Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN TERMOREGULASI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase Keperawatan Dasar

Di susun oleh:

BAMBANG SETYAWAN
14420221045
Preseptor Lahan Preseptor Institusi

( ) (
)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2022
DAFTAR ISI

A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR TERMOREGULASI ----------------------------- 1


B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK ---------------------------------------------------------- 5
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan ------------------------------------------------------------------- 8
2. Diagnosis Keperawatan--------------------------------------------------------------------- 10
3. Intervensi Keperawatan dan Rasional ----------------------------------------------------12
4. Implementasi --------------------------------------------------------------------------------- 14
5. Evaluasi --------------------------------------------------------------------------------------- 14
D. MIND MAPPING ----------------------------------------------------------------------------- 15
E. PATHWAY -------------------------------------------------------------------------------------- 16

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------------ 17


A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologi tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat di
perhatikan secara konstan.(Aziz,2014).
2. Konsep Dasar Suhu Tubuh
Termogulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme
fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan
normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.
Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh
sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan
pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontrol produksi panas.
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Temperatur adalah suatu
subtansi panas atau dingin. Sementara dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu
ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara spontan.
Suhu inti (core temperature), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti
kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. (Budiono 2016)
Menurut standar WHO suhu tubuh normal pada orang dewasa yaitu 36,5-37,5°C.
3. Etiologi
Menurut NANDA 2015 etiologi pada gangguan thermoregulasi yaitu:
a. Agen farmaseutikal ( misal: hipoglikemia)
b. Aktivitas yang berlebuhan
c. Obesitas
d. Dehidrasi
e. Perubahan laju metabolisme
f. Sepsis
g. Trauma

1
4. Mekanisme Pengeluaran Panas
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi secara
konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi.
1) Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang
elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit
dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan
tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh
hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin
disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga
meningkat.
2) Konduksi adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang.
Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas
berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.
3) Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus
udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat,
kehilangan panas konvektif meningkat.
4) Evaporasi adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang
menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior memberi signal
kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stress emosi atau
mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas
yang dibuat melalui peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat
menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring kering.
5) Diaphoresis adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada
dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang
mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan
kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat,
kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk
meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang efisien bila gerakan udara
minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
2
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi suhu tubuh
Menurut Potter dan Perry (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
antara lain:
a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu
sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan.
Regulasi suhu tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus
menurun saat seseorang semakin tua. Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang
ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor
(vasokonstriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangnya jaringan subkutan,
berkurangnya aktivitas kelenjar keringat, dan metabolisme menurun.
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan
dapat meningkatkan produksi panas terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga yang
berat dan lama, seperti jarak jauh akan meningkatka suhu tubuh untuk sementara
sampai 41°C.
c. Kadar hormon
Secara umum wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini
karena ada variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun
sesuai siklus menstruasi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur
seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause.
Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama
30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara
0
sebanyak 4 C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan
pengaturan vasomotor.
d. Irama sirkadian
0
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 C selama periode 24 jam. Suhu
terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh
meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun lagi sampai
pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di
malam hari dan tidur di siang hari.
e. Stress

3
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan
meningkatkan produksi panas.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi
yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan.
6. Gangguan Termoregulasi
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain,
sebagai berikut:
a. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih.disebabkan oleh lingkungan yang
terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum
selama kelelahan akibat panas.
b. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia.
c. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemempuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia. Ketika
suhu tubuh turun menjadi 35ºC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol,
hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun di bawah
34,4ºC frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun, kulit menjadi
sianosis.
d. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi.klien yang
berisiko termasuk yang masih muda maupun sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik, orang yang menjalankan
olahraga berat.

