Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

Oleh :

Nama : I Gede Made Krisna Dwi Payana


NIM : P07120219064
Kelas/Prodi : 2B/S.Tr Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. PENGERTIAN

Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi


bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus) (Speer, 2007).
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat. 2000). Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI, 2003). Pneumonia
adalah radang parenkim paru yang banyak disebabkan oleh virus baik infeksi
primer atau komplikasi dari suatu penyakit virus (Nur Salam, 2005). Pneumonia
adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens
infeksius (Smeltzer, 2001).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia
adalah suatu infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
parasit) maupun benda asing.
Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan
pneumonia nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat
infeksi di luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah
pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit.
Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi paling sering
ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya pneumonia
(pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi pneumonia juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terinfeksi, yaitu lobar pneumonia
(adalah infeksi yang hanya melibatkan satu lobus, atau bagian, dari paru - paru,
sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae ), multilobar pneumonia
(melibatkan lebih dari satu lobus, dan seringkali menyebabkan penyakit yang lebih
parah), bronchial pneumonia (mempengaruhi paru-paru di sekitar saluran
(bronkus atau bronkiolus)), dan
intertisial pneumonia atau agen kausatif (melibatkan area di antara alveoli, dan
ini bisa disebut "pneumonitis interstisial". Ini lebih mungkin disebabkan oleh virus
atau bakteri atipikal). Pneumonia juga sering diklasifikasikan berdasarkan kondisi
yang mendasari pasien, seperti pneumonia rekurens (pneumonia yang terjadi
berulang kali, berdasarkan penyakit paru kronik), pneumonia aspirasi (alkoholik,
usia tua), dan pneumonia pada gangguan imun (pneumonia pada pasien
tranplantasi organ, onkologi, dan AIDS).

B. TANDA DAN GEJALA


Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk
(baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau
bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah
pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan :
1. Retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas.
2. Takipneu, napas tersengal-sengal atau pernapasan yang sangat cepat dan
sering kali pendek. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai
45 kali pernapasan/menit) dan dyspnea, ortopnea ketika disangga.
3. Kenaikan atau penurunan taktil fremitus.
4. Perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan
pleura.
5. Ronki, bunyi pernafasan yang berderak kasar, biasanya disebabkan oleh sekresi
di saluran udara bronkial. Bunyinya menyerupai mendengkur.
6. Suara pernafasan bronkial, bernada tinggi dengan fase ekspirasi lebih lama
daripada inspirasi dan terputus (silent gaps).
7. Pleural friction rub adalah suara mencicit atau kisi dari lapisan pleura yang
saling bergesekan.
8. Sianosis.
C. POHON MASALAH

Penderita sakit berat yang Kontaminasi peralatan Bakteri, virus,


dirawat di RS, pendeita jamur, parasite,
yang mengalami supresi benda asing
imun nutrisi kurang
Masuk saluran napas
Droplet
Menginfeksi area
Pertahanan tubuh bronkus dan
menurun parenkim

Mudah terpapar Pneumonia


virus, jamur, bakteri,
parasit

Kuman di bronkus Infeksi Terbentuk


saluran jaringan ikat
Proses pernapasan

Jaringan paru
peradangan Peningkata Pelepasan diganti jaringan
n suhu histamine, ikat
tubuh prostaglandin
Adanya eksudasi
e
Akumulasi secret
di Hipertermi
Dilatasi pembuluh
bronkus a
darah

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif Eksudat Edema alveoli
plasma
masuk

Intoleransi Aktivitas
Gangguan
difusi dalam
kapiler dan
alveoli

Gangguan
Pertukar
an Gas
Tekan meningkat
an
dindin Pola Napas
g paru Pemenuhan paru Tidak
menurun Efektif

