MODUL KOMPREHENSIF
KELOMPOK 1
SUBKELOMPOK 1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah PBL Kesehatan
Lansia ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Khususnya kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Agnes Tineke WR, Sp.KJ
sebagai KPM modul kompre sehingga menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan. Kepada
Dr.dr. Nugroho Abikusno, M.Sc. sebagai dosen pembimbing kelompok kami. Kepada ibu
Lamha sebagai pemilik rumah. Kepada Ibu Susi sebagai pendamping kami selama di lapangan.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Akhir kata kami meminta maaf apabila
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kemajuan bagi kelompok kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi yang biasa disebut dengan tekanan darah tinggi ialah suatu keadaan dimana
tekanan darah seseorang ≥140 / 90 (mmHg). Hipertensi merupakan “silent killer”.
Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Kondisi patologis ini jika tidak
mendapatkan penanganan secara cepat dan secara dini maka akan memperberat risiko.
Yayasan Jantung Indonesia menyatakan bahwa akibat yang terjadi jika hipertensi tidak
segera ditangani adalah otak (menyebabkan stroke), mata (menyebabkan retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan), jantung (menyebabkan penyakit jantung
koroner termasuk infark jantung dan gagal jantung), ginjal (menyebabkan penyakit ginjal
kronik, gagal ginjal terminal). (4,5)
Berdasarkan data dari WHO dari 50% yang diketahui mengalami hipertensi, sekitar 25%
diantaranya mendapatkan pengobatan dan 12,5% dari 25% yang mendapatkan pengobatan
1
dengan baik. Di Indonesia sendiri hanya 4% yang mengetahui dirinya hipertensi dan
melakukan pengobatan dengan rutin.(5) Berdasarkan masalah yang ada, kami akan
melakukan penelitian didaerah Krendang, Tambora untuk memperdalam tentang penyakit
Hipertensi, serta mengetahui seberapa besar peran keluarga dan lingkungan dalam proses
penyembuhan penyakit dan dukungan yang diberikan kepada lansia tersebut.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas hidup dan angka kesehatan pada masyarakat terutama pada
penderita lansia penderita Hipertensi terutama lansia di kelurahan Krendang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan minat bagi mahasiswa dalam menganalisa masalah kesehatan yang
ada pada lansia.
1.4.2 Manfaat bagi profesi dan institusi
Memberikan pengetahuan dan menambah referensi bagi institusi sehingga menjadi
landasan untuk melakukan kegiatan penelitian maupun penyuluhan dimasa yang
akan datang.
2
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan yang lebih bagi masyarakat perbedaan hipertensi pada
lansia dengan yang bukan lansia.
1.4.4 Manfaat bagi pemerintah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.Apabila
hipertensi ini tidak terkontrol maka akan menyerang target organ, seperti otak, jantung,
ginjal dan organ tubuh lainnya sehingga mengakibatkan komplikasi lain seperti stroke,
penyakit jantung koroner (PJK), gagal ginjaldan kebutaan.(6,7)
2.1.2 Epidemiologi
Data WHO (World Health Organization) di seluruh dunia sekitar
972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, dari 972 juta mengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang
penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2006
dengan prevalensi sebesar 4,67% dan pada tahun 2013 prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 9,5%. Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau minum obat,
prevalensi kejadian hipertensi tertinggi didapatkan di Sulawesi Utara, yaitu 11,4% (8)
2.1.3 Etiologi(9)
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok
lain dari populasi presentase rendah mempunyai penyebab khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder
a. hipertensi (essensial). Lebih dari 90% pesiaen dengan hipertensi primer.
Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya
4
hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas
yang menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi
sering turun-temurun dalan satu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada
patogenesis hipertensi primer.
b. Hipertensi sekunder. Kurang dari 10% penderi hipertensi merupakan
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal
akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab
sekunder yang paling sering obat-obat tertentu baik secara langsung
ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertenisi atau memperberat
hipertensi dengan menaikkan tekanan darah, contoh obat tersebuat adalah
kortikosteroid, ACTH, estrogen, NSAID, fenilpropanolamine. Apabila
penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat
bersangkutan atau mengobati kondisi komorbid yang menyertai sudah
merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi.
2.1.4 Klasifikasi
a. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
WHO mengelompokkan hipertensi dalam
klasifikasi optimal, normal, normal tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat.
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
5
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥180 ≥110
2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama(5)Aksi pertama adalah meningkatkan
sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah.(10) Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
6
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.(11)
2.1.6Faktor Risiko
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain
meliputi diabetes, ras, riwayat keluarga jenis kelmain, faktor gaya hidup seperti obesitas
asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontol,
antara lain:( (12)
a. faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
a. jenis kelamin. Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namum wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopose.
Wanita yang belum menopose dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya aterosklerosis.
b. Umur. Semakin tinggi umur seorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang
yang berusia lebih muda. Hipertensi usia lanjut harus ditangani secara khusus.
Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun , karena
itu dosis obat yang diberikan harus benar benar tepat. Hipertensi sewring
terjadi pada usia ppria > 55tahun dan wanita > 65 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubaahan hormon sesudah menopause( hans peter)
c. Keturunan (genetik). Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium
intraselluler dan rendahnyarasio antara potasium terhadap sodium individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. faktor resiko yang dapat dikontrol:
7
1. obesitas. Pada usia > 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat
badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk keadaan lansia. Indeks massa
tubuh berkorelasi langsung pada tekanan darah, terutama pada tekanan darah
sistolik. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat
badan lebih.
2. Kurang olahraga. Kurangnya aktivitas fisik nenaikkan risiko tekan darah
tinggi karena bertambahnya risikp untuk menjadi obesitas.
3. Kebiasaan merokok. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan
insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis.
4. Mengkonsumsi garam berlebih. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
menyebabkan maningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi.
5. Stress. Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi
2.1.7 Diagnosis
Pengukuran tekanan darah yang akurat adalah dengan mengukur tekanan
darah dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop sebanyak dua kali.
Hipertensi di diagnosis jika rata-rata sekurang-kurangnya 2 pembacaan perkunjungan
diperoleh dari masing-masing 3 kali pertemuan selama 2 sampai 4 minggu diperoleh
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau 90 mmHg untuk diastolik(13)
8
dan arteriol yang dapat langsung diperiksa, maka dengan pemeriksaan optalmoskopik
berulang memungkinkan pengamatan terhadap proses dampak hipertensi pada
pembuluh darah retina.
c. Efek pada ginjal. Lesi aterosklerosis pada arteriol aferen dan eferen serta kapiler
glomerulus adalah lesi vaskuler renal yang paling umum pada hipertensi dan berakibat
pada penurunan tingkat filtrasi glomerulus dan disfungsi tubuler.
2.2 Lansia
2.2.1 Definisi
Penuaan (proses terjadinya tua) adalah proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahanterhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit
degeneratif. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia.(!) Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Penggolongan lansia menurut WHO dibagi menjadi empat kelompok yaitu (a) Lansia usia
pertengahan (middle age) yang berusia 45-59 tahun, (b) lansia (elderly) yang berusia 60-74
tahun, (c) lansia tua (old) yang berusia 75-89 tahun, (d) lansia sangat tua(very old) yang
berusia diatas 90 tahun.(14)
2.2.2 Epidemiologi
BPS (Badan pusat statistik) mensurvai bahwa jumlah lansia di Indonesia pada
tahun 2010 sebanyak 3,255,327.00 atau 9,77 %.Jumlah ini termasuk terbesar keempat
setelah China, India dan Jepang. Menurut data SKRT-SURKESNAS (Survei Kesehatan
Rumah Tangga - Survei Kesehatan Nasional)menunjukkan bahwa penduduk lansia pada
tahun 2012 sebesar 11,90 %. Angka rasio sebesar 11,90% menunjukkan bahwa setiap 100
orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 12 orang penduduk lansia.
Namun bila dibandingkan per jenis kelamin,angka rasio penduduk lansia perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan penduduk lansia laki-laki (12,95% berbanding 10,86%).
