Anda di halaman 1dari 22

1

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOTERMIA

A. ANATOMI FSIOLOGI

Sistem temogulasi dikendalikan oleh hipotalamus di otak, yang


berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat integrasi
termogilasi dalam tubuh menerima informasi aferen mengenai sushu di
berbagai bah=gian tubuh dan memulai penyesuaian terkonordinasi yang
sangat rumit dalam mekanisme penmabahan atau pengurangan panas sesuai
dengan keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari
patokan normal. (Sloane 2020)

Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil


0,01 ⸰c tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh
disesuaikan dengan cara yang sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan
atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebuuhan untuk memulihkan suhu ke
normal

a. Termoreseptor perifer, terletak di dalam kulit, memantau suhu kulit di


seluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai perubahan suhu
permukaan hipotalamus.
2

b. Termoreseptor sentral, terletak diantara hipotalamus anterior , medulla


spinalis , organ abdomen dan struktur internal lainnya juga untuk
mendeteksi perubahan suhu darah.

Pusat termoguasi menerima masukan dari termoreseptor di hipotalamus


itu sendiri yang berfungsi menjaga tempreratur ketika darah melewati otak
(temperature inti) dan reseptor di kulit yang menjaga temperature eksternal.
Keduanya diperlukan oleh tubuh untuk melakukan penyesuaian. Dalam
individu yang sehat, suhu inti tubuh diatur oleh mekanisme control umpan
balik yang menjaga hampir konstan sekitar 98,6 ᵒF (37 ˚C) sepanjang hari
minggu bulan atau tahun (Sherwood, 2019).

Dalam hipotalamus terdapat dua pusat pengaturan suhu, yaitu

1. Region posterior yang daktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu
reflex reflex yang memperantarai produksi panas dan konveksi panas.
2. Region anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat, memicu reflex - refleks
yang memperantarai pengurangan panas.

B. DEFINISI
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35 ̊C atau 95 ̊F)
secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup rektal,
esofageal, atau membran timpani, yang dilakukan secara benar (Tanto, 2014).
Menurut Hardisman (2014), hipotermia didefinisikan bila suhu inti tubuh
menurun hingga 35 ̊C (95 ̊F) atau dapat lebih rendah lagi.Menurut Setiati
(2014), hipotermia disebabkan oleh lepasnya panas karena
konduksi,konveksi, radiasi, atau evaporasi. Local cold injury dan frostbite
timbul karena hipotermia menyebabkan penurunan viskositas darah dan
kerusakan intraselular (intracellular injury). Hipotermia adalah keadaan suhu
tubuh di bawah 35 ̊C, dan dapat dikategorikan sebagai berikut (Yongki 2018).
a. Hipotermia ringan: 32 –35 ̊C
b. Hipotermia sedang: 28 –32 ̊C
3

c. Hipotermia berat: di bawah 28 ̊C

C. ETIOLOGI
Penyebab utama kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh
bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Resiko untuk
terjadinya hipotermia.
a. Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
b. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir
c. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematurd
d. Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
e. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan
pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial..

Faktor pencetus terjadinya hipotermia (Sarnah 2018)

a. Mekanisisme kehilangan panas


Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya, dan dapat
dengan cepat. kehilangan panas apabila tidak segera dicegah. Bayi yang
mengalami hipotermia beresiko mengalami kematian. Mekanisme
kehilangan panas bayi baru lahir terjadi melalui (Wahyuni, Sari, 2020)
1. Evaporasi
Evaporasi adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi.
Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan pada
permukaan tubuh bayi. Kehilangan panas tubuh melalui penguapan
dari kulit tubu yang basah ke udara, karen bayi baru lahir diselimuti
oleh air/cairan ketuban atau amnion. Proses ini terjadi apabila BBL
tidak segera dikeringkan setelah lahir.
2. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dan benda atau permukaan yang temperaturnya lebih
rendah. Misalnya, bayi ditempatkan langsung pada meja, perlak,
4

