cara melakukan Data subjektif yang ditemukan

senam hamil yang bertujuan untuk yaitu ibu merasa sakit kepala, pusing,

melatih otot-otot serta melancarkan tengkuk terasa pegal dan susah tidur

peredaran darah. pada malam hari. Hal ini sesuai dengan

(Ibu mengerti penjelasan yang teori Rukiyah (2010) yang menyatakan

diberikan dan akan mencobanya). bahwa keluhan yang dirasakan oleh ibu

6. Memberitahu ibu tanda bahaya merupakan gejala yang biasanya

kehamilan seperti perdarahan muncul pada ibu yang mengalami

pervaginam, sakit kepala yang Hipertensi Gestasional, seperti : nyeri

hebat, penglihatan kabur, rasa nyeri kepala saat terjaga, tengkuk terasa

yang hebat di bagian bawah perut, pegal, susah tidur, sesak nafas, mudah

bengkak pada wajah, tangan dan lelah dan mata berkunang-kunang.

kaki, dan pergerakan janin c. Data Objektif

berkurang. Data objektif yang ditemukan pada

(Ibu mengerti dengan penjelasan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu

yang diberikan). tekanan darah 140/90 mmHg dan

7. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 pemeriksaan lab : protein urine (-). Hal

minggu kemudian pada tanggal 23 ini sesuai dengan teori Nugroho (2012)

Maret 2017. yang menyatakan bahwa Hipertensi

(Ibu mengetahui jadwal kunjungan Gestasional apabila tekanan darah ≥

ulang). 140/90 mmHg untuk pertama kalinya

pada kehamilan dan tidak disertai

dengan proteinuria.

4. Analisa

62

51
Dari data subjektif dan objektif Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.IX No.2 Tahun
2018
diatas ditegakkan diagnosa berdasarkan melakukan pemeriksaan antenatal
dokumentasi asuhan kebidanan yaitu
minimal 4 kali selama kehamilan untuk
G4P3A0H3 usia kehamilan 32 minggu 5
mengetahui kondisi ibu hamil agar
hari dengan Hipertensi Gestasional.
dapat terpantau kesehatan ibu dan janin.
 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan


DAFTAR PUSTAKA
pada studi kasus ini sesuai dengan teori
Depkes RI. (2013). Efektivitas Pemberian
Terapi Musik terhadap penurunan
yang ada disesuaikan dengan kebutuhan
Tekanan Darah pada Ibu dengan
Hipertensi dalam Kehamilan.
pasien.
Available from :
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPS
IK/article/download/4141/4034>[Acce
ssed 24 Januari 2017].
SIMPULAN
Dinkes Prov Riau. (2014). Profil Kesehatan
Setelah dilakukan pengkajian sampai Provinsi Riau. Available from :
http:/dinkesriau.net/downlot.php?file=
evaluasi kasus tidak terdapat kesenjangan profil%20kesehatan%20provinsi%20ri
au%20tahun%202014.pdf>[Accessed
antara teori dan praktik di lapangan. 26Januari 2017].

Dinkes, RI. Prov. Riau. (2016). Buku


Panduan Bagi Bidan dan Petugas
SARAN Kesehatan di Puskesmas. Riau.
1) Bagi Institusi / Pendidikan Jannah, N. (2012). Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Yogyakarta : Andi
Diharapkan institusi dapat Publisher.
meningkatkan kualitas pendidikan bagi Muslihatun dkk. (2009). Dokumentasi
Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
mahasiswa dengan cara memperbanyak
Nugroho, T. (2012). Patologi Kebidanan.
bahan ajar dan menyediakan lahan Yogyakarta : Nuha Medika.
praktik sendiri. Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan,
Edisi 2 Cetakan 7. Jakarta : Salemba
 Bagi Lahan Praktik Medika.
Diharapkan lahan praktik dapat Rukiyah, A.Y & Yulianti, L. (2010). Asuhan
Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : CV.
meningkatkan motivasi ibu untuk Trans Info Medika.
63

52
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.IX No.2 Tahun 2018
Sulityawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan
Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika

Uteri, I., & Nifas, I. (2015). Hubungan usia


dan paritas dengan kejadian involusi
ibu nifas di bps mojokerto. Available
from :
http://repository.poltekkesmajapahit.ac
.id/index.php/PUBKEB/article/view/3
73/28>[Accessed 24 Januari 2017].

Yulaikhah & Lily. (2010). Asuhan


Kebidanan Kehamilan. Jakarta :
Kedokteran EGC
3. Hipertensi Preeklampsia
ISSN : 2339-1731
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan

Studi Kasus Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny.C. N Dengan
Preeklamsia Berat Di Ruang Bersalin Badan Layanan Umum Rumah Sakit
Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Sandra Tombokan1, Atik Purwandari2, Jecika Seila Lawani3
1, 2, 3. Jurusan kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

ABSTRAK

Latar belakang : Preeklamsi adalah penyakit pada kehamilan dan nifas dengan tanda hipertensi, oedema dan
proteinuria. Pada kehamilan sering terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, dimana perlu di
tanggulangi secara tepat dan sebaik-baiknya untuk mencegah terjadi preeklamsia dan perdarahan. Berdasarkan
data dari Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Prof. Dr. R. D. Kandou Manado bulan Juli-Desember
2011 ada 24 kasus preeklamsia dari 1034 ibu hamil yang dirawat inap.
Tujuan : Penelitian Menerapkan dan memperoleh gambaran umum Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu
hamil dengan Preeklamsia Berat yang dilakukan pada Ny. C. N. G3 P2 A0, 39 tahun, hamil 34-35 minggu,
janin intrauterine tunggal hidup, letak kepala V punggung kanan dengan Preeklamsia Berat (PEB) dan di
tangani secara aktif, keadaan ibu cukup baik, tekanan darah 170/110 mmHg, 88x/menit,suhu badan 36,5 0 C,
Respirasi 24x/menit.
Metode : pendekatan studi kasus manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah
Varney yaitu : pengumpulan data, interpretasi data dasar, diagnosa potensial, tindakan segera,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Hasil Penelitian : Sesuai hasil penelitian ini adalah Ibu hamil dengan Preeklamsi Berat dapat diobati dengan
perawatan yang maksimal oleh kerja sama petugas kesehatan. Dari catatan perkembangan dapat dilihat bahwa
Ibu hamil (Multigravida) dengan kasus Preeklamsia Berat sehingga tadinya tekanan darah naik bisa menurun
dengan perlahan – lahan. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil hendaknya dapat
meningkatkan ketrampilan dan kemampuan intelektual yang baik tentang perawatan ibu hamil untuk
mencegah terjadinya preeklamsia yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi

Kata Kunci : Manajemen Asuhan Kebidanan, Preeklamsia Berat.


dan berat. Alur asuhan preeklamsia telah
ditetapkan dan semua unit rumah bersalin
LATAR BELAKANG menyediakan panduan untuk perawatan
Preeklamsia di klasifikasikan menjadi preeklamsia. Biasanya semakin awal tanda dan
tiga bagian yaitu preeklamsia ringan, sedang gejala preeklamsia muncul semakin berat
53
manifestasi penyakitnya dan wanita dapat
mengalami preeklamsia berat pada usia
kehamilan cukup bulan atau bahkan dimasa
pascanatal. Oleh sebab itu, dalam merawat wanita
preeklamsia seorang tenaga kesehatan harus
selalu waspada pada
(1)
perubahan kondisi wanita hamil.
Salah satu penyebab kematian ibu hamil
dan bersalin yaitu preeklamsia dan eklamsia.
Oleh karena itu penanganan
preeklamsia dan eklamsia perlu dilaksanakan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi. Angka kematian ibu
disebabkan karena kurangnya pengetahuan
mengenai tanda – tanda kehamilan, usia
kehamilan yang

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 41

54
JIDAN
Jurnal Ilmiah
Bidan ISSN : 2339-1731

terlalu muda atau terlalu tua, pendidikan Populasi penelitian adalah seluruh
yang rendah, pendapatan keluarga yang ibu hamil yang dirawat dengan Pre
rendah juga aspek medis dan salah eklamsi di Kamar Bersalin Rumah Sakit
satunya juga Preeklamsia sangat Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou
berpengaruh dalam meningkatkan angka Manado Periode Juli s/d Desember 2011
kematian ibu melahirkan. Penyakit ini berjumlah 24 ibu hamil.
diklasifikasikan sebagai hipertensi yang Subjek Seorang ibu hamil dengan
diinduksikan oleh kehamilan. Angka Pre eklamsi Berat di Kamar Bersalin
kejadian preeklamsia di Indonesia berkisar Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D.
3,4 % - 8,5 %. Preeklamsia adalah Kandou Manado. Data yang diperoleh dari
penyulit dengan tanda-tanda hipertensi, hasil penelitian dengan menggunakan
oedema, proteinuria yang ditimbulkan format pengkajian persalinan normal
karena kehamilan. Penyebab utama dari selanjutnya di analisa berdasarkan
preeklamsia dan eklamsi sampai sekarang manajemen asuhan kebidanan Varney.
belum diketahui penanganan masih sulit
dan pengobatan yang diberikan hanya HASIL
bersifat simtopatik. (2, 3) Pengumpulan data (data subjektif)
Berdasarkan data yang diperoleh identitas / biodata, Ny. C. N umur 39 tahun
melalui studi pendahuluan dengan pendidikan SMA Pekerjaan Ibu Rumah
menggunakan buku register Kamar Tangga, alamat Kalasey I Lingkungan IV,

Bersalin Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Nama Suami Tn. Y. N umur 46 tahun
pendidikan SMA, pekerjaan Swasta.
Dr. R. D. Kandou Manado (2011) terdapat
Anamnesa tanggal 22 2012,
kejadian preeklampsia berat periode Juli Agustus
s/d Desember 2011 berjumlah 24 orang Pukul 18.10 wita, alasan Utama masuk
Kepal
kamar bersalin Sakit a sejak
(0,023%) dari 1.034 ibu hamil. Berarti
dalam setiap bulan terdapat rata-rata 3 tiga hari yang lalu, pusing, oedema pada
orang ibu hamil yang dirawat dengan bagian ekstremitas bawah Sejak 1 hari
kasus preeklampsi. yang lalu. Riwayat kehamilan, persalinan,
Tujuan Penelitianini adalah Untuk dan nifas yang lalu Ibu mengatakan ini
merupakan kehamilan yang ketiga, anak
menerapkan dan memperoleh gambaran
pertama lahir Spontan di Puskesmas di
umum Manajemen Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil dengan preeklampsia tolong bidan tahun 1998, berat lahir 2800
dengan pendekatan Manajemen gr panjang badan 46 cm keadaan anak
Kebidanan. sekarang baik umur 14 tahun. Anak ke dua
lahir Spontan di Puskesmas berat lahir
METODE 3100 gr panjang badan 48 cm keadaan
Metode yang digunakan dalam anak sekarang baik umur 4 tahun.