Defisit kelemaha Akumulasi Metabolisme Hipoksia Suplai O2


Pengethaua n asam anaerob menurun
n laktat
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis
pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi
dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta
gambaran kavitas.
2. Darah perifer lengkap
Pada pneumonia yang disebabkan oleh virus dan mikoplasma, jumlah
leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat, sedangkan pneumonia
3
karena bakteri, terjadi leukositosis ( 15.000 – 40.000/mm ) dengan predominan
leukosit PMN. Pada infeksi Chlamydia pneumoniae kadang – kadang
ditemukan adanya eosinofilia.
3. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologis pada pneumonia anak tidak perlu dilakukan,
kecuali pada pneumonia yang berat dan memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Spesimen pemeriksaan ini bisa diambil dari usap tenggorok, sekret nasofaring,
bilasan bronkus, aspirasi paru, darah, dan pungsi paru. Diagnosis definitif bila
kuman ditemukan dari aspirasi paru, cairan pleura, dan darah.
4. Analisa Gas Darah ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa
kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium
lanjut menunjukkan asidosis respiratorik.
5. C- Reactive Protein ( CRP )
CRP adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit, secara
klinis CRP digunakan sebagai alat dignostik untuk membedakan antara faktor
infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus
dan infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Riyadi, 2009, pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapi
secepatnya maka biasanya diberikan :
1. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg
BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi
yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi
antibiotic.
2. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena,
biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml/botol infus.
3. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis gas darah arteri.
4. Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang NGT pada penderita
yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.
5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian
terapi nebulizer dengan flexoid dengan ventolin. Selain bertujuan
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen
bronkus
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data Fokus
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
 Gejala dan Tanda Mayor
– Subjektif (tidak tersedia)
– Objektif
1) Kaji apakah pasien mengalami batuk tidak efektif
2) Kaji apakah pasien mampu batuk atau tidak
3) Kaji apakah terdapat sputum berlebih atau tidak
4) Kaji apakah terdapat mengi (suara napas seperti bersiul
disertai dengan sesak napas), wheezing (suara napas
dengan frekuensi tinggi yang terdengar di akhir
ekspirasi),
atau ronkhi kering (suara napas akibat penyempitan
saluran pernapasan)
 Gejala dan Tanda Minor
– Subjektif
1) Tanyakan pasien apakah mengalami dispnea (sesak
napas) atau tidak
2) Tanyakan pasien apakah sulit bicara atau tidak
3) Tanyakan pasien apakah mengalami ortopnea (sesak
yang terjadi saat istirahat, posisi tidur datar, dan akan
membaik dengan posisi duduk) atau tidak
– Objektif
1) Kaji apakah pasien terlihat gelisah atau tidak
2) Kaji apakah kuku, ujung jari, dan mulut pasien terlihat
ada sianosis (kebiruan) atau tidak
3) Kaji apakah bunyi napas pasien menurun atau tidak
4) Kaji apakah frekuensi napas pasien berubah atau tidak
5) Kaji apakah pola napas pasien berubah atau tidak
2. Gangguan Pertukaran Gas
 Gejala dan Tanda Mayor
– Subjektif
1) Tanyakan pasien apakah mengalami dispnea (sesak
napas) atau tidak
– Objektif
1) Kaji apakah PCO2 (tekanan CO2, normalnya adalah 35-
45 mmHg), pasien meningkat atau menurun
2) Kaji apakah PO2 (tekanan O2, normalnya adalah 75-
100 mmHg) pasien menurun atau tidak
