Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


TERMOREGULASI

Oleh:
Setyaningtyas Kusuma Wardani
071222007

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022
 

LAPORAN PENDAHULUAN
TERMOREGULASI

A.  Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi
panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan, termoregulasi manusia berpusat pada
hipotalamus anterior. Terdapat 3 komponen atau penyusunan sistem
 pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi merupakan suatu perbedaan antara jumlah suhu
yang dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang hilang pada lingkungan eksternal /
substansi panas dingin / permukaan kulit tubuh. 

a.  Hipertermia

Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana seorang


individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37o C.

 b.  Hipotermia

Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk

 pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu dalam tubuh
dibawah 35 o C.

B.  ETIOLOGI
1.   Pengeluaran Panas 
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi secara
konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi.

a.  Radiasi 

Radiasi dalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke

 permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang
elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke
pembuluh darah permukaan. Jumlah
 panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi
yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih
dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat

 bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat.


 b.  Konduksi 
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung.
Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin,
 panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas
berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.

c.  Konveksi 

Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi

 pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus
udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan
panas konvektif meningkat.

d.  Evaporasi 

Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama
evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Ketika
suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member signal kelenjar keringat untuk
melepaskan keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah
salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan
laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan
 bersisik, serta hidung dan faring kering. e. 
Diaforesis 
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat

 berada dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang
mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada
 permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh
meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk
meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang efisien bila gerakan udara minimal
atau bila kelembaban udara tinggi.
C.  GANGGUAN TERMOREGULASI 
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain sebagai
berikut: 

1.   Kelelahan akibat panas 


Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan panas. Tanda dan
gejala kurang volume caiaran adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.
Tindakan pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.

2.   Hipertermia 
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermi.

3.   Heatstroke 
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan
yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih
besar dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.

4.   Hipotermia 
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas., mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus
hipotermi berat, klien menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak

ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah). 

5.   Radang beku (frosbite) 


Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang terbentuk di
dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan
 jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara

 bertahap, analgesik dan perlindungan area yang terkena. 


 
D.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH

Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.Perubahan pada suhu tubuh dalam
rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu
oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah faktor yang mempengarui suhu tubuh :

1.   Usia 
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan,
masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat
berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.Bayi baru lahir mengeluaran
lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup
kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang ektrem,
suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas akan
meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara
individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley and Wong, 1995).

2.   Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas


Rentang suhu normal turun secara berangsur sanpai seseorang mendekati masa
lansia.Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal.Suhu oral
35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin.Nmun rentang shu tubuh pada lansia
sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ektrem karena kemunduran
mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan
vasodilatasi),
 penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat

dan penurunan metabolisme.


3.   Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karbohidrat dan
lemak.Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
 produksi panas.Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya
meningkatkan suhu tubuh.Olahraga berat yang lama, seperti lari
 jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
4.   Kadar hormone
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan
pria.Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu
tubuh.Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara
 bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa
derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah
 berlangsung sampai terjadi ovulasi.Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause.Wanita
yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode
 panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol
vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak,
1993)

5.   Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam.
Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia.Suhu tubuh paling rendah
biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari.Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai
seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.Penting diketahui, pola suhu
tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari.Perlu
waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak
berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan,
 puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (lenz,1984) 6.  Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan.Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
 panas.Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya
dapat lebih tinggi dari normal.

7.   Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat
hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme
pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien

 berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena

 penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif.Bayi dan


lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka
kurang efisien.

8.   Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan
kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakiatkan peningkatan suhu
abnormal. Demam biasanya tidak
 berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point hipotalamus.
Pola demam :
a.  Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
 b.  Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
c.  Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu
normal.
d.  Relaps :  periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal,
episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.

9.   Kelelahan akibat panas


Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan.Juga disebabkan olehlingkungan yang
 panas.
10.   Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
 panas.Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas.

11.   Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.Kondisi ini disebut heatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg tinggi.Klien berisiko
termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik.Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi
obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis.Fenotiasin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka
yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis.Atlet, pekerja kontruksi
dan
 petani).Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus,
mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia.Tanda yang paling dari
heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat berat dan
malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih
 besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan
hipotensi.

12.   Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia.Hipotermia
diklasifikasikan melalui
 pengukuran suhu inti.Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama
prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada
oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama
beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien menglami gemetar yang
tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun
di bawah 34,4 ºC, frekuensi

 jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.

E.  MANIFESTASI KLINIK
1.   Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau 37,8oC peroral atau 38,8oC per
rectal karena factor eksternal.
 

Pola hipertermi:
a.   Terus –  menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam,
 bervariasi 1oC –  2oC.
 b.  Intermiten

Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali normal paling
sedikit sekali 24 jam.

c.  Remiten

Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.


2.   Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu, kesulitan mengatasi
suhu normal ketika suhunya berada dibawah 35oC (suhu dingin)

Gejala :
a.   Penderita berbicara nglantur
 b.  Kulit sedikit berwarna abu –  abu (pucat) c.  Detak
jantung lemah
d.   Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha untuk menghasilkan
panas

e.   Demam (hiperpireksia)
f.   Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme pengeluaran
 panas untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan

 produksi panas.
g.   Kelelahan akibat panas
h.   Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan, disebabkan oleh lingkunang yang terpapar oleh panas.

3.   Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas . kondisi ini disebut heat stroke.
Tanda dan gejala :
a.   Konvulsi, kram otot, inkontinensia
 b.  Delirium ( gangguan mentaql yang berlangsung singkat, biasanya mencerminkan
keadaan toksik yang ditandai oleh halusinasi,dll.

c.  Sangat haus


d.  Kulit sangat hangat dan kering

F.  PATOFISIOLOGI
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan 36,8 oC oleh pusat
pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam
 pengatauransuhu tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi
tubuh dari metabolism dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru  –   paru sehingga
suhu tubuh dapat mempertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh
dapat memiliki fluktuasi
harian , yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.  Demam
merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan
 pengaturan dipusat pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan set

 point ( derajat celcius ) pada remote AC yang bilamana set point tersebut dinaikkan maka
temperature, ruangan akan menjadi lebih hangat, maka nilai suhu tubuh dikatakan demam jika
melebihi 37,2oC pada pengukuran dipagi hari dan atau melebihi 37,7oC pada pengukuran sore
hari dengan menggunakan thermometer mulut. 
G.   Pathway

  agens farmaseutikal, 1.   perubahan laju metabolisme, 2. 


  aktivitas yang berlebihan, 9.   berat sepsis,
badan ekstrem, 10. dehidrasi,   suhu lingkungan ekstrem,
  pakaian yang tidak sesuai untuk suhu   usia ekstrem (bayi prematur dan
lingkungan, lansia),
  peningkatan kebutuhan oksigen,   kerusakan hipotalamus,
  trauma.

Termoreseptor sentral (di


Termoreseptor hipotalamus bagian lain SSP dan
 perifer (kulit) organ abdomen

Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus

Adaptasi  Neuron Sistem saraf Sistem saraf


 perilaku motorik simpatis simpatis

Otot rangka Pembuluh Kelenjar


darah keringat

Kontrol
 produksi
 panas/pengura
ngan panas Kontrol Kontrol
 produksi panas  pengurangan panas

Risiko Hi ertermi Hi otermi Ketidakefektifan


ketidakseimbanga termoregulasi
n suhu tubuh
H.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.   Pemeriksaan laboratorium 
2.   Pemeriksaan darah perifer lengkap  3. 
Pemeriksaan SGOT dan SGPT 
4.  Pemeriksaan widal  5. 
Pemeriksan urin 

I.   PENATALAKSANAAN MEDIS
1.   Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol tiap 4  –   6 jam 3 x1 bila
panas. Diberikan infuse RL 20 tetes / menit dan untuk membantu mencukupi kebutuhan
cairan dan membantu jalur masu obat

 parachetamol  –   cefotaxime sebagai antibiotic diberikan secara intravena

dengan dosis 2x 1 g/hari.diberikan makanan rendah serat dan memperbaiki gizi pasien. 

