Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT GANGLION POPLITEA

A. Definisi
Kista ganglion merupakan nodul yang paling lazim ditemukan di tangan.
Lokasi khas di aspek dorsal pergelangan tangan, aspek volar radial pergelangan
tangan, aspek dorsal tangan, dan aspek palmar jari-jari di dekat sendi
Metakarpophalangeal. Jika kistanya kecil, aspirasi ini kista dapat dilakukan
dengan jarum ukuran 22-gauge dan penyuntikan steroid. Namun, mungkin
diperlukan aspirasi beberapa kali untuk penyembuhan. Jika kista nyeri atau besar
ata penyebabnya diragukan, harus diperkirakan rujukan kebagian ortopedi untuk
diangat secara bedah.
Kista Ganglion atau biasa disebut Ganglion merupakan kista yang
terbentuk dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan
kental jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Kista merupakan tumor
jaringan lunak yang paling sering didapatkan pada tangan. Ganglion biasanya
melekat pada sarung tendon pada tangan atau pergelangan tangan atau melekat
pada suatu sendi; namun ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur
apapun. Kista ini juga dapat ditemukan di kaki. Ukuran kista bervariasi, dapat
bertambah besar atau mengecil seiring berjalannya waktu dan bahkan menghilang.
Selain itu kadang dapat mengalami inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapat
lunak hingga keras seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi kista
sehingga kadang didiagnosis sebagai tonjolan tulang. Ganglion timbul pada
tempat-tempat berikut ini:
 Pergelangan tangan – punggung tangan ("dorsal wrist ganglion"), pada
telapak tangan ("volar wrist ganglion"), atau kadang pada daerah ibu jari.
Kista ini berasal dari salah satu sendi pergelangan tangan, dan kadang
diperberat oleh cedera pada pergelangan tangan.
 Telapak tangan pada dasar jari-jari ("flexor tendon sheath cyst"). Kista ini
berasal dari saluran yang menjaga tendon jari pada tempatnya, dan kadang
terjadi akibat iritasi pada tendon - tendinitis.
 Bagian belakang tepi sendi jari ("mucous cyst"), terletak di sebelah dasar
kuku. Kista ini dapat menyebabkan lekukan pada kuku, dan dapat menjadi
terinfeksi dan menyebabkan infeksi sendi walaupun jarang. Hal ini
biasanya disebabkan arthritis atau taji tulang pada sendi.
B. Anatomi dan Fisiologi
Ganglion terjadi pada sendi, oleh karena itu perlu diketahui mengenai
anatomi sendi. Ganglion ditemukan pada sendi diartrodial yang merupakan jenis
sendi yang dapat digerakkan dengan bebas dan ditemukan paling sering pada
wrist joint. Hal ini mungkin diakibatkan banyaknya gerakan yang dilakukan oleh
wrist joint sehingga banyak gesekan yang terjadi antar struktur di daerah tersebut
sehingga memungkinkan terjadinya reaksi inflamasi dan pada akhirnya
mengakibatkan timbulnya ganglion. Selain itu wrist joint merupakan sendi yang
kompleks karena terdiri dari beberapa tulang sehingga kemungkinan timbulnya
iritasi atau trauma jaringan lebih besar.
Jenis sendi diartrodial mempunyai unsur-unsur seperti rongga sendi dan
kapsul sendi. Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat serta
sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak terlalu meluas
melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan
sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa di seluruh persendian membentuk
sinovium. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak
berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap sendi relatif sedikit (1-3 ml). Asam
hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan
sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan
sinovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga bertindak
sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi ( soedrajat, 2016)
C. Etiologi
Penjelasan yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan
pembentukan kista  hingga degenerasi mukoid dari kolagen dan jaringan ikat.
Teori ini menunjukkan bahwa sebuah ganglion mewakili struktur degeneratif
yang melingkupi perubahan miksoid dari jaringan ikat. Teori yang lebih baru,
yang dipostulasikan oleh Angelides pada 1999, menjelaskan  bahwa kista
terbentuk akibat trauma jaringan atau iritasi struktur sendi yang menstimulasi
produksi asam hialuronik. Proses ini bermula di pertemuan sinovial-kapsular.
Musin yang terbentuk membelah sepanjang ligamentum sendi serta kapsul yang
melekat untuk kemudian membentuk duktus kapsular dan kista utama. Duktus
pada akhirnya akan bergabung menjadi kista ganglion soliter yang besar.
Seperti yang telah disebutkan, penyebab ganglion tidak sepenuhnya
diketahui, namun ganglion dapat terjadi akibat robekan kecil pada ligamentum
yang melewati selubung tendon atau kapsul sendi baik akibat cedera, proses
degeneratif atau abnormalitas kecil yang tidak diketahui sebelumnya (Ariandhi,
2014)
D. Patofisiologi
Kista ganglion dapat berupa kista tunggal ataupun berlobus. Biasanya
memiliki dinding yang mulus, jernih dan berwarna putih. Isi kista merupakan
musin yang jernih dan terdiri dari asam hialuronik, albumin, globulin dan
glukosamin. Dinding kista terbuat dari serat kolagen. Kista dengan banyak lobus
dapat saling berhubungan melalui jaringan duktus. Tidak terdapat nekrosis
dinding atau selularitas epitel atau sinovia yang terjadi.
Normalnya, sendi dan tendon dilumasi oleh cairan khusus yang terkunci di
dalam sebuah kompartemen kecil. Kadang, akibat arthritis, cedera atau tanpa
sebab yang jelas, terjadi kebocoran dari kompartemen tersebut. Cairan tersebut
kental seperti madu, dan jika kebocoran tersebut kecil maka akan seperti lubang
jarum pada pasta gigi –jika pasta gigi ditekan, walaupun lubangnya kecil dan
pasta di dalamnya kental, maka akan mengalir keluar- dan begitu keluar, tidak
dapat masuk kembali. Hal ini bekerja hampir seperti katup satu arah, dan akan
mengisi ruang di luar area lubang. Ketika kita menggunakan tangan kita untuk
bekerja, sendi akan meremas dan menyebabkan tekanan yang besar pada
kompartemen yang berisi cairan tersebut- ini dapat menyebabkan benjolan dengan
tekanan yang besar sehingga sekeras tulang.
Cairan pelumas mengandung protein khusus yang menyebabkannya kental
dan pekat dan menyulitkan tubuh untuk me-reabsorbsi jika terjadi kebocoran.
Tubuh akan mencoba untuk menyerap kembali cairan tersebut, tapi hanya
sanggup menyerap air yang terkandung di dalamnya sehingga membuatnya lebih
kental lagi. Biasanya, pada saat benjolan cukup besar untuk dilihat, cairan tersebut
telah menjadi sekental jelly.
Kadang disebutkan bahwa ganglion berasal dari protrusi dari membran
sinovial sendi atau dari selubung suatu tendo. Namun, kami tidak dapat
memperlihatkan adanya hubungan antara rongga kista dengan selubung tendon
atau sendi yang berhubungan. Namun, terdapat kemungkinan bahwa kista berasal
dari bagian kecil membran sinovia yang mengalami protrusi dan kemudian terjadi
strangulasi sehingga terpisah dari tempat asalnya; bagian ini kemudian
berdegenerasi dan terisi oleh materi koloid yang berakumulasi dan membentuk
kista.