timbangan, atau bahkan di tempat dengan permukaan yang terbuat


dari logam.
3. Konveksi

Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh


bayi terpapar udara atau lingkungan bertemperatur dingin.
Kehilangan panas badan bayi melalui aliran udara sekitar bayi yang
lebih dingin. Misalnya, bayi dilahirkan di kamar yang pintu dan
jendela terbuka, ada kipas atau AC yang dihidupkan.
4. Radiasi
Radiasi adalah pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih
dingin di dekat tubuh bayi. Kehilangan panas badan bayi
melaluipemancaran/radiasi dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar
bayi yang lebih dingin. Misalnya,suhu kamar bayi/kamar bersalin
di bawah 25 ºC, terutama jikadinding kamarnya lebih dingin karena
bahannya dari keramik/marmer.
b. Faktor lingkungan
Hiportermia dapat terjadi dengan agak cepat pada neonates, khusunnya
mereka yang dilahirkan dalam ruangan ber-AC atau mereka yang
terpapar dengan suhu ruangan sebelum cairan ketuban kering. Bayi
Imature atau sakit harus dipertahankan pada suatu lingkungan
termonetral, suatu faktor kritis untuk kehidupannya. Bayi yang lebih
besar, anak-anak, dan dewasa semuanya dapat menjadi hipotermia jika
terpapar faktor angin sejuk suhu rendah atau rendaman dengan
kehilangan panas yang cepat.
c. Syok
Suhu tubuh dapat menurun drastis selama keadaan syok.
d. Infeksi
Hipotermia lebih mungkin terjadi pada bayi dibandingkan anak-anak
yang lebih tua.
5

e. Gangguan endokrin metabolic


Suhu tubuh subnormal atau gangguan pengaturan suhu kadang-kadang
terjadi pada gangguan ini contohnya aciduria pada kelainan bawaan, ini
mengalami hipotermia sebagai bagian keadaan metabolisnya yang
sedikit.
f. Kurang gizi, energi protein (KKP)
Pada anak-anak dengan kwashiorkor, suhu tubuh dapat menurun dibawah
35°C walaupun suhu lingkungan yang tinggi. Resiko ini tertinggi selama
minggu pertama perawatan di rumah sakit.
g. Obat-obatan
Sedasi berat akibat obat-obataan dapat menimbulkan suhu tubuh sub-
normal seperti alcohol, narkotik, barbiturate, fenotiazin, atropine, over
dosis asetaminofen.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala hipotermia bayi baru lahir:
a. Bayi tidak mau minum/ menetek.
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk.
c. Tubuh bayi teraba dingin.
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras.

Tanda-tanda hipotermia sedang:

a. Aktifitas berkurang, letargis.


b. Tangisan lemah.
c. Kulit berwarna tidak rata.
d. Kemampuan menghisap lemah.
e. Kaki teraba dingin.
f. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.

Tanda-tanda hipotermia berat:


6

a. Aktifitas berkurang, letargis.


b. Bibir dan kuku kebiruan.
c. Pernafasan lambat.
d. Bunyi jantung lambat.
e. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metaboli.
f. Resiko untuk kematian bayi.

Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia:

a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.


b. Bagian tubuh lainnya pucat.
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan (Kholifa 2017).

G. KLASIFIKASI
Menurut Yongki (2018) Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
1. Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2 jam sesudah lahir.
Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam,
bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Hipotermia sepintas ini
terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang lama,
ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus
setelah lahir,terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir),
dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2. Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin
selama 6-12 jam.Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat
bersalin yang dingin, inkubator yangtidak cukup panas, kelalaian dari
dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan lahir,yaitu diduga
mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya
ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua
kaki dingin. Terapinya ialah dengan segera memasukkan bayi ke dalam
inkubator yang suhunya telah diaturmenurut kebutuhan bayi dan dalam
keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
7

3. Hipotermia sekunder, Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh


suhu lingkunganyang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis,
sindrom gangguan pernapasan denganhipoksia atau hipoglikemia,
perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaanyang
berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah
dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik,
larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada
bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali
karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar 32˚C,
tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh
menjadi normal kembali.
4. Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam
ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau
minum, badan dingin, oliguria, suhu berkisarantara 29,5-35˚C, tidak
banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka
seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis.
Bayi seperti inisering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan
perdarahan. Pengobatannya ialahdengan memanaskan secara perlahan-
lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dan kortikosteroid.

H. PATOFISIOLOGI
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan
memberikan
respon untuk menghasilkan panas berupa:
a. Shivering thermoregulation ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gemetar

secara involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.


b. Non-shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem
saraf simpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan
oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme
8

jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam


tubuh.
c. Vasokontriksi perifer
Mekanisme ini juga diistimulasi oleh sistem saraf simpatis,
kemudian sistem
saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi
sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi
aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak

berguna.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupaka usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat di
seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh. Untuk
membakar lemak coklat, seorang bayi menggunakan glukosa untuk
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak
coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress
dingin. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh
normal pada neonatus adalah 36,5-37,5ºC melalui pengukuran aksilla dan
rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5ºC maka bayi mengalami
hipotermi.
Pada bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan
proses
oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL,
NST (proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utama dari
suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan
dingin. Paparan dingin yang berkepanjangan harus dihindarkan oleh
9

karena dapat menimbulkan komplikasi serta gangguan-gangguan


metabolik yang berat (Yunanto, 2019).
Tekanan dingin yang lama dapat mengalihkan kalori untuk
menghasilkan. panas, yang mengganggu pertumbuhan. Neonatus
merespons pendinginan oleh hepar sarah simpatis norepinephrine pada
lemak coklat dan dengan liposis diikuti oleh oksidasi atau reesterifikasi
asam lemak yang dilepaskan. Reaksi ini menghasilkan panas secara
lokal, dan suplai darah yang kaya lemak coklat membantu memindahkan
panas ini kebagian tubuh neonatus lainnya. Reaksi ini meningkatkan
metabolisme dan komsumsi oksigen 2 sampai 3 kali lipat. Dengan
demikian, pada neonatus dengan stress dingin juga dapat menyebabkan
hipoksia jaringan dan kerusakan neurologis. Selain itu, hipotermia dapat
menyebabkan hipoglikemia, asidosis metabolik, dan kematian (Khalifa,
2017).
10

I. PENATALAKSANAAN
a. Hipotermia Sedang
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih sehingga
bayi hangat.
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan
bayi berada dalam satu selimut atau kain hangat yang disertrika
terlebih dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti
dengan selimut atau kain yang hangat.
3) Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan
selimut atau kain yang hangat.

Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara:

1) Memberi tutup kepala atau topi kepala.


2) Mengganti kain atau pakaian kain atau popok yang basah dengan
yang kering atau hangat.
b. Hipotermia berat
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan
hangat.
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu
dan bayi berada dalam satu selimut atau kain hangat.
3) Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut
atau lainnya hangat ulangi sampai panas tubuh ibu menghangatkan
tubuh bayi.

Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara:

1) Memberi tutup kepala/topi kepala.


2) Mengganti kain/ pakaian/ popok yang basah dengan yang kering atau
hangat .
3) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI
sedini mungkin dapat lebih sering selama bayi menginginkan. Bila
terlalu lemah hingga tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. Beri
11

ASI dengan menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri
infus dextrose 10% sebanyak 60 ±80 ml/kg/liter.
4) Segera rujuk di RS terdekat.

Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti


inkubator dan Infant warmer sesuai ketentuan. Adapun prosedur pemakaian
Inkubator adalah:
1. Sebelum bayi dimasukan kedalam inkubator, bersihkan bayi dengan
handuk dan pakaikan kain pakaian bayi.
2. Hidupkan pemanas inkubator bayi dan biarkan sekitar 3 menit untuk
memastikan bahwa suhu didalamnya sesuai.
3. Masukan bayi ke dalam inkubator.
4. Jalankan software pada PC client kemudian masukan identitas bayi
seperti nama, nama Ibu, Jam/Tgl lahir.
5. 2-3 jam sekali ada peringatan untuk memberi susu bayi. Jika peringatan
ini muncul, maka perawat akan langsung menuju inkubator dan memberi
susu.
6. Jika bayi menangis maka akan ada warning pada PC client lalu perawat
akan menghampiri inkubator kemudian memeriksanya apakah lapar,
BAB, mengompol, atau tidak nyaman.
7. Setelah diketahui penyebabnya, perawat kemudian memencet tombol
opsi untuk feedback ke PC clientnya. Sehingga kegiatan ini pun terekam.
8. Pada PC server, dokter/pihak manajemen hanya mengontrol data
rekaman dari semuaaktifitas bayi dalam 1 hari kemudian dibandingkan
dengan data eferensi perawatan bayi normal. Sehingga hasil akhirnya
bayi tersebut dapat dikategorikan bayi sehat atau tidak.

