GANGGUAN TERMOREGULASI
Disusun Oleh:
Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridhanya, akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan gerontik
dengan gangguan termoregulasi.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam
menjalankan syariatnya.
Kami mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak. Bila
dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca, dengan
segala kerendahan hati saya mohon maaf yang setulusnya.
Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah ini kedepan. Semoga taufik, hidayah dan rahmat senantiasa menyertai kita semua
menuju terciptanya keridhaan Allah SWT.
.
DAFTAR ISI
COUVER…………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang………………………………………………………...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi Termoregulasi…………………………………………………….
b. Etiologi……………………………………………………………………………..
c. Gangguan Termogulasi…………………………………………………………
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh………………………………..
e. Manifestasi klinis………………………………………………………
f. Patofisiologi…………………………………………………………………………
g. Manifestasi klinik…………………………………………………………………..
h. Pemeriksaan penunjang…………………………………………………
i. Penatalaksaan medis……………………………………………………
B. Etiologi
1. Pengeluaran Panas
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi secara
konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi.
a. Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain
tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik.
Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah
permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat
vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari
kulit ke setiap objek yang lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila
perbedaan suhu antara objek juga meningkat.
b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung.
Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua
objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda
padat, gas, cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali
pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa
udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif
meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama
evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Ketika
suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member signal kelenjar keringat untuk
melepaskan keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah
salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan
laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta
hidung dan faring kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada dibawah
dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung natrium
dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh
sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan
keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis
kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
C. Gangguan termoregulasi
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain sebagai
berikut:
1. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan panas. Tanda dan
gejala kurang volume caiaran adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.
Tindakan pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermi.
3. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke
dengan suhu lebih besar dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari
semua organ tubuh.
4. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas., mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus
hipotermi berat, klien menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal
tidak ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
5. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang terbentuk di
dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan secara permanen.
Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara bertahap, analgesik dan perlindungan
area yang terkena.
F. Patofisiologi
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan 36,8oC oleh pusat
pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam pengatauransuhu tersebut selalu
menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolism dengan
panas yang dilepas melalui kulit dan paru – paru sehingga suhu tubuh dapat mempertahankan
dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh dapat memiliki fluktuasi harian ,
yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan pengaturan dipusat
pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan set point ( derajat celcius ) pada
remote AC yang bilamana set point tersebut dinaikkan maka temperature, ruangan akan
menjadi lebih hangat, maka nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2oC pada
pengukuran dipagi hari dan atau melebihi 37,7oC pada pengukuran sore hari dengan
menggunakan thermometer mulut.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4. Pemeriksaan widal
5. Pemeriksan urin
H. Penatalaksanaan medis
1. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol tiap 4 – 6 jam 3 x1
bila panas. Diberikan infuse RL 20 tetes / menit dan untuk membantu mencukupi
kebutuhan cairan dan membantu jalur masu obat parachetamol – cefotaxime sebagai
antibiotic diberikan secara intravena dengan dosis 2x 1 g/hari.diberikan makanan
rendah serat dan memperbaiki gizi pasien.
2. Perawatan
Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang lebih selama 14
hari.
3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
4. Mobilisasi sesuai kondisi
5. Diet
6. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakit, makanan
mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak
serat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat keperawatan
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit dahulu
6. Riwayat penyakit keluarga
7. Pola fungsi kesehatan
8. Pola persepsi dan pelaksana kesehatan
9. Pola nutrisi dan metabolism
10. Pola aktivitas dan latihan
11. Pola eliminasi
12. Pola istirahat dan tidur
13. Pola persepsi dan konsep diri
14. Pola sensori koknitif
15. Pola hubungan dan peran
16. Pola reproduksi dan seksual
17. Pola penanggulangan stress
18. Pola nilaqi dan kepercayaan
19. Pemeriksaan Fisik
20. Keadaan umum
21. Tingkat kesadaran
22. Pemeriksaan kepala
23. System respirasi
24. System kardiovaskuler
25. System integumen
26. System muskuluskeletal
27. System gastrointestinal
28. System abdomen
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Hipertermi
Faktor yang berhubungan:
a. Agens farmaseutical
b. Aktivitas berlebihan
c. dehidrasi
d. iskemia
e. pakaian yang tidak sesuai
f. peningkatan laju metabolism
g. penurunan perspirasi
h. penyakit
Ditandai dengan:
a. apnea
b. gelisah
c. stupor
d. takipnea
e. kulit terasa hangat
f. vasodilatasi
g. kulit kemerahan
2. Hipotermia
Berhubungan dengan:
Agens farmaseutical
Kurang suplai lemak subkutan
Trauma
Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
Terapi radiasi
Ditandai dengan :
kulit dingin
menggigil
peningkatan konsumsi oksigen
vasokonstriksi perifer
C. Intervensi
Hidayat, A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan.
Buku 2, Surabaya : Salemba Medika
Potter, perry, 2005. Fundamental Keperawatan. Hal, 2. Jakarta : EGC
NANDA 2015-2017.
NIC 2015-2017
NOC 2015-2017