 PATHWAY

Arthtritis/ cedera pada sendi atau


tendon

Terjadi kebojoran kompartemen

Cairan sinovial keluar dari dalam


kompartemen (Tidak dapat masuk
kembali bersifat kental dan pekat)

Reabsorbsi tubuh terganggu

Cairan synovial menjadi sekental


jelly (mengisi ruang dilaur area
lubang kebocoran)

Saat tangan bekerja terjadi


peremasan pada sendi
Peningkatan tekanan pada
kompartemen yang berisi cairan
sinovial

Benjolan terbentuk dengan tekanan


yang besar (benjolan menjadi keras
sekeras tulang/ganglion)

Keterbatasan gerak
nyeri
E. Gejala Ganglion
Meskipun kista ganglion umumnya asimtomatik, gejala yang muncul dapat
berupa keterbatasan gerak, parestesia dan kelemahan. Kista ganglion umumnya
soliter, dan jarang berdiameter di atas 2 cm. Dapat melibatkan hampir semua
sendi pada tangan dan pergelangan tangan. Dorsal wrist, volar wrist, volar
retinakular dan distal interfalangeal merupakan kista ganglion yang paling sering
ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Ganglion terbesar terletak di
belakang lutut dan biasa disebut Kista Baker.
Ahli bedah tangan yang berpengalaman juga dapat mengenali ganglion
dorsal okulta (tersembunyi), yang dapat timbul dengan tekanan lembut pada regio
fossa scapholunate. Nyeri terjadi dengan gerakan pergelangan tangan yang
ekstrim. Temuan radiografik biasanya normal, dan MRI berguna dalam
mengkonfirmasi diagnosis. Eksisi bedah pada ganglion okulta dapat
menghilangkan nyeri dan gejala pada sebagian besar kasus. Sebagian pasien
mengeluhkan benjolan di bawah kulit yang sebagian besar terletak pada bagian
belakang pergelangan tangan, sisi telapak pada pergelangan tangan, di atas tendon
pada dasar jari pada sisi telapak tangan, atau pada sendi jari terdekat ke ujung jari.
Ganglion umumnya tidak nyeri; namun dapat menyebabkan nyeri ketika
digerakkan atau menyebabkan masalah mekanis (terbatasnya ruang gerak)
tergantung dari lokasi ganglion tersebut. Kista ganglion memiliki kecenderungan
untuk membesar dan mengecil, kemungkinan karena cairan yang terdapat dalam
kista terserap kembali ke dalam sendi atau tendon untuk kemudian diproduksi
kembali. Masalah terbesar dengan ganglion adalah ketakutan pasien bahwa
benjolan tersebut merupakan sesuatu yang gawat. Diagnosis didasarkan atas
riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, dan kemungkinan foto sinar x polos atau
USG. Kista dapat dibedakan dari tumor padat melalui transiluminasi (berkas sinar
akan melewati cairan yang memenuhi ganglion, tapi tidak jika merupakan massa
tumor yang padat). Pencitraan USG juga telah digunakan untuk membedakan
massa padat dan kistik di tangan.
Ada beberapa kasus kista ganglion yang tidak timbul benjolan, sehingga
hanya dapat dilihat dan dideteksi dengan menggunakan MRI atau USG. Pada jenis
ini, kista ganglion disebut dengan hidden ganglion cysts (occult ganglions) yang
pada umumnya menimbulkan rasa sakit.
F. Penatalaksanaan
Terdapat tiga pilihan utama penatalaksanaan ganglion.
1. Pertama, membiarkan ganglion tersebut jika tidak menimbulkan keluhan
apapun. Setelah diagnosis ditegakkan dan pasien diyakinkan bahwa massa
tersebut bukanlah kanker atau hal lain yang memerlukan pengobatan
segera, pasien diminta untuk membiarkan dan menunggu saja. Jika
ganglion menimbulkan gejala dan ketidaknyamanan ataupun masalah
mekanis, terdapat dua pilihan penatalaksanaan: aspirasi (mengeluarkan isi
kista dengan menggunakan jarum) dan pengangkatan kista secara bedah.
2. Aspirasi melibatkan pemasukan jarum ke dalam kista dan mengeluarkan
isinya setelah mematirasakan daerah sekitar kista dengan anestesi lokal.
Karena diperkirakan bahwa inflamasi berperan dalam produksi dan
akumulasi cairan di dalam kista, obat anti inflamasi (steroid) kadang
diinjeksikan ke dalam kista sebagai usaha untuk mengurangi inflamasi
serta mencegah kista tersebut terisi kembali oleh cairan kista. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa menggunakan substansi lain seperti
hialuronidase bersama dengan steroid setelah  aspirasi meningkatkan
angka kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi 89% dengan
substansi tambahan.
3. Jika kista rusak, menimbulkan nyeri, masalah mekanis dan komplikasi
saraf (hilangnya fungsi motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion pada
saraf) atau timbul kembali setelah aspirasi, maka eksisi bedah dianjurkan.
Hal ini melibatkan insisi di atas kista, identifikasi kista, dan
mengangkatnya bersama dengan sebagian selubung tendo atau kapsul
sendi dari mana kista tersebut berasal. Lengan kemudian dibalut selama 7-
10 hari. Eksisi kista ini biasanya merupakan prosedur minor, tapi dapat
menjadi rumit tergantung pada lokasi kista dan apakah kista tersebut
melekat pada struktur lain seperti pembuluh darah, saraf atau tendon.
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran
ganglion. Komplikasi utama adalah keterbatasan gerak pada sendi dimana
terdapat ganglion. Tidak seperti tumor lain, ganglion tidak pernah berubah
menjadi ganas.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang dilakukan
berupa rekurensi walaupun kemungkinannya tidak besar. Selain itu juga
terdapat resiko infeksi, keterbatasan gerak, kerusakan serabut saraf atau
pembuluh darah.
H. Prognosis
Prognosis penyakit tergantung dari beberapa hal:
 Kista yang berasal dari selaput tendon lebih mudah sembuh dengan
suntikan kortikosteroid dbandingkan dengan yang berasal dari sendi
 Kista dari pergelangan tangan bagian depan (volar wrist ganglion) akan
lebih mudah kembali setelah pembedahan dibandingkan kista pada bagian
dorsal.
Tingkat rekurensi setelah penanganan nonoperatif mencapai 30-
60% dibandingkan dengan yang dioperasi (5-15%). Total ganglionektomi
menghasilkan angka kesembuhan 85-95% jika kista dan akar diangkat
bersamaan dengan pemotongan sedikit dari kapsul tendo. Rekurensi setelah
operasi biasanya diakibatkan oleh pengangkatan kapsul atau membrane
sinovial yang tidak lengkap.
I. Pemeriksaan Penunjang
Foto sinar x polos (CT-Scan) atau USG.Kista dapat dibedakan dari tumor
padat melalui transiluminasi (berkas sinar akan melewati cairan yang
memenuhi ganglion, tapi tidak jika merupakan massa tumor yang padat).
Pencitraan USG juga telah digunakan untuk membedakan massa padat dan
kistik di tangan. Dalam beberapa kasus kista ini tidak menimbulkan benjolan
sehingga hanya dapat dideteksi menggunakan MRI atau USG.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGLION POPLITEA
A. Anamnesa
 Identitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
 Keluhan Utama: Adanya rasa nyeri ketika digerakan, namun terkadang
asimtomatis. Ada terlihat suatu benjolan yang letaknya di dekat sendi.
 Riwayat kesehatan sekarang: Berisi tentang kapan terjadinya benjolan,
penyebab lain yang menyertai terjadinya ganglion serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
 Riwayat kesehatan dahulu, Adanya riwayat ganglion sebelumnya. Riwayat
aktifitas dan pekerjaan klien yang mungkin berhubungan dengan
terjadinya ganglion.
 Riwayat kesehatan keluarga, adakah riwayat penyakit yang sama pada
keluarga dan penyakit keturunan ataupun penyakit menular.
 Riwayat psikososial, Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
B. Pemeriksaan Fisik
 Status kesehatan umum: Meliputi keadaan penderita secara umum,
kesadaran, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
 Kepala dan leher: Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, adakah gangguan pendengaran, keadaan lidah,
gigi, gusi, dan indra penglihatan.
 Sistem integumen, Turgor kulit, adanya benjolan pada area sendi yang
dapat dipegang dan digerakan, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut
dan kuku.
 Sistem pernafasan: Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
 Sistem kardiovaskuler: Perfusi jaringan, nadi perifer, adakah
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
 Sistem gastrointestinal: apakah ada rasa mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
 Sistem urinary: keadaan umum sistem urinaria klien, adakah keluhan pada
sistem urinaria.
 Sistem muskuloskeletal: Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahn tinggi badan.
 Sistem neurologis: apakag ada terjadi penurunan sensoris, parasthesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
C. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data
subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow
yang terdiri dari:
- Kebutuhan dasar atau fisiologis
- Kebutuhan rasa aman
- Kebutuhan cinta dan kasih saying
- Kebutuhan harga diri
- Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang
dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual,
potensial, dan kemungkinan.
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan kista ganglion baik pre operasi
maupun post operasi adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit.
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan akibat luka operasi.
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan efek prosedur
invasif mis adanya luka post operasi.

No Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan
( SDKI)
1 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan nyeri
rasa nyaman intervensi keperawatan Observasi
berhubungan diharapkan status 1. identifikasi factor pencetus dan
dengan kenyamanan meningkat pereda nyeri
gejala dengan kriteria hasil : 2. monitor kualitas nyeri (mis,
penyakit. - kesejahteraan fisik terasa tajam, pereda nyeri
meningkat tumpul, diremas-remas,
- keluhan tidak nyaman ditimpa beban berat)
menurun 3. monitor lokasi dan penyebaran
- gelisah menurun nyeri
- pola tidur cukup 4. monitor intensitas nyeri dengan
membaik menggunakan skala
- merintih cukup menurun 5. monitor durasi dan frekuensi
- perawatan sesuai nyeri
kebutuhan cukup Terapeutik
meningkat 1. atur interval pemantauan sesuai
- rileks cukup meningkat dengan kondisi pasien
2. dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. informasikan hasil pemantauan
jika perlu

2. Resiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi


terjadinya intervensi keperawatan Observasi
infeksi diharapkan tingkat 1. monitor tanda dan gejala
berhubungan infeksi menurun dengan infeksi
dengan efek kriteria hasil : Terapeutik
prosedur - bengkak menurun 1. berikan perawatan kulit pada
invasif mis - nyeri menurun area edema
adanya luka - kebersihan tangan 2. cuci tangan sebelum dan
post operasi. sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Edukasi
1. jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. ajarkan cara memriksa kondisi
luka atau operasi
4. anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
imunisasi , jika petlu

E. Rencana Asuhan Keperawatan


Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan
aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan,
dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi
dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
1. Gangguan rasa nyaman cemas berhubungan dengan ketidak tahuan klien
tentang proses operasi dan perjalanan penyakit.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang dan pasien memperoleh informasi
yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
- Klien tidak terlihat cemas, emosi stabil, pasien tenang.
- Pasien mengetahui tentang proses operasi yang akan dilakukannya
dan mengetahui proses penyakit dan tahu mengenai perawatan dan
pengobatannya.
- Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh.
Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami
pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat
dan tepat.
2) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang Ganglion.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga,
perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau
pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
3) Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan
menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien
sesuai tingkat pendidikan pasien.
4) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien
5) Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien
sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
6) Berikan informasi yang akurat tentang proses operasi, proses
penyakit, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa
dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dapat
memberi wawasan pada klien dan mengurangi beban pikiran
pasien.
7) Libatkan pasien didalam melakukan tindakan perawatan sesuai
kemampuan.
Rasional : Dengan ikut serta secara langsung dalam  tindakan yang
dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
8) Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika
ada / memungkinkan).
Rasional: gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan
yang telah diberikan.
9) Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim
kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang
terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari tim kesehatan akan membantu
menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
10) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien
secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota
keluarga yang menunggu.
11) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan akibat luka operasi.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil:
- Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang.
- Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi
atau mengurangi nyeri.
- Tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x
/menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
pasien.
2) Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi
akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien
untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3) Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
4) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan pasien
5) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi
nyeri pasien.

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil :
- Tanda-tanda infeksi tidak ada.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (S : 36 – 37,50C)
- Keadaan luka baik.
Rencana tindakan:
1) Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran
infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2) Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga
kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara
untuk mencegah infeksi kuman.
3) Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran
infeksi.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman sehingga
mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat R, Jong WD (ed.), Kulit dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC,
Jakarta, 2014 .
Carter A. Michael, Anatomi Tulang dan Sendi dalam Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, editor Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
EGC, Jakarta, 2015 .
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-
2014. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2.
Yogyakarta : MediAction
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standar diagnose Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2019). Standar diagnose Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai