Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit
1. Definisi penyakit

Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari
380C (Fadjari Dalam Nakita 2003). Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh(diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada
juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C
disebut demam tinggi (hiperpireksia)
(Julia, 2000).
2. Klasifikasi
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis

Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari
radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
Hyperthermia kekakuan otot karena anestesi total

Tipe - tipe demam.diantaranya:


1) Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik
2) Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan
suhu yang dicatat demam septik
3) Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4) Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5) Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus
sejenis lainnya.
3. Etiologi

Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,
diantaranya :
1) Suhu lingkungan.
2) Adanya infeksi.
3) Pneumonia.
4) Malaria.
5) Otitis media.
6) Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit
lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau
zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.
4. Patway
5. Manifestasi klinis

Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam
meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala :
- Peningkatan denyut jantung
- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
- Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
- Peningkatan suhu tubuh
- Pengeluaran keringat berlebih
- Rambut pada kulit berdiri
- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala:
- Proses mengigil lenyap
- Kulit terasa hangat / panas
- Merasa tidak panas / dingin
- Peningkatan nadi
- Peningkatan rasa haus
- Dehidrasi
- Kelemahan
- Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala :
- Kulit tampak merah dan hangat
- Berkeringat
- Mengigil ringan
- Kemungkinan mengalami dehidrasi
6. Penatalaksanaan
1) Secara Fisik
a. Kenakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
b. Memberikan minum yang banyak
c. Kompres dengan air hangat
d. Hindari kompres alkohol atau es
e. Kompres didaerah lipatan
f. Anjurkan banyak istirahat

Berikut ini cara mengkompres yang benar :


- Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
- Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi air
hangat
- Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
- Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat
2) Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi
normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas tidak ada lagi Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini
tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat
total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah
makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong
harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada
usus menjalani upaya penyembuhan.
7. Komplikasi
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Sufisiensi Jantung
3. Sufisiensi Pulmonal
4. Kejang Demam
8. Diagnosa banding
1) Demam dengue
a. Demam dengue
- Panas tinggi mendadak menghilang hari ke-3 atau 4 lalu timbul lagi setelah 1-3 hari
(saddle back), total lama demam 5-7 hari.
- Sakit kepala, sakit retroorbital.
- Nyeri sendi, tulang punggung (Backborne fever).
- Lemah, malaise.
- Flushing: muka dan leher.
- Fotofobi, hiperestesi.
- Ruam primer makulopapular biasanya pada toraks dan lipat sendi yang hilang dalam 2-3
hari.
- Perdarahan tidak biasa: ptekiae, epistaksis, gusi, saluran cerna, hematuri mikroskopis,
menorrhagi.
- Hepatomegali (kadang-kadang).
- Ruam sekunder muncul setelah hari ke-4 (paling sering hari ke 6-7) yang berupa
makulopapular/ptekiae/purpura/campuran, konfluen, biasanya kaki dan tangan, kadang-
kadang gatal.
- Leukopeni dan trombositopeni sering ditemukan.
b. Demam berdarah dengue
- Demam akut 2-7 hari yang pada umumnya bifasik.
- Minimal 1 tanda perdarahan.
 Tes torniket (+).
 Ptekiae, purpura, ekimosis.
 Perdarahan mukosa, saluran GI atau tempat lain.
 Hematemesis atau melena.
- Trombositopenia ≤ 100.000/mm3.
- Tanda kebocoran plasma.
 Peningkatan Ht ≥ 20%.
 Penurunan Ht setelah pemberian cairan ≥ 20% dari baseline.
 Efusi pleura, ascites, hipoproteinemia.
Diagnosis DBD secara klinis dapat ditetapkan jika ditemukan 2 atau lebih tanda klinis
disertai 2 kelainan laboratorium.
DBD menurut beratnya penyakit dibagi menjadi 4 derajat:
 Grade 1 : demam dan gejala non-spesifik, manifestasi perdarahan hanya torniket test positif.
 Grade 2 : Grade 1+perdarahan spontan.
 Grade 3: tanda kegagalan sirkulasi (nadi cepat lemah, pulse pressure menyempit, hipotensi,
kulit lembab dan dingin).
 Grade 4 : Syok berat (nadi dan tekanan darah tidak dapat terdeteksi).
DSS = DBD grade 3 dan 4
c. Dengue Shock Syndrome
- Semua tanda DHF ditambah tanda kegagalan sirkulasi:
 Nadi lemah dan cepat sampai tidak teraba
 Tekanan nadi menurun < 20 mmHg
 Hipotensi (sesuai umur) sampai tidak terukur
 Kulit dingin dan lembab
 Pasien tampak gelisah
 Diuresis berkurang
- Pasien biasanya berkembang menjadi DSS setelah hari ke-3 sampai 6 gejala.
d. Initial Warning Signals
1. Menghilangnya demam
2. Penurunan trombosit
3. Peningkatan Ht
e. Alarm Signals
1. Nyeri perut hebat
2. Muntah berkelanjutan
3. Perubahan dari demam menjadi hipotermia
4. Penurunan kesadaran
Diagnosis konfirmasi
- Pemeriksaan serologis :
 IgG  pada infeksi primer meningkat setelah hari ke-14, sedangkan pada infeksi sekunder
meningkat pada hari ke-2.
 IgM  meningkat pada hari ke-5 gejala, mencapai puncak pada minggu ke-2 dan
menghilang setelah 60-90 hari.
 Hemaglutinin Inhibition Test (HI test)  (+) jika ≥ 1280 atau peningkatan ≥ 4x pada
pemeriksaan serum akut dan konvalesen (kurang lebih selang 7 hari).
- Pemeriksaan Virologis  isolasi virus dan PCR.

