oleh :
NPM : 017.01.3393
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
b. Tujuan Kusus
2
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pneumonia
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.DEFINISI
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.(Axton & Fugate, 1993).
Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut
pneumonia. (Sylvia)
B.ETIOLOGI
4
1. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus
yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini
menyerang segala jenis usia.
C. KLASIFIKASI
a.Aspirasi pneumonia
Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru-paru.Pada bayi baru
lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau ASI.
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti streptococcus
pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akan muncul 1-2 hari setelah terinfeksi.
Gejala yang muncul mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi. Bila tidak segera
dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi
pneumonia.
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif seperti menghirup
bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi
paru dari infeksi.Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan
oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-
paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral.
5
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli
yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi
lobaris yang khas pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti
yang terjadi pada bronkiolitis.
Pohon Masalah
Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri) jamur
Masuk sasaluran
pernafasan
Paru-paru
Mengganggu krj
makrofag hipothalamus
Hipertermi
Resiko penyebaran infeksi infeksi
Kringat
berlebih
6 Pe tekanan Intra
abdomen
Anureksia Saraf pusat
Nutrisi berkurang
Menggigil, demam
Nyeri dada
Takipnea
Sesak nafas
Batuk
Kelelahan
F. KOMPLIKASI
Efusi pleura
Hipoksemia
Pneumonia kronik
Bronkaltasis
G. FAKTOR RESIKO
Usia diatas 65 tahun
7
Aspirasi secret orofaringeal
Infeksi pernapasan oleh virus
Penyakit pernapasan kronik
Kanker
Trakeostomi
Bedah abdominal
Riwayat merokok
Alkoholisme
Malnurisi
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.
I. PENATALAKSANAAN
8
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
9
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
8. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema,
ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan
sianosis.
4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhanb.d peningkatan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi
10
C.RENCANA KEPERAWATAN
Dx 1 :Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
Dispnea, sianosis
Batuk efektif
Nafas normal
Sianosis
No Intervensi Rasional
.
1 Kaji frekuensi/kedalaman takipnea, pernafasan dangkal dan
pernafasan dan gerakan dada gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.
2 Auskultasi area paru, catat area penurunan aliran darah terjadi pada
penurunan 1 kali ada aliran area konsolidasi dengan cairan.
udara dan bunyi nafas
3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami
untuk mempertahankan jalan nafas
paten.
4 Penghisapan (suction) sesuai merangsang batuk atau
indikasi. pembersihan jalan nafas suara
11
mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena batuk
efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5 Berikan cairan cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
secret
6 Kolaborasi dengan dokter untuk alat untuk menurunkan spasme
pemberian obat sesuai indikasi bronkus dengan mobilisasi sekret,
analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati-
hati, karena dapat menurunkan
upaya batuk/menekan pernafasan.
12
Kaji status mental. gelisah mudah terangsang, bingung
dan somnolen dapat menunjukkan
hipoksia atau penurunan oksigen
serebral.
No Intervensi Rasional
.
1 Tentukan karakteristik nyeri, : nyeri dada biasanya ada dalam
misal kejang, konstan seberapa derajat pada pneumonia,
ditusuk. juga dapat timbul karena pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
2 Pantau tanda vital Perubahan FC jantung/TD menu bawa
Pc mengalami nyeri, khusus bila
alasan lain tanda perubahan tanda
vital telah terlihat.
3 Berikan tindakan nyaman tindakan non analgesik diberikan
pijatan punggung, perubahan dengan sentuhan lembut dapat
posisi, musik tenang / menghilangkan ketidaknyamanan dan
berbincangan. memperbesar efek derajat analgesik.
13
Dx 4 :Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi ditandai
dengan tujuan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
Pasien mempertahankan meningkat BB
No Intervensi Rasional
.
1 identifikasi faktor yang pilihan intervensi tergantung pada
menimbulkan mual/muntah, penyebab masalah.
misalnya: sputum, banyak
nyeri.
3 Berikan makan porsi kecil dan tindakan ini dapat meningkat
sering termasuk makanan masukan meskipun nafsu makan
kering (roti panggang) mungkin lambat untuk kembali.
makanan yang menarik oleh
pasien.
4 Evaluasi status nutrisi umum, adanya kondisi kronis keterbatasan
ukur berat badan dasar. ruangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap inflamasi/lambatnya respon
terhadap terapi.
No Intervensi Rasiona
.
14
1 Kaji perubahan tanda vital suhu/memanjangnya demam
contoh peningkatan suhu meningkat laju metabolik dan
demam memanjang, kehilangan cairan untuk
takikardia. evaporasi.
2 Kaji turgor kulit, kelembapan indikator langsung keadekuatan
membran mukosa (bibir, volume cairan, meskipun
lidah) membran mukosa mulut
mungkin kering karena nafas
mulut dan O2 tambahan.
3 Catat laporan mual/muntah gejala ini menurunkan masukan
oral
4 Kolaborasi: beri obat indikasi pada adanya penurunan masukan
misalnya antipiretik, banyak kehilangan penggunaan
antimitik. dapat memperbaiki/mencegah
kekurangan
5 Tekankan cairan sedikit 2400 pemenuhan kebutuhan dasar
mL/hari atau sesuai kondisi cairan menurunkan resiko
individual dehidrasi.
D.IMPLEMENTASI
Dx 1: Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
Implementasi keperawatan:
b. Melakukan pemeriksaan pada daerah paru, dengan cara auskultasi pada lapang paru.
15
f. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat sesuai indikasi
Implementasi keperawatan:
d. Kolaborasi: berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master
venturi.
Imlementasi Keperawatan :
c. Memberikan rasa nyaman dengan cara memijat punggung pasien, merubah posisi pasien,
memutarkan musik tenang.
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter yaitu diberikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi.
Implementasi Keperawatan :
16
c. mengevaluasi status nutrisi umum, serta mengukur berat badan dasar.
Implementasi Keperawatan :
b. mengkaji turgor kulit normalnya kulit akan kembali dalam 2detik, serta menginspeksi pada
bibir dan lidah untuk mengetahui kelembapan membran mukosa.
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan diberikan obat indikasi seperti: antipiretik,
antimitik.
DAFTAR PUSTAKA
http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-efusi-pleura.html
http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/07/askep-efusi-pleura.html
Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC,
Jakarta
17
Doengoes, Marilyn (1989), Nursing Care Plans Second Edition, FA Davis Company,
Philadelphia
Soeparman (1996), Ilmu Penyakit Dalam jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Sjamsuhidajat, R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC, Jakarta
18