Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Pneumonia adalah proses inflamasi perenkrim paru yang terdapat

konsodilasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Peradangan ini

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. Pneumonia yang

biasanya disebabkan oleh agen-agen penginfeksi ini banyak menyebabkan

kematian (Ardiansyah, 2012).

Penyakit ini adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang

banyak didapatkan dan sering menjadi penyebab kematian di hampir seluruh

dunia. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karenarespon

imunisasi mereka masih belum berkembang dengan baik. Pneumonia sering kali

pada orang tua dan orang yang lemah akibab penyakit kronik tertentu. Seperti,

klien bedah, peminum alkohol dan penderita penyakit pernafasan kronik atau

infeksi virus juga sangat mudah terserang penyakit pneumonia (Paula, 2008).

Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru – paru, yang

biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alvioli. Penyakit ini

merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang banyak didapatkan dan

sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia ( Paula, 2008 ).

2.2 Etiologi
penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan

protozoa. Bakteri penyebab pneumonia : bakteri gram positif (streptococcus

pneumoniae/pneumococcal pneumonia, staphylococcus aureus) dan bakteri gram

negarif (haemophilus influenzae, pseudomonas aeruginosa, kleibsiella

pneumoniae dan anaerobik bakteria). Antypikal bakterial (legionellan

pneumophila dan mycoplasma pneumonia). Virus penyebab pneumonia adalah

influenza, parainfluenza dan adenovirus. Jamur penyebab pneumonia: kandidiasis,

histoplasmosis dan kriptokokkis. Protozoa penyebab pneumonia : pneumokisttis

karinii pneumonia (Paula, 2008).

Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia dan

hal ini berdampak pada obat yang akan diberikan. Mikroorganisme penyebab

pneumonia yang paling sering terjadi adalah bakteri, yang jenisnya berbeda-beda (

ardiansyah, 2012).

Radang paru-paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme

dan dapat menular dari komunitas atau rumah sakit (nosokomial). Pasien dapat

menghisap bakteri, virus, atau agen iritan, atau pasien dapat menghirup cairan

atau makanan.pasien dapat juga memproduksi banyak mukus dan pengentalan

cairan alveolar sebagai akibat pertukaran gas terganggu. Semua ini dapat

mendorong kepala radang jalur udara bagian bawah (Donna, 2007).

2.3 Klasifikasi

Menurut Zul Dahlan (2007) Klasifikasi pneumonia dibagi menjadi dua

berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis diantaranya :


1. Pneumonia tipikal, adalah pneumonia yang bercirikan tanda-tanda pneumonia

lobaris(peradanagan jaringan akut yang berat yang disebabkan

pneumococcus) dengan lobus atau lobularis.

2. Pneumonia atipikal, ditandai dengan gangguan respirasi yang meningkat

lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.

Menurut Wahit (2013) Klasifikasi pneumonia dibagi menjadi dua

berdasarkan agen penyebab dan berdasarkan area paru yang terkenak yaitu

diantaranya :

A. Berdasarkan agen penyebab

1. Pneumonia tipikal (klasik), community acquired pneumonia, disebabkan

oleh:

a. Sering : streptococcus pneumonia.

b. Jarang : homofilus influenza dan staphylococcus aureus.

2. Pneumonia atipikal(nosokomial), disebabkan oleh :

a. Sering : micoplasma pneumonia dan virus.

Jarang : legionella pneumonia pneumocytis carinii

B. Berdasarkan area paru yang terkena

1. Pneumonia lobaris

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon

bronkus) baik kanan maupun kiri.

2. Bronchopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru.

Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi

pada bayi atau orang tua.

2.4 Patofisiologi

Menurut Paula (2008), Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru

melalui inhalasi ataupun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan

akhirnya masuk ke saluran pernafasan bawah. Kemudian timbul reaksi

peradangan pada dinding bronkhus. Sel menjadi radang berisi eksudat dan sel

epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat

menyebabkan atelektasis.(lihatlah bagan berikut ini)

Penyebab pneumonia

(bakteri, virus, mikoplasma, jamur, protozoa)

Inhalasi, aliran darah

Reaksi radang pada dinding bronchus

Masuk ke paru-paru

Atelektasis

Bagan 1 : patofisiologi pneumonia


Menurut Ardiansyah (2012), Gambaran patologis dalam batas tertentu

bergantung pada agen etiologis. Pneumonia bakteri ditandai oleh eksudat

intraalveolar supuratif yang disertai konsulidasi. Proses infeksi dapat di

klasifikasikan berdasarkan anatomi. Jika terjadi pada satu atau lebih lobus, maka

disebut pneumonia lobalis.Sedangkan pneumonia loburalis atau bronkopneumonia

menunjukan penyebaran daerah infeksi yang memiliki bercak dengan diameter

sekitar 3-4 cm mengelilingi dan mengenai bronkus.