4
B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK
1. Pengertian Etika Keperawatan
Menurut PPNI (2003), Kode Etik Perawat adalah suatu pernyataan atau
keyakinan yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode
Etik Keperawatan adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai
pedoman perilaku perawat dan menjadi kerangka kerja untuk membuat
keputusan.Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan
tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang
perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik
dapat dihindarkan
Dengan adanya kode etik, diharapkan para profesional perawat dapat
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pasien. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional. Kode etik keperawatan disusun oleh organisasi
profesi, dalam hal ini di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI).
2. Tujuan Etika Keperawatan
Kode etik bertujuan untuk memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang
menyangkut masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas yang
konsekuen dan absolut.
Menurut Hasyim, dkk, pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah
upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai
dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun
dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
b. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya
c. Untuk mendukung profesi perawat yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat
d. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan

5
e. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek
keperawatan.
3. Fungsi Etika Keperawatan
Etika keperawatan juga memiliki fungsi penting bagi perawat dan seluruh
individu yang menikmati pelayanan keperawatan. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
a. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan
keperawatan
b. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta dalam
kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil penelitian
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan
jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
c. Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam mendidik dan
melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak hanya di rumah sakit
tetapi di luar rumah sakit. d. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan
diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional, integritas
dan loyalitasnya bagi masyarakat luas
d. Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan kepribadian
serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya
e. Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsif, produktif,
terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan sesuai dengan
perannya (Ngesti W. Utami, Uli Agustini, 2016).
4. Prinsip Etika Keperawatan
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan berpikir logis dan membuat keputusan sendiri. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
direfleksikan dalam sebuah praktek profesional ketika perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

6
b. Berbuat baik, Mendatangkan Manfaat (Beneficial)
Beneficial artinya mendatangkan manfaat atau kebaikan. Kebaikan memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. Prinsip
kemurahan hati adalah :
a. Menghilangkan kondisi-kondisi yang sangat merugikan,
b. Mencegah kerugian/kerusakan/ kesalahan.
c. Berbuat baik c.
Keadilan (Justice)
Prinsip ini dibutuhkan untuk tercapainya keadilan terhadap orang lain dengan
tetap menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini refleksikan
dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
dengan hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan
d. Tidak Merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini mengindikasikan bahwa individu secara moral diharuskan untuk
menghindari sesuatu yang dapat merugikan orang lain (tindakan menghindarkan
kerusakan/kerugian/ kejahatan). Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Veracity berarti penuh dengan kebenaran. Pemberi pelayanan kesehatan harus
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan memastikan bahwa klien sangat
mengerti dengan situasi yang dihadapi. Dengan kata lain prinsip ini berkaitan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran Informasi yang
disampaikan harus akurat, komprehensif, dan obyektif sehingga pasien mendapatkan
pemahaman yang baik mengenai keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Kesetiaan, Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip ini berarti bahwa tenaga kesehatan wajib menepati janji, menjaga
komitmennya dan menyimpan rahasia klien. kesetiaan perawat menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar Seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan mencegah penyakit
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan
7
g. Kerahasiaan (Confidentiality)
Prinsip ini menggariskan bahwa informasi tentang klien harus dijaga
kerahasiaannya. segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. tidak ada seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diizinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan. diskusi tentang klien dengan tenaga kesehatan lain di luar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga pasien tentang klien harus
dihindari
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan hasil pekerjaan, di mana
"tindakan" yang dilakukan merupakan satu aturan profesional. Oleh karena itu
pertanggungjawaban atas hasil asuhan keperawatan mengarah langsung kepada
praktis itu sendiri (Masruroh Hasyim, 2019).

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama : Demam
b. Alasan masuk RS: (narasikan)
c. Riwayat kesehatan sekarang:
1) sejak kapan timbul demam
2) Tanyakan suhu pasien sebelumnya
3) Pola Demam
o
- Terus menerus : Tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1- 2) C.
- Intermitten : Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
- Remitten : Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat
suhu normal
- Relaps : Periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu
normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24
jam.
4) Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
5) Adanya riwayat infeksi
6) Adanya riwayat trauma kepala
7) Gejala lain yang menyertai demam; (misalnya: mual, muntah, nafsu makan,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah, atau kedinginan.

