I I
S T I K E S
A
E
OLEH :
SUTARI
NIM.18.31.1333
I I
S T I K E S
A
E
OLEH :
SUTARI
NIM.18.31.1333
1
2
pertama dalam evaluasi pasien yang diduga PAD. Pergelangan kaki atau
Ankle-brakialis indeks (ABI) dihitung dengan membagi tekanan darah sistolik
pada pergelangan kaki dengan tekanan Doppler yang diukur pada arteri
brakialis. ABI < 0,9 mengindikasikan adanya penyakit oklusi hemodinamik
signifikan antara jantung dan pergelangan kaki, yang dalam banyak kasus
terletak distal ke arteri ginjal. Sebaliknya, teknik yang lebih kompleks seperti
pengukuran tekanan darah sistolik pada jari kaki atau pengukuran transkutan
tekanan parsial oksigen (tcpO2) dinilai lebih baik dari hasil beberapa
penelitian.
2. Ukuran Luka
Ukuran luka (diukur dalam sentimeter persegi) harus ditentukan setelah
debridement. Bagian luar perbatasan ulkus harus diukur dari kulit utuh di
sekitar ulkus. Kedalaman atau hilangannya jaringan. Sulit untuk menentukan
kedalaman ulkus. Ulkus yang tampak beberapa milimeter pada jari kaki dapat
menembus menjadi tulang atau sendi, di bagian kaki lain, kedalaman ulkus
bisa beberapa sentimeter tanpa keterlibatan struktur yang lebih dalam. Oleh
karena itu, ulkus dibagi menjadi lesi yang terbatas pada kulit dan yang lebih
dalam dari kulit. Bahkan jika ulkus tampaknya tidak menembus di bawah
kulit, infeksi klinis pada jaringan subkutan (misalnya abses atau
osteomyelitis) mengindikasikan ulkus yang dalam. Tingkat kehilangan
jaringan harus dievaluasi setelah dilakukan debridement.
a) GRADE 1, superfisial ulkus full-thicknes Ulkus tidak menembus struktur
yang lebih dalam dari dermis.
b) GRADE 2, ulkus dalam, menembus dermis hingga struktur subkutan,
melibatkan fasia, otot atau tendon.
c) GRADE 3, Semua lapisan berikutnya dari kaki, termasuk tulang dan atau
sendi.
3. Infeksi
4
pada tanda-tanda dan gejala, serta perjalanan klinis dan hasil dari suatu
infeksi.
4. Sensasi.
Terbagi menjadi :
a) GRADE 1, Tidak hilangannya sensasi protektif pada kaki yang terkena,
didefinisikan sebagai adanya modalitas sensorik.
b) GRADE 2, Kehilangan sensasi protektif pada kaki yang terkena,
didefinisikan sebagai tidak adanya persepsi pada kaki yang terkena:
1) Hilangnya sensasi terhadap tekanan, ditentukan dengan sebuah
monofilamen 10 gr, pada dua dari tiga daerah di sisi plantar.
2) Hilangnya sensasi terhadap getaran, (ditentukan dengan 128 Hz garpu
tala) atau getaran ambang > 25 V (menggunakan semi-kuantitatif
teknik), keduanya diuji pada hallux. Hilangnya sensasi protektif
merupakan faktor penting dalam patogenesis ulkus kaki diabetes.
Pengujian sentuhan ringan dan pengujian sensasi tumpul atau tajam
tidak dianjurkan karena kurangnya bukti ilmiah.
D. Manifestasi Klinis
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes
bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
3. Nyeri saat istirahat.
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
Gambaran klinis dibedakan: neuropatik dan iskemik.
1. Gambaran neuropatik
a) Gangguan sensorik
b) Perubahan trofik kulit
6
c) Ulkus plantar
d) Atropati degeneratif (sendi Charcot)
e) Pulsasi sering teraba
f) sepsis (bakteri/jamur)
2. Gambaran iskemik
a) Nyeri saat istirahat
b) Ulkus yang nyeri disekitar daerah yang tertekan
c) Riwayat klaudikasio intermiten
d) Pulsasi tidak teraba
e) Sepsis (bakteri/jamur)
Tabel 1. Perbedaan klinis iskemia dan neuropati pada kaki diabetik
Iskemia Neuropati
Gejala Klaudikasio Biasanya tidak nyeri
Nyeri saat istirahat Kadang nyeri neuropati
Inspeksi Tergantung rubor Lengkung tinggi
Perubahan Tropik Kuku-kuku jari kaki
Tak ada perubahan tropic
Palpasi Dingin Hangat
Tak teraba nadi Nadi teraba
Ulserasi Nyeri Tak nyeri
Tumit dan jari kaki Plantar
E. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang
menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar
arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian
bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya
kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke
kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi
nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan
amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)
ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap
metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak
yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah
(aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan
kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan
dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama
derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan
yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak
8
ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah
putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah
(KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang
akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah
penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas)
yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan
oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman
anaerob berkembang biak.
9
Pathway
Diabetes Melitus
DIABETIC FOOT
F. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
2. Aktivitas dan Istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma
3. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
4. Eliminasi
Poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
5. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
6. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
7. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
8. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
9. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
10. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
11
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan glukosa darah.
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang
menginfeksi luka segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan
sentuhan ringan, kepekaan terhadap suhu.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Medis
a) Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
(a) Mekanisme kerja sulfanilurea
(1) Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
(2) Kerja OAD tingkat reseptor
(b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(1) Menghambat absorpsi karbohidrat
(2) Menghambat glukoneogenesis di hati
(3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
(5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
b) Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
12
(a) DM tipe I
(b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD
(c) DM kehamilan
(d) DM dan gangguan faal hati yang berat
(e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
(f) DM dan TBC paru akut
(g) DM dan koma lain pada DM
(h) DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
(a) Penurunan berat badan yang cepat.
(b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
(c) Ketoasidosis diabetik.
(d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara
lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan
mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan.
Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secaramekanik
yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin
diperlukan untuk kasus DM. Tujuan utama penatalaksanaan terapi
pada Diabetes Melitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar
glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a) Diet
13
(c) Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
(d) Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
(e) Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
(f) Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan
cara kaki direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian
gosok dengan handuk atau dikikir jangan dikelupas.
2) Alas kaki yang tepat
3) Mencegah trauma kaki
4) Berhenti merokok
5) Segera bertindak jika ada masalah
f) Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12
gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Infeksi atau
inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar.
Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat
membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan
hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga
kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien
secara total.
g) Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.
Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda,
sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat
ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai
harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah
tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang
ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka.
15
h) Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka
tindakan pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
1) Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
2) Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2. Kerusakan integritas jaringan b/d faktor mekanik: perubahan sirkulasi,
imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
3. Resiko infeksi
J. Nursing Care Planning (NCP)
NIC
DIAGNOSA NOC
NO (NURSING INTERVENTION
KEPERAWATAN (NURSING OUTCOME)
CLASIFICATION)
1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan asuhan (... x ... ) Manajemen nyeri
injuri fisik diharapkan nyeri akut berhubungan dengan
thorak drains bergeser dapat teratasi 1. Lakukan pegkajian nyeri secara
dengan komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Kriteria hasil : dan ontro presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari
IR ER ketidaknyamanan.
Indikator 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
1. Melaporkan adanya untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
nyeri sebelumnya.
2. Luas bagian tubuh 4. Kontrol ontro lingkungan yang
yang terpengaruh mempengaruhi nyeri seperti suhu
3. Frekuensi nyeri ruangan, pencahayaan, kebisingan.
4. Panjangnya episode 5. Kurangi ontro presipitasi nyeri.
nyeri 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
5. Pernyataan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
6. Ekspresi nyeri pada 7. Ajarkan teknik non farmakologis
wajah (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
7. Posisi tubuh nyeri..
protektif 8. Berikan analgetik untuk mengurangi
8. Kurangnya istirahat nyeri.
9. Ketegangan otot 9. Evaluasi tindakan pengurang
10. Perubahan pada nyeri/kontrol nyeri.
frekuensi 10. Kolaborasi dengan dokter bila ada 16
pernapasan komplain tentang pemberian analgetik
11. Perubahan nadi tidak berhasil.
(heart rate) 11. Monitor penerimaan klien tentang
12. Perubahan tekanan manajemen nyeri.
darah
13. Perubahan ukuran Administrasi analgetik
pupil 1. Cek program pemberian analogetik; jenis,
14. Keringat berlebih dosis, dan frekuensi.
15. Kehilangan selera 2. Cek riwayat alergi..
makan 3. Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah
Keterangan : pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama
1. Keluhan ekstrem saat nyeri muncul.
2. Keluhan berat 6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
3. Keluhan sedang gejala efek samping.
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
20
DAFTAR PUSTAKA
LeMone, Priscilla, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Saferi, Andra Wijaya dan Yessie Mariza Putri. 2013. KMB Keperawatan Dewasa.
Jakarta: Numed.
Wibowo Doni, dkk. 2017. Ringkasan NANDA, NOC, dan NIC. STIKes Cahaya
Bangsa: Banjarmasin.
__________. Diunduh pada hari minggu 12 Januari 2020 pukul 15.00 WITA melalui
https://www.scribd.com/document/332776256/LP-Diabetic-Foot.