2.   Perawatan
Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang lebih selama 14
hari.

3.   Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus


4.   Mobilisasi sesuai kondisi 5.  Diet
6.  Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakit Makanan mengandung
cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat.

J.   ASUHAN KEPERAWATAN 1. 


PENGKAJIAN
Identitas pasien Riwayat
keperawatan Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang Riwayat
penyakit dahulu Riwayat penyakit
keluarga
 

Pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan pelaksana kesehatan Pola nutrisi


dan metabolism
Pola aktivitas dan latihan Pola
eliminasi
Pola istirahat dan tidur

Pola persepsi dan konsep diri Pola


sensori koknitif
Pola hubungan dan peran Pola
reproduksi dan seksual Pola
penanggulangan stress Pola nilaqi
dan kepercayaan Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum Tingkat
kesadaran Pemeriksaan kepala
System respirasi System
kardiovaskuler System
integumen
System muskuluskeletal System
gastrointestinal System
abdomen

2.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Hipertermi
Faktor yang berhubungan :

  Agens farmaseutical
  Aktivitas berlebihan
  dehidrasi

  iskemia
   pakaian yang tidak sesuai
   peningkatan laju metabolism
   penurunan perspirasi

   penyakit Ditandai
dengan :
  apnea
  gelisah
  stupor

  takipnea

  kulit terasa hangat


  vasodilatasi
  kulit kemerahan 2. 
Hipotermia
Berhubungan dengan :

 Agens farmaseutical
 
  Kurang suplai lemak subkutan

  Trauma
  Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
  Terapi radiasi
Ditandai dengan :
  kulit dingin
  menggigil
   peningkatan konsumsi oksigen

  vasokonstriksi perifer
3.   PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1.  Risiko Termoregulasi Pengaturan Suhu

ketidakseimbangan Deng3an kriteria  Monitor



suhu

suhu tubuh (00005) hasil: setiap 2 jam, sesuai

Faktor risiko:  Suhu tubuh kebutuhan

  Agens dalam rentang  Monitor tekanan


farmaseutikal normal darah,nadidan

  Aktivitas yang    Nadi dan RR



respirasi

 berlebihan rentang normal  Monitor suhu dan

 Berat  Tidak
  Cedera otak badan
akut
ada
warna kulit
warna kulit
laporkanadanya
ekstrem  perubahan  Monitor dan
  Dehidrasi tandadangejala

  Gangguan yang dari hipotermia dan

mempengaruhi hipertermia

regulasi suhu  Tingkatkan intake

  Pakaian yang tidak cairan dan nutrisi


sesuai untuk suhu adekuat

lingkungan  Instruksikan pasien

  Peningkatan area  bagaimana

 permukaantubuh mencegah

terhadap rasio berat keluarnya panas

 badan dan serangan panas


 Peningkatan  Diskusikan

kebutuhan oksigen  pentingnya

 Perubahan laju termoregulasi dan

metabolisme kemungkinan efek

 Sedasi negatif dari demam

 Sepsis yang berlebihan

 Suhu lingkungan  Informasikan

ekstrem  pasien mengenai

 Suplai lemak indikasi adanya

subkutan tidak. kelelahan akibat

Memadai Termogenesis  panas dan



non-  penanganan

mengigil yang tidak emergensi yang

efisien tepat

 Tidak beraktivitas  Sesuaikan suhu

 Usia ekstrem lingkungan untuk

kebutuhan pasien

  Berikan medikasi yang

tepat untuk

mencegah dan

mengontrol menggigil

 Berikan

 pengobatan
antipiretik, sesuai

kebutuhan

2.   Hipertermia (00007) Faktor Termoregulasi Dengan


Perawatan Demam
yang berhubungan kriteria
  Pantau suhu dan
  Agens farmaseutikal hasil: tanda-tanda vital
 

