Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM RESPIRASI


(PNEUMONIA)

oleh :

NAMA : M. SEPTIA BUDI

NPM : 017.01.3393

KELAS : VII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya


menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika.Meskipun sudah ada kemajuan
dalam bidang antibiotic, pneumonia tetap merupakan penyebab keatian keenam di
Amerika Serikat.Mnculnya orhanisme nosokomial, yang resisten terhadap antibiotic,
ditemukannya organism-organisme baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah
pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin
memperluas spectrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia, dan ini
juga menjelaskan mengapa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang
mencolok.Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas
mererka masih belum berkembang dengan baik.Pneumonia pada orang tua dan orang yang
lemah akibat penyakit kronik tertentu.Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan penderita
penyakit pernapasan kronik atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini. Hamper
60% dari pasien-pasien yang kritis di ICU dapat mendeerita pneumonia, dan setengah dari
pasien-pasien tersebut akan meninggal.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan dari Pneumonia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yaitu:

a. Tujuan umum

 untuk lebih memahami apa itu Pneumonia serta bagaimana pengobatannya

 untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Respirasi

b. Tujuan Kusus

2
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pneumonia

 Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari Pneumonia

 Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari Pneumonia

 Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Pneumonia

 Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dai Pneumonia

 Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari Pneumonia

 Untuk mengetahui apasaja pemeriksaan penunjang dari Pneumonia

 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari Pneumonia

 Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Pneumonia

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.DEFINISI

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.(Axton & Fugate, 1993).

Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut
pneumonia. (Sylvia)

Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian


cairan di dalam alveoli.Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius
adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran.Trakhabrnkialis, adalah
beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru
misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-
lain.Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran
pernapasan.( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997)

B.ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

a) Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus,


streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter. Bakteri-bakteri
tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan menurun
oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan.

b) Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox


(cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi
gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.

4
1. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus
yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini
menyerang segala jenis usia.

2. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

C. KLASIFIKASI

Secara garis besar pneumonia dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a.Aspirasi pneumonia

Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru-paru.Pada bayi baru
lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau ASI.

b.Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur

Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti streptococcus
pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akan muncul 1-2 hari setelah terinfeksi.
Gejala yang muncul mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.

c.Pneumonia akibat faktor lingkungan

Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi. Bila tidak segera
dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi
pneumonia.

D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif seperti menghirup
bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi
paru dari infeksi.Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan
oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-
paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral.

5
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli
yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi
lobaris yang khas pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti
yang terjadi pada bronkiolitis.

 Pohon Masalah

Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri) jamur

Masuk sasaluran
pernafasan

Paru-paru

Bronkus & alveoli


Reseptor peradangan

Mengganggu krj
makrofag hipothalamus

Hipertermi
Resiko penyebaran infeksi infeksi
Kringat
berlebih

Reseptor nyeri: Peradangan/ inflamasi Risti kekurangan


cairan &elektrolit
 Histamine
 Prostaglandin odema produksi skreet Difusi gas antara O2 &
mngkat CO2 di alveoli terganggu
 bradikinin

Nyeri dispnea batuk Kapasitas transportasi


O2 menurun

kelelahan Gangguan pola


napas Gangguan pertukaran
gas
Nadi lemah
Bersihan jln napas tdk
efektif Pnekanan diafragma

6 Pe tekanan Intra
abdomen
Anureksia Saraf pusat

Nutrisi berkurang

Peningkatan Risti terhadap


E. MANIFESTASI KLINIK Metabolisme gangguan nutrisi

 Menggigil, demam

 Nyeri dada

 Takipnea

 Bibir dan kuku sianosis

 Sesak nafas

 Batuk

 Kelelahan

F. KOMPLIKASI

 Efusi pleura

 Hipoksemia

 Pneumonia kronik

 Bronkaltasis

 Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang


tidak mengandung udara dan kolaps).

 Komplikasi sistemik (meningitis)

G. FAKTOR RESIKO
 Usia diatas 65 tahun
7
 Aspirasi secret orofaringeal
 Infeksi pernapasan oleh virus
 Penyakit pernapasan kronik
 Kanker
 Trakeostomi
 Bedah abdominal
 Riwayat merokok
 Alkoholisme
 Malnurisi

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga


menyatakan abses)

2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada.

3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.

5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

I. PENATALAKSANAAN

Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik yang


efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :

8
 Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
 Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
 Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN

1. Data dasar pengkajian pasien


2. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
4. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)
5. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
7. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :

9
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
8. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema,
ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.

2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan
sianosis.

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhanb.d peningkatan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi

5. Gangguan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea

10
C.RENCANA KEPERAWATAN

Dx 1 :Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:

Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan

 Bunyi nafas tak normal

 Dispnea, sianosis

 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.

Jalan nafas efektif dengan kriteria:

 Batuk efektif

 Nafas normal

 Bunyi nafas bersis

 Sianosis

No Intervensi Rasional
.
1 Kaji frekuensi/kedalaman takipnea, pernafasan dangkal dan
pernafasan dan gerakan dada gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.

2 Auskultasi area paru, catat area penurunan aliran darah terjadi pada
penurunan 1 kali ada aliran area konsolidasi dengan cairan.
udara dan bunyi nafas
3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami
untuk mempertahankan jalan nafas
paten.
4 Penghisapan (suction) sesuai merangsang batuk atau
indikasi. pembersihan jalan nafas suara

11
mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena batuk
efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5 Berikan cairan cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
secret
6 Kolaborasi dengan dokter untuk alat untuk menurunkan spasme
pemberian obat sesuai indikasi bronkus dengan mobilisasi sekret,
analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati-
hati, karena dapat menurunkan
upaya batuk/menekan pernafasan.

Dx 2 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,


gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis, takikardia, gelisah/perubahan mental, hipoksia, sianosis, sesak, gelisah.
No Intervensi Rasional
.
1 Kaji frekuensi/kedalaman dan manifestasi distress pernafasan
kemudahan bernafas tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2 Observasi warna kulit, membran sianosis kuku menunjukkan
mukosa dan kuku. Catat adanya vasokontriksi respon tubuh
sianosis perifer (kuku) atau terhadap demam/menggigil namun
sianosis sentral. sianosis pada daun telinga,
membran mukosa dan kulit sekitar
mulut menunjukkan hipoksemia
sistemik.

12
Kaji status mental. gelisah mudah terangsang, bingung
dan somnolen dapat menunjukkan
hipoksia atau penurunan oksigen
serebral.

Kolaborasi: berikan terapi : mempertahankan PaO2 di atas 60


oksigen dengan benar misal mmHg. O2 diberikan dengan
dengan nasal plong master, metode yang memberikan
master venturi. pengiriman tepat dalam toleransi.

Dx 3: Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai


dengan:nyeri dada, sakit kepala, gelisah

No Intervensi Rasional
.
1 Tentukan karakteristik nyeri, : nyeri dada biasanya ada dalam
misal kejang, konstan seberapa derajat pada pneumonia,
ditusuk. juga dapat timbul karena pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
2 Pantau tanda vital Perubahan FC jantung/TD menu bawa
Pc mengalami nyeri, khusus bila
alasan lain tanda perubahan tanda
vital telah terlihat.
3 Berikan tindakan nyaman tindakan non analgesik diberikan
pijatan punggung, perubahan dengan sentuhan lembut dapat
posisi, musik tenang / menghilangkan ketidaknyamanan dan
berbincangan. memperbesar efek derajat analgesik.

5 Kolaborasi: Berikan obat dapat digunakan untuk menekan


analgesik dan antitusik sesuai batuk non produktif atau menurunkan
indikasi mukosa berlebihan meningkat
kenyamanan istirahat umum.

13
Dx 4 :Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi ditandai
dengan tujuan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB

No Intervensi Rasional
.
1 identifikasi faktor yang pilihan intervensi tergantung pada
menimbulkan mual/muntah, penyebab masalah.
misalnya: sputum, banyak
nyeri.
3 Berikan makan porsi kecil dan tindakan ini dapat meningkat
sering termasuk makanan masukan meskipun nafsu makan
kering (roti panggang) mungkin lambat untuk kembali.
makanan yang menarik oleh
pasien.
4 Evaluasi status nutrisi umum, adanya kondisi kronis keterbatasan
ukur berat badan dasar. ruangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap inflamasi/lambatnya respon
terhadap terapi.

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.
Kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria: Pasien menunjukkan
keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

No Intervensi Rasiona
.

14
1 Kaji perubahan tanda vital suhu/memanjangnya demam
contoh peningkatan suhu meningkat laju metabolik dan
demam memanjang, kehilangan cairan untuk
takikardia. evaporasi.
2 Kaji turgor kulit, kelembapan indikator langsung keadekuatan
membran mukosa (bibir, volume cairan, meskipun
lidah) membran mukosa mulut
mungkin kering karena nafas
mulut dan O2 tambahan.
3 Catat laporan mual/muntah gejala ini menurunkan masukan
oral
4 Kolaborasi: beri obat indikasi pada adanya penurunan masukan
misalnya antipiretik, banyak kehilangan penggunaan
antimitik. dapat memperbaiki/mencegah
kekurangan
5 Tekankan cairan sedikit 2400 pemenuhan kebutuhan dasar
mL/hari atau sesuai kondisi cairan menurunkan resiko
individual dehidrasi.

D.IMPLEMENTASI

Dx 1: Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

Implementasi keperawatan:

a. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada

b. Melakukan pemeriksaan pada daerah paru, dengan cara auskultasi pada lapang paru.

c. Menganjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif.

d. Melakukan penghisapan (suction) 2 kali sehari.

e. Memberi pasien air minum yang hangat

15
f. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat sesuai indikasi

Dx 2: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa


oksigen darah.

Implementasi keperawatan:

a. Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas pasien

b. mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku

c. Mengkaji status mental

d. Kolaborasi: berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master
venturi.

Dx 3: Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

Imlementasi Keperawatan :

a. Menentukan karakteristik nyeri: anamneses kepada pasien

b. Memantau tanda-tanda vital terutama TD

c. Memberikan rasa nyaman dengan cara memijat punggung pasien, merubah posisi pasien,
memutarkan musik tenang.

d. Melakukan kolaborasi dengan dokter yaitu diberikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi.

Dx 4: Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

Implementasi Keperawatan :

a. Jika psien mual/muntah, mengkaji faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya:


sputum, banyak nyeri.

b. Memberikan makanan yang disukai/embalikan nafsu makan pasien.

16
c. mengevaluasi status nutrisi umum, serta mengukur berat badan dasar.

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan berlebihan, penurunan masukan oral.

Implementasi Keperawatan :

a. Mengkaji perubahan TTV seperti peningkatan suhu demam

b. mengkaji turgor kulit normalnya kulit akan kembali dalam 2detik, serta menginspeksi pada
bibir dan lidah untuk mengetahui kelembapan membran mukosa.

c. Mencatat berapa kali pasien mual/muntah dalam 1hari

d. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan diberikan obat indikasi seperti: antipiretik,
antimitik.

DAFTAR PUSTAKA

http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-efusi-pleura.html

http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/07/askep-efusi-pleura.html

Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC , Jakarta

Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC,
Jakarta

17
Doengoes, Marilyn (1989), Nursing Care Plans Second Edition, FA Davis Company,
Philadelphia

Long, Barbara C (1989), Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni Pendidikan


Keperawatan Padjadjaran, Bandung

Luckmann’s Sorensen (1996), Medical Surgical Nursing, WB Saunders, Philadelphia

Soeparman (1996), Ilmu Penyakit Dalam jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Sjamsuhidajat, R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC, Jakarta

Baughman C Diane.2000, Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta

Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta

Hudak,Carolyn M.1997,Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, EGC,Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai