Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Aamiin.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini.
Kelompok 9
SKENARIO 1
A. Kata kunci
1. Perempuan 35 tahun
2. Benjolan pada punggung tangan kiri 1 tahun terakhir
3. Semakin membesar tetapi ukurannya berubah-ubah
4. Rasa kesemutan paa jari-jari tangan kiri
B. Pertanyaan Penting
1. Sebutkan inervasi dari penyaki pada skenario tersebut!
2. Apa yang menyebabkan terjadinya benjolan pada skenario tersebut
3. Apa yang menyebabkan ukuran benjolan apat berubah-ubah?
4. Jelaskan mekanisme nyeri akibat penyakit pada skenario tersebut!
5. Jelaskan saraf apa saja yang terkena!
6. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat dilakukan
pada skenario?
7. Sebutkan diagnosis banding dari skenario!
8. Jelaskan penatalaksanaan yang bersangkutan pada skenario!
9. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit tersebut?
10. Bagaimana Perspektif islam yang sesuai dengan skenario?
1. Inervasi yang terkena pada skenario tersebut adalah inervasi extremitas
atas, yaitu :
A. Pemeriksaan Fisik
B. Pemeriksaan Penunjang :
1) Untuk lesi pada pergelangan tangan, digunakan radiologi
standar posteroanterior (PA),lateral dan oblik. krista ganglion
kecil (< 10 mm) sering muncul hypoechoic tanpa peningkaan
akustik posterior, tidak muncul sebagai kista sederhana. Krista
ganglion yang lebih besar akan lebih mungkin muncul
anechoic dengan peningkatan akustik posterior
2) MRI dan USG dapat digunakan ketika diagnosa masih belum
jelas.
3) Krista mukus dievaluasi dengan standar PA, lateral dan
radiografi oblik tegak pada jari-jari yang terkena.
4) Pada radiologi, ganglion interosseous mungkin di lokasi sentral
atau sisi tulang yang terkena. Cadiologi juga dapat
menggambarkan ganglion juxtaosseous yang menembus tulang.
lesinya adalah radiolusen dengan border sklerotik. Ganglion ini
sering terjadi dekat permukaan sendi.
5) MRI digunakan untuk melihat ganglion yang tidak terlihat
dengan radiologi konvensional.
6) Axial, Coronal, atau Sagital CT-scan digunakan untuk melihat
kista ganglion yang samara-samar.
7) Bone Scan dipakai untuk menentukan apakah suatu masa
intraosseous merupakan metabolik aktif dan menyebabkan
nyeri.
8) Gambaran mikroskopis, Peneliti menggunakan mikroskop
elektron untuk memperlihatkan gambaran kista secara
mikroskopik. Hasilnya menunjukkan bahwa dinding kista
ganglion terdiri dari lembaran serat kolagen diatur dalam strata
multi arah. Dinding terdiri dari sel-sel pipih yang menyerupai
fibroblast, tetapi dengan lapisan epitel atau synovial yang jelas
tidak terlihat. Kebanyakan kista berisi cairan sangat kental
seperti jelly, secara signifikan lebih kental dari cairan synovial.
Fiskositas ini disebabkan konsentrasi tinggi dari asam
hialuronat dan mukopolysakarida lainnya (Dandy & Dennis,
2003)
Definisi :
Etiologi :
Patomekanisme :
Pemeriksaan Fisik
3. Tinel, dan Tes Phalen. Lakukan tes abduksi jempol dengan meminta
pasien mengangkat jempol lurus sementara Anda memberikan resistansi
ke arah bawah.
Melemahnya abduksi jempol memberi hasil tes yang positif; abduktor
polisis longus dipersarafi hanya oleh Nervus medianus. Melemahnya
abduksi jempol, diagram yang memastikan gejala sensoris di tangan, dan
berkurang- nya sensasi meningkatkan dua kali lipat kemungkinan sindrom
terowongan karpal.
6. Tes sensibilitas
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda
tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon
tiroid ataupun darah lengkap.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto
polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain
pada vertebra. USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada kasus yang
selektif terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan untuk
mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel
proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome
B. Lipoma
Definisi :
Suatu tumor jinak yang berada di bawah kulit yang terdiri dari lemak.
Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut 30 tahun, namun juga dapat
terjadi pada anak-anak. Karena lipoma dari lemak, maka dapat muncul
pada berbagai bagian tubuh. Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher,
bahu, badan, punggung, atau lengan. Karena berasal dari lemak
yang berbeda dengan kista ganglion yang berasal dari cairan, maka jika
lipoma di transluminasi tidak tembus cahaya
Epidemiologi :
Lipoma terjadi pada 1% populasi. Lipoma dijumpai pada usia lanjut
(40-60 tahun) namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma
lebih sering ditemukan pada wanita. Hal ini disebabkan karena wanita
memiliki massa lemak yang lebih banyak daripria. Karena lipoma
merupakan lemak, maka dapat muncul dimanapun pada tubuh ini. Jenis
yang paling sering adalah yang berada lebih ke permukaan kulit
(superficial). Lipoma sering tumbuh di lengan, batang tubuh dan leher
bagian belakang. Jenis yang letaknya lebih dalam dari kulit seperti
dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon
Etiologi :
Penyebab lipoma tidak diketahui dengan pasti, namun karena
merupakan tumor jinak. Mungkin saja bahan-bahan kimia yang
karsinogen, lingkungan, genetic dan factor imunologi juga berperan.
Ada suatu sindrom yang disebut hereditary multiple lipomatosis, yaitu
seseorang yang mempunyai lebih dari 1 lipoma pada tubuhnya. Selain
itu, kegemukan tidak juga tidak menyebabkan terjadinya lipoma.
Patofisiologi :
Lipoma adalah neoplasma jaringan lunak jinak yang paling sering
terjadi pada orang dewasa. Neoplasma ini jinak tumbuh lambat yang
terdiri dari sel-sel lemak matang. Dimana tampak metabolic sel-sel
lipoma berbeda dari sel normal meskipun sel-sel tersebut secara
histologis serupa.
Jaringan lemak berasal dari jaringan ikat yang berfungsi sebagai depot
lemak. Jaringan lemak ini adalah jaringan yang special terdiri dari sel
spesifik yang mempunyai vaskularisasi tinggi, berlobus dan berfungsi
sebagai depot lemak untuk keperluan metabolisme. Sel-sel lemak
primitive biasanyaberupabutir-butirhalus di dalam sitoplasma.
Sel ini akan membesar seperti mulberry sehingga akhirnya derajat
deposisi lemak menggeser inti ke arah perifer. Jaringan lemak berasal
dari sel-sel mesenkim yang tidak berdifferensiasi yang dapat ditemukan
di dalam tubuh. Beberapa sel-sel ini menjadi jaringan sel lemak yang
matang membentuk lemak dewasa.
Terjadinya suatu lipoma dapat juga disebabkan oleh karena adanya
gangguan metabolism lemak. Pada lipoma terjadi proliferasi baik
histologi dan kimiawi, termasuk komposisi asam lemak dari jaringan
lemak normal. Metabolismelemak pada lipoma berbeda dengan
metabolisme lemak normal, walaupun secara histologi gambaran sel
lemaknya sama.
Pada lipoma dijumpai aktivitas lipoprotein lipase menurun. Lipoprotein
lipase penting untuk transformasi lemak di dalam darah. Oleh karena itu
asam lemak pada lipoma lebih banyak dibandingkan dengan lemak
normal. Hal ini dapat terjadi bila seseorang melakukan diet, maka
secara normal depot lemak menjadi berkurang, tetapi lemak pada
lipoma tidak akan berkurang bahkan bertambah besar. Ini menunjukkan
bahwa lemak pada lipoma bukan merupakan lemak yang dibutuhkan
oleh tubuh.
Apabila lipoma membesar akan tampak sebagai suatu penonjolan yang
dapat menekan jaringan di sekitarnya dan lipoma yang besar dapat
menekan dan mengiritasi saraf-saraf tepi kecil di seluruh bagian tubuh.
Anamnesis :
Anamnesis perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis.Anamnesis ini
sangat penting karena memiliki pengaruh 80% untuk menentukan
diagnosis. Anamnesis ini meliputi identitas pasien, usia, pekerjaan, dll.
Setelah itu menanyakan keluhan utama pasien, dan sudah berapa lama
pasien mengalami keluhan tersebut. Hal yang penting ditanyakan pada
penderita adalah: riwayat penyakit, penggunaan obat-obat untuk
penyakit yang dideritanya maupun untuk penyakit lain, penyakit yang
diderita oleh keluarga, penyakit-penyakit lain yang diderita sekarang
maupun masa lampau, dan kebiasaan tertentu.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diawali dengan melakukan inspeksi. Pada
pemeriksaan dapat digunakan kaca pembesar apabila diperlukan.
Pemeriksaan ini mutlak dilakukan pada ruangan terang. Anamnesis
dapat dilakukan bersamaan saat inspeksi. Perlu juga ditanyakan apakah
keluhan ada di tempat lain. Pada inspeksi diperhatikan lokalisasi, warna,
bentuk, ukuran, penyebaran, batas, dan effloresensi yang khusus.
Setelah inspeksi dilakukan, palpasi dan ditanyakan kepada pasien
apakah ada nyeri yang dirasakan. Setelah pemeriksaan dermatologic
(inspeksi dan palpasi). Dilakukan pemeriksaan umum (intern). Setelah
selesai, dapat dibuat diagnosis sementaradan diagnosis banding.
PemeriksaanPenunjang
Dalam kebanyakan kasus, dokter dapat mendiagnosa lipoma dengan
pemeriksaan fisik sederhana. Namun, jika lipoma yang besar dan atau
menyakitkan, dokter akan melakukan tes untuk mengkonfirmasi bahwa
benjolan tersebut tidak bersifat kanker. Tes-tes ini mungkin termasuk
biopsi, computed tomography (CT scan), atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI).
Biopsi adalah prosedur di mana sepotong kecil jaringan lemak akan
diambil dari lipoma sehingga dapat diperiksa di bawah mikroskop
untuk tanda-tanda kanker. MRI menggunakan magnet, gelombang radio,
dan komputer untuk mengambil serangkaian gambar yang sangat jelas,
detil gambar. MRI telah terbukti akurat dalam pemeriksaan,
namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, jaringan lunak seperti
lipoma dapat terlihat dengan jelas. MRI dapat menunjukkan hasil yang
100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi adanya tumor
jaringan lunak.
Seperti MRI, CT scan (CAT atau scan) adalah prosedur yang juga dapat
membuatserangkaian gambar yang mendetail, namun tidak
lebihakuratdari MRI. Pemeriksaandengan CT scan dilakukanberkali-
kali darisudutyang berbeda
C. Kista Ganglion
Etiologi :
Penjelasan yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan
pembentukan kista hingga degenerasi mukoid dari kolagen dan
jaringan ikat. Teori ini menunjukkan bahwa sebuah ganglion mewakili
struktur degeneratif yang melingkupi perubahan miksoid dari jaringan
ikat. Teori yang lebih baru, yang dipostulasikan oleh Angelides pada
1999, menjelaskan bahwa kista terbentuk akibat trauma jaringan atau
iritasi struktur sendi yang menstimulasi produksi asam hialuronik.
Proses ini bermula di pertemuan sinovial-kapsular. Musin yang
terbentuk membelah sepanjang ligamentum sendi serta kapsul yang
melekat untuk kemudian membentuk duktus kapsular dan kista utama.
Duktus pada akhirnya akan bergabung menjadi kista ganglion soliter
yang besar.
Seperti yang telah disebutkan, penyebab ganglion tidak sepenuhnya
diketahui, namun ganglion dapat terjadi akibat robekan kecil pada
ligamentum yang melewati selubung tendon atau kapsul sendi baik
akibat cedera, proses degeneratif atau abnormalitas kecil yang tidak
diketahui sebelumnya.
Epidemologi :
D. De Quervain Syndrom
Definisi :
Sindrom De Quervain adalah suatu bentuk peradangan disertai nyeri
dari selaput tendon yang berada di sarung sinovial, yang menyelubungi
otot extensor pollicis brevis dan otot abductor pollicis longus.
Epidemiologi :
Hingga saat ini belum ditemukan korelasi antara insidens sindrom De
Quervain dan ras tertentu. Beberapa sumber memperlihatkan rasio lebih
tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8:1; pekerjaan rumah
tangga yang melibatkan penggunaan ibu jari dan pergelangan tangan,
seperti menggendong. anak, mencuci, dan memeras pakaian juga
dikaitkan dengan kondisi tersebut. Sindrom De Quervain juga banyak
ditemui pada ibuibu hamil. Edema jaringan lunak, retensi cairan, dan
regangan ligamen saat kehamilan mempengaruhi respons inflamasi dan
memberikan tekanan pada kompartemen dorsal pertama. Prevalensi
tertinggi terjadi pada usia 30-55 tahun
Etiologi :
Penyebab sindrom De Quervain belum diketahui pasti. Beberapa faktor
yang dianggap menjadi penyebab yakni:
1. Overuse, gerakan berlebihan dan terlalu membebani sendi
carpometacarpal I dapat menyebabkan ruptur dan peradangan akibat
gesekan, tekanan, dan iskemia daerah persedian
2. Trauma langsung
Trauma yang langsung mengenai tendon otot abductor pollicis
longus dan extensor pollicis brevis dapat merusak jaringan serta
menyebabkan peradangan yang bisa menimbulkan nyeri.
3. Radang sendi
Kerusakan sendi akibat proses radang mengakibatkan erosi tulang
pada bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan akibat
resorbsi osteoklas. Kemudian pada tendon terjadi tenosinovitis
disertai invasi kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendon.
Patofisiologi :
Gerakan dan beban berlebihan pada sekitar sendi carpometacarpal I
menimbulkan gesekan, tekanan, dan iskemia; apabila terus menerus
akan menimbulkan peradangan, mengakibatkan bengkak dan nyeri.
Inflamasi daerah ini umumnya terjadi pada penggunaan tangan dan ibu
jari untuk kegiatan berulang atau repetitif. De Quervain’s syndrome
timbul akibat mikrotrauma kumulatif (repetitif). Trauma minor repetitif
atau penggunaan berlebihan jari-jari tangan (overuse) menyebabkan
malfungsi pembungkus tendon, pembungkus tendon akan mengalami
penurunan produksi dan kualitas cairan sinovial.
Cairan sinovial berfungsi sebagai lubrikan, sehingga gangguan produksi
dankualitas mengakibatkan gesekan antara otot dan pembungkus
tendon. Proses gesekan yang terus-menerus akan mengakibatkan
inflamasi pembungkus tendon, diikuti proliferasi jaringan ikat fibrosa.
Proliferasi jaringan ikat fibrosa akan memenuhi hampir seluruh
pembungkus tendon menyebabkan pergerakan tendon terbatas. Stenosis
atau penyempitan pembungkus tendon tersebut akan mempengaruhi
pergerakan otot-otot abductor pollicis longus dan extensor pollicis
brevis. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan
pembungkusnya. Gesekan otot-otot ini akan merangsang saraf di sekitar
otot, sehingga menimbulkan nyeri saat ibu jari digerakkan; nyeri ibu
jari merupakan keluhan utama penderita sindrom De Quervain.
Diagnosis :
Diagnosis sindrom De Quervain ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik:
1. Rasa nyeri sekitar ibu jari
2. Bengkak pergelangan tangan sisi ibu jari
3. Rasa tebal sekitar ibu jari
4. Penumpukan cairan pada daerah yang bengkak
5. Krepitasi saat menggerakkan ibu jari
6. Sendi ibu jari terasa kaku saat bergerak
7. Penurunan lingkup gerak sendi Carpometa carpal
Pemeriksaan fisik tes Finkelstein menentukan adanya tenosinovitis
tendon abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis. Tes
Finkelstein dirancang oleh Harry Finkelstein (1865-1939) ahli bedah
Amerika Serikat pada tahun 1930. Cara tes ini adalah ibu jari
difleksikan hingga menempel telapak tangan diikuti fleksi keempat jari
dalam posisi mengepal dan ibu jari berada di dalam kepalan. Pemeriksa
menggerakkan tangan pasien ke arah ulna deviasi.
Nyeri hebat sepanjang radius distal akan menunjukkan sindrom De
Quervain. Rasa nyeri saat tes Finkelstein akibat keterbatasan
mekanisme gliding tendon otot abductor pollicis longus dan extensor
pollicis brevis pada kompartemen yang menyempit karena penebalan
retinakulum ekstensor tendon otot abductor pollicis longus dan extensor
pollicis brevis.
Tes Finkelstein dilakukan bilateral untuk membandingkan dengan
bagian yang tidak nyeri. Tidak ada pemeriksaan laboratorium spesifik
yang menunjang diagnosis sindrom De Quervain. Pemeriksaan faktor
reumatoid serum juga tidak spesifik. Pemeriksaan radiologi secara
umum juga tidak ada yang spesifik. Pada pemeriksaanultrasonografi
potongan aksial dan koronal dengan tranduser 13MHz resolusi tinggi,
didapatkan penebalan dan edema pembungkus tendon pada delapan
pasien. Pada pemeriksaan MRI terlihat penebalan pembungkus tendon
otot abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis.
Pemeriksaan radiologis lain hanya digunakanuntuk kasus-kasus trauma
akut atau didugakarena fraktur atau osteonekrosis.
9. Upaya pencegahan agar kita bisa terhindar dari benjolan yang terjadi
pada skenario adalah:
a) Menjaga hidup sehat
d) Peregangan tangan
Daftar Pustaka