2) Infeksi Saluran Nafas


a. Rhinitis (common cold) penyakit infeksi saluran nafas atas yang dapat sembuh sendiri
karena sebagian besar disebakan oleh virus (paling banyak rhinovirus), sering melibatkan
mukosa sinus sehingga disebut rhinosinusitis.
Kriteria diagnosis:
- Anamnesis:
1. Gejala pertama sering berupa nyeri tenggorokan, diikuti pilek, hidung tersumbat, bersin-
bersin.
2. Batuk.
3. Demam ringan/tanpa demam.
4. Nyeri kepala.
5. Pada bayi gejala yang menonjol adalah demam tinggi, rewel/iritabel, lesu.
- Pemeriksaan fisis:
Hidung : sekret hidung meningkat, mukosa edema, hiperemis.
b. Faringitis akut peradangan akut membrane mukosa saluran respiratorik atas yang meliputi
faring dan tonsil yang secara klinis dibedakan atas 2 kategori yaitu penyakit yang disertai
gejala pada hidung (nasofaringitis atau tonsilofaringitis) dan tanpa keterlibatan hidung
(faringitis atau tonsilofaringitis).
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Awitan gejala tiba-tiba dengan gejala yang menonjol nyeri tenggorokan dan panas badan,
seringkali disertai sakit kepala dan gejala gastrointestinal  faringitis streptokokal.
- Awitan gejala bersifat bertahap, terutama rinore, batuk, dan diare faringitis viral.
2. Pemeriksaan fisik
- Faringitis streptokokal:
 Faring hiperemis dan tonsil membesar, kadang-kadang disertai eksudat kuning, blood-
tinged.
 Palatum mole dan faring posterior petekia.
 Uvula hiperemis dan membengkak.
 Pembesaran kelenjar getah bening servikal anterioe yang nyeri pada penekanan.
- Faringitis viral:
 Konjungtivitis dan demam pharyngoconjunctival fever (adenovirus).
 Nodul kecil putih kekuningan di faring posterior acute lymphanodular pharyngitis
(coxsackie virus).
 Demam tinggi dan ginggivostomatitis Herpes simplex virus.
c. Laringotrakeobronkitis penyakit infeksi saluran respiratorik akut disebabkan oleh virus
dengan gejala tanda stridor, batuk menggonggong, suara parau, disertai demam akibat
peradangan hanya pada laring saja (laryngitis), laring dan trakea (laringotrakeitis), atau
laring, trakea, bronki (laringotrakeobronkitis) bahkan laringotrakeobronkopneumoniter.
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Biasanya terjadi pada anak 0-5 tahun (tersering 1-2 tahun).
- Mulai timbul gejala penyakit bertahap, biasanya didahului batuk, pilek, dan panas badan.
Setelah 3-4 hari timbul batuk menggonggong, stridor inspirasi, sesak dapat bertambah tetapi
tidak begitu progresif.
2. Pemeriksaan fisik:
- Bervariasi tergantung derajat tanda/gejala distress pernafasan, yaitu dispnea, pernafasan
cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal sampai timbul megap-megap, perubahan
tingkat kesadaran, dan sianosis.
3. Laringoskopi tampak mukosa laring berwarna merah dengan pembengkakan subglotis.
4. Radiologi foto soft tissue leher AP bagian atas trakeas di daerah subglotis runcing seperti
menara (steeple sign), sedangkan pada posisi lateral tampak penyempitan subglotis.
