BRONKOPNEUMONIA
DISUSUN OLEH :
ROZA PANGESTY
2023207209088
BAB 1
LAPORAN
PENDAHULUAN
B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 :
682) antara lain:
1) Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2) Virus : Legionella pneumoniae
3) Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
5) Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal
yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis crani,
Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina,
2001 : 682)
Menurut Whaley’s dan Wong (1996: 1400) disebutkan bahwa
Streptococus, staphylococcus atau basil ektrik sebagai agen penyebab di
bawah umur 3 bulan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh bakteri :
Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni),
MycobacteriumTuberculosis. Virus : Respiratory syntical virus, virus
influenza, virus sitomegalik.Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus
Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp,
CandindaAlbicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-
paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk
ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi
peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses
peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap antara lain:
1) Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana l obus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak,
pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan
kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi)
2) Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah
fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang
berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3) Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4) Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).
Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas
menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin
eritrosit, cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi
berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis
yang cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah sel
makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta
menghilangkan kuman dan debris (Mansjoer, 2000: 966).
E. Pathway
Kontaminasi peralatan RS
Gangguan difusi
Bersihan jalan Mukus bronkus Peningkatan dalam plasma Peningkatan Edema paru
nafas tidak meningkat peristaltik usus metabolisme
efektif
Gangguan
Bau mulut tidak Malabsorbrsi pertukaran gas Evaporasi Pengerasan
sedap meningkat dinding paru
Intake kurang
Gangguan Suplai O2
keseimbangan menurun
cairan dan eletrolit
Nutrisi kurang dari
kebutuhan Hipoksia
Hiperventilasi
Metabolisme
anaeraob meningkat
Dispneu
Akumulasi asam
Retraksi dada / laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue
Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas
F. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti
menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan,
saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis
(Barbara C. long, 1996). Terdengar adanya krekels di atas paru yang
sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh
eksudat).
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia
adalah:
1) Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritic
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2) Bunyi nafas di atas area yang menglami
konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
c. Gerakan dada tidak simetris
3) Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
4) Diafoesis
5) Anoreksia
6) Malaise
7) Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian
berubah menjadikemerahan atau berkarat
8) Gelisah
9) Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
10) Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
(Martin tucker, Susan.2000)
G. Komplikasi
B. Pemeriksaana Fisik
C. Diagnosa Keperawatan
E. Implementasi
Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Hadinata &
Abdillah, 2022).
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
F. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan dan perbaikan.
Dalam evaluasi, perawat menilai reaksi klien terhadap intervensi yang telah
diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan
dapat diterima (Hadinata & Abdillah, 2022).
DAFTAR PUSTAKA