penelitian ini adalah deskriptif dengan Riwayat kehamilan sekarang Hari pertama
haid terakhir 21-12-2011, Taksiran

55
pendekatan studi kasus dengan penerapan
Manajemen Asuhan Kebidanan Tujuh persalinan 28-09-2012, ANC 5x di Dokter
Swasta. Keluhan-keluhan Trimester I
langkah Varney dan catatan perkembangan
(4, 5) mual, muntah, Trimester II pusing,
dalam bentuk SOAP. Trimester III pusing, bengkakpada

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 42

JIDAN adalah Suami dan Istri . Tempat dan


Jurnal Ilmiah Bidan petugas yang diinginkan untuk persalinan
adalah Dokter
ekstremitas bawah, Imunisasi TT1 13-03- Tempat rujukan jika terjadi komplikasi Di
2012, TT2 10-04-2012. Pergerakan janin Badan Layanan Umum Rumah Sakit
pertama kali dirasakan oleh ibu pada usia Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou
kehamilan 5 bulan (20 minggu),
Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir :
dirasakan kuat oleh ibu (>20x dalam
sehari), Aktivitas sehari-hari Istirahat siang
tidur siang pukul 13.00-14.00 ( ± 1
jam),malam tidur malam pukul 21.00 ( ±
8-9 jam), Pekerjaan ibu rutin mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, pola Seksualitas
Trimester pertama tidak pernah melakukan
hubungan seksual, Trimester ke dua
hubungan seksual 2 kali seminggu dan
Trimester ketiga hubungan seksual 1x
seminggu. Pola eliminasi (BAK) 5-6
x/hari, warna kuning keruh, BAB 2 kali
sehari konsistensi lembek, warna kuning
kecoklatan.
Riwayat penyakit sistemik yang pernah di
derita :ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit sistemik seperti
penyakit jantung, ginjal, asma, TBC paru,
hepatitis, dan hipertensi. Riwayat penyakit
keluarga dan keturunan ibu mengatakan
tidak pernah menderita penyakit keluarga
dan keturunan seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes mellitus dan gemelli.
Riwayat KB sudah 3 tahun memakai Pil.
Riwayat sosial ekonomi dan Psikologi
Status perkawinan Sah Kawin : 1 Kali
Lama nikah 14 Tahun Menikah pertama
pada umur 26 Tahun. Kehamilan ini
direncanakan, Perasaan ibu dan
keluarga terhadap kehamilan Senang.
Pengambilan keputusan dalam keluarga

56
Gigi dan mulut Bibir basah, lidah merah,
ISSN : 2339-1731 gusi bersih, gigi tidak ada caries.
LeherTidak ada pembesaran kelenjar
Manado. Persiapan menjelang persalinan
Tyroid.
adalah perlengkapan ibu dan bayi
Payudara Bentuk simetris Payudara
simetris, Keadaan puting susu Menonjol,
Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
Areola mamae Ada Hiperpigmentasi.
Data Obyektif Keadaan umum Kesadaran
Colostrum ada dan sudah keluar.
kompos mentis Tanda-tanda vital
Abdomen Pembesaran perut sesuai
Tekanan darah 170/110 mmHg, Nadi 88
0 usia Kehamilan, Linea Nigra Bekas
x/menit, Suhu badan 36,5 C, Respirasi 24
luka/operasi tidak ada. Varises Tidak ada.
x/menit, Pengukuran tinggi badan dan
Oedema Tidak ada, Pembesaran kelenjar
berat badan, Berat badan 78 Kg,
bartolini Tidak ada, Pengeluaran pervagina
Tinggi badan 154 cm, LILA 34 cm. Ada lendir, berwarna putih kental, tidak
Pemeriksaan Fisik Inspeksi Postur tubuh
berbau. Bekas luka/jahitan perineum tidak
Kepala
ada.
Rambut Warna hitam, panjang dan
Anus tidak ada hemoroid, bersih,
sedikit ikal, tidak rontok, kulit kepala tidak
tangan dan kaki Simetris, : Simetris kiri
ada ketombe, bersih, tidak ada benjolan.
dan kanan, Oedema pada tungkai bawah:
Muka terdapat Cloasma dan
Ada kiri dan kanan Varices Tidak ada
Oedema Tidak ada
Pergerakan Normal, Palpasi Payudara
Mata Simetris, Polip Tidak ada,
KonjungtivaTidak anemis, Sclera Tidak
Ikterus, Hidung Simetris Polip Tidak ada,

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 43


JIDAN Auskultasi Denyut Jantung Janin
Jurnal Ilmiah Bidan (DJJ)Terdengar disebelah kanan,Frekuensi
11-12-12 140 x/menit, teratur/tidak,
Simetris, ada pembesaran payudara Perkusi Refleks patella kanan dan kiri
Colostrum ada. Benjolan Tidak ada. positif Pemeriksaan dalam dilakukan oleh
Abdomen Tinggi Fundus Uteri: 31 cm Dokter Pukul : 19.20 Wita, Dinding
Leopold I Tinggi Fundus uteri 31 cm (3 Vagina normal Portio Lunak, Pembukaan
jari bawah procesus xypoideus). Leopold servik Belum ada Pembukaan, Ketuban
II Bagian perut kanan perut ibu teraba Utuh, Presentasi Fetus Kepala Posisi Letak
keras, rata seperti papan, bagian kiri perut belakang kepala, Penurunan bagian
ibu teraba bagian kecil dan tidak rata. terendah HI, Pemeriksaan Penunjang
Leopold III Bagian terendah janin teraba Tanggal 22 Agustus 2012
melenting dan keras tidak dapat digoyang Urine Proteinuria +++, Hb 10,6 gr%.
letak kepala. Leopold IV Bagian terendah
janin sudah masuk pintu atas panggul INTERPRETASI DATA DASAR
(PAP) jari – jari penolong dapat bertemu Diagnosa : G3 P2 A0, Ny. C. N, 39 Tahun,
(convergen). Hamil 34 - 35 minggu, janin intrauterin
Taksiran berat janin: 2926 gram. tunggal hidup, letak kepala V puka dengan
Perhitungan menurut Donald Tinggi Preeklamsia Berat. Masalah Tekanan darah
fundus uteri(dalam cm)-12 x 154. meningkat, takut dan cemas menghadapi
Kontraksi Kadang – kadang, belum teratur. kehamilannya.

57
Kebutuhan mendapat dukungan moril, beri
tahu ibu tentang kehamilannya dan ISSN : 2339-1731

komplikasi yang mungkin terjadi, istirahat


dan diet.

DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi Eklamsi

TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter mengenai
pemberian obat Dopamet 3 x 500 mg
dengan cara oral.

INTERVENSI
Observasi keadaan umum dan tanda
– tanda vital, Observasi denyut jantung
janin tiap 30 menit, Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian terapi dan obat
dengan cara oral, persiapkan alat untuk
pemasangan infus, berikan MgSO4
disuntikkan di bokong sebelah kanan
sesuai dengan kolaborasi dokter,
persiapkan alat untuk pemasangan kateter
urine, jelaskan tentang keadaan
kehamilannya, Jelaskan kepada ibu bahwa
ibu harus diet rendah garam, lemak serta
karbohidrat dan tinggi protein (kurangi
makan daging), anjurkan ibu untuk
istirahat, anjurkan suami dan keluarga
untuk membantu ibu selama dalam
perawatan dan memberikan dukungan
moril, mengontrol Intake dan Output.

IMPLEMENTASI
Tanggal 22 Agustus 2012
Jam 19.35 Wita Mengobservasi keadaan
umum dan tanda – tanda vital ibu,
Keadaan umum : Sakit kepala dan
ekspresi wajah ibu meringis, Tanda –
tanda vital, Tekanan darah 170/110 mmHg
0
Nadi 88 x/menit, Suhu badan 36,5 C,
Respirasi 24 x/menit,
Jam 19.45 Wita
Mengobservasi detak jantung janin : 12 -
12 -12 = 144 x/menit.
Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 44
JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan

58
Jam 19.50 Wita ISSN : 2339-1731
Memberi obat Dopamet 3 x 500 mg
1200 tts, air mineral 50 cc, urine keluar 50
dengan cara oral sesuai dengan kolaborasi
cc).
dokter.
Jam 19.55 Wita
EVALUASI
Memasang cairan infus Ringer Laktat 500
cc, 20tts/menit di tangan kanan. Jam 20.05 Tanggal 23 Agustus 2012
Wita Jam 06.00 Wita
Observasi keadaan umum dan Tanda –
Memberikan MgSO4 20% 10 gr 3 cc
tanda vital :
disuntikkan dibokong bagian kanan .
TD 170/110 mmHg, N 84 x/menit
Jam 20.20 Wita 0
Mempersiapkan alat untuk memasang SB 36,5 C, R 24 x/menit, Observasi
kateter dan memasang kateter urine. Jam denyut jantung janin 12 – 12 – 12 ( 144
20.25 Wita x/menit) Infus terpasang baik dengan
Menjelaskan kepada ibu tentang cairan Ringer Laktat 600 cc 20tts/menit.
Obat sudah diberikan Dopamet 3 x 500 mg
kehamilannya bahwa ada peningkatan
dengan cara oral.
tekanan darah, oedema pada tungkai dan
Ibu dan keluarga mengerti dengan semua
sakit kepala serta pusing, proteinuria
penjelasan yang diberikan.
karena pengaruh kehamilannya sehingga
Ibu telah makan dan dengan diet tinggi
memerlukan perawatan yang intensif di
protein, rendah garam, lemak dan
rumah sakit.
karbohidrat misalnya hati, kuning telur,
kacang-kacangan, kurangi makan daging,
Jam 20.30 Wita
buah apel, pisang dan papaya.
Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi
Mengontrol Intake dan Output (jam 19.55
tentang pemberian makanan pada ibu dan
Wita masuk cairan infus Ringer Laktat
membantu menjelaskan bahwa ibu harus
60ml = 1200tts, jam 06.00 Wita urine
diet rendah garam kurangi makanan
keluar 650 cc, mengganti cairan Ringer
berlemak dan karbohidrat serta
laktat 500cc jam 04.00 Wita botol kedua).
menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang tinggi protein seperti hati, kuning
CATATAN PERKEMBANGAN
telur 3 buah/hari, ikan 50 gr, nasi 1500 gr,
Hari Ke-1
sayur 50 gr dan 1 buah pisang. Jam 20.35
Kamis, 23 Agustus 2012
Wita
Jam 08.00 Wita
Ibu harus istirahat badrest total dan semua
aktifitas ibu dilakukan ditempat tidur. Jam
20.40 Wita Data Subyektif
Menganjurkan suami dan keluarga agar Ibu mengatakan tentang keadaan janinnya
mendampingi ibu untuk memberikan terlalu sering bergerak. Ibu mengatakan
dukungan moril dan membantu ibu selama masih merasa tegang pada tengkuk, sakit
perawatan. kepala dan sedikit pusing.
Jam 20.55 Wita
Data Obyektif
Mengontrol Intake dan Output (jam 19.55
wita masuk cairan Ringer Laktat 60 ml = Keadaan umum Cukup, Kesadaran
Kompos Mentis, Tanda – tanda vital
Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 45

59
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Tekanan darah 160/90 mmHg, Nadi 74


0
x/menit, Suhu Badan 36 C Data Obyektif
Respirasi 24 x/menit, Palpasi Tinggi Keadaan umum cukup,kesadaran kompos
fundus Uteri 3 jari dibawah prosesus mentis, tanda – tanda vital tekanan darah
xypoideus (31 cm). 160/90 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu
0
Auskultasi Denyut jantung janin 12 – 12- badan 36 C, respirasi 24 x/menit. Palpasi
12 (144 x/menit) Perkusi Refleks patella Tinggi fundus Uteri 3 jari dibawah
positif kiri dan kanan, Oedema Masih ada, prosesus xypoideus (31 cm), auskultasi,
Urine Takar 650 cc, warna kuning keruh DJJ 12 – 12- 12 = 144 x/menit, oedema
masih ada, kateter sudah dicabut, infus
Assesment terpasang baik.
G3 P2 A0, Ny. C. N, 39 Tahun, hamil 34 –
35 minggu, janin intrauterine t unggal Assesment
hidup, letak kepala V, punggung kanan G3 P2 A0, Ny. C. N, 39 Tahun, hamil 34 –
dengan Preeklamsia Berat. 35 minggu, janin intrauterine t unggal
Masalah Sakit kepala dan sedikit pusing hidup, letak kepala V, punggung kanan
Kebutuhan Istirahat dengan Preeklamsia Berat.
Masalah Sakit kepala dan sedikit pusing
Plan Kebutuhan istirahat.
Observasi keadaan umum dan tanda -tanda
vital, Observasi Denyut jantung janin, Plan
Observasi pengeluaran Urine (120 cc), Observasi keadaan umum dan tanda –
berikan terapi sesuai instruksi dokter, tanda vital, observasi Denyut jantung
mengontrol cairan yang masuk (Ringer janin, lepas Infus sesuai dengan instruksi
Laktat 240 cc botol kedua, air mineral 200 dokter, berikan obat yaitu Dopamet 3 x
ml), memberikan obat oral Dopamet 3 x 500 mg dengan cara oral, anjurkan ibu
500 mg dengan cara oral,ingatkan ibu untuk tetap beristirahat dengan posisi tidur
untuk tetap istirahat dengan posisi bergantian, penuhi Kebutuhan nutrisi
bergantian, memberi dukungan moril, dengan diet rendah garam, lemak dan
anjurkan ibu untuk menjaga kesehatan karbohidrat tinggi protein, urine takar 650
dengan mengkonsumsi makanan rendah cc.
garam dan lemak cukup protein dan
karbohidrat, anjurkan ibu untuk menjaga CATATAN PERKEMBANGAN
kebersihan diri, urine Takar 120 cc. Hari Ke-3
Sabtu, 25 Agustus 2012
CATATAN PERKEMBANGAN Jam 10.00 Wita
Hari Ke-2
Jumat, 24 Agustus 2012 Data Obyektif
Jam 10.00 Wita Ibu mengatakan sudah tidak pusing lagi

Data Obyektif Data Obyektif


Ibu mengatakan sakit kepala dan masih Keadaan umum Cukup, kesadaran kompos
merasa pusing. mentis, tanda – tanda vital: Tekanan darah
Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 46

60
JIDAN
Jurnal Ilmiah ISSN : 2339-1731
Bidan
G3 P2 A0, Ny. C. N, 39 Tahun, hamil 34 –
140/90 mmHg, nadi 84 x/menit, Suhu 35 minggu, janin intrauterine tunggal
0
Badan 36,5 C, Respirasi 20 x/menit. hidup, letak kepala V , punggung kanan.
Palpasi Tinggi fundus Uteri 31 cm,
Auskultasi denyut jantung janin 12 – 12- Plan
12 144 x/menit, oedema Masih ada Observasi keadaan umum dan tanda –
tanda vital, observasi denyut jantung janin,
Assesment ingatkan kembali untuk diet dan tetap
G3 P2 A0, Ny. C, 39 Tahun, hamil 34 – 35 istirahat, obat diteruskan minum sesuai
minggu, janin intrauterine tunggal hidup, dengan instruksi dokter Dopamet 1 x 500
letak kepala V, punggung kanan. mg dengan cara oral, anjurkan ibu untuk
kontrol tekanan darah setiap hari ke
Plan petugas kesehatan terdekat dengan tempat
Observasi keadaan umum dan tanda – tinggal ibu dan . jelaskan pada ibu untuk
tanda vital, observasi Denyut jantung periksa kehamilan 1 minggu kemudian
janin, kolaborasi dengan dokter untuk atau bila ada keluhan.
pemberian obat 1 x 500 mg dengan cara
oral, penuhi kebutuhan nutrisi ibu, istirahat PEMBAHASAN
dan tidur. Konseling tentang kebersihan Pada bab ini akan membahas tentang
dan perawatan payudara. masalah-masalah yang ditemui dalam
penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan
CATATAN dan kendala-kendala pada kasus nyata di
PERKEMBANGAN Hari Ke-4 Badan Layanan Umum Rumah Sakit
Minggu, 26 Agustus Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou
2012 Jam 15.00 Wita Manado dan kendala tersebut menyangkut
kesenjangan antara teori dan praktek
Data Subyektif secara langsung pada pasien.
Ibu mengatakan sudah tidak pusing lagi Kesenjangan yang ditemukan,
dan ibu mengatakan ingin pulang dikelompokan menurut tahap proses
Manajemen Asuhan Kebidanan yaitu tahap
Data Obyektif pengumpulan data dasar, Interpretasi data
Keadaan umum baik, kesadaran kompos dasar, Diagnosa potensial, Tindakan
mentis segera, Intervensi, Implementasi dan
Evaluasi.
tanda – tanda vital Tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu Adapun tahap-tahap tersebut adalah
0 sebagai berikut :
badan 36 C, respirasi 20 x/menit.
Palpasi Tinggi fundus Uteri 31 cm
Auskultasi denyut jantung janin 12 – 12- Langkah I. (Pengkajian/ Pengumpulan
12 ( 144 x/menit), oedema Sudah mulai Data)
berkurang Menurut TEORI keluhan subjektif
yang menjadi klasifikasi pasien dengan
Assesment Preeklampsia Berat (2) tetapi pada kasus
Ny. C. N ditemukan keluhan pusing, sakit
Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 47
JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan

61
kepala, dan terdapat oedema pada kedua
tungkai. Haid pertama hari terakhir 21 ISSN : 2339-1731
Desember 2012, Taksiran Persalinan 28
September 2012. Imunisasi TT I 13 Maret 3 x 500 mg dengan cara oral, persiapkan
alat untuk pemasangan infus,berikan
2012 sedangkan TT II 10 April 2012. Data
obyektif Tekanan darah 170/110 mmHg, MgSO4 disuntikkan di bokong bagian
0 kanan sesuai dengan kolaborasi
Nadi 88x/menit, Suhu badan 36,5 C,
dokter,persiapkan alat untuk pemasangan
Respirasi 24x/menit, Berat badan 78 Kg,
kateter, jelaskan tentang pemberian obat,
Tinggi badan 154 cm, LILA 24 cm.
jelaskan tentang keadaan kehamilannya.,
jelaskan kepada ibu bahwa ibu harus diet
Langkah II. (Interpretasi data dasar)
rendah garam, lemak serta karbohidrat dan
Pada tahap ini penulis menegakan
tinggi protein (kurangi makan daging),
diagnose berdasarkan data yang diperoleh,
anjurkan ibu untuk istirahat, anjurkan
dianalisa sehingga penulis menemukan
suami dan keluarga untuk membantu ibu
diagnose G3 P2 A0, Ny. C. N, 39 tahun,
selama dalam perawatan dan memberikan
hamil 34 - 35 minggu, janin intra uterin
dukungan moril, dan mengontrol Intake
tunggal hidup letak kepala V punggung
dan Output.
kanan dengan Preeklampsia Berat yang
Langkah VI (Implementasi/Pelaksanaan)
ditandai dengan peningkatan tekanan
Jam 19.35 Wita
darah, oedema, dan proteinuria.
Mengobservasi keadaan umum dan tanda –
tanda vital ibu, keadaan umum Sakit
Langkah III (Diagnosa Potensial dan
kepala dan ekspresi wajah ibu meringis,
Antisipasi)
tanda – tanda vital tekanan darah : 170/110
Berdasarkan data diagnose Potensial 0
pada ibu hamil dengan Preeklampsia Berat mmHg, 88 x/menit, suhu badan 36,5 C,
maka Potensial terjadi Eklampsia respirasi 24 x/menit,

Jam 19.45 Wita


Langkah IV (Tindakan Segera)
Mengobservasi detak jantung janin : 12 -
Kolaborasi dengan dokter mengenai
12 -12 = 144 x/menit.
pemberian obat Dopamet 3 x 500 mg
dengan cara oral, observasi keadaan umum
Jam 19.50 Wita
dan Tanda-tanda vital,ibu untuk istirahat,
Memberi obat Dopamet 3 x 500 mg
menganjurkan ibu untuk diet rendah garam
dengan cara oral sesuai dengan kolaborasi
dan kurangi makanan berlemak misalnya
dokter.
nasi, ikan laut, sayur dan buah (apel,
pisang, pepaya) dan mengontrol Intake dan
Jam 19.55 Wita
Output.
Memasang cairan infus Ringer Laktat 500
cc, 20tts/menit di tangan kanan.
Langkah V. (Intervensi/Rencana tindakan)
Observasi keadaan umum dan tanda –
Jam 20.05 Wita
tanda vital, observasi denyut jantung janin
tiap 30 menit, Kolaborasi dengan dokter Memberikan MgSO4 20% 10 gr 3 cc
untuk pemberian terapi dan obat Dopamet disuntikkan dibokong bagian kanan .