d. Bronkitis akut proses peradangan sementara pada trakea dan bronkus yang menimbulkan
batuk-batuk dan biasanya tanpa pengobatan akan sembuh dalam waktu 2 minggu.
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Batuk: mula-mula kering, non-produktif, beberapa hari kemudian batuk produktif
mengeluarkan mucus yang purulen, bisa disertai muntah berisi mukus, gejala batuk ini
hilang setelah 10-14 hari.
- Gejala penyakit sistemik.
2. Pemeriksaan fisik: biasanya tidak ditemukan kelainan, kadang-kadang ditemukan ronki
kering, coarse crackles atau suara lender dan wheezing.
e. Bronkiolitis penyakit infeksi saluran respiratori bawah akut dengan gejala utama akibat
peradangan bronkioli yang terutama disebabkan oleh virus, biasa disertai superinfeksi
bakteri.
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Biasanya terjadi pada usia 2 bulan- 2 tahun (terutama 2-6 bulan).
- Selama 2-4 hari terjadi batuk, pilek, hidung tersumbat, panas badan yang diikuti sesak nafas
dan bisa disertai wheezing.
- Gejala lain: muntah, gelisah, tidak mau makan/minum.
2. Pemeriksaan fisik
- Dapat ditemukan merintih (grunting), sianosis.
- Suhu tubuh bisa normal, subfebris, atau demam tinggi.
- Frekuensi pernafasan meningkat, pernafasan cuping hidung, retraksi subkostal, interkostal,
dan suprasternal.
- Perkusi: hipersonans.
- Auskultasi: suara pernafasan mungkin normal, ekspirasi memanjang, dapat terdengar
wheezing dan crackles atau wheezing saja.
- Hepar dan lien teraba akibat hiperinflasi thoraks.
3. Laboratorium
- Pulse oximetry : saturasi O2 menurun.
- Analisis gas: hipoksemia, jika berat bisa menyebabkan asidosis dan hiperkapnia
- Antigen RSV (+) dari sekret hidung dengan pemeriksaan ELISA atau imunofluorosens.
- Isolasi virus dari biakan sel.
4. Foto toraks
- Normal atau tampak hiperinflasi dengan depresi/pendataran diafragma, atelektasis, atau
konsolidasi.
- Gambaran khas: Depresi diafragma dan hiperinflasi.
f. Pneumonia penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyakit non-infeksi.
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Non-respiratorik: demam, sakit kepala, kaku kuduk terutama bila lobus kanan atas yang
terkena, anoreksia, letargi, muntah, diare, sakit perut, dan distensi abdomen terutama pada
bayi.
- Respiratorik: batuk, sakit dada, sesak.
2. Pemeriksaan fisik:
- Takipnea, grunting, pernafasan cuping hidung, retraksi subkostal, sianosis, auskultasi paru
crackles.
- Hepatomegali akibat perubahan letak diafragma yang tertekan ke bawah oleh hiperinflasi
paru atau sekunder akibat gagal jantung kongestif.
3. Radiologis:
- Pneumonia interstitialis  kelainan perivaskulas dan interalveolar.
- Pneumonia lobaris konsolidasi pada satu lobus penuh.
- Bronkopneumonia infiltrate diffuse.
4. Laboratorium
- Hitung leukosit bakteri (15.000-40.000/mm3, neutrofil dominan) virus (<20.000/mm3,
limfosit predominan).
- Diagnosis definitive: isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura, darah sulit
dilakukan.

3) Infeksi saluran kemih


Definisi : adanya pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, paling
banyak disebabkan oleh E.coli.
Kriteria diagnosis:
1. Gejala klinis
- Asimtomatik
- Simtomatik
Neonatus: gambaran sepsis dengan gejala tidak khas seperti panas, ikterus, malas minum,
muntah, mencret, berat badan tidak naik, penurunan kesadaran.
Anak: disuria, frekuensi meningkat, urgensi, polakisuria, nyeri perut/pinggang, gangguan
pertumbuhan, muntah, panas yang tidak diketahui penyebabnya dan eneuresis.
2. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan untuk meningkatkan kewaspadaan kemungkinan ISK:
- Adanya mikroorganisme pada air kemih yang tidak disentrifugasi dengan atau tanpa
pewarnaan: bila ditemukan 2 kuman/10LPB atau 5 kuman/LPB.
- Adanya piuria atau leukosituria:
 Sedimen air kemih: leukosit ≥5/LPB.
 Jumlah leukosit dalam air kemih tidak disentrifugasi:
- Laki-laki: ≥10/mm3
- Wanita: ≥50/mm3
- Tes kimiawi: nitrit, reduktase biru metilen.
4) Morbilli (Campak, Rubeola, Measles)
Merupakan penyakit menular akut yang secara khas terdiri dari 3 stadium yaitu prodormal,
erupsi, dan akhir.
Etiologi morbilli adalah morbillivirus yang merupakan virus RNA dari family paramyxoviridae.
Kriteria diagnosis : (Adanya riwayat kontak dengan penderita morbilli)
1. Stadium prodormal
Terdapat enantema (koplik’s spot) yang muncul 2-4 hari setelah masa prodormal dan
bertahan selama 3-5 hari, 3C ( conjungtivitis, coryza, cough), demam ringan sanpai sedang.
2. Stadium erupsi
Ruam makulopapular dari leher atau belakang telinga ke daerah muka, badan, anggota
badan, dan panas badan yang tingi.
3. Stadium akhir
Ruam menjadi hiperpigmentasi dan kadang-kadang terjai deskuamasi kemudian gejala akan
menghilang
5) Varisela (Cacar air, Chickenpox)
Merupakan penyakit infeksi virus dengan gambaran khas erupsi vesikel di seluruh tubuh
yang timbul berurutan dengan gejala umum yang ringan.
Etiologi varisela adalah varicella zoster virus.
Kriteria diagnosis :
1. Anamnesis
Adanya kontak dengan penderita varisela, prodormal (panas ringan, malaise, anoreksia),
sakit kepala, timbul ruam 24 jam setelah masa prodormal.
2. Pemeriksaan fisik
Terdapat papul merah vesikula (non umbilicated)24 jam isi vesikel mengeruhmudah
pecahkrusta, terdapat limfadenopathy generalisata, varisela bulosa pada anak < 2 tahun,
muncul di kulit kepala, wajah, badan, terasa gatal yang intense.
3. Lab
Leukositosis ringan, giant cell pada kerokan dasar vesikula yang baru muncul, ELISA.
6) OMA
Merupakan penyakit kedua tersering pada anak setelah penyakit infeksi saluran pernafasan
atas, dimana terjadi peradangan pada telinga tengah.
Etiologi dari oma adalah bakteri piogenik seperti streptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus,
pneumokokus. Oma memiliki 5 stadium yaitu :
1. Stadium oklusi tuba eustachius retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan
negative did lm telinga tengah akibat absorbs udara
2. Stadium hiperemispembuluh darah melebar di membran timpani
3. Stadium supurasiedema yg hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya epitel
superficial, terbentuknya eksudat purulent dikavum timpani yg menyebabkan bulging.
4. Stadium perforasiruptur membran timpani
5. Stadium resolusi
Kriteria diagnosis :
1. Anamnesis
Gejala klinis bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien, pada anak yg sudah dapat
berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga (otalgia),demam, otorrhea,
anoreksia, mual, dan diare.
2. Pemeriksaan fisik
Ditemukannya abnormal membran tymphani pada pemeriksaan otoschope seperti opacity,
bulging, erythema, middle ear effusion
7) Demam tifoid
Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi usus halus. Demam paratifoid
biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan enteritis
akut. Sinonim demam tifoid dan demam paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric
fever, typhus dan parathypus abdominalis.
Epidemiologi : Insidens tertinggi didapatkan pada anak-anak dan dari 500/100,000
penduduk di negara berkembang.
Etiologi : demam tifoid dan demam paratifoid adalah Salmonella typhii, Salmonella
paratyphii A, Salmonella paratyphii B dan Salmonella paratyphii C. Kuman ini merupakan salah
satu spesies genus Salmonella, famili Enterobacteriaceae, bersifat invasive, berbentuk batang
gram negative, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak berspora dan motil. Ia dapat tumbuh secara
aerob dan anaerob, memfermentasi glukosa, dan dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. S.typhii
mempunyai antigen O, H dan K; endotoksin. jhnjhn Kuman ini dapat hidup beberapa minggu
dalam kotoran, makanan kering, tetapi mati pada pemanasan 54,4 o C selama 1 hari atau 60o C
selama 15 menit.
Faktor predisposisi infeksi Salmonella yaitu :
- usia ≤ 5 tahun atau ≥ 70 tahun
- gastrektomi atau gastroenterostomi
- aklorhidria
- penggunaan antasid yang regular
- hambatan motilitas usus
- anemia hemolitik, termasuk Sickle Cell
- proses hemolitik akut seperti malaria dan bartonellosis
- terapi imunosupresi
- defisiensi imun kongenital atau didapat
- keganasan seperti leukemia dan limfoma
- schistosomiasis
- penyakit kolagen vaskuler.
Manifestasi klinis :
- Onset insidious
- Demam remitten, setelah 5-7 hari, suhu meningkat ‘stepwise’ fashion
- Malaise
- Mialgia
- Sakit kepala
- Sakit abdomen
- Keluhan BAB diawali diare dan kemudian konstipasi
Pada pemfis:
- bradikardia relative
- hepatosplenomegali
- abdomen kembung
- nyeri yang difuse di perut
- rose spots
Diagnosis : Berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan gastrointestinal, dan
mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, maka seorang klinisi dapat membuat
diagnosis tersangka demam tifoid. Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S. typhii dari darah.
Pada 2 minggu pertama sakit, kemungkinan mengisolasi S. typhii dari dalam darah pasien lebih
besar daripada minggu berikutnya. Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan
darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis
klinis demam tifoid. Peningkatan titer Uji Widal empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu
memastikan diagnosis demam tifoid. Reaksi Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau
titer antibodi H 1/640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis
yang khas. Pada beberapa pasien Uji Widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang, walaupun
biakan darah positif.
B. Pengkajian
1. Wawancara
a. Identitas (nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan terkahir,
suku/bangsa, golongan darah, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian).
b. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian).
c. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit).
d. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
e. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
f. Pola fungsi kesehatan :
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi dan metabolism
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola kognitif dan perceptual
g) Pola toleransi dan koping stress
h) Pola nilai dan keyakinan
i) Pola hubungan dan peran

