Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dingin merupakan suhu rendah apabila dibandingkan dengan suhu tubuh
manusia, paparan dingin yang lama dapat menimbulkan cedera akibat
ketidakmampuan tubuh untuk beradaptasi dengan dingin yang disebut
hipotermi. Selama periode 20 tahun dari 1979-1998, hipotermia telah
menyebabkan kematian hingga 700 orang pertahun di AS, setengah
diantaranya disebabkan oleh cuaca dingin.
Hipotermia adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus menerus di bawah
35,50C/rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor eksternal.
Penyebab dari hipotermi adalah pajanan linkungan, kondisi medis seperti
sepsis, hipoglikemia, penyakit neuromukular, malnutrisi, hipotiroid, obat-
obatan dan alcohol (Silverthom,2014;Setiati,2014).
Penurunan suhu tubuuh mengakibatkan gangguan pada respon
termoregulasi, disfungsi seluler, iskemi, edema. Hipotermi dapat menurunkan
kontraktilitas jantung karena adanya deplesi jaringan, maka tekanan darah
akan menurun hingga terjadi syok. Selain itu, juga terjadi kesadaran yang
apatis, kehilangan reflek menelan dan aspirasi. Edema dan iskemik
meyebabkan otot menjadi kaku dan beresiko rhabdominalis. Selain itu dapat
terjadi penurunan fungsi kognitif dan gangguan konduksi neuron juga dapat
menimbulkan kematian (Setiati,2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Hipotermi?
2. Bagaimana etiologi dari Hipotermi?
3. Bagaimana tanda dan gejala Hipotermi?
4. Bagaimana penatalaksnaan Hipotermi?
5. Bagaimana patofisiologi dari Hipotermi?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipotermi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hipotermi.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Hipotermi.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Hipotermi.
4. Untuk mengetahui penatalaksnaan Hipotermi.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Hipotermi.
6. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipotermi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

I. DEFINISI
Hipotermia adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus menerus di bawah 35,50C/rektal
karena peningkatan kerentanan terhadap faktor eksternal.
Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun
suhu normal bayi dan neonatus adalah 36,5°C-37°C (suhu axila) Adapun gejala
hipotermi, apabila suhu <36°C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila
seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang
(suhu 32-36°C) disebut hipotermia berat bila suhu <32°C.
Hipotermi dibagi menjadi beberapa klasifikasi, diantaranya ialah :
1. Hipotermia sepintas
yaitu penurunan suhu tubuh 1-2̊ C sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi
normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur
sebaik- baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR,
hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bayi
tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4
jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2. Hipotermia akut
terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6--12 jam.
Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin,
inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat
terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi
ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan
dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya segera
memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut
kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan
teliti.

2
3. Hipotermia sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang
dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan
dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar,
penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta
hipoglikemia. Pengobatannya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa,
oksigen.
4. Cold injury
yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin
(lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin,
oliguria, suhu berkisar antara 29,5̊C,-35̊C, tak banyak bergerak, edema, serta
kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan
sehat, pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami
komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya dengan
memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa
10%, dan kortikosteroid.

II. ETIOLOGI
Etiologi dari hipotermi antaranya ialah :
1. Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
2. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir.
3. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan premature
4. Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
5. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan
pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.

III. TANDA DAN GEJALA


Gejala hipotermia bayi baru lahir
a) Bayi tidak mau minum/ menetek
b) Bayi tampak lesu atau mengantuk.
c) Tubuh bayi teraba dingin.

3
d) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras
Tanda- tanda hipotermia sedang :
a) Aktifitas berkurang, letargis.
b) Tangisan lemah.
c) Kulit berwarna tidak rata.
d) Kemampuan menghisap lemah.
e) Kaki teraba dingin.
f) Jika hipotermia berlanjut akan timbulcidera dingin
Tanda- tanda hipotermia berat.
a) Aktifitas berkurang, letargis,
b) Bibir dan kuku kebiruan.
c) Pernafasan lambat.
d) Bunyi jantung lambat.
e) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.
f) Resiko untuk kematian bayi
Tanda- tanda stadium lanjut hipotermia
a) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
b) Bagian tubuh lainnya pucat
c) Kulit mengerasmerah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan.