Jam 20.20 Wita


Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 48

62
JIDA
N
Jurnal Ilmiah
Bidan ISSN : 2339-1731

Mempersiapkan alat untuk memasang diberikan Dopamet 3 x 500 mg dengan


kateter dan memasang kateter urine. cara oral. Ibu dan keluarga mengerti
dengan semua penjelasan yang diberikan,
Jam 20.25 Wita ibu telah makan dan dengan diet tinggi
Menjelaskan kepada ibu tentang protein, rendah garam, lemak dan
kehamilannya bahwa ada peningkatan karbohidrat misalnya hati, kuning telur,
tekanan darah, oedema pada tungkai dan kacang-kacangan, kurangi makan daging,
sakit kepala serta pusing, proteinuria buah apel, pisang dan papaya. Dan
karena pengaruh kehamilannya sehingga mengontrol Intake dan Output (jam 19.55
memerlukan perawatan yang intensif di Wita masuk cairan infus Ringer Laktat
rumah sakit. 60ml = 1200tts, jam 06.00 Wita urine
Jam 20.30 Wita keluar 650cc, mengganti cairan Ringer
Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi laktat 500cc jam 04.00 Wita botol kedua).
tentang pemberian makanan pada ibu dan
membantu menjelaskan bahwa ibu harus KESIMPULAN
diet rendah garam kurangi makanan Pelaksanaan Asuhan kebidanan pada ibu
berlemak dan karbohidrat serta hamil dengan Preeklampsia Berat di ruang
menganjurkan ibu untuk makan makanan Bersalin Badan Layanan Umum Rumah
yang tinggi protein seperti hati, kuning Sakit Umum Pusat Prof. DR. R.D Kandou
telur 3 buah/hari, ikan 50 gr, nasi 1500 gr, Manado mulai tanggal 22 Agustus 2012
sayur 50 gr dan 1 buah pisang. sampai dengan tanggal 26 Agustus 2012,
Jam 20.35 Wita mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Ibu harus istirahat badrest total dan semua 1. Penerapan asuhan kebidanan pada ibu
aktifitas ibu dilakukan ditempat tidur. hamil dengan Preeklampsia Berat
Jam 20.40 Wita didasarkan pada tujuh langkah menurut
Menganjurkan suami dan keluarga agar Hellen Varney yang terdiri dari
mendampingi ibu untuk memberikan :Pengumpulan data dasar,
dukungan moril dan membantu ibu selama Mengidentivikasi diagnosa potensial,
perawatan. Tindakan segera, Intervensi,
Jam 20.55 Wita Implementasi, dan Evaluasi. Semua
Mengontrol Intake dan Output (jam 19.55 langkah ini dilakukan secara cepat dan
wita masuk cairan Ringer Laktat 60 ml = tepat sesuai dengan kebutuhan pasien
1200 tts, air mineral 50 cc, urine keluar 50 sehingga masalah dapat diatasi.
cc). 2. Ditemukan kesenjangan antara tinjauan
Langkah VII. Evaluasi pustaka dan tinjauan kasus dalam
Observasi keadaan umum dan Tanda – Membuat asuhan kebidanan,
tanda vital : Kesenjangan yang ditemukan
TD 170/110 mmHg, Nadi 84 x/menit, dikelompokan menurut Tahap proses
0
suhu badan 36,5 C, respirasi 24 Manajemen Asuhan Kebidanan yaitu
x/menit, observasi denyut jantung janin: tahap Pengumpulan Data dasar,
12 – 12 – 12 = 144 x/menit. Interpretasi data dasar, Diagnosa
Infus terpasang baik dengan cairan Ringer potesial, Tindakan segera, Intervensi,
Laktat 600 cc 20tts/menit. Obat sudah implementasi dan Evaluasi.

63
Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 49

JIDA
N
Jurnal Ilmiah Bidan

3. Adanya kerjasama yang baik antara Tersedianya


pemberi pelayanan dan keluarga dalam perawatan yang memadai, peran serta
memberi perawatan dan pengobatan tenaga kesehatan khususnya bidan2dalam
Volume Nomor 2. Juli – Desem
sampai proses kesembuhan. hal ketrampilan minat dan pengetahuan
dalam menerapkan
SARAN Kebidanan merupakan
Setelah melaksanakan Manajemen Asuhan kesuksesan dalam
Kebidanan pada ibu hamil dengan kematian ibu dan anak.
Preeklampsi Berat, maka penulis
mempunyai pemikiran sebagai saran dan 2. Bagi Pasien dan Keluarga
upaya agar bisa meningkatkan mutu Pemeriksaan
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan mencegah secara dini masalah yang
kebidanan. mungkin timbul selama masa kehamilan.
1. Bagi Rumah Sakit

DAFTAR PUSTAKA
 Bothamley J, Boyle M. Patofisiologi, dalam Kebidanan.
Jakarta: EGC; (2012).
 Mocthar R. Sinopsisi Obstetri Fisiologi dan Patologi.
Jakarta: EGC; (2007).
 Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta.: Yayasan Bina
Pustaka; (2008).
 Varney H. Nurse Midwifery. Second ed. Boston. USA.
(1997).
 Purwandari A. Konsep Kebidanan Sejarah &
profesionalisme. Jakarta: EGC; (200).

64
4. Hipertensi Eklampsia
EKLAMPSIA POSTPARTUM: SEBUAH TINJAUAN KASUS

1 2 2
Mohd Andalas , Andry Khairani Ramadana , dan Rudiyanto
1
Bagian Obstetrik dan Genikologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
2
Mahasiswa Kepanitraan Klinik Senior Departemen Obstetrikdan Genikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Bada Aceh
Email: andalas_dr@yahoo.com

Abstrak. Eklampsia adalah kejang pada kehamilan dengan gejala preeklampsia.


Preeklampsia merupakan suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan
peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 mmHg dan proteinuria pada usia kehamilan ≥
20 minggu. Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum, eklampsia intrapartum,
dan eklampsia pospartum. Kejadian eklampsia sekitar 2-8% diseluruh dunia dan merupakan
penyebab kematian 500.000 ibu melahirkan setiap tahunnya. Angka kejadian eklampsia di
Indonesia mencapai128.273 kasus setiap tahun. Di RSUZA pada tahun 2012 terdapat 142
kasus, dari profil kesehatan kota Banda Aceh tahun 2012 eklampsia dan preeklampsia
merupakan penyebab 20% kematian ibu hamil setiap tahunnya. Berikut dibahas kasus
seorang wanita Indonesia 37 tahun dengan usia kehamilan 39-40 minggu, pasien dengan pre
eklampsia berat, inpartu, pembukaan lengkap 10cm, dan ditatalaksana dengan protap
preeclampsia berat menggunakan MgSO 4 4 gram bolus lambat dilanjutkan 6 gram MgSO 4
40% dalam 500 ml cairan RL, dilakukan pimpinan persalinan dan bayi lahir normal.
Pascapersalinan kala tiga pasien mengalami kejang selama 15 detik. Kasus membahas
mengapa eklampsia dapat terjadi setelah tatalaksana MgSO 4, hal ini dihubungkan dengan
rendahnya kadar ion Mg2+ yang terionisasi di dalam darah tidak mampu memberikan efek
ini bisa pada potensial post junctional dan menyebabkan peningkatan eksitabilitas dari
serabut otot dan berefek terhadap kejang. (JKS 2017; 1: 33-37)

Kata kunci: preeklampsia, eklampsia, postpartum

Abstract. Eclampsia is a condition of the seizure caused by


preeclampsia. Preeclampsia itself is a condition when the blood
pressure of pregnancy increase up to ≥140/90 mmHg with proteinuria
and the gestational age ≥ 20 weeks.Eclampsia divided into eclampsia
gravidarum, eclampsia intrapartum and eclampsia postpartum.Incidents
of eclampsia is about 2-8% in the world, and its couse 500.000mortality
every year. Amount of Eclampsia in Indonesia reached 128.273cases
every years. At RSUZA in 2012 there was 142 cases, based on Banda
Aceh Health Ministry Profile 2012 known that they are 20% etiology
which can make pregnant woman dead every year.This Article discuss
about an Indonesian pregnant woman, 37 years old with 39-40 weeks of
gestational age,she has severe preeclampsia wihinpartu condition,
complete opening 10cm, and treated by severe preeclampsia treatment
guide. Its treated using MgSO4 4 gram bolus gradually and after that
giving 6 gram MgSO4 40% in 500 ml RL. Then,delivering babies with
normal condition. After third stage of laborn, she was seized for about
15 seconds. This case discuss about why eclampsia happen after given
MgS04, this associated with lowof Mg2+level in the body which ionized in
theblood that can’t giving inhibition effect in the postjunctional potential
and cause increase of eksitability from miofibronal and seizure.
(JKS 2017; 1: 33-37)

Keyword: preeclampsia, eclampsia, postpartum

65
33

66
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 17 Nomor 1 April 2017

Pendahuluan loading dose 4 gram diencerkan dalam 10 ml


Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada cairan aquades diberikan selama 15 hingga
ibu hamil dengan tanda-tanda preeklampsia. 20 menit bolus lambat. Selanjutnya dapat
Preeklampsia sendiri merupakan kumpulan memulai dosis rumatan MgSO4 6 gram
gejala yang terdiri dari hipertensi (Tekanan dalam 500 mL cairan Ringer laktat dengan
darah ≥140/90 mmHg) bersamaan dengan kecepatan dosis 1gram/jam atau sekitar 28
proteinuriamasif yang terjadi pada usia tetes makro permenit.
(6,7,9)
Penatalaksanaan
kehamilan lebih dari 20 minggu. Eklampsia hipertensi dan pencegahan kejang dapat
dibagi menjadi tiga yaitu, eklampsia menurunkan risiko komplikasi. Pemberian
antepartum, eklampsia intrapartum, dan obat anti hipertensi yang direkomendasikan
eklampsia postpartum. Eklampsia banyak ialah nifedipin sebanyak 10 mg diberikan
terjadi pada trimester terakhir dan semakin setiap 20 menit sampaitekanan darah turun
(1)
meningkat saat mendekati persalinan. . mencapai 25% dari mean arterial
Sekitar 60-75% eklampsia dapat terjadi (9,11)
pressure(MAP).
sebelum persalinan, dansekitar 40-50%
terjadi saat persalinan dan 48 jam pertama Laporan Kasus
setelah melahirkan. Ancaman kejang dapat Seorang wanita hamil G3P2A0 usia37 tahun
tetap terjadi hingga 6 minggu pasca datang ke Instalasi Gawat Darurat
persalinan yang sering disebut dengan RumahSakit Umum dr. Zainoel Abidin
(1,2,4) Banda Aceh
eclampsia late onset..

Mekanisme terjadinya preeklampsia dan dengan keluhan perut mulas, HPHT


eklampsia masih belum dimengerti, halini 4/5/2015,usia kehamilan diketahui 39-40
digambarkan sebagai “disease of theory”. minggu, TTP 8/2/2016. Ibu merasakan
(5,6,7)
Teori-teori tersebut di antaranya mules sejak 10 jam sebelum masuk rumah
adalah; sakit, disertai keluar lendir bercampur darah
a. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dari jalan lahir. Pada pemeriksaan
dan disfungsi endotel, didapatkan tekanan darah 200/110 mmHg,
 Teori intoleransi imunologik antara denyut nadi 110 dpm, laju nafas 22x/i, serta
ibu dan janin, proteinuria +3. Pemeriksaan status obstetrik
 Teori kelainan pada vaskularisasi didapatkan tingi fundus uteri (TFU) 31 cm
plasenta, dengan taksiran berat janin 3100 gram, pada
 Teori adaptasi kardiovaskular, fundus kesan bokong, punggung pada sisi
 Teori inflamasi, kanan dengan denyut jantung janin 140
 Teori defisiensi gizi, dan denyut per-menit, kepalamengisi bagian
 Teori genetik. terbawah rahim, sudah masuk pintu atas
panggul. Hasil pemeriksaan dalam
Salah satuteori etiologi preeklampsia yang didapatkan pembukaan lengkap 10 cm,
saat ini cukup banyak dianut yaitu teori teraba kepala, selaput ketuban (-), selanjutya
iskemiaplasenta, radikal bebas, dan disfungsi dilakukan penatalaksaan MgSO4 loading
endotel.
(7)
Penatalaksanaan preeklampsia dose 4 grambolus lambat dilanjutkan dengan
lebih ditekankan pada pencegahan kejang drip 6 mg dengan kecepatan 1 gram per jam
dan pengontrolan hipertensi. Pemberian anti dan nifedipin 10 mg oral, dan dilakukan
kejang Magnesium sulfat (MgSO4) pimpinan persalinan.
merupakan pilihan pertama dalam
tatalaksana preeklamsia berat, pemberian Lahir bayi laki-laki dengan berat badan lahir
jalur intravena dapat diberikan dengan 2700 gram, panjang badan48 cm, dengan
34

67
Mohd Andalas1, Andry Khairani Ramadana2, dan
Rudiyanto3 Eklampsia Postpartum: Sebuah
Tinjauan Kasus

skor apgar 5/6. Selanjutnya dilakukan vacuumbertujuanuntukmengurangiefekkomp


manajemen aktif kala tiga plasenta lahir (9,10)
likasi yang mungkinterjadi.
lengkap. Evaluasi persalinan kala empat,
dengan menilai jumlah pendarahan serta Kejangmasihmungkinakanterjadiwalautatala
mengevaluasi kontraksi dari uterus.Sepuluh ksana MgSO4 telahdiberikan, angka kejadian
menit kemudian pasien kejang selama satu ini terjadi sekitar 10%dariseluruhkasus.
menit, Tekanan darah 190/110mmHg, Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian
denyut nadi 115 dpm, laju napas 30 x/menit. 2gram bolus MgSO4 atau dapat diberikan
Pasien didiagnosis dengan eklampsia post sodium amoborbital 250 mg intra
partum pada P3A0. Selanjutnya pasien (21)
venasecarapelanselama 3 sampai 5 menit.
ditatalaksana dengan MgSO4 40% 2 gram
secarabolus lambat, beberapa saat kemudian Kejang pada eklampsia terdiridari beberapa
kejang teratasi dan pasien di evaluasi lebih fase. Fase pertama terjadi adanya twiching
lanjut. pada wajah pada 20 detik pertama diikuti
pada fase kedua timbulnya sentakan tonik-
Pembahasan klonik pada pada badan dan ekstremitas
Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel pasien diikuti dengan fase penurunan
Abidin Kota Banda Aceh padatahun 2012 kesadaran saat setelah kejang pasien
terdapat 142 kasus eklampsia dan dapatmenjadi agitasi serta terjadi
(1,2) hiperventilasi, keadaan ini merupakan
preeklampsia. Berdasarkan profil
kesehatan kota Banda Aceh diketahui kompensasi dari keadaan asidosis laktat
(20)
keduanya merupakan penyebab 20% yang terjadi selama kejang.
kematian maternal setiap tahunnya dan
kelompok risiko tinggi usia ibu hamil yaitu Dari berbagai studi menyebutkan kejang
kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun yang terjadi setelah tatalaksana preeklampsia
masih belum dimengerti sepenuhnya.
sebanyak 80 kasus dan kelompok usia tidak Kemungkinan hal ini terjadi akibat
beresiko sebesar 62 kasus, berdasarkan
peningkatan jumlah MgSO4 tidak diikuti
profil kesehatan kota Banda Aceh tahun 2+
2014 diketahui preeklamsia dan eklampsia dengan peningkatan kadar Mg total dan
merupakan penyebab 20% kematian yang terionisasisehingga efek inhibisi
2+
(1,2,4,5) terhadap ion Ca tidak terjadi. Walaupun
maternal setiap tahunnya.
peningkatan jumlah MgSO4 meningkat
2+
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan secara signifikan, tetapi kadar Ca yang
pada penolongan persalinan pada terionisasi tidak mengalami peningkatan
pasiendengan preeklampsia berat (PEB), yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa
Pasien dengan PEB sebaiknya tidak efek MgSO4 tidak melalui modulasi kadar
2+
diperkenankan untuk mengejan terlalu hebat, kalsium Ca terionisasi, sehingga hal ini
hal ini dikarenakan proses mengejan dapat mampu memicu terjadinya kejang walaupun
memicu terjadinya peningkatan tekanan (18,19)
(8,10)
tatalaksana MgSO4 sudah diberikan.
darah. Seperti yang kita ketahui,
peningkatan tekanan darahpada wanita Pada wanita hamil terdapat penurunan kadar
dengan PEB berbanding lurus dengan magnesium darah, walaupun tidak
(10,13)
terjadinya eklampsia . Hal yang ditemukan perbedaan yang bermakna antara
perludilakukan pada pasien dengan PEB kehamilan normal dan preeklampsia
adalah mempercepat proses persalinan kala ataueklampsia. Penurunan kadar magnesium
duadenganSectiocaesareaataudapatjugamela dalam darah pada penderita preeklampsia
kukan tindakan ekstraksi forsepdanekstraksi daneklampsia mungkin dapat diterangkan
35

68
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 17 Nomor 1 April 2017

atas dasar hipervolemia yang fisiologis pada Kesimpulan


(13,15)
kehamilan. Pengaruh yang paling Pemberian MgSO4 merupakan terapi pilihan
2+
berbahaya dari ion Mg adalah hambatan pada tatalaksana preeclampsia berat dalam
(18)
pelepasan Asetilkolin. Ion Magnesium mencegah eklampsia. Kemungkinan kejang
2+
berperan dalam proses pelepasan ion Ca , pasca tatalaksana MgSO4 masihdapatterjadi,
+ + oleh karena itu pemantauan pasca pemberia
Na dan K trans membran pada fase
depolarisasi dan repolarisasi, melalui obat sangat penting untuk dilakukan.
aktivitas enzim Ca-ATPase dan Na-
2+
6ATPase. Defisiensi Mg akan menurunkan
konsentrasi Kalium dalam sel dan Daftar Pustaka
+ 2+ 1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu
meningkatkan konsetrasi Na dan Ca
dalam sel yang pada akhirnya mengurangi Kebidanan Jakarta: PT Bina Pustaka.
2+ 2010.p 15-45
ATP intraseluler, sehingga Mg dianggap
sebagai stabilisator dari berbagai kanal ion  Lindheimer MD, Taler SJ, Cunningham
tidak berfungsi, dalam keadaan ini FG. Hipertension in pregnancy. In:
2+
penurunan jumlah ion Mg akan Journal of the American Society of
meningkatkan ambang batas eksitasi Hypertension; 2008. 9 (3) :119-123
(18,20)  Djannah, SN. Arianti, IS. Gambaran
sehingga dapat menyebabkan kejang.
epidemiologi kejadian preeklampsia/
Magnesium memilikiefek minor pada post eklampsia Di RSU PKU
junctional sedangkan pada motor end plate muhammadiyyah yogyakarta tahun
ion Mg2+ memiliki 2007-2009. 2010.
efek kompetisi  Rizky Amalia.Hubungan usia ibu hamil
2+
terhadapion Ca didaerah pre-junctional. dengan angka kejadian preeklampsia di
Pada beberapa keadaan tertentu kompetisi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
tersebut tidak dapat terjadi walaupun kadar 2013: p28-30
2+
Mg yang sudah ada sudah mencapai  Amiruddin R, dkk. Issu Mutakhir
ambang batas, halini yang di curigai tentang Komplikasi Kehamilan
menyebabkan efek (Preeklampsia dan Eklampsia). Bagian
inhibisitidakdapatditekanwalaupun serum Epidemiologi Fakultas Kesehatan
2+
ion Mg sudahberada di ambangbatas Masyarakat. UNHAS: 2007
(16,18)
normal.  Cunningham, F.G.et al. Hipertensive
2+ 2+
Ion Mg dan ion Ca bersifat antagonis Disorder in Pregnancy In: Williams
2+
satu sama lain,konsentrasi ion Mg yang Obstetrics- 22nd Edition USA: Mc Graw
sudah tinggi akan menghambat pelepasan Hill: 2008
Asetilkolin, sedangkankonsentrasi ion  Angsardkk. Pedoman Pengelolaan
Calsium yang tinggi akan meningkatkan Hipertensi Dalam Kehamilan Di
pelepasan asetilkolin dari nervusterminal
(18,21) 2+ Indonesia edisi kedua. Himpunan
presinaptik. Ion Mg memiliki efek Kedokteran Fetomaternal POGI: 2005
inhibisi pada potensial post junctional
danmenyebabkan penurunan eksitabilitas  Prasetiyo I. Eklampsia. [online]. [cited:
dari serabut-serabut otot, sehingga dengan 4 November 2012]. Available
gram MgSO4 pada keadaan preeklampsia from:http://rsud.patikab.go.id/?page=do
mampu meningkatkan ambang kejang, wnload&file=EKLAMPSIA.doc&id=13
dengan penjelasan tersebutlah MgSO4  Tierney, M.L. McPhee, S.J. Papadakis,
memberi efek anti kejang pada M.A. Current Medical Diagnosis
(16,19,20,21) &Treatment-45th Edition USA: Mc
tatalaksanapreeklampsia. Graw Hill: 2006