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
- Sistem persepsi sensori
- Sistem persyarafan : kesadaran
- Sistem pernafasan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastrointestinal
- Sistem integument
- Sistem perkemihan

3. Pemeriksaan diagnostik
1. Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar
tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
4. Analisa data

C. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul


1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporesisi

D. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Hipertemia Setelah dilakukan tindakan Mengontrol panas
berhubungan perawatan selama ….X 24· Monitor suhu minimal tiap 2 jam
dengan proses jam, pasien mengalami· Monitor suhu basal secara
penyakit. keseimbangan termoregulasi kontinyu sesui dengan kebutuhan.
Batasan dengan kriteria hasil : · Monitor TD, Nadi, dan RR
karakeristik : · Suhu tubuh dalam rentang· Monitor warna dan suhu kulit
· kenaikan normal 35,9 C – 37,5 C · Monitor penurunan tingkat
suhu tubuh diatas · Nadi dan RR dalam kesadaran
rentang normal rentang normal · Monitor WBC,Hb, Hct
· serangan atau · Tidak ada perubahan · Monitor intake dan output
konvulsi (kejang) warna kulit · Berikan anti piretik
· kulit
· Tidak ada pusing · Berikan pengobatan untuk
kemerahan mengatasi penyebab demam
· pertambahan · Selimuti pasien
RR · Lakukan Tapid sponge
· takikardi · Berikan cairan intra vena
· saat disentuh · Kompres pasien pada lipat paha,
tangan terasa aksila dan leher
hangat · Tingkatkan sirkulasi udara
· Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperature Regulation
· Monitor tanda- tanda hipertermi
· Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
· Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
· Diskusikan tetang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
· Berikan obat antipiretik sesuai
dengan kebutuhan
· Gunakan matras dingin dan
mandi air hangat untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh sesuai
dengan kebutuhan
· Lepasakan pakaian yang
berlebihan dan tutupi pasien
dengan hanya selembar pakaian.
Vital Sign Monitoring
§ Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
§ Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
§ Monitor vital sign saat pasien
berdiri, duduk dan berbaring
§ Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
§ Monitor TD, Nadi, dan RR
sebelum, selama, dan sesudah
aktivitas
§ Monitor kualitas dari nadi
§ Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
§ Monitor suara paru
§ Monitor pola pernapasan
abnormal
§ Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
§ Monitor sianosis perifer
§ Monitor adanya tekanan nadi
yang melebar , bradikardi,
peningkatan sistolik (Chusing
Triad)
§ Identifikasi penyebab dari
perubahan vital Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan tindakan · Sediakan lingkungan yang
berhubungan keperawatan selama …x 24 aman untuk pasien
dengan infeksi jam, pasien tidak mengalami · Identifikasi kebutuhan
mikroorganisme injury. keamanan pasien sesuai dengan
Risk Injury kondisi fisik dan fungsi kognitif
Kriteria Hasil : pasien dan riwayat penyakit
§ Klien terbebas dari cidera terdahulu pasien
§ Klien mampu menjelaskan · Menghindari lingkungan yang
cara/metode untuk mencegah berbahaya misalnya
injury atau cedera memindahkan perabotan
§ Klien mampu menjelaskan · Memasang side rail tempat
factor resiko dari lingkunga tidur
atau perilaku personal · Menyediakan tempat tidur
§ Mampu memodifikasi gaya yang nyaman dan bersih
hidup untuk mencegah injury· Meletakan saklar lampu
§ Menggunakan fasilitas ditempat yang mudah dijangkau
kesehatan yang ada pasien
§ Mampu mengenali perubahan · Membatasi pengunjung
status kesehatan · Memberikan penerangan yang
cukup
· Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
· Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
· Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
· Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
volume cairan keperawatan selama …x 24 · Pertahankan catatan intake dan
dengan faktor jam, fluid balance dengan output yang akurat
resiko faktor yang kriteria hasil : · Monitor status dehidrasi(
mempengaruhi · Mempertahankan urine kelembaban membrane mukosa,
kebutuhan cairan output sesuai dengan usia dan nadi adekuat, tekanan darah
(hipermetabolik) BB, BJ urine normal, HT ortostatik)
normal · Monitor vital sign
· Tekanan darah, nadi, suhu· Monitor asupan makanan/
tubuh dalam batas normal cairan dan hitung intake kalori
· Tidak ada tanda- tanda harian
dehidrasi, elastisitas turgor
· Lakukan terapi IV
kulit baik, membrane mukosa · Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa haus · Berikan cairan
yang berlebihan. · Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
· Dorong masukan oral
· Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
· Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
· Anjurkan minum kurang lebih
7-8 gelas belimbing perhari
· Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
· Atur kemungkinan transfusi
E. Daftar Pustaka
file:///E:/baixardoc.com-laporan-pendahuluan-febris.pdf
https://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/11/27/laporan-pendahuluan-demam-febris/
https://sekedarperawat.blogspot.com/2017/01/lp-askep-dan-penaganan-febris-atau-demam.html
https://putririzkadewi.blogspot.com/2011/11/febris-demam.html
https://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
febris.html

Anda mungkin juga menyukai