A. ANATOMI FSIOLOGI
1. Region posterior yang daktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu
reflex reflex yang memperantarai produksi panas dan konveksi panas.
2. Region anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat, memicu reflex - refleks
yang memperantarai pengurangan panas.
B. DEFINISI
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35 ̊C atau 95 ̊F)
secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup rektal,
esofageal, atau membran timpani, yang dilakukan secara benar (Tanto, 2014).
Menurut Hardisman (2014), hipotermia didefinisikan bila suhu inti tubuh
menurun hingga 35 ̊C (95 ̊F) atau dapat lebih rendah lagi.Menurut Setiati
(2014), hipotermia disebabkan oleh lepasnya panas karena
konduksi,konveksi, radiasi, atau evaporasi. Local cold injury dan frostbite
timbul karena hipotermia menyebabkan penurunan viskositas darah dan
kerusakan intraselular (intracellular injury). Hipotermia adalah keadaan suhu
tubuh di bawah 35 ̊C, dan dapat dikategorikan sebagai berikut (Yongki 2018).
a. Hipotermia ringan: 32 –35 ̊C
b. Hipotermia sedang: 28 –32 ̊C
3
C. ETIOLOGI
Penyebab utama kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh
bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Resiko untuk
terjadinya hipotermia.
a. Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
b. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir
c. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematurd
d. Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
e. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan
pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial..
G. KLASIFIKASI
Menurut Yongki (2018) Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
1. Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2 jam sesudah lahir.
Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam,
bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Hipotermia sepintas ini
terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang lama,
ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus
setelah lahir,terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir),
dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2. Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin
selama 6-12 jam.Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat
bersalin yang dingin, inkubator yangtidak cukup panas, kelalaian dari
dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan lahir,yaitu diduga
mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya
ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua
kaki dingin. Terapinya ialah dengan segera memasukkan bayi ke dalam
inkubator yang suhunya telah diaturmenurut kebutuhan bayi dan dalam
keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
7
H. PATOFISIOLOGI
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan
memberikan
respon untuk menghasilkan panas berupa:
a. Shivering thermoregulation ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gemetar
berguna.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupaka usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat di
seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh. Untuk
membakar lemak coklat, seorang bayi menggunakan glukosa untuk
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak
coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress
dingin. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh
normal pada neonatus adalah 36,5-37,5ºC melalui pengukuran aksilla dan
rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5ºC maka bayi mengalami
hipotermi.
Pada bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan
proses
oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL,
NST (proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utama dari
suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan
dingin. Paparan dingin yang berkepanjangan harus dihindarkan oleh
9
I. PENATALAKSANAAN
a. Hipotermia Sedang
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih sehingga
bayi hangat.
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan
bayi berada dalam satu selimut atau kain hangat yang disertrika
terlebih dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti
dengan selimut atau kain yang hangat.
3) Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan
selimut atau kain yang hangat.
ASI dengan menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri
infus dextrose 10% sebanyak 60 ±80 ml/kg/liter.
4) Segera rujuk di RS terdekat.
J. KOMPLIKASI
Akibat yang ditimbulkan hipotermi apabila tidak segera ditangani yaitu
Hipoglikemia-Asidosis Metabolik karena vasokontriksi perifer dengan
metabolism anaerob, kebutuhan oksigen yang meningkat, metabolisme
12
K. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Anamnesa (Data Subjektif )
Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara
(Nursalam, 2013).
a) Identitas
Identitas diperlukan u tuk memastikan bahwa yang diperiksa
benar-benar anak yang maksud, dan tidak keliru dengan anak
yang lain (Nursalam, 2013).
1) Nama anak
Data diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa
benar benar anak yang dimaksud. Namun harus jelas dan
lengkap disertai nama panggilan akrabnya.
2) Umur
Umur dikaji untuk mengingat periode anak yang
mempunyai ciri khas dalam mortalitas, usia anak juga perlu
untuk menginterpretasikan data pemeriksaan klinis anak
serta untuk menentukan pemberian dosis obat pada anak.
13
3) Jenis kelamin
Dikaji untuk identitas dan penilaian data pemeriksaan
klinis, missal penyakit- penyakit yang berhubungan dengan
reproduksi.
4) Anak ke berapa
Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien dan data
dalam pembuatan genogram.
5) Nama orang tua
Dikaji agar dituliskan dengan jelas supaya tidak keliru
dengan pasien yang lain.
6) Umur orang tua
Dikaji agar dituliskan dengan jelas supaya tidak keliru
dengan pasien yang lain.
7) Agama
Menggambarkan nilai-nilai spiritual dan keyakinan orang
tua pasien dan merupakan pedoman hidup dan dijadikan
pegangan dalam mengambil keputusan untuk memberikan
tindakan keperawatan dalam spiritual.
8) Pendidikan
Dikaji untuk memperoleh keakuratan data yang diperoleh
serta ditentukan pola pendekatan anamnesis.
9) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk
menentukan tindakan dan keperawatan yang dapat
dilakukan dengan kemampuan orang tua membiayai
perawatan anaknya.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala utama yang
menyebabkan pasien dibawa berobat, dan pada ksus febris
keluhan utama yang dirasakan anak adalah panas dan rewel.
14
a) Kepala
b) Rambut
c) Muka/wajah
d) Mata
e) Telinga
pendengaran.
f) Hidung
jumlahnya.
g) Mulut
bibir pucat atau kebiruan, dan tidak ada kelainan pada platum.
h) Tenggorokan
i) Leher
tidak menangis.
j) Thorax
k) Jantung
l) Abdomen
m) Kulit
tubuh kebiruan.
n) Ekstremitas
• Kekuatan otot.
o) Genetalia
d. Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermia berhubungan transfer panas.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar
informasi.
3. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan.
4. Resiko Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran
darah sekunder akibat hipotermia.
5. Ketidak stabilan glukosa dalam darah berhubungan dengan
gangguan toleransi glukosa darah
6.
18
e. Intervensi Keperawatan
No Dx SLKI SIKI
Keperawatan
1. Hipotermia Tujuan: Manajemen Hipotermi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. monior suhu tubuh
dengan trnfer keperawatan selama 1x24 jam 2.dentifikasi penyebab
panas diharapkan tidak ada tanda- hipotermia mis
tanda infeksi. (terpapar suhu
lingkunga, pakaian
Kriteria Hasil: tipis, kerusakan
1. termogulasi hipotalamus,
Indikator SA ST penurunan laju
Kulit merah 2 5 metabolisme
Suhu tubuh 3 5 3. montor tanda dan
Penghisapan 2 5 gejala
kapiler hipotermia
Mengigil 2 5 (hipotermia ringan
1. Kontrol risiko
mengigil hipertensi,
Indikator SA ST
reflek menurun
Frekuensi nadi 3 5
4. sediakan lingkungan
Dasa kuku 3 5
yang hangat mis suhu
sianotik
ruangan pemberian
imunisasi (mis, reaksi
anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya
atau sakit parah tanpa
demam)
5. ganti pakaian dan /
linen yang basah
6. lakukakan
penghangatan aktif
eksterm (misalnya
kompres hangat botol
hangat, selimut
hangat
perawatanmetode
kanguru
.b. perawatan kanguru
1. monitor faktor orang
tua yang
mempengaruhi
keterlibatannya
19
dalam perawatan
2. pastikan status
fisiologis bayi
terpenuhi dalam
perawatan
3. berikan kursi jika
perlu
4. posisikan bayi
telungkup tegak lurus
di dada orang tua
5. miringkan kepala bayi
ke salah satu sisi
kanan atau kiri
dengan kepala sedikit
tengada
6. hindari mendorong
kepala bayi fleksi dan
hiperektensi
7. biarkan bayi telentang
hanya mengebakan
popok kaos kaki dan
topi
8. posisikan panggul dan
lengan bayi dalam
posisi fleksi
9. posisikan bayi
diamankan dengan
kain panjang /
pengikat lainnya
10. buat ujung pengikat
tepat berada bawah
kuping bayi
11. jelaskan tujuan dan
prosedur perawatan
kanguru
12. jelaskan keuntungan
kontak kulit oarang
tua dan bayi
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel (2020) Anatoi Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta :EGC
Sherwood ,L (2019) Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem . Jakarta : EGC
Wong, Donna L., Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth
Edition.
Mosby-Year Book Inc., St. Louis Missouri, 2016
Markum, A.H., (2018) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Khalifa A Khalifa, Amany K.A. A Jurnal Of International Management Of
Neonatal Hazards In Intensive Care Units : A Review. 2015.
Yunanto (2019) Buku Ajar Nenatalogi. Jakarta: Badan Penertbit IDAI
Yongki, dkk Asuhan Pertumbuhan Kehamilan dan Persalinan, Neonatus, Bayi
dan Balita, Yogyakarta : Nuha Medika 2018
Wahyuni (2020) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Penuntun Belajar Praktek
Klinik. Jakarta : Buku Kedoktean EGC.
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesis: Definisi dan Tindakan
Keperawatan , Edisi 1. Jakarta :
22