Anda di halaman 1dari 15

PERITONITIS DAN

TATALAKSANA
Yoshua Ulido Simangunsong
1161050062
FK UKI

PENDAHULUAN

Peritonitis adalah peradangan dari jaringan


peritoneum

ANATOMI

KLASIFIKASI

BERDASARKAN MEKANISME TERJADINYA:


PRIMER
SEKUNDER
TERSIER

Pertahanan jaringan peritoneum


terhadap infeksi
1.

2.

3.

Penyaringan secara mekanis oleh jaringan


limfatik
Fagositosis dan destruksi bakteri oleh selsel fagositik didalam peritoneum
Sekuestrasi dan lokalisasi bakteri yang
didukung sel-sel fagositik

MANIFESTASI UMUM

nyeri perut yang hebat


dephans muskuler pada keempat kuadran
perut
demam
dehidrasi
mual
muntah
takikardi
letargi
malaise

DIAGNOSA

Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu pasien
sangat penting

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang

Leukositosis shift to the left


Foto polos abdomen 3 posisi: air-fluid level, cairan
bebas dalam rongga peritonium, gambaran free
air dibawah diafragma

TATALAKSANA

Bergantung dari jenis peritonitis.

Peritonitis primer
memberikan antibiotik yang sesuai dengan hasil
isolasi sampel darah atau cairan peritoneum
Sefalosporin generasi ketiga seperti cefotaxime
( 2 gram setiap 8 jam, IV ) memberikan daya
cakup yang cukup pada pasien yang sakit ringan
hingga sedang atau ceftriaxone ( 2 gram setiap
24 jam, IV ).

Peritonitis Sekunder

Resusitasi

Pasien harus diresusitasi dengan cairan seperti kristaloid sebelum


operasi (2,4). terapi cairan yang diberikan dapat berupa bolus
kristaloid hangat 1 2 liter untuk dewasa atau 20 mL/kg untuk anakanak

Terapi antimikroba
terapi antimikroba yang diberikan mencakup bakteri aerobik
maupun anaerobik, dimana yang tersering adalah E.coli dan
bacteroides fragilis.
Agen tunggal = meropenem
Agen kombinasi = Sefalosporin generasi ketiga / keempat
( Cefepime, Cefotaxime, Ceftazidime, Ceftizoxime, Ceftriaxone ) dan
antianaerob

Intervensi bedah
Tujuan pembedahan pada peritonitis adalah
untuk mengeliminasi sumber kontaminasi,
mengurangi jumlah inokulum bakteri, dan
mencegah rekurensi atau infeksi persisten.

Secara umum, pembersihan peritoneum secara


menerus dilakukan dengan menutup,
mengeksklusi, atau memotong viskus yang
perforasi.

Sebagai tambahan untuk mengatasi keadaan


patologis yang mendasari, eksudat purulen
yang banyak diaspirasi, dan lokalisasi pada
pelvis, celah parakolik, dan daerah subfrenik
dibuka secara halus dan dilakukan
debridement

Benda-benda kontaminan seperti feses,


barium, jaringan nekrotik, dan darah harus
dikeluarkan dalam prosedur ini.

Pencucian peritonium intraoperatif dengan


cairan saline dapat mendukung hasil
debridement

Peritonitis Tersier

Diobati dengan pemberian antibiotik yang


ditujukan untuk S.aureus, Staphylococcus
koagulase-negatif, dan basil gram negatif
hingga hasil kultur tersedia.

Pengunaan cefalosporin seperti cefazolin


dan floroquinolone atau sefalosporin
generasi ketiga secara tunggal ( ceftazidime
) dapat dipertimbangkan.

Loading doses diberikan secara


intraperitoneal, dan dosis obat bergantung
pada proses dialisis peritoneum dan fungsi
ginjal pasien.

Antibiotik dapat diberikan secara kontinyu


atau secara intermiten.

Bila pasien tampak sakit berat, antibiotik IV


dapat diberikan. Bila tidak terdapat
perbaikan setelah terapi selama 48 jam,
dianjurkkan untuk melepas kateter

Anda mungkin juga menyukai