Tahun 2015 jumlah lansia di Indonesia mencapai 21,68 juta jiwa dari seluruh penduduk
9
Indonesia. Badan kesehatan dunia WHO mengatakan bahwa penduduk usia di Indonesia
pada tahun 2020 akan meningkat sekitar 30-40 juta jiwa.(15)
10
BAB III
HASIL PBL
Nama : Lamha
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : RT/RW : /01 Kelurahan Krendang
Pekerjaan : Penjaga kamar mandi
Pendidikan terakhir : SMP
Status pernikahan : Menikah dengan 6 anak
Tinggal bersama : suami, 6 anak, 6 menantu, dan 8 cucu
Jumlah orang yang tinggal dirumah : 20 orang
Kepemilikan rumah : sendiri
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Pusing
Onset : <1 tahun
Faktor yang memperberat :-
Faktor yang memperingan :-
Keluhan tambahan :-
Riwayat Penyakit Sekarang :
o Ibu Lamha tidak rajin kontrol ke puskesmas
Riwayat penyakit dahulu : gula darah puasa 121 mg/dl
Riwayat penyakit keluarga : adik pasien menderita hipertensi
Riwayat kebiasaan :
o Olahraga setiap pagi jalan ke Pasar
o Tidak makan ikan dan daging, suka makan sayur dengan lauk pauk tempe dan
tahu
Obat yang dikonsumsi :
11
o Amlodipine (5mg/hari)
Hubungan keluarga : Baik
Hubungan dengan tetangga : Baik
Kegiatan Sosial : baik
Kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan : BPJS
Tempat berobat : Puskesmas Tambora
3.3Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sehat
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
o Tekanan darah : 163/90 mmHg
o Suhu : 36,8o C
o Nadi : 71x/mnt
o RR : 18x/mnt
Status gizi
o BB : 58,9 kg
o Lingkar Betis kanan-kiri : 36 cm
o Lingkar Lengan Atas kanan : 29 cm
o Lingkar Lengan Atas kiri : 30 cm
o Tinggi Lutut : 47 cm
o Lingkar Pinggang : 98 cm
o IMT :
Berdasarkan tinggi lutut : 24,6
Kulit : Normal
Kepala : Normal
Mata : Normal
THT : Normal
Leher : Normal
KGB : Normal
12
Thorax : Normal
Abdomen : Normal
Extremitas : Normal
13
dapur
w
c
kamar
Kamar
Kamar
Ruang tamu
Teras
Melewati lorong kecil (gang sempit), rumah terdiri 2 tingkat, di depan rumah terdapat teras
kemudian di lantai dasar terdapat ruang tamu dan beberapa kursi, terdapat 3 kamar tidur, dapur
dan kamar mandi memiliki jamban berjenis jongkok di lantai 1 dan 4 kamar tidur di lantai 2.
Kondisi rumah
14
Sanitasi : kurang
Ventilasi : kurang
Pencahayaan : kurang
Lingkungan sekitar : kumuh dan padat penduduk
Jamban keluarga : ada (jongkok)
Sumber air bersih : air tanah
Tempat sampah : ada (didapur)
Dapur : sanitasi buruk
Lantai : kurang
Dinding : pada lantai 1 (bangunan permanen) dan lantai 2 (dinding
triplek)
Atap : terbuat dari genting
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa ibu Lamha 67
tahun menderita penyakit Hipertensi sekitar kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penyakit tersebut
didapatkan karena banyak pikiran. Pada pemeriksaan didapatkan fungsi penglihatan masih dalam
batas normal, pendengaran normal. Ibu Lamha jarang berkonsultasi ke dokter puskesmas dan
diberikan obat Amlodipine 5mg dari puskesmas .
Berdasarkan pemeriksaan kuesioner ADL, TMIG, RCS didapatkan hasil bahwa Ibu Lamha masih
mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari serta kapasitas fungsional dan kognitif dalam batas
normal. Pada kuesioner GDS dan FQST didapatkan hasil bahwa Ibu Lamha tidak mengalami
depresi dan not frail, sedangkan dari hasil kuesioner SNAQ didapatkan hasil yang tidak berisiko
mengalami penurunan BB 5% dari normal dalam 6 bulan.
5.2 Saran
1. Bagi pasien :
Melakukan kontrol kesehatan secara rutin khususnya hipertensi, meminum obat yang diberikan
dokter secara teratur, mengatur pola makan sehat, dan mengatur aktivitas fisik.
2. Bagi Masyarakat :
Melakukan deteksi dini, meningkatkan pengetahuan serta kesadaran tentang penyakit hipertensi,
dan perlu mendapat pelatihan pendampingan pelayanan sosial agar masyarakat bisa lebih
memperhatikan kondisi lansia sehingga lansia dapat menikmati masa tuanya dengan sehat dan
sejahtera baik itu kondisi kesehatan, psikis dan sosialnya.
3. Bagi institusi pemerintah :
Untuk dapat lebih meningkatkan kegiatan screening penyakit-penyakit pada lansia dan
merancang penyuluhan kesehatan yang menarik dan bervariasi, melakukan program home care
service agar dapat memperhatikan kondisi dan kebutuhan lansia saat ini.
4. Bagi institusi pendidikan :
Untuk dapat lebih meningkatkan pembelajaran mengenai penyakit lansia mengingat angka
harapan hidup di Indonesia yang terus meningkat. Mahasiswa kedokteran untuk dapat turut serta
17
membantu pelayanan program home care service yang dilakukan oleh institusi pemerintah
(pemerintah daerah/puskesmas)
DAFTAR PUSTAKA
1. Sari AP. Yusuf A. Wahyuni ED. Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia dengan
Hipertensi Melalui Therapeutical Gardening di UPT PSLU Magetan. 2014. Surabaya.
Universitas Airlangga.
2. Kusumowardani A, Puspitosari A.Hubungan Antara Tingkat Depresi Lansia dengan
Interaksi Sosial lansia di Desa Sobokerto Kecamatan Ngamplak Boyolali. Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan.Boyolali:2014.3(2)184-8.
3. Kementrian Kesehatan RI. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. 2013. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI.
4. Bell, K. Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline Recommendations.
2015. United States. Auburn University.
5. Wahyuningsih. Astuti, E. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut.
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia: 2013. 1(3) 71-5.
18
15. Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Available at: https://
www.bps.go.id/pdf_publikasi/Statistik-Penduduk-Lanjut-Usia-2015--.pdf. 2015.
Plan Of Action
1. Kegiatan : Konseling Penyakit Hipertensi pada Lansia
2. Tujuan :
Pendekatan menyeluruh, berorientasi kepada pasien dan keluarganya.
Mengupayakan kegiatan diagnostik, pengelolaan dan pencegahan masalah
kesehatan pada lanjut usia.
Menyelenggarakan pelayanan kedokteran secara optimal.
Kontrol lanjutan
3.Sasaran : Lansia
4. Tempat : Kelurahan Krendang, Jakata Barat.
5. Penanggung Jawab :
6. Pelaksana : Mahasiswa dan Dosen Pembimbing
7. Waktu : Senin, 7 Mei 2018 dan Rabu 9 Mei 2018
8. Dana : tidak ada dana dikeluarkan
19
Lampiran 2. Plan of Action
Plan Of Action
1. Kegiatan : Penyuluhan penyakit Hipertensi pada Lansia
2. Tujuan :
Pendekatan menyeluruh kepada masyarakatan lansia dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakan tentang penyakit Hipertensi
Memberikan edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia
Memecahkan masalah yang terjadi pada lansia dengan konseling keluarga
Kontrol lanjutan untuk mengetahui perkembangan penyakit Hipertensi dengan
pemeriksaan tekanan darah secara rutin
3. .Sasaran : Ibu Khomariah
4. Tempat : Kelurahan Krendang, Jakata Barat.
5. Penanggung Jawab :
6. Pelaksana : Mahasiswa Dosen Pembimbing
7. Waktu : Senin, 7 mei 2018 dan Rabu 9 Mei 2018
8. Dana : tidak ada dana dikeluarkan
20
Lampiran 3. Foto Kegiatan
21
Lampiran 4. Kuesioner Kemandirian ADL
22
Lampiran 5. Kuesioner Indeks Kompetensi TMIG (Tokyo Metropolitan Index Gerontology)
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan kondisi Anda saat ini
1. Apakah anda dapat menggunakan kendaraan umum sendiri? Ya
2. Apakah anda dapat pergi berbelanja sendiri untuk keperluan sehari-hari? Ya
3. Apakah anda dapat menyiapkan makanan anda sendiri? Ya
4. Apakah anda dapat membayar tagihan-tagihan anda (listrik, air, telepon, dll)? Ya
5. Apakah anda dapat mengurus keuangan anda di bank? Ya
6. Apakah anda dapat mengisi formulir pension/pegawai anda? Ya
7. Apakah anda membaca surat kabar/Koran? Ya
8. Apakah anda membaca buku-buku/majalah? Ya
9. Apakah anda tertarik dengan berita atau program terbaru tentang kesehatan? Ya
10. Apakah anda masih mengunjungi rumah teman-teman anda? Ya
11. Apakah anda kadang-kadang dimintai saran/pendapat? Ya
12. Apakah anda dapat mengunjungi teman yang sedang sakit? Ya
13. Apakah anda kadang-kadang mengajak orang muda bercakap-cakap? Ya
Nilai TMIG: 12-13= Kapasitas Fungsional Baik; 8-11= taraf cukup; 0-7= taraf kurang
Nilai TMIG Ibu Lamha : 13= Kapasitas fungsional baik
23
Lampiran 6. Rapid Cognitive Screen (RCS)
1. Tolong diingat lima benda ini, nanti akan saya Tanya kembali
(nilai 2 bila petunjuk jarum jam / waktu benar, nilai 2 bila benar menggambarkan pukul
10.50; total benar=4)
24
4. Saya akan bercerita mohon didengar dengan baik, nanti saya akan tanyakan hal-hal
tentang cerita itu :
Anggi adalah professional yang sukses. Dia mempunyai penghasilan yang sangat besar
dari bisnisnya. Kemudian dia bertemu Aldi seorang pria yang menarik dan ganteng.
Mereka menikah dan punya tiga orang anak. Saat ini mereka tinggal di Surabaya. Anggi
berhenti bekerja dan mengurus anak di rumah. Setelah anak remaja, anggi kembali
melakukan bisnis. Anggi dan Aldi kemudian hidup bahagia hingga masa tua.
Pertanyaan : Di mana Anggi dan Aldi tinggal?
(nilai 1 bila jawaban benar : Surabaya)
25
Lampiran 7. GERIATRIC DEPRESSION SCALE (SHORT FORM) – GDS 15
Pilih jawaban paling sesuai perasaan anda seminggu terakhir :
1. Apakah merasa puas dengan hidup? y/n
2. Apakah sudah mengurangi kegiatan yang disukai ? y/n
3. Apakah merasa hidup itu kosong ? y/n
4. Apakah sering merasa bosan ? y/n
5. Apakah merasa bersemangat tinggi ? y/n
6. Apakah takut kejadian buruk ? y/n
7. Apakah merasa gembira ? y/n
8. Apakah merasa tidak berdaya ? y/n
9. Apakah lebih suka tinggal dirumah ? y/n
10. Apakah merasa sering lupa ? y/n
11. Apakah merasa bersyukur hidup ? y/n
12. Apakah merasa tidak berguna ? y/n
13. Apakah merasa penuh semangat ? y/n
14. Apakah merasa keadaan tidak memberi harapan ? y/n
15. Apakah merasa orang lain lebih berhasil ? y/n
Kunci Jawaban :
1. N 6. Y 11. N Skor :
2. Y 7. N 12. Y 0-5 : normal;
3. Y 8. Y 13. N >5 : depresi
4. Y 9. Y 14. Y
5. N 10. Y 15. Y
26
Lampiran 8. SIMPLIFIED NUTRITION ASSESSMENT QUESTIONNAIRE (SNAQ)
1. Nafsu makan saya :
A= sangat buruk; b= buruk; c= cukup; d= baik; e=sangat baik
2. Ketika saya makan :
a = kenyang sesudah hanya beberapa suap sendok saja
b = kenyang setelah makan sepertiga porsi makanan
c = kenyang setelah makan setengah porsi makanan
d = kenyang setelah makan seluruh porsi makanan
e = tidak pernah merasa kenyang
3. Menurut saya rasa makanan :
A= sangat buruk; b= buruk; c= cukup/sedang; d= baik; e=sangat baik
4. Kebiasaan makanan saya :
A = kurang 1 jenis makanan
B = 1 jenis makanan per hari
C = 2 jenis makanan per hari
D = 3 jenis makanan per hari
E = lebih 3 jenis makanan per hari
27
Lampiran 9. FRAILTY QUESTIONNAIRE SCREENING TOOL
28