3) Kaji apakah pasien mengalami takikardia (detak
jantung cepat dengan frekuensi lebih dari 100 kali) atau
tidak
4) Kaji apakah pH arteri meningkat atau menurun (pH
normal adalah 7,35- 7,45)
5) Kaji apakah ada bunyi napas tambahan atau tidak
 Gejala dan Tanda Minor
– Subjektif
1) Tanyakan pada pasien apakah mengalami pusing atau tidak
2) Tanyakan pada apsien apakah penglihatannya kabur
atau tidak
– Objektif
1) Kaji apakah ada sianosis (kondisi jari tangan, kuku,
dan bibir tampak berwarna kebiruan karena kurangnya
oksigen dalam darah) atau tidak.
2) Kaji apakah terlihat diaforesis (keringat berlebihan)
atau tidak
3) Kaji apakah pasien terlihat gelisah atau tidak
4) Kaji apakah ada napas cuping hidung (kembang kempis
lubang hidung sebagai upaya untuk memperlancar
udara masuk atau keluar tubuh)
5) Kaji pola napas pasien apakah abnormal (cepat atau
lambat, dalam atau dangkal) atau tidak
6) Kaji apakah kulit pasien tampak abnormal (mis. pucat,
kebiruan) atau tidak
7) Kaji apakah kesadaran pasien menurun (sesuai dengan
skor GCS atau Glasgow Coma Scale) atau tidak
3. Pola Napas Tidak Efektif
 Gejala dan Tanda Mayor
– Subjektif
1) Tanyakan pada pasien apakah mengalami dispnea (sesak
napas) atau tidak
– Objektif
1) Kaji apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan
atau tidak
2) Kaji apakah fase ekspirasi memanjang atau tidak
3) Kaji apakah pola napas pasien abnormal (mis.
takipnea, bradipnea, hiperventilasi (bernapas terlalu cepat
dan dalam), kussmaul (napas dalam dengan frekuensi
normal atau semakin kecil), cheyne-stoke (pola napas
tidak beratur dengan pola naik turun secara berulang).
 Gejala dan Tanda Minor
– Subjektif
1) Tanyakan pada pasien apakah mengalami ortopnea (sesak
yang terjadi saat istirahat, posisi tidur datar, dan akan
membaik dengan posisi duduk) atau tidak
– Objektif
1) Kaji apakah terdapat pernapasan pursed-lip (teknik
pengeluaran napas melalui bibir yang mengerucut dan
bernapas melalui hidung)
2) Kaji apakah terdapat pernapasan cuping hidung
3) Kaji apakah ventilasi semenit menurun atau tidak
4) Kaji apakah kapasitas vital pasien menurun atau tidak
5) Kaji apakah tekanan ekspirasi pasien menurun atau tidak
6) Kaji apakah inspirasi pasien menurun atau tidak
7) Kaji apakah ekskursi dada (pengembangan dada) pasien
berubah atau tidak
4. Hipertermia
 Gejala dan Tanda Mayor
– Subjektif (tidak tersedia)
– Objektif
1) Kaji apakah suhu tubuh diatas nilai normal
 Gejala dan Tanda Minor
– Subjektif (tidka tersedia)
– Objektif
1) Kaji apakah kulit merah
2) Kaji apakah terjadi kejang
3) Kaji apakah takikadi
4) Kaji apakah takipnea
5) Kaji apakah kulit terasa hangat
5. Intoleransi Aktivitas
 Gejala dan Tanda Mayor
– Subjektif
1) Tanyakan pada pasien apakah sering mengalami lelah
atau tidak
– Objektif
2) Kaji apakah frekuensi jantung meningkat atau
tidak (meningkat 20% saat kondisi istirahat)
 Gejala dan Tanda Minor
– Subjektif
1) Tanyakan pasien apakah mengalami dispnea (sesak
napas) atau tidak saat atau setelah istirahat
2) Tanyakan pasien apakah merasa nyaman atau tidak
setelah beraktivitas
3) Tanyakan pasien apakah merasa lemah atau tidak
– Objektif
6) Kaji apakah tekanan darah berubah atau tidak dari
kondisi istirahat
7) Kaji apakah gambaran EKG menunjukkan aritmia
atau tidak saat atau setelah aktivitas
8) Kaji apakah gambaran EKG menunjukkan iskemia
atau tidak saat atau setelah aktivitas
9) Kaji apakah terjadi sianosis atau tidak
6. Deficit Pengetahuan
 Gejala dan Tanda Mayor
– Subjektif
1) Tanyakan pada pasien apakah masalah yang sering
dihadapi
– Objektif
1) Kaji apakah menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
2) Kaji apakah menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah
 Gejala dan Tanda Minor
– Subjektif (tidak tersedia)
– Objektif
1) Kaji apakah menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2) Kaji apakah menunjukkan perilaku berlebihan (mis.
Apatis, bermusuhan, agitasi, histeris)

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupon potensial. Diagnose keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2016).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, gelisah, frekuensi
napas berubah, pola napas berubah.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-
kapiler dibuktikan dengan PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun,
sianosis, dyspnea.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambatekspansi paru, dibuktikan dengan penggunaan otot bantu
pernapasan, pola napas abnormal
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi) dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal, takipnea, kulit terasa hangat.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan frekuensi jantung meningkat >20%
dari
kondisi istirahat, mengeluh lelah, dyspnea saat/setelah aktivitas, merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah.
6. Defisit pengetahuan tentang pneumonia berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah, menanyakan masalah
yang dihadapi.

H. RENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Tujuan dan kriteria hasil untuk masalah
keperawatan mengacu pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa Rencana Keperawatan
NO
Keperawata Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. n LABEL
SDKI SLKI Label: Bersihan SIKI Label:
(D.0001 Jalan Napas (L.01001) Intervensi Utama
)
Setelah dilakukan (Manjeman Jalan Napas)
Bersihan jalan napas
tindakan keperawatan … (I.14509)
tidak efektif
x 24 jam diharapkan
berhubungan dengan Observasi
bersihan jalan napas
sekresi yang tertahan
meningkat dengan
dibuktikan dengan 1. Monitor pola
kriteria hasil :
batuk tidak efektif, napas (frekuensi,
1. Produksi sputum
tidak mampu batuk, kedalaman, usaha
menurun.
gelisah, frekuensi napas)
2. Mengi menurun
napas berubah, pola 2. Monitor bunyi
3. Wheezing menurun.
napas berubah. napas tambahan
4. Batuk
(mis. Gurgling,
efektif
mengi, weezing,
meningkat.
ronkhi kering)
5. Dyspnea menurun.
3. Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)

Terapeutik

1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga
trauma cervical)
2. Posisikan semi-
Fowler atau
Fowler
3. Berikan
minum hangat
4. Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan
penghisapan
13embra kurang dari
15 detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen,
1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2. SDKI LABEL SLKI Label: Pertukaran SIKI Label:
(D.0003) Gas (L.01003) Intervensi Utama
Gangguan Setelah dilakukan (Pemantauan Respirasi)
pertukaran gas tindakan keperawatan … (I.01014)
berhubungan x 24 jam diharapkan
dengan perubahan Observasi
pertukaran gas meningkat
14embrane dengan kriteria hasil :
1. Monitor
alveolus- kapiler 1. Dyspnea menurun
frekuensi, irama,
dibuktikan 2. Bunyi napas
kedalaman, dan
dengan PCO2 tambahan
upaya napas
meningkat/menurun, menurun
2. Monitor pola napas
PO2 menurun, 3. PCO2 membaik
(seperti bradipnea,
sianosis, dyspnea. 4. PO2 membaik
takipnea,
5. Takikardi membaik
hiperventilasi,
6. pH arteri membaik
Kussmaul, Cheyne-
7. Sianosis membaik
Stokes, Biot, ataksik0
3. Monitor
kemampuan batuk
4. Monitor adanya
produksi sputum
5. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi
bunyi napas
8. Monitor
saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-
ray toraks

Terapeutik

1. Atur interval waktu


pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu
Intervensi Utama (Terapi
Oksigen) (I.01026)

Observasi

1. Monitor
kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi alat
terapi oksigen
3. Monitor aliran
oksigen secara
periodic dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4. Monitor efektifitas
terapi oksigen (mis.
Oksimetri, analisa
gas darah ), jika perlu
5. Monitor
kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
6. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor tanda
dan gejala
toksikasi oksigen
dan atelectasis
8. Monitor tingkat
kecemasan
9. Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen

Terapeutik

1. Bersihkan secret
pada mulut, hidung
dan trachea, jika
perlu
2. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
3. Siapkan dan atur
peralatan
pemberian oksigen.
4. Berikan oksigen
tambahan, jika
perlu
5. Tetap berikan
oksigen saat pasien
ditransportasi
6. Gunakan perangkat
oksigen yang
sesuai dengat
tingkat mobilisasi
pasien

Edukasi

1. Ajarkan pasien dan


keluarga cara
menggunakan
2. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
3. Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas
dan/atau tidur

3. SDKI LABEL SLKI Label: Pola Napas SIKI Label:


(D.0005) (L.01004) Intervensi Utama
Pola napas tidak Setelah dilakukan (Pemantauan Respirasi)
efektif tindakan keperawatan (I.01014)
berhubungan dengan ….x24 jam
Observasi
hambatan diharapkan pola napas
upaya napas (mis. membaik dengan
1. Monitor
Nyeri saat kriteria hasil:
frekuensi, irama,
bernapas, kelemahan 1. Dyspnea menurun
kedalaman, dan
otot 2. Penggunaan otot
upaya napas
pernapasan bantu napas
2. Monitor pola napas
dibuktikan dengan menurun
(seperti bradipnea,
penggunaan otot 3. Pemanjangan fase
takipnea,
bantu pernapasan, ekspirasi
hiperventilasi,
fase ekspirasi menurun
Kussmaul, Cheyne-
memanjang, 4. Frekuensi
Stokes, Biot, ataksik0
pernapasan cuping napas membaik
3. Monitor
hidung, dyspnea. 5. Kedalaman
kemampuan batuk
napas membaik
efektif
6. Pernapasan
4. Monitor adanya
cuping hidung
produksi sputum
menurun
5. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
7. Auskultasi bunyi
napas
8. Monitor
saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-
ray toraks

Terapeutik

1. Atur interval waktu


pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil pemantauan,
4. SDKI LABEL SLKI Label: jika perlu
SIKI Label:
(D.0056) Termoregulasi Intervensi Utama
Hipertermia (L.14134) Setelah (Manajemen Hipertermia)
berhubungan dilakukan tindakan (I.15506)
dengan proses keperawatan
Observasi
….x24 jam diharapkan
penyakit
termoregulasi
1. Identifkasi penyebab
(mis. Infeksi)
membaik dengan
hipertermi (mis.
dibuktikan dengan
kriteria hasil:
suhu tubuh diatas
nilai normal, 2. Takipnea meningkat dehidrasi terpapar
takipnea, kulit 3. Konsumsi lingkungan panas
terasa hangat. oksigen penggunaan
meningkat incubator)
4. Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh
5. Suhu kulit membaik 3. Monitor
kadar
elektrolit
4. Monitor
haluaran urine
5. Monitor komplikasi
akibat hipertermia

Terapeutik

1. Sediakan
lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan
pakaian
3. Basahi dan
kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
jika mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6. Lakukan
pendinginan
dada,
abdomen,aksila)
7. Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
8. berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1. Kolaborasi cairan dan


elektrolit intravena,
jika perlu
5. SDKI LABEL SLKI Label: Toleransi SIKI Label:
(D.0056) Aktivitas (L.05047) Intervensi Utama
Intoleransi Setelah dilakukan (Manajemen Energi)
aktivitas tindakan keperawatan (I.051178)
berhubungan ….x24 jam diharapkan
toleransi aktivitas Observasi
dengan
ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria
1. Identifkasi
antara suplai dan hasil:
gangguan fungsi
kebutuhan oksigen 6. Frekuensi
tubuh yang
dibuktikan dengan nadi
mengakibatkan
frekuensi jantung meningkat
kelelahan
meningkat >20% 7. Keluhan
2. Monitor kelelahan
dari kondisi lelah
fisik dan
istirahat, mengeluh menurun
emosional
lelah, dyspnea 8. Dyspnea saat
3. Monitor pola dan jam
tidak nyaman setelah 9. Dyspnea setelah 4. Monitor lokasi dan
beraktivitas, aktivitas menurun ketidaknyamanan
merasa lemah. 10. Persaan selama melakukan
lemh aktivitas
menurun
Terapeutik

1. Sediakan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan rentang
gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan
aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di \
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat
berpindah atau
berjalan

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan
menghubungi
kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

6. SDKI LABEL SLKI Label: Tingkat SIKI Label:


(D.0111) Pengetahuan Intervensi Utama (Edukasi
Defisit (L.12111) Setelah Kesehatan) (I.12383)
pengetahuan tentang dilakukan tindakan
pneumonia keperawatan
….x24 jam diharapkan Observasi
berhubungan
dengan kurang tingkat pengetahuan
1. Identifikasi
terpapar meningkat dengan kriteria
kesiapan dan
informasi dibuktikan hasil:
kemampuan
dengan 1. Perilaku sesuai
menerima informasi
menunjukan anjuran
2. Indentifikasi faktor-
perilaku tidak sesuai meningkat
faktor yang dapat
anjuran, menunjukan 2. Verbalisasi
meningkatkan dan
persepsi yang minat dalam
menurunkan motivasi
keliru terhadap belajar
perilaku hidup bersih
masalah, meningkat
dan sehat
menanyakan 3. Kemampuan
masalah menjelaskan Terapeutik
yang pengetahuan tentang
dihadapi. suatu topik
menggambarkan media pendidikan
pengalam sebelumnya kesehatan
sesuai dengan topik 2. Jadwalkan
meningkat pendidikan kesehatan
5. Perilaku sesuai sesuai kesepakatan
dengan 3. Berikan
pengetahuan kesempatan untuk
meningkat bertanya
6. Pertanyaan
Edukasi
tentang masalah
yang dihadapi
1. Jelaskan faktor
menurun
resiko yang dapat
7. Persepsi yang
mempengaruhi
keliru terhadap
kesehatan
masalah menurun
2. Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

I. REFERENSI

Damayanti, AAAK. 2012. Pneumonia. Dikutip pada 31 Oktober 2020


darihttps://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f331a8a1e413579027
1 27d4509a339e5.pdf
Diana, AU. 2019. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikutip pada 30 Oktober 2020
dari artikel: http://eprints.umpo.ac.id/5022/3/BAB%202.pdf.

Faradhita, L. 2015. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dikutip pada 30 Oktober 2020


dari artikel: http://repository.unimus.ac.id/1418/3/BAB%20II.pdf.

Ludji , Yuyun Aprilya Dimu. (2019, 18 Mei). KTI (ASKEP PNEUMONIA PADA An.
R.F). Dikutp pada 31 Oktober 2020
dari http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/1/KTI
%20%28%20ASKEP%20PNEU MONIA%20PADA%20An.%20R.%20F
%29%202019.pdf

Ngemba, HR. 2015. Model Inferensi Sistem Pendukung Keputusan Pathway Klinik
Asuhan Keperawatan Bronchopneumonia. Dikutip pada 2 November 2020
dari http://journal.uii.ac.id/snimed/article/download/6363/01

ari . 2019. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikutip pada 31 Oktober 2020 dari
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2414/3/BAB%20II.pdf.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Klungkung, 29 Maret 2020

Nama Mahasiswa
Nama pembimbing / CT

I Gede Made Krisna Dwi Payana


Ns. Ni Wayan Sukeni S.Kep
NIM. P07120219064
NIP. 198104182003122007

Nama Pembimbing/ CT

I Made Mertha ,Skp.M.Kep


NIP. 196910151993031015

Anda mungkin juga menyukai