A. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer (2015), etiologi gastroenteritis yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran makanan yang menjadi penyebab utama
pada gangguan gastroenteritis akut, faktor internal meliputi :
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, Almonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
b. Infeksi virus
Ektrovirus (ECHO), Coxsachie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus.
c. Infeksi parasite
Parasit juga dapat menyebabkan gastroenteritis akut dan yang paling sering
dijumpai adalah cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor Malabsorbsi
Dalam kasus diare sering juga disebkan karena adanya malabsorbsi diantaranya
karena malabsorbsi karbohidrat (disakarida, monosakarida), malabsorbsi lemak dan
protein.Malabsorbsi dapat terjadi jika ada zat yang terlalu pekat atau banyak
dikonsumsi oleh manusia.Maka organ pencernaan tidak dapat menyerap zat makanan
dengan maksimal.
3. Faktor Makanan
Pada beberapa kasus juga sering disebabkan oleh makanan basi, beracun dan
alergi makanan misalnya makanan pedas.Hal ini juga dapat menyebabkan diare.
Faktor ini terjadi karena usus tidak kuat terhadap salah satu rasa pada makanan,
sehingga akan menyebabkan peristaltik usus mengalami peningkatan dikarenakan usus
bekerja terlalu berat dan tidak mampu menyerap zat makanan.
4. Faktor Kebersihan
Faktor kebersihan juga sangat penting untuk menghindari diare, terutama pada air
minum yang tercemar oleh bakteri tinja. Tidak mencuci tangan setelah BAB /BAK
dan sebelum makan.
5. Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare diakarenakan dapat
meningkatkan peristaltik usus.
B. KLASIFIKASI
Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30%
pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir
dalam 14 hari.
b. Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi Gastroenterologi
Anak Indonesia (PIB – BK GAI) ke 1× di Palembang, disetujui bahwa definisi diare
kronik ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih. (sunato,2016).
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Kliegman tanda gejala gastroenteritis, yaitu : (Kliegman,2015)
1. Secara umun :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b. Terdapat tanda gejala dehidrasi : turgor kuit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering.
c. Demam
d. Nafsu makan berkurang
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
i. Nyeri abdomen
j. Perih di ulu hati
k. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat Menurun atau tidak adanya
pengeluaran urine.
Tingkat dehidrasi gastroenteritis
1. Dehidrasi ringan : kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastic, suara serak klien belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat : kehilangan cairan 8-10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,
apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
D. PATOFISIOLOGI
Peradangan pada gastrointestinal disebabkan infeksi dengan melakukan invasi pada
mukosa. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan atau menurunkan
absorbs cairan sehingga terjadi dehidrasi. (Muttaqin, 2010).
Gangguan osmotik berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang sukar
diserap oleh mukosa intestinal dan menyebabkan tekanan osmotik, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Respon inflamasi mukosa.Seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respon peningkatan aktivitas sektesi air.
Gangguan motilitas usus. Terjadi hiperperistaltik mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, usus halus menjadi bagian absorbs utama
dan usus besar membuat solid ddari komponen feces. Diare juga dapat menjadi tempat
masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus dan berkembang biak mengeluarkan
toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri seperti E. Coli dan vibrochorela
memberikan peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.
Hilangnya cairan elektrolit memberikan manifestasi ketidakseimbangan asam basa
dan gangguan sirkulasi.
E. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksaan Medis
1. Pemberian cairan
a. Cairan per oral : pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan di
berikan per oral berupa cairan yg berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan glukosa.
Untuk diare akut di atas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar
natrium 50-60 meg/l dapat di buat sendiri (mengandung larutan garam dan gula)
atau air tajin yang diberi gula dengan garam.\
b. Cairan parenteral
Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kg BB/hari. Kemudian 125 ml/kg
BB/oral
Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/hari. Kemudian 125 ml/kg
BB/oral
Dehidrasi berat : untuk anak umur 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg,
1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam : 10 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml : 15
tetes atau 13 tetes/kg BB/menit), 7 jam berikutnya 12 ml/kg BB/jam : 3
tetes/kg BB/menit (infuse set 1ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 125 ml/kg BB
oralit per oral, bila anak mau minum, teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes/kg
BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit.
B. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan
sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit. Mengingat diare sebagian
besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi
penularan pada klien lain.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Widjaja (2010), pemeriksaan penunjang meliputi :
1. Pemeriksaan tinja
a. Mikroskopis dan Makroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila di
duga terdapat intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, kalium, kalsium dan fosfor)
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui foal ginjal.
3. Doudenal Intubation Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
G. KOMPLIKASI
Menurut Kliegman ada 8 komplikasi gastroenteritis, yaitu : (kliegman,2010)
2. Demam
3. Dehidrasi
4. Hipokalemia
5. Hipokalsemia
6. Ilues peristaltic
7. Hiponatremi
8. Syok hipovalemik
9. Asidosis
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: Anak tampak lemah.
2. Sistem pernafasan
Pernafasan lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis metabolik.
Keadaan ini terjadi pada pasien yang mengalami diare berat dan mengalami
gangguan biokimiawi akibat menurunnya ion HCO3- dan H+.
3. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg, muka pucat,
akral dingin dan kadang sianosis (waspada syok).
4. Sistem neurologi
Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang karena terjadi
penumpukan natrium dalam serum.
5. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi pekat (jika
terjadi syok hipovolemik).
6. Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir /darah, bising
usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut teraba keras (kram abdomen).
7. Sistem integument
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit didaerah perianal
merah, lecet.
8. Sistem musculoskeletal
Kelemahan pada ekstremitas.
1. Diagnosa Keperawatan
1) Diare b/d Malabsorpsi
2) Risiko ketidakseimbangan cairan d.d disfungsi intestinal
3) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan d.d kekurangan/kelebihan cairan
2. Intervensi Keperawatan
a) Diare
Definisi : pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk
Faktor yang berhubungan : Malabsorpsi
Tujuan kriteria hasil (SLKI) :
1. Eliminasi fekal : a. Kontrol pengeluaran feses
b. Keluhan defekasi lama dan sulit
c. Mengejan saat defekasi
d. Nyeri abdomen
e. Konsistensi feses
1. Keseimbangan cairan : a. Kelembapan membran mukosa
b. asupan makanan
c. dehidrasi
d. turgor kulit
e. berat badan
f. denyut nadi
3. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi,
perawat harus memiliki pengetahuan dan kemmpan untuk memahami respon
terhadap intervensi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Musliha.(2015). Keperawatan Gawat Darurat.Jogjakarta : Nuha Medika.
Nurarif, A.H dan Kusuma.H. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta : MediAction.
Potter, P dan Perry, A. (2016).Buku Ajar Keperawatan Konsep dan Proses Volume 1
Edisi 4.Jakarta : EGC.
Behrman., Kliegman. & Arvin. 2016. Nelson Ilmu Kesehatan Anak( edisi: 15, vol2).
Jakarta : EGC. 854 – 856.
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2015, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,
Jakarta:Salemba Medika.