IV. PENATALAKSANAAN
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubator
dan Infant warm gunakan sesuai ketentuan. Adapun prosedur pemakaian
Inkubator adalah sebagai berikut:
1. Sebelum bayi dimasukan kedalam inkubator, bersihkan bayi dengan handuk
dan pakaikan kain pakaian bayi.
2. Hidupkan pemanas inkubator bayi dan biarkan sekitar 3 menit untuk
memastikan bahwa suhu didalamnya sesuai. Masukan bayi ke dalam
inkubator.

4
3. Jalankan software pada PC client kemudian masukan identitas bayi seperti
nama, nama Ibu, Jam/Tgl lahir.
4. 2-3 jam sekali ada peringatan untuk memberi susu bayi. Jika peringatan ini
muncul, maka perawat akan langsung menuju inkubator dan memberi susu.
5. Jika bayi menangis maka akan ada warning pada PC client lalu perawat akan
menghampiri inkubator kemudian memeriksanya apakah lapar, BAB,
mengompol, atau tidak nyaman.
6. Setelah diketahui penyebabnya, perawat kemudian memencet tombol opsi
untuk feedback ke PC clientnya. Sehingga kegiatan ini pun terekam. Pada
PC server, dokter/pihak manajemen hanya mengontrol data rekaman dari
semua aktifitas bayi dalam 1 hari kemudian dibandingkan dengan data
eferensi perawatan bayi normal. Sehingga hasil akhirnya bayi tersebut
dapat dikategorikan bayi sehat atau tidak.
a) Hipotermia Sedang
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,bersih, dapat hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi
berada dalam satu selimut atau kain hangat yang disertrika terlebih
dahulu. B ila selimut atau kain mulai mendingin,segera ganti dengan
selimut/ kain yang hangat.
3) Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut
/kain yang hangat. Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara:
Memberi tutup kepala/ topi bayi dan mengganti kain/ popok bayi yang
basah dengan yang kering dan hangat.
b) Hipotermi Berat
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan
bayi berada dalam satu selimut atau kain hangat. Bila selimut atau kain
mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau lainnya hangat ulangi
sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi. Mencegah bayi
kehilangan panas dengan cara: Memberi tutup kepala/ topi kepala dan
mengganti kain/ pakaian/ popok yang basah dengan yang kering atau
hangat

5
3) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini
mungkin dapat lebih sering selama bayi menginginkan Bila terlalu lemah
hingga tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. Beri ASI dengan
menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10%
sebanyak 60 ±80 ml/kg/liter.
4) Segera rujuk di RS terdekat.

V. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 370 C ( 36,50C –
37.50C) yang diatur oleh SSP (sistem termostat) yang terletak di hipotalamus.
Perubahan suhu akan mempengaruhi sel-sel yang sangat sensitif di hipotalamus
(chemosensitive cells). Pengeluaran panas dapat melalui keringat, dimana kelenjar
– kelenjar keringat dipengaruhi serat-serat kolinergik dibawah kontrol langsung
hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang meningkat akibat adanya
vasodilatasi pembeluh darah dan ini dikontrol oleh saraf simpatik. Adanya
ransangan dingin yang di bawa ke hipotalamus sehingga akan timbul peningkatan
produksi panas melalui mekanime yaitu nonshivering thermogenesis dan
meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya perubahan suhu sekitar akan
mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang serabut – serabut simpatik
untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin akan menyebabkan lipolisis dan
reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR dan O2 ke tempat metabolisme
berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh darah dengan mengalihkan darah dari
kulit ke organ untuk meningkatkan termogenesis.
Termogenesis tanpa menggigil mengacu pada satu dari dua cara berikut ini:
peningkatan kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak cokelat (brown fat)
untuk memproduksi panas. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah
besar dengan meningkatkan kecepatan metabolisme mereka. Pada reaksi ini,
norepinefrin mencetuskan pemecahan asam lemak, yang dioksidasi dan dilepas
kedalam sirkulasi. Ini menyebabkan peningkatan penggunaan oksigen yang
terlihat dengan jelas dan bahkan dapat membuat neonatus cukup bulan yang sehat
menjadi lelah. (Varney dkk, dalam Juli Rustanti 2014)

6
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan
mengakibatkan suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal. Apabila terjadi
paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk
menghasilkan panas berupa :
1) Shivering thermoregulation/ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau gemetar secara
involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
2) Non-shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf
sirnpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan
oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme
jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dan dalam
tubuh.
3) Vasokonstriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern saraf simpatis, kemudian
sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk
berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi.Keadaan ini efektif untuk
mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas
yang tidak berguna. (kosim dkk, dalam Juli Rustanti 2014)
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses
oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST
( proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu
peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin.
Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan
untuk jalur NST selanjutnya akan menurun. (kosim dkk, dalam Juli Rustanti 2014)
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan
trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi
oleh syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan
pada masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai banyak
mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak
berpasangan yang mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas.
Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak

7
dioksidasikan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat
seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan
aktivitas dari protein tak berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan
panas. (Kosim dkk, dalam Juli Rustanti 2014) lemak cokelat dimobilisasi untuk
menghasilkan panas. Lapisan lemak cokelat berada pada dan disekitar tulang
belakang bagian atas, klavikula dan sternum, dan ginjal serta pembuluh darah
besar. Banyaknya lemak cokelat bergantung pada usia gestasi dan berkurang pada
bayi baru lahir. Penghasilan panas melalui penggunaan cadangan lemak cokelat
dimulai pada saat bayi lahir akibat lonjakan katekolamin dan penghentian
supresor prostaglandin dan adenosin yang dihasilkan plasenta. Stimulus dingin
ketika kehilangan kehangatan tubuh ibu mencetuskan aktivitas dalam
hipotalamus. Pesan-pesan kimia dikirim ke sel-sel lemak cokelat. Melalui mediasi
glukosa dan glikogen, sel-sel lemak cokelat menghasilkan energy yang mengubah
banyak vakuola lemak intraseluler kecil menjadi energy panas. Pada bayi baru
lahir yang mengalami hipoglikemia atau disfungsi tiroid, penggunaan cadangan
lemak cokelat tidak berlangsung dengan efisien. (Varney dkk, dalam Juli Rustanti
2014)

VI. Asuhan Keperawatan Hipotermi


ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik.
1. Daya tahan tubuh rendah.
2. Bentuk tubuh.
3. Fungsi organ tubuh.
a. Pengaturan Suhu Tubuh belum stabil
1). Hipotermi : karena lemak sub kutan tipis, permuukaan tubuh luas,
produksi panas berkurang.
2). Hipertermi : mekanisme produksi keringat belum stabil (jika terjadi
karena adanya infeksi).
b. System pencernaan.
c. System pernafasan.

8
d. System Hematopoetik.
e. Ginjal.
4. System saraf pusat.
5. Tanda – Tanda fisik premature dan neurologis : Dubowitz Score.

B. Masalah Keperawatan
1. Hipotermi
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resti kejang
5. Kurang pengetahuan (ibu)

C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermi b.d terbatasnya regulasi kompensasi metabolik sekunder
akibat usia
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah
sekunder akibat hipotermi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan kalori sekunder
akibat cidera termal
4. Resiko kejang b.d kekurangan cadangan glikogen
5. Kurang pengetahuan (ibu) b.d kondisi bayi baru lahir dan cara
mempertahankan suhu tubuh bayi.

D. Intervensi
1. Hipotermi b.d terbatasnya regulasi kompensasi metabolik sekunder akibat
usia
a. Kaji faktor penunjang
b. Kurangi atau hilangkan sumber penyebab kehilangan panas
a) Evaporasi, Dalam kamar bersalin, keringkan dengan cepat bagian
kulit dan rambut dengan handuk hangat dan tempatkan bayi pada
lingkungan yang hangat. Pada saat memandikan berikan lingkungan
yang hangat, Mandikan dan keringkan bayi di dalam ruangan untuk

9
mengurangi evaporasi.
b) Konveksi, Kurangi aliran udara di dalam ruangan kamar bersalin.
Hindari aliran udara pada bayi (pendingin ruangan, kipas, jendela)
c) Konduksi, Hangatkan semua peralatan yang digunakan dalam
perawatan (stetoskop, alat timbangan, tangan perawat, pakaian, linen
tempat tidur, tempat tidur bayi)
d) Radiasi, tempatkan bayi disamping ibu di dalam ruang bersalin.
Kurangi benda di dalam ruangan yang dapat mengabsorbsi panas
(logam). Tempatkan tempat tidur bayi isollete sejauh mungkin dari
dinding (luar) atau jendela jika memungkinkan. Hangatkan
inkubator.
c. Pantau suhu tubuh bayi baru lahir
Pengkajian suhu aksila:
Lakukan pemeriksaan setiap 30 menit sampai kondisi bayi stabil,
kemudian lakukan setiap 4-8 jam Jika suhu kurang dari 36,3 C
1) Bungkus bayi dengan menggunakan 2 selimut.
2) Pasang topi rajutan.
3) Kaji sumber lingkungan yang menyebabkan kehilangan panas.
4) Jika keadaan hipotermia tetap berlangsung 1 jam laporkan pada dokter.
5) Kaji adanya komplikasi stress dingin : hipoksia, asidosis respiratorik,
hipoglikemi, ketidakseimbanga cairan dan elektrolit, penurunan berat
badan.

2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah


sekunder akibat hipotermi.
Intervensi:
1) Anjurkan agar bayi diberi baju hangat
2) Berikanterpi O2 sesuai kebutuhan
3) Hindari faKtor pencetus hipotermi

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan kalori sekunder


akibat cidera termal.

10
Intervensi:
1) Kaji tanda-tanda bayi kekurangan nutrisi
2) Berikan terapi cairan IV D 1O%
3) Kolaborasi dengan tim Gizi untuk pemberian diit
4) Anjurkan agar ibu sering memberikan ASI

4. Resiko kejang b.d kekurangan cadangan glikogen.


Intervensi:
1) Tempat tidur harus empuk
2) Pantau selalu jika ada tanda-tanda kearah kejang

5. Kurang pengetahuan (ibu) b.d kondisi bayi baru lahir dan cara
mempertahankan suhu tubuh bayi.
Intervensi :
1) Berikan health-edukation pada keluarga tentang hal-hal yang
mencetuskan hipotermi
2) Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan yang di berikan.

11
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Hipotermia adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus menerus di bawah 35,50C/rektal
karena peningkatan kerentanan terhadap faktor eksternal.
Hipotermi dibagi menjadi beberapa klasifikasi diantaranya adalah,
hipotermia sepintas, hipotermi akut, hipotermi sekunder, dan cold injury.

II. SARAN
Penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Namun
penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Unimus.ac.id. 2019. BAB II Tinjauan Pustaka. (Online),


(http://repository.unimus.ac.id/860/3/BAB%20II.pdf), diakses pada 24
Juli 2019.
Jayanti, A. 2019. Hipotermi n1. (Online),
(https://www.academia.edu/10611274/Hipotermi_1), diakses pada 24
Juli 2019.
Sirait, D.M. 2017. Askep Hipotermi Pada Bayi. (Online),
(https://www.scribd.com/document/337746729/ASKEP-HIPOTERMI-
NURSERY-doc), diakses pada 24 Juli 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai