Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA FEBRIS


DI RUANG ANAK (ANGGREK)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KUNINGAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Di susun oleh :
TRINI AFIFAH NADIRAH
JNR0210112

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2021/2022
A. Definisi
Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus
penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system
tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (Sodikin. 2012).
Demam merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas
normal atau diatas 37oC dan merupakan salah satu gejala saat tubuh manusia
terserang penyakit (Cahyaningrum & Putri, 2017).
Berdasarkan paparan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan demam
merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas normal atau
diatas 37oC sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang
dapat menyerang sistem tubuh.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:

Jenis Demam Ciri-ciri

Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga diatas
normal, sering disertai menggigil dan berkeringat

Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah
mencapai normal. Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak sebesar demam septik.

Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali disebut
tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2
serangan demam disebut kuartana.

Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia
B. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris diantaranya:
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media
f. Imunisasi
C. Tanda dan gejala
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
1. Demam
2. Gangguan saluran pencernaan
3. Gangguan kesadaran
4. Relaps (kambuh)
D. Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasi dari demam adalah:
1. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangandalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga
tidak membahayakan otak.
E. Patofisiologi
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan
mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan
jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang
memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil
pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen
leukosit/pirogen endogen).
Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan
demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit.
Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan
prostaglandin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja
dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam. Kekurang cairan dan
elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi
atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior mengalami ganggu (Sodikin, 2012).
F. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap
tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan
atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan
lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis dan tindakan non farmakologis. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh.
Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam
waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat
muncul kembali dalam waktu 3-4 jam
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti
peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8
jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB
2. Tindakan non farmakologis
Menurut (Nurarif, 2015). Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas
yang dapat dilakukan:
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan informasi subjektif dan objektif (misal: TTV,
wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi riwayat
pasien yang diberikan oleh pasien/keluarga (untuk mengidentifikasi peluang
promosi kesehatan) dan risiko (untuk mencegah atau menunda potensi masalah)
(NANDA, 2018).
a. Pengkajian
1) Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2) Riwayat kesehatan
3) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
4) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
5) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
6) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisidan metabolisme
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
c. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan
d. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
e. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairan
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil
1 Hipertermi Termoregulasi Manajemen Hipertermia
berhubungan Tujuan: Setelah Observasi:
dengan proses dilakukan tindakan  Identifikasi penyebab
penyakit keperawatan 1x8 jam hipertermia (mis. dehidrasi,
diharapkan suhu tubuh terpapar lingkungan panas,
tetap berada pada rentang penggunaan inkubator)
normal  Monitor suhu tubuh
- Menggigil menurun  Monitor kadar elektrolit
- Suhu tubuh membaik  Monitor haluaran urine
- Suhu kulit membaik  Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik:
 Sediakan lingkungan yang
dingin
 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Hindari pemberian
antipiretik atau asprin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2 Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
berhubungan Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
dengan faktor tindakan keperawatan 3x24  Identifikasi status nutrisi
psikologis jam status nutrisi  Identifikasi alergi dan
terpenuhi. intoleransi makanan
Kriteria Hasil:  Identifikasi perlunya
- Porsi makanan yang penggunaan selang
dihabiskan meningkat nasogastric
- Berat Badan atau IMT  Monitor asupan makanan
meningkat  Monitor berat badan
- Frekuensi makan Terapeutik:
meningkat  Lakukan oral hygiene
- Nafsu makan meningkat sebelum makan, Jika perlu
- Perasaan cepat kenyang  Sajikan makanan secara
meningkat menarik dan suhu yang
sesuai
 Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastric jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan
muntah
Terapeutik
 Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien
 Berikan pujian kepada
pasien untuk peningkatan
yang dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yg
bergizi tinggi, terjangkau
3 Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Aktifitas Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan tindakan keperawatan 3x24  Identifikasi gangguan
dengan kelemahan jam diharapkan toleransi fungsi tubuh yang
aktivitas meningkat. mengakibatkan kelelahan
Kriteria Hasil:  Monitor pola dan jam tidur
- Kemudahan dalam  Monitor kelelahan fisik dan
melakukan aktivitas emosional
sehari-hari meningkat Edukasi
- Kekuatan tubuh bagian  Anjurkan tirah baring
atas dan bawah  Anjurkan melakukan
meningkat aktivitas secara bertahap
- Keluhan lelah menurun Terapeutik:
- Dispnea saat aktivitas  Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah
stimulus
 Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4 Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan tindakan keperawatan 3x24  Identifikasi kesiapan dan
dengan kurang jam diharapkan tingkat kemampuan menerima
terpapar informasi pengetahuan membaik informasi
Kriteria Hasil:  Identifikasi faktor-faktor
- Perilaku sesuai anjuran yang dapat meningkatkan
meningkat dan menurunkan motivasi
- Kemampuan perilaku perilaku hidup
menjelaskan bersih dan sehat
pengetahuan suatu topik Terapeutik:
meningkat  Sediaakan materi dan
- Pertanyaan tentang media pendidikan
masalah yang dihadapi kesehatan
menurun  Jadwalkan pendidikan
- Persepsi yang keliru kesehatan sesuai
terhadap masalah kesepakatan
menurun  Berikan kesempatan
- Menjalani pemeriksaan untuk bertanya
yang tidak tepat Edukasi
menurun  Jelaskan faktor risiko
- Perilaku menurun yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

5 Risiko Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan


ketidakseimbangan Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
cairan tindakan keperawatan 3x24  Monitor status hidrasi
berhubungan jam diharapkan  Monitor berat badan harian
dengan kurangnya keseimbangan cairan  Monitor berat badan
intake cairan meningkat sebelum dan sesudah
Kriteria Hasil: dialisis
 Asupan cairan  Monitor hasil pemeriksaan
 Haluaran urine laboratorium

 Edema  Monitor status dinamik

 Asites Terapeutik:
 Catat intake output dan
hitung balance cairan
 Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
 Berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
I. Pathway

J. Daftar Pustaka
Cahyaningrum, E. D., & Putri, D. (2017). Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam
Sebelum Dan Setelah Kompres Bawang Merah. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Kesehatan, 15(2), 66–74. ISSN: 2621-2366.

Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nanda Diagnosis Keperawatan. (2018). Definisi & klasifikasi. Edisi 11. Indonesia.
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction

Sodikin. (2012). Prinsip perawatan demam pada anak. Jakarta: EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Thobaroni, Imam. (2015). Asuhan Keperawatan Demam. Artikel Kesehatan

Wardiyah, A., Setiawati, & Romayati, U. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian


Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Yang Mengalami Demam Di Ruang Alamanda Rsud Dr . H . Abdul Moeloek.
Jurnal Kesehatan Holistik, 10(1), 36–44. Retrieved from https://www.e-
journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/105

Anda mungkin juga menyukai