Anda di halaman 1dari 37

01

Asuhan Kegawat Daruratan 02


Neonatus dengan Hipotermi
03

04
Disusun Oleh:
05
1. Fahmidia Zumala Dewi Ariyani (200550004)
2. Nanda Paramita Kartika Sari (200550009) 06
3. Syafitri Diah Utami (200550014)
Pengertian Hipotermia
Pengertian Hipotermia pada bayi baru Lahir merupakan kondisi bayi
01
dengan suhu dibawah 36,5 0C, terbagi ke dalam tiga jenis hipotermi,
yaitu Hipotermi ringan atau Cold Stress dengan rentangan suhu 02
antara 36-36,5 0C, selanjutnya hipotermi sedang, yaitu suhu bayi
antara 32- 36,5 0C dan terakhir yaitu hipotermi berat dengan suhu 03
<32 0 C.
04
Kondisi lingkungan dingin, bayi tanpa selimut dan yang paling
sering adalah subkutan yang tipis mampu mempercepat proses 05
penurunan suhu tersebut. Bayi yang mengalami hipotermi akan
06
mengalami penurunan kekuatan menghisap ASI, wajahnya akan
pucat, kulitnya akan mengeras dan memerah dan bahkan akan
mengalami kesulitan bernapas, sehingga bayi baru lahir harus tetap
di jaga kehangatannya. (Dwienda, 2014).
TANDA DAN GEJALA
Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
1. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
2. Bayi tidak mau minum atau menetek.
3. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
4. Tubuh bayi teraba dingin.
5. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit
tubuh mengeras (sklerema).
6. Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7. Lebih diam dari biasanya.
8. Hilang kesadaran.
9. Pernapasannya cepat.
10. Denyut nadinya melemah.
11. Gangguan penglihatan.
12. Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Berikut adalah tanda terjadinya hipotermia
1. Tanda-tanda hipotermia sedang :
a) Aktifitas berkurang.
b) Tangisan lemah.
c) Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).
d) Kemampuan menghisap lemah.
e) Kaki teraba dingin.
f) Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.
2. Tanda-tanda hipotermia berat :
a) Aktifitas berkurang,letargis.
b) Bibir dan kuku kebiruan.
c) Pernafasan lambat.
d) Bunyi jantung lambat.
e) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis
metabolik.
f) Risiko untuk kematian bayi.
. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :Muka,ujung
kaki dan tangan berwarna merah terang.
b) Bagian tubuh lainnya pucat.
c) Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama
pada
punggung,kaki dan tangan(sklerema).
Klasifikasi Hipotermi 01

02
a. Hipotermia Sedang Merupakan hipotermi akibat bayi terpapar
suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya hipotermi 03

sedang adalah kurang dari 2 hari 5 dengan ditandai suhu 320C- 04


360C, bayi mengalami gangguan pernapasan, denyut jantung
kurang dari 100x/menit, malas minum dan mengalami letargi 05
selain itu kulit bayi akan berwarna tidak merata atau disebut
06
cutis marmorata, kemampuan menghisap yang dimiliki bayi
lemah serta kaki akan teraba dingin, (Umami,2022).
b. Hipotermi Berat Hipotermi ini terjadi karena bayi terpapar suhu
lingkungan yang rendah cukup lama akan timbul selama kurang dari 2 hari 01
dengan tanda suhu tubuh bayi mencapai 320C atau kurang, tanda lain seperti
hipotermi sedang, kulit bayi teraba keras, napas bayi tampak pelan dan dalam 02
, bibir dan kuku bayi akan berwarna kebiruan, pernapasan bayi melambat,
pola pernapasan tidak teratur dan bunyi jantung melambat,(Umami,2022). 03
c. Hipotermi sekunder Penurunan suhu tubuh yang tidak di sebabkan
04
oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti
sepsis, syndrome gangguan nafas, penyakit jantung bawaan yang 05
berat,hipoksia dan hipoglikemi, BBLR. Pengobatan dengan
mengobati penyebab Misalnya: pemberian antibiotika,larutan 06

glukosa, oksigen dan sebagainya.(Dwienda, 2014). d. Cold injuri


Yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam ruang
dingin(lebih dari 12 jam).
Etiologi Hipotermi 07
Menurt Tanto (2014) berdasarkan etiologinya, hipotermia dapat dibagi
menjadi:
08
1. Hipotermia primer Apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat
mengimbangi adanya stres dingin, terutama bila cadangan energi dalam
tubuh sedang berkurang. 09

2. Hipotermia sekunder Adanya penyakit atau pengobatan tertentu yang


menyebabkan penurunan suhu tubuh. 10
Berbagai kondisi yang dapat mengakibatkan hipotermia menurut Hardisman
(2014),yaitu: 11
3. Penyakit endokrin (hipoglikemi, hipotiroid, penyakit Addison, diabetes
melitus, dan lain – lain).
12
4. Penyakit kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif,
insufisiensi vascular, dan lain - lain)
5. Penyakit neurologis (cedera kepala, tumor, cedera tulang belakang,
penyakit Alzheimer, dan lain – lain).
6. Obat – obatan (alkohol, sedatif, klonidin, neuroleptik). 13
Lanjutannya…
Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu : 07

1. Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objekyang dingin.
Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin. 08
2. Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak
dengan permukaan yang lebih dingin. Misal popok atau celana basah tidak langsung
09
diganti.
3. Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Misal BBL
diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka. 10

4. Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bayi misalnya
cairan amnion pada bayi 11
Tanda gejala Hipotermi Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
5. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
12
6. Bayi tidak mau minum atau menetek.
7. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
8. Tubuh bayi teraba dingin.
9. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras
13
(sklerema).
Penatalaksanaan hipotermi secara umum
a. Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah
hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi aterm maupun preterm.
b. Perawatan Metode Kangguru (PMK) adalah kontak kulit antara ibu dan
bayi secara dini, terus-menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI-
eklusif. Tujuannya adalah agar bayi kecil tetap hangat. PMK dapat
dimulai dengan segera setelah lahir atau setelah bayi stabil.
Pelaksanaan metode kangguru dapat dilakukan pada waktu:
c. Segera setelah lahir
d. Sangat awal, setelah 10-15 menit
e. Awal, setelah umur 24 jam
f. Menengah, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2
g. Setelah keluar dari perawatan incubato
c. Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses bayi menyusui segera setelah
lahir dengan air susu ibunya sendiri dalam satu jam pertama kelahiran.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yaitu upaya menyusui satu jam pertama
kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi.

Penerapan inisiasi menyusui dini (IMD) akan memberikan dampak positif


bagi bayi, antara lain menjalin/memperkuat ikatan emosional antara ibu dan
bayi, memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui
kolostrum, merangsang kontraksi uterus (Indrayani, 2013).

d. Inkubator Cara lain untuk menghangatkan bayi adalah dengan


menggunakan incubator. Incubator untuk bayi kurang dari 1500 gr yang tidak
dapat dilakukan metode kangguru dan untuk bayi sakit berat (sepsis,
gangguan nafas berat).
Penangan hipotermi berdasarkan klasifikasi
a. Hipotermi Berat
1. Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan
sebelumnnya. Bila mungkin, gunakan inkubator atau ruangan hangat.
2. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu, beri pakaian yang hangat, pakai topi
dan selimuti dengan selimut yang hangat.
3. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
4. Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang dari 30
kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat espirasi), lihat bab tentang
gangguan panas.
5. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa infus
tetap terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
6. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang dari 40 mg/dL (2,9
mmol/L), tangani hipokglikemia.
7. Nilai tanda kegawatdaruratan bayi
lanjutannya

8. Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang


disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
9. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap.
10. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum
11. Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung
dan beri ASI peras begitu suhu bayi mecapai 350C.
12. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam.bila suhu naik paling tidak
0,50C/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian
lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
13. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk mengahangatkan dan
suhu ruangan setiap jam.
14. Setelah suhu tubuh bayi normal, lakukan perawatan lanjutan untuk bayi.
15. Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam.
16. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi
tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan dirumah sakit.

b. Hipotermi Sedang
17. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,memakai
topi dan selimuti dengan selimut yang hangat.
18. Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan
melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat).
19. Bila ibu tidak ada hangatkan kembali bayi dengan alat pemancar panas,
gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu.
20. Periksa suhu alat penghangat dan seluruh ruangan, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan
pengatur suhu.
Lanjutannya…
5. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.
6. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri
ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
7. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya ganguan panas,
kejang tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
8. Periksa kadar glikose darah, bila < 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.
9. Periksa kadar glikose darah, bila < 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.
10. Nilai tanda kegawatan misalnya, gangguan napas, bila ada tangani gangguan
napasnya.
11. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.50C/jam, berarti
usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam.
12. Setelah suhu tubuh normal melakukan perawatan lanjutan dengan memantau
bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam.
Manajemen Asuhan Kebidanan Varney
A. Data Subyektif
1). Identitas
Nama : Untuk identifikasi / mengenal penderita

Suku/Bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang digunakasn dan bahasa apa yang
dipakai sehingga memudahkan dalam memberikan asuhan terutama dalam
memberikan konseling

Agama :
Untuk mengetahui kepercayaan yang dianutnya dalam rangka memudahkan
dalam memberikan
asuhan
Pendidikan : Untuk mengetahui bagaimana/
sejauh mana pengetahuan suami
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan keluarga, sehingga
memudahkan menghubungi
suami/ keluarga
No. Telp : Untuk memudahkan menghubungi
klien/ keluarga klien
2) Keluhan/Alasan Berkunjung Ke Tenaga Kesehatan 07
Menurut Walyani (2016) keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang
ke tempat bidan. Hal ini disebut tanda atau gejala. 08

Pada kasus ini tanda dan gejala yang dialami oleh neonatus yaitu suhu tubuh
09
bayi turun dari normalnya,bayi tidak mau minum atau menetek,bayi tampak
lesu atau mengantuk saja,tubuh bayi teraba dingin,dalam keadaan berat
denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema),kulit 10

bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat,;Lebih diam dari


11
biasanya,hilang kesadaran,pernapasannya cepat,denyut nadinya
melemah,gangguan penglihatan,pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak
12
bereaksi.
 

13
3) Riwayat Pranatal
Frekuensi ANC : 07

a. Frekuensi minimal ANC (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan


normal minimal 6x dengan rincian : 08

2x di Trimester 1,
1x di Trimester 2, 09

3x di Trimester 3.
Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan 10
saat kunjungan ke 5 di Trimester 3.
Keluhan selama ANC : 11

b. Keluhan yang biasa terjadi pada TM I mual muntah/morning


sickness, sering kencing dan anemia. TM II sakit pinggang dan 12

punggung, nyeri perut bagian bawah. TM III dengan sakit pinggang,


sering kencing, kram perut

13
4). Riwayat Natal
a. Jenis Persalinan :Persalinan terbagi menjadi 3 yaitu
- Persalinan spontan/normal adalah persalinan secara pervaginam dengan
kekuatan ibu sendiri)
- Persalinan buatan adalah persalinan dengan tenaga dari luar seperti
vakum dan SC
- Persalinan anjuran adalah persalinan dengan pemberian
perangsang/pencahar
b. Usia kehamilan terbagi menjadi 3 yaitu :
- Abortus = <28 minggu
- Preterm = 28-36 minggu
- Aterm = 37-40 minggu
c. Penolong persalinan
dapat dilakukan oleh bidan, dokter spesialis obgin atau spesialis anak.
Penolong persalinan dapat ditentukan dengan menggunakan skor “Poedji
Rochjati” dengan klasifikasi sebagai berikut.
Skor 2 = Bidan =
Polindes/PMB
Skor 6-10= Bidan+Dokter = PKM/RS
Skor >12 = Dokter = Rumah Sakit
d. Tempat persalinan :
Persalinan dapat dilakukan di PMB, Puskesmas, Rumah Sakit. Tempat
persalinan dapat ditentukan dengan menggunakan skor “Poedji Rochjati”
dengan klasifikasi sebagai berikut.
Skor 2 = Bidan =
Polindes/PMB
Skor 6-10= Bidan+Dokter = PKM/RS
Skor >12 = Dokter = Rumah Sakit
e. Lama persalinan kala I fase laten tidak dapat di tentukan dan pada kala I
fase aktif 6 jam.
- Lama persalinan kala II (pengeluaran janin) <1 jam
- Lama persalinan kala III (pengeluaran plasenta) 30 menit
- Lama persalinan kala IV 2 jam post partum
f. Ketuban :
Pada ketuban dikaji pecah spontan/amniotomi, warna ketuban, bau ketuban
dan jumlahnya.
G. Komplikasi persalinan :
Komplikasi persalinan seperti persalinan macet, rupture uteri, infeksi atau
sepsis, malpresentasi dan malposisi, perdarahan, mekonial, hipoksia janin,
ketuban pecah dini, lilitan tali pusat, pre eclampsia/eclampsia.
Keadaan bayi baru lahir / Apgar Skor :
Tanda Nilai: 0 Nilai: 1 Nilai: 2
Appearance Pucat/biru seluruh Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) tubuh ekstremitas biru kemerahan
Pulse      
(denyut Tidak ada <100 >100
jantung)
Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(aktivitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(pernapasan) teratur
5. Riwayat Postnatal & Imunisasi
a. Pemberian IMD/ ASI
Pemberian IMD dikaji apakah bayi segera setelah lahir di letakkan di dada ibu/IMD
atau tidak. Segera setelah lahir bayi perlu dilakukan IMD selama 1 jam, untuk
mengendalikan temperature suhu tubuh bayi, merangsang keluarnya hormone
prolactin dan progesterone, meningkatkan hubungan antara bayi dan ibu.
B. Perawatan tali pusat
Segera setelah lahir dilakukan pemotongan tali pusat, yaitu 3-5 cm tali pusat untuk
menutup aliran oksigen dari plasenta ke bayi serta membantu proses pernapasan
dan sirkulasi.
6. Riwayat Keluarga
Dikaji apakah keluarga memiliki penyakit menular/penyakit turunan atau tidak
seperti :
   
Jantung Ginjal Asma Hepatitis
 DM   HIV  TBC
Hipertensi
      
Gemeli
8. Pola Kebiasaan (24 Jam)
a. Nutrisi :
Bayi dianjurkan hanya di beri ASI saja dan diberikan jika bayi
haus/menangis (minimal 2 jam sekali)
b. Eliminasi :
BAK ± 5-7 kali dalam sehari, BAB ± 3-5 kali dalam sehari.
C. Istirahat :
Bayi istirahat dalam sehari ± 16 jam dalam sehari
d. Kebersihan :
Kebersihan mencakup berapa kali mandi dalam sehari (anjurkan 2
kali dalam sehari) dan perawatan tali pusat dengan tidak
membubuhkan sesuatu pada tali pusat serta dibungkus dengan kasa.
d. Personal Hygine
Dikaji kebiasaan ibu dalam menjaga kebersihan dirinya yaitu
kebiasaan mandi, gosok gigi, bila kerusakan gigi tidak diperhatikan
mengakibatkan komplikasi seperti nefritis, septikemia, oleh karena
infeksi di rongga mulut dapat menjadi sarang infeksi yang menyebar
kemana- mana, ganti baju, dan penggunaan alas kaki.
e. Penggunaan obat-obatan atau jamu dikaji untuk mengetahui apakah
ibu mengkomsumsi jamu atau obat sehingga membahayakan
kehamilanya karena dapat menimbulkan kelainan organ pada janin.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keterangan:
Keadaan Umum : Lemah, Cukup, Baik
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien
yang mencakup:
1) Kesan keadaan sakit, termasuk face dan posisi pasien
2) Kesadaran
3) Kesan status gizi. Penilaian KU adalah sesuai observasi bidan pada saat
pertama kali bertemu klien. Parameter untuk menilai KU klien baik atau tidak
baik adalah postur tubuh, cara berjalan, emosi ibu, kecemasan, kemarahan,
malnutrisi, anemi. Pada k kasus neonatus dengan hipotermi biasanya kondisi
bayi suhu tubuhnya bayi turun dari normalnya,bayi tidak mau minum atau
menetek,bayi tampak lesu atau mengantuk saja,tubuh bayi teraba dingin,dalam
keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras
(sklerema).
2. Pemeriksaan TTV
a. Suhu : Normal suhu adalah 36,5oC – 37,5oC .Akan tetapi pada bayi dengan
hipotermi suhunya dibawah 36,50C
b. Pernafasan : Normal pernafasan pada bayi 30-60 kali permenit. pada bayi
dengan hipotermi pernafasannya cepat.
c. Denyut Jantung : (DJ=100-160 x/mnt) Normal denyut jantung bayi 120-
140 kali permenit. pada bayi dengan hipotermi denyut nadinya lemah.

d. Antropometri
Berat badan sekarang : Berat badan bayi akan terus naik sesuai dengan
usianya, dan periksakan jika berat badan bayi berkurang. Waspada jika berat
badan bayi berkurang dan segera periksa lebih lanjut.
Panjang Badan :Untuk mengetahui panjang badan pada bayi
Lingkar Kepala :
- Fronto-oksipito : 34 cm
- Mento-oksipito : 35 cm
- Suboksipito-bregmantika : 32 cm
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
Bentuk normal (mesosefal); caput succedaneum; cephal hematoma; sutura
teraba tidak menyatu; Fontanel (UUB : teraba bentuk berlian / segi empat,
sepanjang sutura korona dan sutura sagital; UUK : teraba bentuk segitiga,
sepanjang garis sutura lambdoidalis dan sagitalis)
b. Mata :
Dikaji untuk melihat apakah keadaan mata bayi sehat atau tidak
- Posisi : segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, tanpa struktur miring.
- Sklera : putih
- Kornea : jernih
- Kelopak mata : tidak edema, dan tertutup
Tidak cowong
- Secret : tidak ada
c. Telinga:
- Posisi : puncak pinna berada pada garis horisontal bersama bagian luar kantus
mata
- Pinna : lentur, adanya kartilago
- Pendengaran: berespon / tidak dengan suara (dengan reflex terkejut)
d. Hidung :
Tidak ada cuping hidung/tidak ada usaha nafas. pada bayi dengan hipotermi
pernapasannya cepat.
E. Mulut
pada bayi dengan hipotermi bibir kuku kebiruan dan kering
f. Leher (Tidak Terkaji)
Simetris, pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulit, Tidak ada
massa
Tiroid : garis tengah
g. Klavikula (Tidak Terkaji)
Rata tanpa “massa” sepanjang tulang dan Simetris
h. Dada
Tarikan dinding dada tidak terlihat
Terlihat cekung pada prosesus xifoideus
i. Abdomen (Tidak Terkaji)
Bentuk silindris, simetris, Pusat umbilicus putih kebiruan pada saat lahir
dengan 2 arteri dan 1 vena, tidak merah, tidak bernanah, Tidak ada gelombang
peristaltik yang terlihat, Lunak dan tidak nyeri tekan, tanpa massa, Bising usus
ada
j. Kulit dikaji untuk mengetahui turgor dan warna kulit pada bayi
- Warna Merah muda
- Ada verniks kaseosa,
- Tidak ada ruam, tidak ada pustule,
- Turgor baik
Pada bayi dengan hipotermi kulit akan berwarna tidak merata.
k. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan lab darah rutin,Pemeriksaan elektrolit,Analisa gas
darah,Radiologis,EKG.
2. Interpretasi Data
a. Diagnosa
kasus ini neonatus dengan hipotermi .
“Ny. X umur … tahun, G … P … A … umur kehamilan … minggu dengan
neonates hipotermi”. Dasar diagnosa tersebut adalah:
1. Data Subyektif:
Bayi dengan hipotermi akan terlihat tampak lesu,lebih diam dari biasanya,bayi
tidak amu minum atau menetek.
2. Data obyektif:
Pada neonatus dengan hipotermi biasanya akan timbul tanda gejala Suhu tubuh
bayi turun,nadi bayi lemah,pernafasan bayi cepat serta tubuh bayi teraba dingin.

b. Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien.
Masalah yang sering muncul pada neonatus dengan hipotermi yaitu gangguan
penglihatan,pupil mata mrlebar atau dilatasi dan tidak bereaksi
c. Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
analisa data (Varney, 2004).
Kebutuhan pada ibu bersalin dengan hipotermi adalah
- Lakukan teknik skin to skin
- Lakukan metode kanguru
- Lakukan IMD
- Lakukan perawatan dalam incubator
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosapotensial
berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi.Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap- siap bila
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2004).
Diagnosa potensial pada neonates dengan hipotermi adalah hipoglikemi
dan asfiksia.
4. Antisipasi Penanganan Segera
Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan
prioritas masalah atau kebutuhan dihadapi kliennya. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/
masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan
tindakan emergency atau segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera
yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan
(Varney, 2004).
Tindakan segera yang dilakukan pada neonates dengan hipotermi yaitu antara
lain
Lakukan teknik skin to skin
Lakukan metode kanguru
Lakukan IMD
Lakukan perawatan dalam incubator
5. Intervensi
Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan kebidanan secara
menyeluruh dengan tepat dan berdasarkan keputusan yang dibuat pada
langkah sebelumnya Perencanaan yang diberikan pada ibu bersalin neonates
dengan hipotermi diantaranya adalah:
a. Hipotermi Berat
1. Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan
sebelumnnya.
2. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu, beri pakaian yang hangat,
pakai topi dan selimuti dengan selimut yang hangat.
3. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
4. Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang
dari 30 kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat espirasi), lihat bab
tentang gangguan panas.
5. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa
infus tetap terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
6. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang dari 40
mg/dL (2,9 mmol/L), tangani hipokglikemia.
7. Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya: gangguan napas, kejang atau
tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai
suhu tubuh kembali dalam batas normal.
8. Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan
dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
9. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum.
10. Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri
ASI peras begitu suhu bayi mecapai 350C.
11. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam.bila suhu naik paling tidak 0,50C/jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa
suhu bayi setiap 2 jam.
12. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk mengahangatkan dan suhu ruangan
setiap jam.
13. Setelah suhu tubuh bayi normal, lakukan perawatan lanjutan untuk bayi.
Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam.
14. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika.
B. Hipotermi Sedang
1. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,memakai
topi dan selimuti dengan selimut yang hangat.
2. Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan
kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat).
3. Bila ibu tidak ada hangatkan kembali bayi dengan alat pemancar panas,
gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu.
4. Periksa suhu alat penghangat dan seluruh ruangan, beri ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan
sesuaikan pengatur suhu.
5. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.
6. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,
beri ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
7. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya ganguan panas,
kejang tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
8. Periksa kadar glikose darah, bila < 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.
9. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.5 0C/jam,
berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam.
10. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,50C/jam, cari tanda
sepsis.
11. Setelah suhu tubuh normal melakukan perawatan lanjutan dengan
memantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam.
12. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik,
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan dirumah sakit, bayi
dapat dipulangkan. Nasihati ibu untuk menghangatkan
6. Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Yang
dilaksanakan semua oleh bidan atau sebagian lagioleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya (Varney, 2004). Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan rencana
asuhan yang telah dibuat.
7. Evaluasi
Pada langkah ini keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, meliputi
pemenuhan kebutuhan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa
dan masalah (Varney, 2004). Langkah-langkah proses evaluasi umumnya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan
tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung
pada klien dan situasi klinik.
Thank you
Do you have any question ?

Anda mungkin juga menyukai