Aktivitas berlebihan Suhu tubuh lainnya

 Dehidrasi dalam rentang    Monitor warna


  Iskemia
normal kulit dan suhu
  Pakaian yang tidak sesuai
   Nadi dan RR  Monitor
 rentang normal asupan
  Peningkatan laju
metabolisme  dan
  Tidak ada
 perubahan
keluaran,

sadari perubahan
kehilangan cairan
Penurunan persepsi warna kulit yang tak

Penyakit dirasakan

 
Sepsis Bari obat atau

Suhu lingkungan
cairan IV(misal

tinggi antipiretik, agen

Trauma antibakteri, dan

agen anti

menggigil)

Tutup pasien

dengan selimut

atau pakaian

ringan
  Dorong konsumsi cairan

 Fasilitasi

istirahat;

 pembatasan aktivitas

 Kompres pada

lipatan paha dan aksila

 Tingkatkan

sirkulasi udara
 Pantau

komplikasi- komplikasi

yang

 berhubungan dengan

demam serta

tanda dan

gejala kondisi

 penyebab demam

  Pastikan tanda lain

dari infeksi yang

terpantau

 pada orangtua

 Lembabkan bibir
dan mukosa

hidung yang

kering

3.   Hipotermia (00006) Faktor Termoregulasi Dengan Perawatan Hipotermi

yang berhubungan kriteria   Monitor suhu


  Agens farmaseutikal hasil:  pasien,
  Berat badan ekstrem
 Suhu tubuh menggunakan alat
  Ekonomi rendah
dalam rentang  pengukur dan rute
  Kerusakan hipotalamus
normal yang paling tepat

  Konsumsi alkohol    Nadi dan RR   Bebaskan pasien
  Kurang pengetahuan
rentang normal dari lingkungan
 pemberi asuhan   Tidak ada yang dingin

 perubahan   Bebaskan pasien

tentang pencegahan warna kulit dari pakaian yang

hipotermia
dingin dan basah
Kurang suplai lemak 
Dorong pasien

subkutan yang mengalami

Lingkungan bersuhu hipotermia

rendah uncomplicated

Malnutrisi untuk

Pemakaian pakaian mengkonsumsi

yang tidak adekuat cairan hangat,



Penurunan laju tinggi karbohidrat

metabolisme tanpa alkohol atau


  Terapi radiasi
kafein
  Tidak beraktivitas
  Berikan
  Transfer panas (mis.,
pemanas yang
konduksi, konveksi,

evaporasi, radiasi)
pasif (misalnya
  Trauma
selimut,
  Usia ekstrem
 pakaian hangat,

tutup kepala)

  Berikan

 pengobatan

dengan hati-hati

  Monitor adanya

gejala-gejala yang

 berhubungan

dengan hipotermia

ringan

  Monitor adanya

syok pemanasan

kembali

  Monitor

warna kulit dan

suhu

kulit

  Identifikasi

faktor medis,

lingkungan dan
faktor lain yang

mungkin
memicu

hipotermia Monitor

4.   Ketidakefektifan termoregulasi Termoregulasi Dengan tanda-tanda


(00008) kriteria vital

Faktor yang berhubungan hasil:   Monitor tekanan


 Fluktuasi suhu  Suhu tubuh darah, nadi, suhu,
lingkungan dalam rentang dan
 Penyakit normal

status
 

Trauma  Nadi dan RR tepat

 Usia yang ekstrem rentang normal     pernafasan


Monitor dengan
dan

 laporkan tanda
  Tidak ada
dan
 perubahan warna

kulit
gejala hipotermia

dan hipertermia

 Monitor irama dan

laju pernafasan

 Monitor suara

 paru

  Monitor pola

 pernapasan

abnormal

 Monitor warna

kulit,
suhu, kelembaban
 Monitor sianosis

sentral dan perifer

EVALUASI
Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan termoregulasi teratasi.
 
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan
 proses keperawatan. Buku 2, Surabaya : Salemba Medika
Potter, perry, 2005. Fundamental Keperawatan. Hal, 2. Jakarta : EGC
 NANDA 2015-2017.
 NIC 2015-2017
 NOC 2015-2017

Anda mungkin juga menyukai