36

69
Mohd Andalas1, Andry Khairani Ramadana2, dan
Rudiyanto3 Eklampsia Postpartum: Sebuah
Tinjauan Kasus

 Rambulangi J, Ong T. Preeklampsia dan


Eklampsia In: Rangkuman Protap Obgyn
Unhas: 2010
 Galan, H. et al. Obstetrics Normal and
Problem Pregnancies USA: Elsevier:
2007
 JNPK-KR. Buku Acuan Pelatihan Klinik
Pelayanan Obstetri Emergensi
DasarJakarta: 2008
 Pokharel SM, Chattopadhyay SK.
HELLP Syndrome – a pregnancy
disorder with poor diagnosis USA:
Elsevier: 2008
 Witlin AG, Sibai BM. Diagnosis and
Management of Women with HELLP
syndrome. USA. Elsevier:2000
 Greer IA, Walters B, Nelson C. Maternal
Medicine. London: Elsevier: 2007
 Dinas kesehatan Kota Banda
Aceh,Profilkesehatantahun 2012. Banda
Aceh: 2014
 Idama To, Lindow SW. Magnesium
sulfate: A Review O Clinical
Pharmacology Applied Toobstetrics. Br
J Obstet Gynecol. 1998. 105: p260-83

 Pritchard JA. The Use Of Magnesium


Ion In The Management Of
Eclamtogenic Toxemia.Gynecol Obstet.
2005. 100: p131-40
 Sibai BM, Villar MA, Bray E.
Magnesium Suplementation During
Pregnancy : A Doubleblind Randomizid
Controlled Clinical Trial. Am J Obstet
Gynecol. 2009. 161: p115-9

 ACOG. ACOG Practice Bulletin:


Diagnosis and Management of
Preeclampsia and Eclampsia: The
American College of Obstetricians and
Gynecologists Number 33.2002:1
 Sibai BM. Diagnosis, prevention, and
management of eclampsia.Obstet
Gynecol. 2005 Feb. 105(2): p402-10

70
5. HELLP Syndrome
ARTICLE IN PRESS
Transfusion and Apheresis Science ■■ (2015) ■■–■■

Contents lists available at ScienceDirect

Transfusion and Apheresis Science


j o u r n a l h o m e p a g e : w w w. e l s e v i e r. c o m / l o c a t e / t r a n s c i

A life-saving therapy in Class I HELLP syndrome: Therapeutic plasma


exchange
Mehmet Ali Erkurt a, Ilhami Berber a,*, Hacı Bayram Berktas b, Irfan Kuku a, Emin
Kaya a, Mustafa Koroglu a, Ilknur Nizam a, Fatma Acar Bakırhan b, Mustafa Ozgul a

 Department of Hematology, Faculty of Medicine, Inonu University, Malatya, Turkey


 Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, Inonu University, Malatya, Turkey

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history: HELLP syndrome, which can affect multiple organ systems and cause maternal and fetal mortality, is a
Received 18 August 2014 serious complication of pregnancy characterized by microangiopathic he-molytic anemia, elevation of liver
Received in revised form 17 December 2014 enzymes, and thrombocytopenia. Delivering the infant usually suffices for the treatment of this syndrome. In
cases with Class I HELLP syndrome, however, the clinical picture may rapidly deteriorate despite delivery.
Accepted 19 December 2014
In this paper we pre-sented the outcomes with the use of therapeutic plasma exchange in cases with class I
HELLP syndrome. This study included 21 patients diagnosed with the Class I HELLP syndrome at Inonu
Keywords:
University Faculty of Medicine, Department of Hematology between 2011 and 2014. A central venous
HELLP syndrome Therapeutic
catheter was placed and plasma exchange therapy was begun in pa-tients unresponsive to delivery, steroid,
plasma exchange
and supportive therapy (blood and blood products, antihypertensive therapy, intravenous fluid administration,
and antibiotics) within 24 hours after the diagnosis of Class I HELLP syndrome according to the Mississippi
Criteria. All pa-tients underwent therapeutic plasma exchange for three sessions each with a 1:1 volume.
Hemogram and biochemical parameters of the patients were evaluated before and after the procedure.
According to results, there was a statistically significant decrease in total bilirubin, LDH, AST, and ALT
levels whereas a significant increase in platelet count was ob-served. Hemoglobin levels were increased,
although this increase was not statistically significant. HELLP syndrome is primarily treated with the delivery
of infant; however, some cases may show disease progression despite completion of delivery. As a potential
cause of both maternal and fetal mortality, HELLP syndrome condition should be aggressively treated.
Therapeutic plasma exchange is one of the available treatment options. Our study has found that postpartum
use of plasma exchange therapy within 24 hours is an effi-cient and lifesaving treatment choice in Class I
HELLP syndrome.

© 2014 Published by Elsevier Ltd.

1. Introduction thrombocytopenia. HELLP Syndrome is an acronym where the


letters in the word are the first letters of Hemolysis, El-evated Liver
HELLP syndrome, which can affect multiple organ systems and Enzymes, and Low Platelet Count [1]. Martin et al. described 3 risk
cause maternal and fetal mortality, is a serious complication of categories of HELLP syndrome ac-cording to the Mississippi
pregnancy characterized by microangio-pathic hemolytic anemia, classification based on the platelet count: class I: <50.000/microliter
elevation of liver enzymes, and (μl), class II: 50.000– 100.000/μl, class III: 100.000–150.000/μl [2].
Maternal mortality in HELLP syndrome changes between 1 and
25%, and it is usually due to the severity of disease, delayed di-
 Tel.: +90 422 341 0660, ext. 4203; fax: +90 422 341 07 28. agnosis, presence of infection, and acute renal failure [3].
E-mail address: drilhamiberber@hotmail.com.

http://dx.doi.org/10.1016/j.transci.2014.12.026 1473-
0502/© 2014 Published by Elsevier Ltd.

71
Please cite this article in press as: Ilhami Berber, A life-saving therapy in Class I HELLP syndrome: Therapeutic plasma exchange, Transfusion and Apheresis
Science (2015), doi: 10.1016/j.transci.2014.12.026

72
ARTICLE IN PRESS
2 M.A. Erkurt et al./Transfusion and Apheresis Science ■■ (2015) ■■–■■

Most maternal deaths occur among women with class 1 HELLP hemolysis (LDH > 600 U/L, increased total bilirubin, presence of
syndrome [4]. fragmented erythrocytes (schistocytes) in peripheral smear),
The main treatment in HELLP syndrome is to stabilize the impaired liver function tests (AST > 70 U/L), and a low plate-let
patient clinically prior to delivery. In clinically mild cases, watchful count (<150.000/μL). Thrombocyte count was confirmed by a
waiting following high dose corticosteroid therapy until after 34th peripheral smear in each patient. The differential diag-noses
week to allow full maturation of fetal development is the included other disorders with microangiopathic hemolytic anemia
recommended approach [5,6]. In severe (thrombotic thrombocytopenic purpura, he-molytic uremic
cases, however, delivery should be completed within at most 24–48 syndrome, disseminated intravascular coagulation, fatty liver of
hours by accelerating the fetal lung maturation after corticosteroid pregnancy, preeclampsia and ec-lampsia). ADAMTS13 level could
therapy administered in the same period. Platelet count returns to not be studied, owing to lack of equipment. HELLP syndrome was
normal within 24 hours in a ma-jority of patients; however, a low diagnosed based on the findings of clinical and laboratory
platelet count may persist beyond delivery [7] in some cases. examinations. The diagno-sis was confirmed by a favorable response
given by all patients to therapeutic plasma exchange.
Lactate dehydrogenase is a marker of hemolysis. Besides, stage
of the disease advances at HELLP syndrome as throm-bocytopenia A central venous catheter was placed and plasma ex-change
gets more apparent. For this reason, best parameters to be used for therapy was begun in patients unresponsive to delivery, steroid, and
follow-up of HELLP syndrome (as they are measured more supportive therapy (blood and blood products, antihypertensive
objectively compared to clinical presentation of the patient) are the therapy, intravenous fluid ad-ministration, and antibiotics) within 24
increase in platelet count after therapeutic plasmapheresis and a hours after the diagnosis of Class 1 HELLP syndrome according to
decrease in LDH [8]. the Mis-sissippi Criteria [2]. Fresh frozen plasma was used as the
The maternal mortality rate is about 1.1% with HELLP syn-
drome. The infant morbidity and mortality rate is anywhere from 10 replacement fluid in therapeutic plasma exchange proce-dure. Each
to 60% depending on many factors such as gestation of pregnancy, patient underwent three sessions of therapeutic plasma exchange on
severity of symptoms and the promptness of treatment. Most deaths average with a Spectra Optia, and plas-mapheresis was continued
in patients with HELLP syndrome occur with class 1 disease (60%), until clinical recovery and the platelet count was over treshold for
and neurologic abnormality due mostly to cerebral spontaneous bleeding. This threshold platelet count was accepted
hemorrhage/stroke is the most common system involved at autopsy over 50.000/μL.
(45%) [8–10]. It has been shown that therapeutic plasma exchange Patients’ characteristics including age, numbers of preg-nancy
may be effective in HELLP syndrome not responsive to delivery. and abortion, methods of delivery, blood pressure, state of
Plasma exchange therapy was successfully used in patients who have consciousness, and presence of epileptic attacks were re-corded. All
organ failure or refractory to treatment [11,12]. Plasmapheresis can patients were evaluated in terms of Glasgow Coma Score [14].
replace a patient’s plasma by a donor plasma and remove lots of Additionally, serum aspartate aminotransferase (AST), alanine
harmful substances in the bloodstream. It also replaces the coagulat- aminotransferase (ALT), blood urea nitrogen (BUN), creatinine (Cr),
ing factors, albumin and biologically active substances that normally calcium (Ca), phosphorus, serum total bilirubin levels, lactic
have to be carried out by the liver cells. Plasmapher-esis in theory dehydrogenase (LDH), total protein, albumin, hemoglobin (Hgb),
can lead to the removal of ammonia, endotoxins, bilirubin, and leukocyte and platelet counts, prothrombine time (PT), international
inflammatory cytokines from the circulation. Also, injection of large normalized ratio (INR), activated partial thromboplastin time
volumes of FFP (fresh frozen plasma) in this method can help to (aPTT), D-dimers and fi-brinogen levels were determined daily and
improve the DIC, and removing renin angiotensin and other the worst values were taken for statistical comparison. The complete
vasoactive factors may improve renal function [13]. All these blood count test was performed with a Beckman Coulter Immage
advantages improve hepatic, renal and neurologic function in (Beckman Coulter, California, USA) device using the imped-ance
patients with HELLP syndrome. Therefore, this treatment especially method; Hgb was measured with the photometric method and the
considering the ad-vanced cases of HELLP syndrome is very leucocyte subgroups with the laser method; serum BUN and
important. creatinine were measured with Aeroset Abbott (Abbott Laboratories,
Minnesota, USA) device using the spec-trophotometric method.
Our purpose was to investigate the effects of the post-partum use Mortality rate, causes of death, complications including renal failure,
of plasma exchange therapy within 24 hours on outcomes of patients dialysis requirement, hepatic impairment, disseminated intravascular
with Class I HELLP syndrome. coagulopathy (DIC), and infection were recorded.

2. Methods
Statistical analyses were performed using SPSS 17.0 soft-ware
This study included a total of 21 patients with Class I HELLP package. Shapiro–Wilk test was used to test the normality of
syndrome who underwent therapeutic plasma exchange at Inonu distribution of the quantitative data. Wilcoxon test was used to test
University Faculty of Medicine, Department of Hema-tology the differences between the measured parameters before and after
between 2011 and 2014. The patients were followed at the intensive therapeutic plasma exchange.
care unit until after their laboratory and clin-ical symptoms returned
to normal upon delivery. The study was approved by the Ethical 3. Results
Committee of Inonu University Medical School, and written
informed consent was obtained from the patients or their relatives. Four (19.04%) patients delivered via vaginal route and 17
The criteria required for the diagnosis of HELLP syndrome included (80.96%) via caesarean section. Three patients (14.2%) were
signs of primigravida while 18 (85.8%) patients were multigravida. The

73
Please cite this article in press as: Ilhami Berber, A life-saving therapy in Class I HELLP syndrome: Therapeutic plasma exchange, Transfusion and Apheresis
Science (2015), doi: 10.1016/j.transci.2014.12.026

74
ARTICLE IN PRESS
M.A. Erkurt et al./Transfusion and Apheresis Science ■■ (2015) ■■–■■ 3

Table 1
The overall characteristics of the patients with HELLP syndrome.
Parameters (n = 21) (mean ± standard deviation) Levels before TPE Levels after TPE P
Leukocyte count (μl) (4.300–10.300) 16.500 ± 6.500 12.700 ± 3.070 0.015
Hgb (g/dl) (13.6–17.2) 8.8 ± 1.8 10.1 ± 2.5 0.7
Platelet count (μl) (150.000–450.000) 32.100 ± 10.100 174.200 ± 110.200 0.001
INR (0.8–1.2) 1.15 ± 0.28 1.08 ± 0.19 0.7
aPTT (seconds) (28–35) 26.09 ± 12.0 25.8 ± 10.7 0.3
AST (U/L) (5–35) 709.8 ± 136.2 68.7 ± 21.5 0.001
ALT(U/L) (0–55) 350.6 ± 64.2 47.2 ± 30.6 0.001
Total bilirubin (mg/dl) (0.2–1.2) 7.5 ± 5.7 2.3 ± 1.1 0.03
Direct bilirubin (mg/dl) (0–0.5) 5.03 ± 3.2 1.7 ± 0.9 0.0001
LDH (U/L) (125–243) 1721.1 ± 1053.8 361.3 ± 217.07 0.0001
BUN (mg/dl) (8.4–25.7) 39.6 ± 25.5 29.5 ± 12.5 0.134
Creatinine (mg/dl) (0.72–1.25) 2.68 ± 1.51 1.67 ± 1.06 0.17

mean age of the patient population was 31 + 4.9 (23–38) years. All maternal and fetal mortality in severe cases with low plate-let counts
patients were in the third trimester of pregnancy. The average unresponsive to corticosteroids. Only a few studies have investigated
gestational age of the fetuses have been founded to 35th gestational the role of plasma exchange in HELLP syn-drome. So far, the largest
weeks. All fetuses were delivered alive. The most common case series exploring the role of plasma exchange in HELLP
complication of the therapeutic plasma ex-change procedure was syndrome studied 26 patients. This study showed that the postpartum
chills and shivering, and no serious complication was observed application of plasma exchange therapy was successful for persistent
related to the procedure. Mean Glasgow Coma Scale score of all the post-partum HELLP syndrome; however, a uniformly favorable
patients at the time of di-agnosis was 9.5. Three patients (14.2%) response could not be obtained in patients who addition-ally had a
was in coma, 4 (19%) had stupor, 4 (19%) was confused and 10 single or multiple organ injuries [12]. The majority
(47.6%) were ori-ented. All three patients in coma were intubated.
One (4%) out of 3 patients in coma passed away. All other patients of the former studies on this subject are case reports. In these reports,
were dis-charged as oriented after plasmapheresis. In all of the many patients had organ failure or persistent HELLP syndrome and
patients, there was a statistically significant decrease in total biliru- they rapidly showed a favorable response to plasma exchange
bin, LDH, AST, and ALT levels, whereas a significant increase in therapy [11,19–22]. Compatible with the literature above, we found
platelet count was observed. Hemoglobin levels were in-creased, that therapeutic plasma ex-change was an efficient and effective
although this increase was not statistically significant. None of our treatment modality for patients with persistent HELLP syndrome in
patients experienced any symptoms attribut-able to anemia or our study.
thrombocytopenia, and no erythrocyte or thrombocyte Lactate dehydrogenase is a marker of hemolysis. Besides, stage
supplementation was provided to any of our pa-tients during the of the disease advances at HELLP syndrome as throm-bocytopenia
therapeutic plasma exchange. The overall characteristics of the gets more apparent. For this reason, best parameters to be used for
patients undergoing therapeutic plasma exchange are shown on follow-up of HELLP syndrome (as they are measured more
Table 1. objectively compared to clinical presentation of the patient) are the
increase in platelet count after therapeutic plasmapheresis and a
Mean creatinine levels of the patients decreased after therapeutic decrease in LDH [8]. In our patients, after therapeutic plasma
plasmapheresis compared to before (2.68– 1.67). But this exchange, LDH and AST levels decreased and trombocyte count
improvement was not statistically significant. Three out of 20 increased.
surviving patients had creatinine levels above 2 during follow-up HELLP syndrome develops in 0.5–0.9% of all pregnan-cies and
after discharge. But none of these pa-tients required renal 10–20% of all preeclampsia cases [18]. This
replacement treatment. All patients except one who had different syndrome is diagnosed at antenatal period between 26th and 28th
stages of confusion were dis-charged as oriented after weeks of gestation in 70% of cases while 30% of cases are
plasmapheresis at this study. Six patients had pneumonia. Five diagnosed in the postpartum period. The mean age at the time of
patients recovered from pneu-monia while one patient passed away diagnosis is 24–28 years [3]. Haram et al. pub-
due to pneumonia. The liver functions of all patients except the lished about 70% of the cases that developed before delivery, the
deceased were back to normal. majority between the 27th and 37th gestational weeks; the rest
occurring within 48 hours after delivery [8]. Our
study included patients with Class I HELLP syndrome who
4. Discussion deteriorated despite completion of delivery. In our study, all patients
were in the third trimester and none of them was in the postpartum
HELLP syndrome is a disorder that affects multiple organ period. The mean age of the patient population was 31 + 4.9 (range
systems and causes maternal and fetal mortality [15,16]. In HELLP 23–38) years and the average gestational age was 35 weeks.
syndrome, delivery of infant usually suffices for treat-ment. In some
cases, however, the clinical picture may rapidly deteriorate despite Maternal and fetal mortality are reportedly high in HELLP
delivery. In such circumstances, corticosteroid may be added to the syndrome. The mortality rate of the syndrome has been reported at
therapeutic regimen [17,18]. Advanced therapeutic regimens are 1.1% [23]. This is due to increased rates of car-diopulmonary
needed to avoid complications, renal or hepatic failure,

75
Please cite this article in press as: Ilhami Berber, A life-saving therapy in Class I HELLP syndrome: Therapeutic plasma exchange, Transfusion and Apheresis
Science (2015), doi: 10.1016/j.transci.2014.12.026

