adrenal (Ihim et al., 2015). Kortisol dikenal sebagai titik efektor akhir
pada adrenal cortex dengan bahan utama berupa cholesterol (Hu, et al.
2010: 10; Ortsater & Rafacho, 2012: 2). Berdasarkan sifat kelarutannya,
(Sugiharto, 2014:270).
pada siang hari, sekresi paling tinggi pada pagi hari dan terendah pada
kira- satu jam sebelum matahari terbit di pagi hari dan paling rendah
dari kortisol (Aini & Aridiana, 2016). Kortisol memiliki efek nyata pada
Karatsoreos, 2015). Kortisol dapat diukur dalam darah, urin, saliva dan
ada korelasi yang baik antara kadar serum dan saliva dari kortisol
(Jensen et al., 2016). Kortisol bisa jadi dinilai dalam sampel air liur,
tidak terpengaruh ada atau tidaknya stres, aktivitas ini dikontrol oleh
tepatnya diatas kiasma optikum, yaitu titik tempat sebagian dari serat
2014: 739).
Fungsi SCN adalah sebagai pemacu irama tubuh yang ditandai
adanya osilasi berulang kadar hormon yang bersifat sangat teratur dan
memiliki siklus satu kali 24 jam (Sherwood, 2014: 702 & 722).
cortisol dalam sirkulasi darah sebesar ≤ 4.0 ng/mL keadaan ini terjadi
pada tengah malam pada pukul 24, sedangkan kadar tertinggi terjadi
C17, C21, dan C11, sedangkan bentuk enzim secara berurutan berupa
(DHEA).
aktivitas hormone lain; dan membantu tubuh menahan stres. Efek kortisol
a. Efek metabolik
fungsi berikut:
b. Efek permisif
(Sherwood, 2012).
2. Sekresi Kortisol