(sylvia A. Prince, 2001 didalam Nixson Manurung, 2016)

bakteri virus Jamur, protozoa

Eksudat intra Peradangan interstitial Penyebab granuloma


alveolar supuratif berbecak

Penimbunan infiltrat
dalam dinding alveolus Nekrosis Pembentukan
Bersihan kaseosa kevema
jalan nafas Konsolidasi jaringan
tidak paru

Batuk Peradangan Nyeri daerah


prenkim paru dada

Peningkatan nyeri
Rongga
produksi sekret
alveoli terisi
eksudat
Kerusakan Taki kardi
pertukaran
gas sianosi Pertukaran
gas
Intolerasi Kurangnya pengetahuaan
aktivitas dispnea terganggu

pneumonia
i

Penyakit Distensi Peningkatan anoreksia Keringat muntah


kronis abdomen kebutuhan banyak
metabolik

Resiko tinggi terhadap Resiko tinggi terhadap


Resiko tinggi terhadap
pemenuhan nutrisi kekurangan volume
penyebab infeksi
kurang dari kebutuhan cairan
tubuh
2.5 Manifestasi kliniks

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atau

akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh

meningkat dapat mencapai 40ºC, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak

kental, terkadang dapat berwarnan kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita

juga ditemukan gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit

kepala. Retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas bersama

dengan peningkatan frekuensi nafas),perkusi pekak, fremitus melemah, suara

nafas melemah, dan ronchi. (Wahit, 2013)

Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM, gejala-gejala dapat

berkembang secara tersembunyi. Sputum purulen mungkin menjadi satu-satunya

tanda pneumonia pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi perubahan yang

halus pada kondisi mereka, karena mereka sudah mengalami gangguan fungsi

paru yang serius. (Ardiansyah, 2012)

2.6 Penatalaksanaan

Menurut Wahit 2013, penatalaksanaan untuk pneumonia bergantug pada

penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup:

1. Oksigen 1-2 l/menit

2. IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.

Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan saling normal

dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

4. Antibiotik sesuai hasil biakan, atau berikan:


Untuk kasus pneumonia community base:

a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

b) Kloramfenikol mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

Untuk kasus pneumonia hospital base:

a) Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

Menurut Padila 2013, penatalaksanaan pada penderita pneumonia adalah

sebagai berikut:

1. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat.

Ventilasi mekanis mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat di

pertahankan.

2. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri.

3. Pada pneumonia aspirasi bersihan jalan nafas yang tersumbat

4. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume

cairan

5. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas

6. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif

7. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritis

2.7 Asuhan keperawatan

2.7.1. Pengkajian

Menurut Padila (2013), pengkajian adalah sebagai berikut yaitu :

1) Aktivitas/istirahat
Gejala :kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda :letargi, penurunan tolerasi terhadap aktivitas

2) Sirkulasi

Gejala :riwayat gagal jantung kronis

Tanda :takikardi, penampilan keperanan atau pucat

3) Integritas ego

Gejala :banyak stressor, masalah finansial

4) Makanan / cairan

Gejala :kehilangan nafsu makan, mual/muntah,riwayat DM

Tanda :distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering

dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi

5) Neurosensor

Gejala :sakit kepaala dengan frontal

Tanda :perubahan mental

6) Nyeri / kenyamanan

Gejala :sakit kepala dan nyeri dada meningkat dan batuk myalgia,

atralgia

7) Pernafasan

Gejala :riwarat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea,

pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesoris, pelebaran

nasal.

Tanda :sputum, merah muda, berkarat atau puluren.

Perkusi :pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi plueral


Bunyi nafas :menurun atau tidak ada diatas area yang terlihat atau

nafas bronkial

Framitul :taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi

Warna :puct atau sianosis bibir / kuku

8) Keamanan

Gejala :riwayat gangguan sistem imun dan demam

Tanda :berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,

mungkin pada kasus rubela / varisela

9) Penyuluhan

Gejala :riwayat mengalami perbedaan, penggunaan alkohol kronis

Menurut Paula 2013, fokus peengkajian pada klien dengan pneumonia

adalah:

Data subyektif :klein mengeluh lelah, lemas, insomnia, sakit kepakla,

nyeri dada (terutama saat batuk), sesak nafas, nafsu makan berkurang, mual,

muntah, mempunyai riwayat ISK/PPOM dan merokok serta terdapat riwayat

gangguan sistem imun.

Data obyektif :klien terlihat pucat, demam, berkeringat, menggigil,

tampak menahan nyeri, sputum: merah muda, berkaran atau puluren, takikardi,

adanya distensi abdomen, bising, usus heperatif, kulit kering, tugor kulit buruk.

1) Data dasar

Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi:

a. Idetitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan

diagnosa medis.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Klien biasanya mengeluh nafsu makan berkurang, mual, muntah,

sakit kepala, sesak nafas.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Kaji tentang penyakit apa yang pernah di derita oleh klien, apakah

klien mempunyai riwayat penyakit pneumonia.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Lakukan pengkajian tentang penyakit keturunan yang berhubungan

dengan keadaan klien, seperti sesak nafas.

e. Riwayat psikososial

Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi

masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima

keadaannya.

f. Pola kebiasaan sehari-hari

Meliputi, cairan, nutrisi, personal hygine, istirahat tidur, aktivitas dan

kebiasaan yang mempengarui kesehatan.


2) Pemeriksaan fisik

a. Infeksi :

Amati bentuk torak, amati irama, frekuensi nafas, tipe pernafasan,

tanda-tanda reteraksi dan terdapat tarikan didinding dada,cuping hidung, dan

apakah ada tanda-tanda kesadaran menurun.

b. Palpasi

Gerakan pernafasan, raba apakah dinding dada panas, kaji vocal

fremitus, dan penurunan ekspansi dada.

c. Aukultasi

Adakah terdengar stridor, adakah terdengar wheezing, dan evaliasi

bunyi nafas, frekuensi, kualitas, tipe dan suara tambahan.

d. Perkusi

Suara sonor/resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal,

adanya hipersonor, tahanan udara, dan adanaya cairan pada rongga pleura.

2.7.2. Diagnosa keperawatan

Menurut Wahit (2013), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

adalah :

a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b) Defisit volume cairan

c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


d) Kecemasan

2.7.3. Intervensi keperawatan

Tabel 2.1 : ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Rencana keperawatan
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

bersihan jalan nafas NOC NIC


tidak efektif Setelah dilakukan 1. Pastikan kebutuhan
berhubungan dengan: tindakan keperawatan, oral/tracheal.
1. Infeksi, disfungsi pasien menunjukkan 2. Berikan oksigen
neuromuskular, keefektifan jalan nafas sesuai indikasi
hiperplasia dinding dibuktikan dengan 3. Anjurkan pasien
bronkus, alergi jalan kriteria hasil : untuk nafas dalam :
nafas, asma, trauma. 1. Mendemontrasikan a. Posisikan pasien
2. Obstruksi jalan nafas: batuk efektif dan untuk
spasme jalan nafas, suara nafas yang memaksimalkan
sekresi tertahan, bersih, tidak ada ventilasi.
banyaknya mukus, sianosis dan b. Lakukan
adanya jalan nafas dypneu(mamou fisiotrapi dada
buatan, sekresi mengeluarkan jika perlu
bronkus, adanya sputum, bernafa c. Keluarkan sekret
eksudat di alveolus, dengan mudah, tidak dengan batuk atau
adanya benda asing di ada pursed lips) suction
jalan nafas. 2. Menunjukkan jalan d. Aukultasi suara
nafas yang paten nafas, catat
DS : (klien tidak merasa adanya suara
1. Dispneu. tercekik, irama tambahan
nafas, frekuensi e. Berikan
DO : pernafasan dalam bromkodiator
1. Penurunan suara nafas rentang normal, f. Monitor status
2. Orthopneu. tidak ada suara nafas hemodinamik
3. Cyanosis abnormal). g. Berikan pelembab
4. Kelainan suara 3. Mampu udara kasa basah
nafas(reles, wheezing) mengidentifikasi dan NaCl lembab
5. Kesulitan berbicara mencegah faktor h. Berikan antibiotik
6. Batuk, tidak efekotif yang penyebab. i. Atur cairan untuk
atau tidak ada 4. Saturasi O2 dalam mengoptimalkjan
7. Produksi sputum batas normal keseimbangan
8. Gelisah 5. Foto thorak dalam j. Monitor respirasi
9. Perubahan frekuensi batas normal dan O2
dan irama nafas k. Pertahankan
hidrasi yang
adekuat untuk
mengencerkan
sekret
l. Jeleskan pada
pasien dan
keluaraga tentang
penggunaan
peralatan : O2 ,
suction, inhalasi
Tabel 2.2 : devisit volume cairan

Rencana keperawatan
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan NOC NIC


(Resiko) Setelah dilakukan 1. Pertahankan catatan
Berhubungan dengan : tindakan keperawatan, intake dan output
1. Kehilangan volume defisit volume cairan yang akurat
cairan secara aktif. teratasi dengan kriteria 2. Monitori status
2. Kegagalan hasil : hidrasi(kelembabpan
makanisme 1. Mempertahankan urien mukosa, nadi adekuat,
pengaturan output sesuai dengan tekanan darah
usia. Dan BB, Bj urien ortostatik), jika di
DO : normal perlukan
1. Haus 2. Tekanan darah, nadi, 3. Monitori hasil lab
suhu, dalam batas yang sesuai dengan
DS : normal retensi cairan
1. Penurunan turgor 3. Tidak ada tanda-tanda (bum.Hmt,
kulit / lidah dehidrasi, elastisitas osmolalitas urin ,
2. Membram turgor kulit baik, albumin, total protein)
mukosa/kulit kering membram mukosa 4. Monitori vital sing
3. Peningkatan denyut lembab, tidak ada rasa setiap 15 menit-1 jam
nadi, penurunan haus berlebihan 5. Kolaborasi pemberian
tekanan darah, 4. Orientasi terhadap cairan IV
penurunan tempat dan waktu baik 6. Monitori status nutrisi
volume/tekanan nadi 5. Jumlah dan irama 7. Berikan cairan oral
4. Pengisian venan pernafasan dalam batas 8. Berikan penggantian
menurun normal nasogatrik sesuai
5. Perubahan status 6. Elektrolit, Hb, Hmt output(50-100cc/jam)
mental dalam batas normal 9. Dorong keluarga
6. Konsentrasi urine 7. pH urien dalam batas untuk membantu
meningkat normal pasien makan
7. Temperatur tubuh 8. HMT meningkat 10. Monitori inteke
meningkat Inteke oral dan intravena dan urine output
8. Kehilangan berat meningkat setiap 8 jam
badan tiba-tiba
9. Penurunan urine
output
10. HMT meningkat
Kelemahan

Tabel 2.3:perubahan nutrisi kurang dari krbutuhan tubuh

Rencana keperawatan
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan makanan
Berhubungan dengan : nutrisi kurang dari 2. kolaborasi dengan ahli
Ketidakmampuan untuk kebutuhan tubuh teratasi gizi untuk menentukan
memasukkan atau dengan kriteria hasil : jumlah kalori dan
memasukkan atau nutrisi yang
mencerna nutrisi oleh 1. albumin serum dibutuhkan pasien.
karena faktor boilogis, 2. pre albumin serum 3. Ajarkan pasien
psikologis atau ekonomi 3. hematrokrit bagaimana cara
4. hemoglobin membuat catatan
DS : 5. total iron binding makanan
1. Nyeri abdomen capacity 4. Monitori adanya
2. Muntah 6. jumlah limposit penurunan BB dan
3. Kejang perut gula dara
4. Rasa penuh tiba-tiba 5. Monitori tugor kulit
setelah makan. 6. Monitori kekeringan
rambut kusam, total
DO : protein, hb, dan kadar
1. Diare Ht
2. Rontok rambut yang 7. Monitori mual dan
berlebih muntah
3. Kurang nafsu makan 8. Monitori intake nutrisi
4. Bising usus berlebihan 9. Kolaborasi dengan
5. Konjungtiva pucat dokter tentang
Denyut nadi lemah kebutuhan sepleman
makanan seperti
NGT / TPN sehingga
intake cairan adekuat
10. Atur posisi semi
fowler selama
makan
11. Anjurkan banyak
minum
12. Pertahankan
terapi IV

Anda mungkin juga menyukai