76
ARTICLE IN PRESS
4 M.A. Erkurt et al./Transfusion and Apheresis Science ■■ (2015) ■■–■■

pulmonary edema, infections, hemorrhage, and DIC [3,24–26]. In conclusion, HELLP syndrome is an important cause of fetal
Literature data suggest a maternal mortality rate of 1–28.5%. Martin and maternal mortality. Thus, it is of paramount im-portance to
et al. found a maternal mortality rate of 3.2% in 62 patients with timely diagnose and manage this deadly disorder. Plasma exchange
HELLP syndrome, while it was found at 1.1% in a larger study therapy applied within 24 hours should be remembered and carried
enrolling 442 patients [15]. Haris et al. reported that patients with out at once when delivery and steroid therapy are not sufficient and
HELLP syndrome can be effectively treated with therapeutic plasma thrombocytopenia worsens. Our study suggests that postpartum use
exchange [27]. of plasma exchange within 24 hours was discovered to be an effi-
They reported that all patients completely improved and no fatality cient and lifesaving treatment option in Class I HELLP syndrome. In
was observed. Eser et al. reported that 26 patients treated with order to enlighten this issue, further prospec-tive studies with more
therapeutic plasma exchange were cured and none died [12]. One patients are required in the future.
(4.7%) of our patients died from sepsis among 21 patients.
According to these results, therapeutic plasma exchange performed
within 24 hours dramatically reduces mortality rates in patients with Consent
Class I HELLP syndrome.
Written informed consent was obtained from the patient’s next of
Therapeutic plasma exchange clears the antibodies from plasma kin for publication of this manuscript and accompanying images. A
[8]. Hence, it may be suggested that therapeutic plasma exchange copy of the written consent is avail-able for review by the Editor-in-
reduces mortality by improving hepatic, renal, respiratory, and Chief of this journal.
cerebral functions and correcting coagulopathy. Considering that
these patients are mothers, therapeutic plasma exchange also reduces Authors’ contributions
maternal mor-tality. All patients except one who had different stages
of confusion were discharged as oriented after plasmapher-esis at This report reflects the opinion of the authors and does not
this study. Six patients had pneumonia. Five patients recovered from represent the official position of any institution or sponsor. MAE
pneumonia while one patient passed away due to pneumonia. The was responsible for reviewing previous research, journal hand
liver functions of all patients except the deceased were back to searching, and drafting the report. HBB, MK, IN, FAB, MO were
normal. responsible for provision of published trial bibliographies, and
preparing photographs. EK, IK contributed to the final draft of the
Renal failure is one of the most important cause of mor-tality in manuscript and analysis of relevant data. IB was responsible for
HELLP syndrome [25]. Martin et al., in a 777-patient study, reported project coordination. All authors read and approved the final
a renal failure rate of 1.2% [28]. Two studies reported rates of renal manuscript.
failure of 3.2% and 7.7% [16,29]. Eser et al. found acute renal
failure incidence of 17.2% in 26 patients with HELLP syndrome. In
their study, only 2 patients had permanent renal injury, one of whom
later underwent peritoneal dialysis [12]. We found acute renal References

failure rate of 42.8% (9 of 21 patients). Acute renal failure improved


with therapeutic plasma exchange in 6 (28.5%) patients while 3  Weinstein L. Syndrome of hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count: a severe consequence of hipertension in pregnancy. Am J Obstet
(14.2%) patients progressed to perma-nent renal failure, all of whom Gynecol 1982;142:159.
are currently under dialysis-free follow up.
 Martin J Jr, Blake PG, Lowy SL, Perry KG Jr, Files JC. Pregnancy
complicated by pre- eclampsia-eclampsia with syndrome of hemolysis,
Although HELLP syndrome tends to spontaneously improve elevated liver enzymes and low platelet count: how rapid is postpartum
after delivery, affected patients should be moni-tored for 48 hours recovery? Obstet Gynecol 1990;76:737–41.
after birth. This is because patients may develop pulmonary edema,
 Sibai BM. Diagnosis, controversies and management of the syndrome of
hepatic failure, renal failure, and cerebrovascular disorder due to hemolysis, elevated liver enzymes and low platelet count. Obstet Gynecol
microthrombus [3,30]. We 2004;103(5):981–91.
observed no cases of pulmonary edema and liver failure im-proved  Borum ML. Hepatobiliary diseases in women. Med Clin North Am
after therapeutic plasma exchange. Eleven (52.3%) patients with 1998;82:51–75.
impaired consciousness at the time of diag-nosis returned to normal
after therapeutic plasma exchange.
 Mecacci F, Carignani L, Cioni R, Parretti E, Mignosa M, Piccioli A, et al.
Time course of recovery and complications of HELLP syndrome with two
Limitations to our study are not being able to evaluate ADAM different treatments: heparin or dexamethasone. Throm Res 2001;102:99–105.
TS 13 and complement levels due to technical in-sufficiency, and
having no control group. There is no prospective study regarding  Magann EF, Bass D, Chauhan SP, Sullivan DL, Martin RW, Martin JN Jr.
plasma exchange and its effect in HELLP syndrome. Plasma Antepartum corticosteroids: disease stabilization in patients with the
exchange for the HELLP syn-drome has not yet been classified in syndrome of hemolysis, elevated liver enzymes and low platelets (HELLP).
Am J Obstet Gynecol 1994;171(4):1148–53.
the ASFA (American Society For Apheresis) guideline. There are
suggestions in the National Therapeutic Apheresis Guide, because  Egerman RS, Sibai BM. HELLP syndrome. ClinObstet Gynecol.
treat-ment delay for HELLP syndrome is an important reason of 1999;42(2):381–9.
mortality for both mother and infant in our country. Plas-mapheresis  Haram K, Svendsen E, Abildgaard U. The HELLP syndrome: clinical issues
should be started within 24 hours HELLP syndrome is diagnosed, and management. A review. BMC Pregnancy Childbirth 2009;26(9):8.
especially in class I patients [31].
 Martin JN Jr, Rose CH, Briery CM. Understanding and managing HELLP
syndrome: the integral role of aggressive glucocorticoids for mother and child.
Am J Obstet Gynecol 2006;195:914–34.

77
 Pokharel SM, Chattopadhyay SK, Jaiswal R, Shakya P. HELLP syndrome  Martin JN Jr, Files JC, Blake PG, Perry KG Jr, Morrison JC, Norman PH.
– a pregnancy disorder with poor prognosis. Nepal Med Coll J Postpartum plasma exchange for atypical preeclampsia-eclampsia as HELLP
2008;10(4):260–3. (hemolysis, elevated liver enzymes and low platelets) syndrome. Am J Obstet
Gynecol 1995;172:1107–25.

Please cite this article in press as: Ilhami Berber, A life-saving therapy in Class I HELLP syndrome: Therapeutic plasma exchange, Transfusion and Apheresis
Science (2015), doi: 10.1016/j.transci.2014.12.026

78
ARTICLE IN PRESS
M.A. Erkurt et al./Transfusion and Apheresis Science ■■ (2015) ■■–■■ 5

 a single center in Eastern Anatolia. Transfus Apher Sci 2013;48:335– 9.


Eser B, Guven M, Unal A, Coskun R, Altuntas F, Sungur M, et al. The role of
plasma excange in HELLP syndrome. Clin Appl Thromb Hemost
2005;11(2):211–7. 4) Kirkpatrick CA. The HELLP syndrome. Acta Clin Belg 2010;65(2):91–7.

 Martin JN Jr, Briery CM, Rose CH, Owens MT, Bofill JA, Files JC. 5) Isler CM, Rinehart BK, Terrone DA, Martin RW, Magann EF, Martin JN Jr.
Postpartum plasma exchange as adjunctive therapy for severe acute fatty liver Maternal mortality associated with HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes
of pregnancy. J Clin Apher 2008;23:138–43. and low platelets) syndrome. Am J Obstet Gynecol 1999;181:924–8.

 Teasdale G, Jennett B. Assessment of coma and impaired consciousness. A


6) Baxter JK, Weinstein L. HELLP syndrome: the state of the art. Obstet
practical scale. Lancet 1974;13:81–4.
Gynecol Surv 2004;59(12):838–45.
 Martin JN Jr, Perry KG Jr, Miles JF Jr, Blake PG, Magann EF, Roberts WE,
7) Hahn U, Pereira P, Dammann F, Claussen CD. [Liver hematoma and liver
et al. The interrelationship of eclampsia, HELLP syndrome, and prematurity:
infarction: a severe complication of HELLP syndrome]. Rofo
cofactors for significant maternal and perinatal risk. Br J Obstet Gynecol
1997;166(5):460–2.
1993;100:1095–100.

 Wolf JL. Liver disease in pregnancy. Med Clin North Am 1996;80: 1167–87.
8) Haris A, Arányi J, Braunitzer H, Kálmán E, Merán Z, Soltész M, Polner K.
Role of plasmaphersis in imminological kidney diseases. Experience from
1050 completed plasmapheresis treatment sessions. Orv Hetil
 Van Runnard Heimel PJ, Franx A, Schobben AF, Huisjes AJ, Derks JB, 2011;152(28):1110–9.
Bruinse HW. Corticosteroids, pregnancy, and HELLP syndrome: a review. 9) Martin JN, Rinehart BK, May WL, Magann EF, Terrone DA, Blake PG. The
Obstet Gynecol Surv 2005;60(1):57–70. spectrum of severe preeclampsia: comparative analysis by HELLP (hemolysis,
 Vigil-DeGracia P, Garcia-Cacares E. Dexamethasone in the postpartum
elevated liver enzymes and low platelet count) syndrome classification. Am J
Obstet Gynecol 1999;180:1373–84.
treatment of HELLP syndrome. Int J Gynecol Obstet 1997;59:217– 21.
10)Sibai BM, Ramadan MK, Usta I, Salama M, Mercer BM, Friedman SA.
 Forster JG, Peltonen S, Kaaja R, Lampinen K, Pettila V. Plasma exchange in
Maternal morbidity and mortality in 442 pregnancies with hemolysis, elevated
liver enzymes and low platelets (HELLP syndrome). Am J Obstet Gynecol
severe postpartum HELLP syndrome. Acta Anaesthesiol Scand 2002;46:955– 1993;169:1000–6.
8.
11)Martin JN, Blake PG, Perry KG Jr, McCaul JF, Hess LW, Martin RW. The
 Za G, Figini E, Hardonk F, Cordone M, Passamonti U, Bocchino G, et al. natural history of HELLP syndrome: patterns of disease progression and
Plasma exchange in a case of HELLP syndrome associated with disseminated regression. Am J Obstet Gynecol 1991;164:1500–13.
intravascular coagulation. Minerva Ginecol 1991;43(6): 315–7.
12)Schwartz J, Winters JL, Padmanabhan A, Balogun RA, Delaney M,
Linenberger ML, et al. Guidelines on the use of therapeutic apheresis in
 Hamada S, Takishita Y, Tamura T, Naka O, Higuchi K, Takahashi H. Plasma clinical practice – evidence-based approach from the writing committee of the
exchange in a patient with postpartum HELLP syndrome. A J Obstet american society for apheresis: the sixth special issue. J Clin Apher
Gynaecol Res 1996;22:371–4. 2013;28(3):145–284.

 Erkurt MA, Kuku I, Kaya E, Ozgen U, Berber I, Koroglu M, et al.


Therapeutic plasma exchange in hematologic disease: results from

79
Please cite this article in press as: Ilhami Berber, A life-saving therapy in Class I HELLP syndrome: Therapeutic plasma exchange, Transfusion and Apheresis
Science (2015), doi: 10.1016/j.transci.2014.12.026

80

Anda mungkin juga menyukai