8
8) Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien mengalami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan.
Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan
tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
9) Sejak kapan timbul gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan
d. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami sebelumnya:
- Apakah pernah mengalami demam sebelumnya
- Apakah ada riwayat perawatan atau pengobatan sebelumnya
2) Apakah ada riwayat alergi
3) Riwayat imunisasi lengkap atau tidak
e. Pemeriksaan Fisik
1) Ukur suhu inti selama setiap fase demam
2) Kaji faktor-faktor pemberat seperti dehidrasi, insfeksi, atau suhu lingkungan.
3) Identifikasi respons fisiologis terhadap
suhu: a) Ukur semua tanda-tanda vital
b) Observasi semua warna kulit
c) Kaji suhu kulit (palpasi)
d) Kaji kenyamanan dan kesejatrahan kilien
e) Tentukan fase demam : kedinginan, stabil, serangan demam.
f) Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan
g) Adanya kelemahan dan keletihan
h) Adanya kejang
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
1) Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko infesi
2) Pemeriksaan urin
3) Uji widal
Uji widal aalah suatu reaksi antigen dan antibody / agglutinin. Agglutininyang
spesifik terdapat salmonella terdapat serum demam pasien. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan

9
telah diolah di laboratoriaum. Maksud uji Widal ini adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam thypoid.
4) Uji tourniquet
5) Pemeriksaan elektrolit: Na, K, CL
6) Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan ISGPT
(Serum Glutamat Piruvat Transaminase) SGOT SGPT sering meningkat tetapi
kembali normal setelah sembuhnya demam, kenaikan SGOT SGPT tidak
memerlukan pembatasan pengobatan.
2. Diagnosis Keperawatan
Standart diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) DPP PPNI
(2017): a. Hipertermia
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisem
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
3) Gejala dan tanda
mayor Subjektif : -
Objektif : suhu tubuh di atas nilai normal
4) Gejala dan tanda
minor Subjektif : -
Objektif : kulit merah, kejang, takikardi, tekipnea, kulit terasa hangant
b. Hipotermia
1) Definisi
Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.
2) Penyebab
a) Kerusakan hipotalamus
b) Konsumsi alcohol
10
c) Berat badan ekstrem
d) Kekurangan lemak subkutan
e) Terpapar suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakaian pakaian tipis
h) Penurunan laju metabolism
i) Tidak beraktivitas
j) Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
k) Trauma
l) Proses penuaan
m)Efek agen farmakologi
n) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
3) Gejala dan tanda
mayor Subjektif : -
Objektif : kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh di bawah nilai normal
4) Gejala dan tanda
minor Subjektif : -
Objektif : akrosianosis, bradikardi, dasar kuku sianotik, hipoglekimia, hipoksia
Pengisian kapiler >3 detik, konsumsi oksigen meningkat, ventilasi menurun,
piloereksi, takikardi, vasokontriksi perifer, kulit memorata (pada neonates)
c. Termoregulasi tidak efektif
1) Definisi
Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
2) Penyebab
a) Stimulasi pusat
b) Fluktuasi suhu lingkungan
c) Proses penyakit (mis. Infeksi)
d) Proses penuaan
e) Dehidrasi
f) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
g) Peningkatan kebutuhan oksigen
h) Perubahan laju metabolisme
i) Suhu lingkungan ekstrem
j) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11
k) Barat badan ekstrem
l) Efek agen farmkologis
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif : -
Objektif : kulit dingi/hangat, menggigil, suhu tubuh fluaktif
4) Gejala dan tanda
minor Subjektif : -
Objektif : piloereksi, pengisian kapiler > 3 detik, Tekanan darah meningkat,
pucat, frekuensi napas meningkat, takikardi, kejang, kulit kemerahan, dasar
kuku sianotik.
3. Intervensi keperawatan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) DPP PPNI (2018):
a. Hipertermia : Manajemen Hipertermia
1) Tujuan dan kriteria
Hasil Tujuan:
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat
disfungsi termoregulasi.
Kriteria Hasil:
a) Suhu tubuh menurun
b) Keluhan menggigil menurun
2) Intervensi keperawatan
a) Observasi
- Monitor suhu tubuh
Rasional: memberikan gambaran keadaan umum pasien
- Monitor komplikasi terhadap hipertermia
Rasional: menghindari komplikasi yang kemungkinan akan terjadi
b) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
Rasional: mempertahankan suhu tubuh mendekati normal
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Rasional: memudahan pengeluaran panas dalam tubuh
c) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Rasional: pemindahan panas secara konduksi
12
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Rasional: peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang adekut.
b. Hipotermia
1) Intervensi keperawatan
a) Observasi
- Monitor suhu tubuh
Rasional: untuk memberikan gambaran keadaan umum pasien
- Monitor tanda dan gejala akibat hpotermia (Hipotermia ringan: takipnea,
disatria, menggigil, hipertensi diuresis; Hipotermia sedang: aritmia,
hipotensi, apatis, koagulopati, refleks menurun; Hipetermi berat: oliguria,
refleks menghilang, edemaparu, asam-basa abnormal)
Rasional: untuk mengetahui intervensi yang tepat
b) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan, incubator)
Rasional: untuk mempertahankan suhu tubuh mendekati normal
- Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian
tebal)
Rasional: membantu memberikan kehangatan pada pasien
- Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol hangat,
selimut hangat, perawatan metode kangguru)
Rasional: membantu memberikan kehangatan pada pasien
- Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan hangat, oksigen
hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)
Rasional: membantu memberikan kehangatan pada pasien
c) Edukasi
- Anjurkan makan/minum hangat
c. Thermoregulasi tidak efektif: Regulasi tempratur
1) Intervensi keperawatan
a) Observasi
0 0
- Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5 C-37,5 C)
- Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
13
- Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
b) Terapeutik
- Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
c) Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan heatstroke
- Jelaskan cara pencegahan hiportermi karena terpapar udara dingin
d) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan keamanan
klien. Sedangkan pada kenyamanan, implementasi dilakukan untuk mengurangi faktor
yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan,
kelelahan dan kebosanan (Kasiati & Rosmalawati, 2016).
5. Evaluasi
Rencana keperawatana yang dirancang untuk mengurangi risiko cedera pada
klien, dievaluasi dengan cara membandingkan kriteria hasil dengan tujuan yang
ditetapkan selama tahap perencanaan. Sedangkan evaluasi terhadap masalah nyeri
dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespons rangsangan nyeri, diantaranya
hilangnya perasaan nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya respons fisiologis yang
baik dan pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri (Kasiati &
Rosmalawati, 2016).

14
D. MIND MAPPING

15
E. PATHWAY

a. Agen farmaseutikal ( misal:


a. Usia
hipoglikemia)
b. Aktivitas yang berlebuhan
b. Olahraga
c. Obesitas c. Kadar hormone
d. Dehidrasi d. Irama sirkadian
e. Perubahan laju metabolisme e. Stress
f. Sepsis f. Lingkungan (Potter
g. Trauma (NANDA, 2005) dan Perry, 2005)

Termpreseptor Termoreseptor sentral (di


perifer (Kulit) hipotalamus bagian SSP
dan organ abdomen

Pusat integarasi
termoregulasi
Hipotalamus

Adaptasi Neuron Sistem saraf


perilaku motorik Simpatis

Pembuluh Kelenjar
Otot rangka darah Keringat
Kontrol
produksi
panas / Kontrol
pengurangan produksi Kontrol pengurangan
panas panas panas

Resiko Termoregulasi
Hipertermia Hipotermia
Termoregulasi Tidak Efektif
Tidak Efektif

16
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 buku 1.
Salemba Medika

Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika

Masruroh Hasyim, J. P. (2019). Buku Panduan Etika Keperawatan. Jawa Tengah:


Desa Pustaka Indonesia.

Nanda. Diagnosis keperarawatan: Defenisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta :EGC

Ngesti W. Utami, Uli Agustini, R. E. H. (2016). Etika Keperawatan dan


Keperawatan Profesional. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan perawat nasional indonesi.

17

Anda mungkin juga menyukai