J. KOMPLIKASI
Akibat yang ditimbulkan hipotermi apabila tidak segera ditangani yaitu
Hipoglikemia-Asidosis Metabolik karena vasokontriksi perifer dengan
metabolism anaerob, kebutuhan oksigen yang meningkat, metabolisme
12

meningkat sehingga pertumbuhan terganggu, gangguan pembekuan sehingga


mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat, syok,
apnea dan perdarahan Intra Ventricular (Rukiyah & Yulianti, 2020).
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/L)
Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai
kematian. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan
hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress
yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi,
dan gangguan pernafasan (Yongki, dkk. 2018).

K. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Anamnesa (Data Subjektif )
Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara
(Nursalam, 2013).
a) Identitas
Identitas diperlukan u tuk memastikan bahwa yang diperiksa
benar-benar anak yang maksud, dan tidak keliru dengan anak
yang lain (Nursalam, 2013).
1) Nama anak
Data diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa
benar benar anak yang dimaksud. Namun harus jelas dan
lengkap disertai nama panggilan akrabnya.
2) Umur
Umur dikaji untuk mengingat periode anak yang
mempunyai ciri khas dalam mortalitas, usia anak juga perlu
untuk menginterpretasikan data pemeriksaan klinis anak
serta untuk menentukan pemberian dosis obat pada anak.
13

3) Jenis kelamin
Dikaji untuk identitas dan penilaian data pemeriksaan
klinis, missal penyakit- penyakit yang berhubungan dengan
reproduksi.
4) Anak ke berapa
Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien dan data
dalam pembuatan genogram.
5) Nama orang tua
Dikaji agar dituliskan dengan jelas supaya tidak keliru
dengan pasien yang lain.
6) Umur orang tua
Dikaji agar dituliskan dengan jelas supaya tidak keliru
dengan pasien yang lain.
7) Agama
Menggambarkan nilai-nilai spiritual dan keyakinan orang
tua pasien dan merupakan pedoman hidup dan dijadikan
pegangan dalam mengambil keputusan untuk memberikan
tindakan keperawatan dalam spiritual.
8) Pendidikan
Dikaji untuk memperoleh keakuratan data yang diperoleh
serta ditentukan pola pendekatan anamnesis.
9) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk
menentukan tindakan dan keperawatan yang dapat
dilakukan dengan kemampuan orang tua membiayai
perawatan anaknya.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala utama yang
menyebabkan pasien dibawa berobat, dan pada ksus febris
keluhan utama yang dirasakan anak adalah panas dan rewel.
14

b) Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang untuk mengetahui kapan terjadinya
demam, sudah beberapa hari demam terjadi, karakteristik
demam (malam hari, pagi hari, sepanjang hari), dan keluhan lain
yang dirasakan pada saat demam (mual, muntah, batuk, pilek)
c) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah
sebelumnya pasien mengalami penyakit yang sama atau
penyakit lainnya.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga adalah untuk melihat apakah
keluarga pernah menderita gejala dan sakit yang sama, apakah
keluarga memiliki penyakit yang menurun dan menular.
b. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola pesepsi
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga
dapat menimbulkan perawatan diri.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutris karena klien mengalami penurunan nafsu
makan.
3. Pola eliminasi
Tidak terjadi gangguan pada pola eliminasi.
4. Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan/ perubahan dalam diri klien.
6. Pola Istirahat tidur
Terjadi gangguan pada pola istirahat tidur meliputi frekuensi jam
tidur dikarenakan demam, dan berkeringat saat malam hari.
7. Pola kognitif
15

Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan peningkatan leukosit


dari nilai normal.
8. Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
9. Pola hubungan peran
Tidak terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan
dengan proses penyakitnya.
10. Pola koping
Meliputi penyebab stress, koping terhadap stress dan pemecahan
masalah.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
c. Pemerksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Bentuk kepala, apakah ada tanda-tanda kenaikan tekanan

intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana

keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum.

b) Rambut

Warna rambut, kelebatan, kebersihan rambut, dll.

c) Muka/wajah

Bentuk wajah, warna kulit

d) Mata

Reflek pupil, keadaan konjungtiva, ada odema atau tidak.

e) Telinga

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda

adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah


16

belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya

pendengaran.

f) Hidung

Apakah ada pernapasan cuping hidung/ polip yang menyumbat

jalan napas. Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya,

jumlahnya.

g) Mulut

Biasanya pada bayi yang hipotermia reflek menghisap lemah,

bibir pucat atau kebiruan, dan tidak ada kelainan pada platum.

h) Tenggorokan

Adakah tanda-tanda peradangan tonsil, adakah tanda-tanda

infeksi faring, cairan eksudat.

i) Leher

pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembesaran vena jugulans,

tidak ada pembengkakakn dan nyeri tekan ditandai dengan bayi

tidak menangis.

j) Thorax

Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak

pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi

Intercostale. Pada auskultasi, adakah suara nafas tambahan.

k) Jantung

Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya,

adakah bunyi tambahan, adakah bradicardi atau tachycardia.


17

l) Abdomen

Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen,

Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus, Adakah tanda

meteorismus Adakah pembesaran lien dan hepar.

m) Kulit

Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya.

Bagaimana keadaan turgor kulit 1detik biasanya pada pasien

hipotermia akral dingin kulit tipis, akral dingin, bagian seluruh

tubuh kebiruan.

n) Ekstremitas

• Apakah terdapat oedema.

• Kekuatan otot.

o) Genetalia

• Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari

vagina, tanda-tanda infeksi.

d. Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermia berhubungan transfer panas.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar
informasi.
3. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan.
4. Resiko Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran
darah sekunder akibat hipotermia.
5. Ketidak stabilan glukosa dalam darah berhubungan dengan
gangguan toleransi glukosa darah
6.
18

e. Intervensi Keperawatan

No Dx SLKI SIKI
Keperawatan
1. Hipotermia Tujuan: Manajemen Hipotermi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. monior suhu tubuh
dengan trnfer keperawatan selama 1x24 jam 2.dentifikasi penyebab
panas diharapkan tidak ada tanda- hipotermia mis
tanda infeksi. (terpapar suhu
lingkunga, pakaian
Kriteria Hasil: tipis, kerusakan
1. termogulasi hipotalamus,
Indikator SA ST penurunan laju
Kulit merah 2 5 metabolisme
Suhu tubuh 3 5 3. montor tanda dan
Penghisapan 2 5 gejala
kapiler hipotermia
Mengigil 2 5 (hipotermia ringan
1. Kontrol risiko
mengigil hipertensi,
Indikator SA ST
reflek menurun
Frekuensi nadi 3 5
4. sediakan lingkungan
Dasa kuku 3 5
yang hangat mis suhu
sianotik
ruangan pemberian
imunisasi (mis, reaksi
anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya
atau sakit parah tanpa
demam)
5. ganti pakaian dan /
linen yang basah
6. lakukakan
penghangatan aktif
eksterm (misalnya
kompres hangat botol
hangat, selimut
hangat
perawatanmetode
kanguru
.b. perawatan kanguru
1. monitor faktor orang
tua yang
mempengaruhi
keterlibatannya
19

dalam perawatan
2. pastikan status
fisiologis bayi
terpenuhi dalam
perawatan
3. berikan kursi jika
perlu
4. posisikan bayi
telungkup tegak lurus
di dada orang tua
5. miringkan kepala bayi
ke salah satu sisi
kanan atau kiri
dengan kepala sedikit
tengada
6. hindari mendorong
kepala bayi fleksi dan
hiperektensi
7. biarkan bayi telentang
hanya mengebakan
popok kaos kaki dan
topi
8. posisikan panggul dan
lengan bayi dalam
posisi fleksi
9. posisikan bayi
diamankan dengan
kain panjang /
pengikat lainnya
10. buat ujung pengikat
tepat berada bawah
kuping bayi
11. jelaskan tujuan dan
prosedur perawatan
kanguru
12. jelaskan keuntungan
kontak kulit oarang
tua dan bayi

2. Defisit Tujuan: Edukasi kesehatan


pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi kesiapan
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam dan kemampuan
dengan diharapkampengetahuan ibu menerima informasi
20

kurangnya baik 2. identifikasi faktor-


terpaparnya Kriteria Hasil: fakto yang dapat
informasi 1. termogulasi meningkatkan dan
Indikator SA ST menurunka motivasi
Perilaku sesuai 3 5 3. sediakan materi dan
anjuran media kesehatan
Kemampuan 3 5 Edukasi pengukuran
menjelaskan suhu
suatu topik 1. jelaskan prosedur
Kemampuan 3 5 oksigen jika perlu
menggambarka 2. anjurkabahu dan
n pengalaman menahan dada saat
sebelumnya mengukur aksila
sesuai dengan 3. anjurkan memilih
topik lokasi pengukuran
Perilaku sesuai 3 5 suhu oral atau aksila
dengan 4. ajarakan cara
pengetahuan meletakkan ujung
Persepsi yang 3 5
thermometer di
salah tentang
bawah lidah / di
topik
bagian tengak aksila
2. tingkat kepatuhan
5. ajarkan cara membaca
Indikator SA ST
hasil thermometer
Vebrisasi 3 5
kemampuan
mematuhi
program
perawatan /
pengobatan
Verbalisasi 3 5
mengetahi
anjuran
Perilaku 3 5
mengikuti
program
Perilaku 3 5
menjalanka
n anjuran
3 Resiko defisit Tujuan: Manajamen Gangguan
nutrisi Setelah dilakukan tindakan makan
keperawatan selama 1x24 jam 1. monitor asupan dan
diharapkampengetahuan ibu keluarnya dan cairan
baik serta kebutuhan
Kriteria Hasil: kalori
3. Status Nutrisi 2. timbang berat bdan
21

Indikator SA ST secara rutin


Mempertahanka 3 5 3. ajarkan keterampilan
n makanan koping untuk
dimulut penyelesaian masalah
Reflek menean 3 5 perilaku makanan
Kemampuan 3 5 4. identifikasi status
menelan nutrisi
Usaha menelan 3 5 5. monitor asupan
Persepsi yang 3 5
makanan
salah tentang
6. monitor berat badan
topik
7. berikan suplemen
makanan

DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel (2020) Anatoi Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta :EGC
Sherwood ,L (2019) Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem . Jakarta : EGC
Wong, Donna L., Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth
Edition.
Mosby-Year Book Inc., St. Louis Missouri, 2016
Markum, A.H., (2018) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Khalifa A Khalifa, Amany K.A. A Jurnal Of International Management Of
Neonatal Hazards In Intensive Care Units : A Review. 2015.
Yunanto (2019) Buku Ajar Nenatalogi. Jakarta: Badan Penertbit IDAI
Yongki, dkk Asuhan Pertumbuhan Kehamilan dan Persalinan, Neonatus, Bayi
dan Balita, Yogyakarta : Nuha Medika 2018
Wahyuni (2020) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Penuntun Belajar Praktek
Klinik. Jakarta : Buku Kedoktean EGC.
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesis: Definisi dan Tindakan
Keperawatan , Edisi 1. Jakarta :
22

PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesis: Definisi dan Tindakan


Keperawatan , Edisi 1. Jakarta :
PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesis: Definisi dan Tindakan
Keperawatan , Edisi 1. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai