Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen Pengampuh:Wiramando, Ns

DISUSUN OLEH:
NAMA: LUSIA RERESI
NIM: C1714201029
KELAS: III A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASAAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
KONSEP DASAR KELUARGA, KONSEP TUMBUH KEMBANG
KELUARGA DAN PROSES KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Istilah keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung dari orientasiteoritis
yang digunakan.Beberapa definisi keluarga sering menggunakan teori interaksi,
sistem atau tradisional (Andarmoyo, 2012).
a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012)
b. Menurut (Duval, 1986), keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga (Harmoko, 2012)
c. Menurut (Depkes RI, 1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dan dalam keadaan saling
ketergantungan (Harmoko, 2012)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap
memerhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial yaitu sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik
d. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial para anggotanya
(Andarmoyo, 2012).
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu
sistem. Keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua
individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling
berinteraksi, inteleransi dan interdependensi untuk emncapai tujuan
bersama.Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi
oleh suprasistemnya yaitu lingkungan (masyarakat) dan sebaliknya sebagai
subsistem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi
masyarakat (suprasistem). Oleh Karena itu, betapa pentingnya peran dan fungsi
keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual.Jadi sangatlah tepat jika keluarga sebagi titik sentral
pelayanan keperawatan. Selain itu diyakini bahwa keluarga yang sehat akan
mempunyai anggota keluarga yang sehat pula untuk mewujudkan masyarakat
yang sehat pula (Andarmoyo, 2012).
2. Tujuan Dasar Keluarga
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah : 1) Keluarga merupakan unit
dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan individu, 2) Keluarga
sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat, 3) keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih
sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan seksual, 4) keluarga memiliki pengaruh
yang penting terhadap pembentukan odentitas seorang individu dan perasaan
harga diri.
Alasan keluarga menjadi focus sentral dalam perawatan :
a. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera,
perpisahan) yang memengaruhi satu atau lebih keluarga, dan dalam hal
tertentu, sering akan memengaruhi anggota keluarga yang lain, dan unit ini
secara keseluruhan’
b. Ada hubungan yang kuat dan signifikan antara keluarga dan status
kesehatan para anggotanya
c. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan,
perawatan diri (self care), pendidikan kesehatan, konseling keluarga, serta
upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi risiko yang diciptakan oleh
pola hidup keluarga dan bahaya dari lingkungan.
d. Adanya masalah-masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga
dapat menyebabkan ditemukannya faktor-faktor risiko pada anggota
keluarga yang lain
e. Tingkat pemahaman dan berfungsinya seorang individu tidak lepas dari
andil sebuah keluarga
f. Keluarga merupakan sebuah sistem pendukung yang sangat fatal bagi
kebutuhan-kebutuhan individu (Andarmoyo, 2012).

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia
yang terdiri dari macam-macam, diantaranya:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah dari sanak saudara sedara dari beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah dari sanak saudara sedara dari beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepanjang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

d. Patrialokal
Adalah sepanjang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ayah.

e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau isteri (Padila, 2012).
Ciri-ciri struktur keluarga
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antar anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungi dan tugasnya masing-
masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing (Padila, 2012).

Salah satu pendekatan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah pendekatan


structural fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagimana keluarga disusun atau
bagimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain. Beberapa ahli meletakan
struktur pada bentuk atau tipe keluarga, namun ada juga yang memandang struktur
keluarga yang menggambarkan subsisten-subsistenya sebagai dimensi
structural.struktural di maksud adalah :

ROLE

POWER STRUKTUR KOMUKASI


KELUARGA

NILAI/NORMA

Gambar 1: Dimensi struktural keluarga


b. Struktur peran ( role )
Peran menunjukan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen dalam
situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial, peran biasanya
menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam
suatu sistem sosial tertentu (Padila, 2012).

Harapan Perilaku
masyaraka peran
t ( performa
Model peran penerima
menyangk peran)
peran
ut peran
Kepribadian temperamen sikap
kebutuhan

Gambar 2: Perkembangan perilaku peran ( friedman, 1998 )


4. Tipe keluarga
Di indonesia dalam undang-undang No.10 Tahun 1998 di sebutkan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri atas suami istri dan
anak atau ayah/ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan, di Indonesia
bertujuan menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera
dalam undang-undang No. 10 disebut sebagai keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan maternal, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara anggota dan dengan
masyarakat.
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe
keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perluh
memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.
a. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu
ikatan perkawian, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
c. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan
ruah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.
e. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya/salah satu bekerja di rumah.
f. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.
g. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
j. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tiggal dalam satu rumah.
k. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
l. Comunal. Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage. Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya
di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried Parent and child. Ibu dan anak dimana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.
o. Cohibing Couple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di Negara Indonesia di
kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisonal dan tipe keluarga non
tradisional.
Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti: suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak
(kandung/angkat).
b. Keluarga besar: keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah misal kaka, nenek, paman, bibi.
c. Single parent: suatu rumah tangga yag terdiri dari satu orang tua dengan
anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian.
d. Single adult: suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
e. Keluarga lanjut usia: terdiri dari suami istri lanjut usia.

Tipe Keluarga Non Tradisional


a. Commune family: lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
b. Orang tua(ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homosexual: dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah
tangga.

5. Peran keluarga
Berbagai peran formal dalam keluarga adalah:
1. Peran ayah: sebagai suami dan istri dan ayah dari anak-anak berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman. Juga
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
2. Peran ibu: sebagai istri dan suami dan ibu dari anak-anak berperan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-
anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai
anggota masyarakat dan lingkungan di samping dapat berperan pula
sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
3. Peran anak adalah melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Betan &
Dion, 2013)

6. Fungsi keluarga
Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi
keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga harus
memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan di bahas
tentang fungsi keluarga sebagai berikut:
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yakni:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi interna keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga.Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.Keberhasilan fungsi afektif tampak
mempengaruhi keluarga yang bahagia.Anggota keluarga mengembangkan
konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta
merupakan sumber kasih sayang.Reinforcement dansupport dipelajari dan
di kembangkan melalui interaksi dalam keluarga (Padila, 2012).
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perunahan yang di alami
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial (Gegas, 1979 dan Friedman, 1998), sedangkan
Soekanto (2000) mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses
dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma
masyarakat dimana dia manjadi anggota.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
meningkatkan sumber daya manusia.Dengan adanya program keluarga
berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain
banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan
sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua (single parent)
(Padila, 2012).
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian
dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.Fungsi ini sulit
dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (Gakin atau pra keluarga
sejahtera) (Padila, 2012).
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga
menyediakan makanan, pakaiain, dan rumah keluarga juga berfungsi
melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah
terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.keluarga juga
menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga
profesional.Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan
individu dan keluarga (Padila, 2012)
7. Tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok, sebagai berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan parah anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalaam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukan
masing-masing.
d. Sosialisasi antara anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya (Padila, 2012).

Adapun tugas kesehatan keluarga yaitu:


a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh di abaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana akan habis.
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang di alami anggota keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga, perlu di catat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan
berapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan memengaruhinya, serta persepsi
keluarga terhadap masalah (Betan & Dion, 2013)
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum perawat membuat keputusan mengenai masalah kesehatan yang
di alaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga agar dapat
memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan. Hal yang perlu di kaji
berupa:
1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah.
2) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah, yang di alami.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah
kesehatan.
6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan.
7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengatasi masalah (Betan & Dion, 2013)
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga hal-hal sebagai berikut:
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikai, prognosis, dan
perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang di butuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang di butuh untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keungan atau financial, fasilitas fisik,
psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit (Betan & Dion, 2013)
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, keluarga harus mengetahui:
1) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hygiene sanitasi.
4) Upaya pencegah penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
6) Kekompakkan antar-anggota keluarga (Betan & Dion, 2013)
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut:
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga. (Betan &
Dion, 2013)

B. Konsep Tumbuh Kembang Keluarga


Empat asumsi dasar tentang teori perkembangan keluarga, seperti yang
diuraikan oleh (Aldous, 1978) adalah :
1. Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara-cara
yang sama dan dapat diprediksi
2. Karena manusia menjadi matang dan berinterkasi dengan orang lain,
mereka memulai tindakan-tindakan dan juga reaksi-reaksi terhadarp
tuntutan lingkungan
3. Keluarga dan anggotanya memerlukan tugas-tugas tertentu yang
ditetapkan oleh mereka sendiri atau oleh konteks budaya dan masyarakat
4. Terdapat kecenderungan pada keluarga memulai dengan sebuah awal dan
akhir yang kelihatan jelas (Andarmoyo, 2012)
Tabel 2.1 Delapan tahap siklus kehidupan keluarga

Tahap I Keluarga pemula (menunjukan pasangan baru


menikah atau tahap pernikahan)
Tahap II Keluarga mengasuh anak (anak tertua adalah bayi
sampai usia 30 bulan)
Tahap IIIKeluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua
berumur 2 hingga 6 tahun)
Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua
berumur 6 sampai 13 tahun) tugas askep
Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua
berumur 13 sampai 20 tahun)
Tahap VI Keluarga yang emlepas anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah)
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension)
Tahap VIII Keluarga dalam masa pension dan lansia (juga
termasuk anggota keluarag yang berusia lanjut atau
pension hingga pasangan meninggal dunia)
Diadaptasi dari Duvall (1977), Duval dan Miller (1985)

Perkembangan keluarga merupakan hal penting dalam perawatan kesehatan


keluarga ketika kita memandang keluarag sebagai sebuah sistem (Andarmoyo,
2012).
Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan keluarga selama tahap perkembangan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan biologis, aspirasi serta nilai-nilai keluarga. Tahap siklus perkembangan
keluarga inti dengan orang tua :
1. Tahap Transisi : Keluarga antara (dewasa muda yang belum menikah)
Tahap ini menunjukkan tahap dimana individu berumur 20 tahunan yang
telah mandiri secara financial dan secara fisik telah terpisah dari orang
tuanya, tetapi belum berkeluarga.Tahap ini merupakan tahap dasar bagi
tahap berikutnya, karena tahap ini merupakan dasar bagi tahap berikutnya,
karena tahap ini menentukan kapan harus menikah dan dengan siapa harus
menikah.Tugas perkembangan ini bersifat individualdan tidak beorientasi
pada keluarga.
Menurut Carter dan Mc. Goldrick, tugas perkembangan dewasa muda yang
belum menikah adalah :
a. Pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarga asalnya
b. Menjalin hubungan dengan teman sebaya secara akrab
c. Pembentukan diri yang berhubungan dengan kemandirian pekerjaan
dan financial (Andarmoyo, 2012).
2. Tahap I : Keluarga baru/pemula (Beginning family)
Perkembangan keluarga tahap I adalah ulainya pembentukan keluarga yang
berakhir ketika lahirnya anak pertama.Pembentukan keluarga pada
umumnya dimulai dari perkawinan seorang laki-laki dengan perempuan serta
perpindagan dari situs lajang ke hubungan baru yang intim serta mulai
meninggalkan keluarganya masing-masing.Pada tahap ini, pasangan belum
mempunyai anak (Andarmoyo, 2012).
Tugas perkembangan :
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
Seorang yang telah memutuskan untuk menikah harus belajar
memahami kebutuhan pasangannya.Tugas ini merupakan
perwujudan dari fungsi afektif keluarga yaitu pemenuhan kebutuhan
psikologis suami dan istri (Andarmoyo, 2012).
b. Membangun jaringan keluarga yang harmonis (Andarmoyo, 2012).
c. Merencanakan keluarga
d. Masalah kesehatan
Pada masa ini, masalah kesehatan yang utama adalah
penyesuaian terhadap kehidupan seksual serta masalah yang
berkaitan dengan fungsi reproduksi, yaitu kehamilan (Andarmoyo,
2012).
e. Mentapkan tujuan pertama
f. Persiapan menjadi orang tua
g. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalian, dan
menjadi orang tua) (Padila, 2012)

3. Tahap II : Tahap mengasuh anak (child bearing)


Tahap ke dua dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak
tersebut berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan
menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam kehidupan berumah
tangga. Oleh karena itu, keluarga di tuntut untuk mampu beradaptasi
terhadap peran baru yang dimilikinya dan harus mampu melaksanakan
tugas dari peran tersebut (Andarmoyo, 2012).
Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman baru yang sangat penting
dan sering merupakan krisis keluarga. Masalah-masalah yang lazim
ditemukan pada tahap karena kelahiran anak pertma ini adalah :
a. Suami merasa terabaikan
b. Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami dan
istri
c. Interupsi dalam jadwal yang kontinu
d. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun (Andarmoyo,
2012).
Tugas perkembangan :
a. Membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang mantap
Keluarga perlu kemantapan dalam menciptkan suasana untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota
keluarganya. Keluarga mulai mengintegrasikan bayi kedalam
kehidupan keluarga sehingga keluarga mulai memainkan peran
sebagai orang tua. Bayi membutuhkan perhatian besar untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Peningkatan pertumbuhan
akan memberikan kepuasan bagi keluargam sekaligus akan
mengurangi konflik keluarga. Dengan demikian, pengethuan
tentang perawatan bayi dan stimulasi perkembangan sangat
diperlukan dalam tahap ini (Andarmoyo, 2012).
b. Rekonsiliasi tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga Keluarga perlu mengidentifikasi tugas
perkembangan pribadi sebagai dewasa muda dan perannya
sebagai orang tua.Hal ini dibutuhkan, agar tidak terjadi
penyimpangan dalam menjalankan tugasnya, serta membantu
menyelesaikan tugas yang dibebankan (Andarmoyo, 2012).
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
Hubungan yang kokoh dan bergairag sangat penting bagi stabilitas
dan moral keluarga. Keluarga bayi akan menyebabkan
berkurangnya hubungan suami istri. Hal ini disebabkan perhatian
yang semakin besar terhadarp bayinya.Akan tetapi, dengan
komunikasi maka kepuasan dalam keluarga dapat tercapai.Oleh
karena itu, kemampuan beradaptasi dengan meningkatkan saling
pengertin sangat diperlukan untuk mencapai kepuasan
pribadi.Perasaan puas tidak saja untuk pasangan suami istri, ettapi
diperlukan bagi bayi.Rasa kasih sayang yang merupakan komonen
utama dalam menciptakan rasa aman bayi perlu dikembangkan
agar bayi mencapai perkembangan yang optimal. Gangguan
pemberian kasih sayang pada bayi dapat menyebabkan gangguan
pada perkembangan selanjutnya, sedangkan gangguan pemuasan
pada pasangan akan mengakibatkan retaknya hubungan
perkawinan karena masa ini mungkin masih merupakan masa
adaptasi dari pasangan (Andarmoyo, 2012).
d. Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah
peran kakek dan nenek
Tugas ini berkaitan dengan fungsi sosialisasi keluarga. Hadirnya
bayi dalam keluarga, menyebabkan bertambahnya interaksi
keluarga dan sering pula disertai hadirnya orang lain sepert
kakaek/nenek atau orang lain yang diperlukan untuk mendukung
perawatan bayi, hal ini menyebabkan bertambahnya interaksi dalam
keluarga dan beruhbahnya peran sehinggga pertentangan biasanya
muncul akibat perbedaan pendapat antara individu.
Komunikasi yang baik dan terbuka serta saling pengertian perlu
dikembangakn untuk menjamin sosialisasi yang efektif serta
membantu menyelesaikan perbedaan tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan adalah meskipun sistem pendukung/orang lain penting
untuk tahap ini, keluarga harus tahu kapan membutuhkan bantuan
dan siapa yang bisa dimintai bantuan. Karena itu jangan sampai
bantuan yang ada justru menimbulkan konflik keluarga (Andarmoyo,
2012).
e. Menyiapkan biaya Child bearing (Padila, 2012)
f. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin (Padila, 2012)
g. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan

4. Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)


Tahap ke tiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia
30 bulan atau 2,5 tahun dan berakhir ketika berusia 5 tahun. Sekarang,
keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima orang dengan posisi suami-
ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak perempuan-saudari (Andarmoyo,
2012).
Tugas perkembangan :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga sendiri seperti ruang
bermain, privacy, keamanan
Pada saat ini dimulainya fungsi edukatif keluarga terhadap
anak.Pendidikan terhadap anak pertama dilakukan dengan
memberikan kesempatan anak belajar ditaman kanak-kanak
ataupun dalam kelompok bermain.
Anak usia prasekolah perlu untuk mengeksploari dunia sekitarnya,
sedangkan orang tua memiliki kebutuhan dan privacy sendir. Hal ini
menyebabkan perlunya desain rumah dan ruang yang adekuat
sehingga kebutuhan anak dan orang tua dapat terpenuhi.Peralaatn
dan faslitas yang ada perlu dipilih untuk melindungi anak-anak
karena masa ini rentan terhadap penyakit infeksi (Andarmoyo,
2012).
b. Menyosialisasikan anak
Fungsi sosialisasi dilakukan terutama pada anak pertama, dimana
anak ini perlu belajar tentang kemandirian sebagai persiapan
menghadapi kehidupan yang lebih rumit.Sosialisasi dilakukan
dengan mengenalkan peran yang harus dilakukan oleh anak,
seperti belajar memelihara kebersihan serta memenuhi kebutuhan
sehari-harinya secara mandiri (Andarmoyo, 2012).
c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
Pergeseran perhatian anak oleh seorang bayi baru lahir secara
psikologi merupakan kejadian traumatic bagi anak pertama.
Mempersiapkan anak menjelang kelahiran bayi dengan
mengenalkan anak kepada bayi secara dini serta emngikutsertakan
anak dalam perawatan bayi membantu memperbaiki situasi,
khususnya jika orang tua sensitive terhadap perasaan dan tingkah
laku anak yang lebih tua (Andarmoyo, 2012).
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dam di luar
keluarga (keluarga besar dan komunitas
Meningkatnya jumlah anggota keluarga menyebabkan semakin
sedikitnya jumlah waktu komunikasi dengan masing-masing
anggota keluarga.Komunikasi dapat diperthankan dengan
meningkatkan kualitas komunikasi.Selain dalam keluarga perlu pula
mempertahankan komunikasi dengan lingkungan sehingga dicapai
kehidupan bermasyarakat yang seimbang (Andarmoyo, 2012).

Tingkat Kemandirian Keluarga Menurut DEPKES RI (2006)


Kemandirian keluarga dalam program perawatan kesehatan komunitas yaitu:
1. Keluarga mandiri tingkat satu (KM-I)
a. Menerima tugas perawatan kesehatan komunitas.
b. Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
2. Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II)
a. Menerima perawatan kesehatan komunitas.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang di berkan sesuai rencana
perawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar.
d. Melakuakan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan.
3. Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III)
a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
e. Melakuakan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan.
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
4. Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV)
a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan sesuai dengan yang dianjurkan.
e. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan,
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
g. Melaksanakan tindakan promotif (Betan&Dion, 2013)

C. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga di tujukan pada keluarga rawan
kesehatan/keluarga yang memiliki masaah kesehatan yang di temukan di
masyarakat dan dilakukan di rumah keluarga. Kegiatannya berupa:
1. Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga dengan masalah kesehatn
di masyarakat.
2. Penemuan suspek/kasus kontak serumah
3. Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup keluarga)
4. Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana.
5. Pelayanan keperawatan dasar langsung maupun tidak langsung.
6. Pelayanan kesehatan sesuai rencana.
7. Pemberian konseling kesehatan/keperawatan di rumah.
8. Dokumentasi keperawatan.

Adapun tingkat kemandirian keluarga dilihat dari tujuan kriteria yang


kemampuan yang telah tercapai yaitu:
a. Kriteria 1 : Keluarga menerima perawat
b. Kriteria 2 : keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuia rencana
keperawatan keluarga.
c. Kriteria 3 : keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar.
d. Kriteria 4 : keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan sesuai anjuran.
e. Kriteria 5 : keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang
sesuia anjuran.
f. Kriteria 6 : keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif.
g. Kriteria 7 : keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif (IPKKI,
2017).
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. 2012. Keperawatan keluarga : Konsep teori, proses dan pratik
keperawatan. Graha ilmu. Yogyakarta.
Betan, Y., Dion, Y. 2013. Ashan keperawatan keluarga : Konsep dan praktik. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Harmoko, 2012. Asuhan keperawatan keluarga. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
IPKKI (Ikatan Perawat Komunitas Indonesia), 2017. Panduan asuhan keperawatan :
Individu, keluarga, kelompok, dan komunitas dengan modifikasi NAND, ICNP,
NOC dan NIC di puskesmas dan masyarakat. Penerbit : Universitas Indonesia.
Jakarta..
Padila, 2012. Buku ajar : Keperawatan keluarga. Nuha Medika : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai