Anda di halaman 1dari 18

1.

Glasgow Coma Scale atau GCS adalah skala yang dipakai untuk


mengetahui tingkat kesadaran seseorang. Dahulu, GCS hanya
dipakai untuk mengetahui tingkat kesadaran orang yang mengalami
cedera kepala. Namun, saat ini GCS juga digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran saat memberikan pertolongan darurat medis.
Tingkat kesadaran seseorang dapat dinilai dari tiga aspek yaitu
mata, suara (kemampuan bicara), dan gerakan tubuh. Sebelum
membahas cara mengetahui tingkat kesadaran dengan GCS, mari
kita bahas terlebih dahulu beberapa penyebab yang membuat
kesadaran seseorang menurun.

Cara Mengukur Tingkat Kesadaran


Tingkat kesadaran tertinggi atau bisa dibilang terjaga sepenuhnya, berada
di skala 15. Sementara yang terendah atau yang dikatakan koma, berada
di skala 3.
Untuk mengetahuinya skala GCS, tim medis akan melakukan pengecekan
sebagai berikut:
Mata
Nilai GCS yang dievaluasi melalui pemeriksaan mata:
- Jika tim medis meminta membuka mata dan merangsang seseorang
dengan nyeri tapi mata orang tersebut tidak bereaksi dan tetap terpejam,
maka poin GCS yang didapat yaitu 1.
- Jika mata terbuka akibat rangsang nyeri saja, poin GCS yang didapat
yaitu 2.
- Jika mata seseorang terbuka hanya dengan mendengar suara atau
dapat mengikuti perintah untuk membuka mata, poin GCS yang didapat
yaitu 3.
- Jika mata terbuka secara spontan tanpa perintah atau sentuhan, maka
poin yang didapat yaitu 4.
Suara
Nilai GCS yang dievaluasi dalam pemeriksaan respons suara:
- Jika seseorang tidak mengeluarkan suara sedikitpun, meski sudah
dipanggil atau dirangsang nyeri, maka orang tersebut mendapat poin 1.
- Jika suara yang keluar seperti rintihan tanpa kata-kata, poin yang
didapat yaitu 2.
- Seseorang dapat berkomunikasi tapi tidak jelas atau hanya
mengeluarkan kata-kata tapi bukan kalimat yang jelas, poin GCS yang
didapat yaitu 3.
- Jika seseorang dapat menjawab pertanyaan dari tim medis tapi pasien
seperti kebingungan atau percakapan tidak lancar, maka poin yang
didapat adalah 4.
- Seseorang dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan
benar dan sadar penuh terhadap orientasi lokasi, lawan bicara, tempat,
dan waktu, maka poin yang didapat yaitu 5.
Gerakan
Nilai GCS yang dievaluasi dalam pemeriksaan respons gerakan:
- Tidak ada respons gerakan tubuh walau sudah diperintahkan atau diberi
rangsangan nyeri, poin GCS yang didapat yaitu 1.
- Seseorang hanya dapat mengepalkan jari tangan dan kaki, atau
menekuk kaki dan tangan saat diberi rangsangan nyeri, poin yang
didapatkan adalah 2.
- Seseorang hanya menekuk lengan dan memutar bahu saat diberi
rangsangan nyeri, poin GCS yang didapat yaitu 3.
- Seseorang dapat menggerakkan tubuh menjauhi sumber nyeri ketika
dirangsang nyeri, poin GCS yang diperoleh yaitu 4. Contohnya, seseorang
dapat menjauhkan tangan ketika dicubit.
- Bagian tubuh yang tersakiti dapat bergerak dan orang yang diperiksa
dapat menunjukkan lokasi nyeri, poin GCS yang didapat yaitu 5.
Contohnya ketika tangan diberi rangsangan nyeri, tangan akan
mengangkat.
- Seseorang dapat melakukan gerakan ketika diperintahkan, poin GCS
yang didapatkan yaitu 6.
Skala GCS didapat dari menjumlahkan tiap poin yang diperoleh dari ketiga
aspek pemeriksaan di atas. Skala ini dipakai sebagai tahap awal
mengevaluasi kondisi seseorang yang pingsan atau baru
mengalami kecelakaan kemudian tidak sadarkan diri, sebelum diberi
pertolongan lebih lanjut. Meski bisa dilakukan untuk menentukan tingkat
kesadaran, GCS tidak bisa dipakai untuk mendiagnosis penyebab
penurunan kesadaran atau koma.
Sebagai penolong pertama, Anda bisa melaporkan angka GCS kepada
pihak medis yang menangani selanjutnya. Perhitungan ini berguna bagi
dokter sebagai dasar untuk menentukan penanganan, juga untuk menilai
respons terhadap pengobatan yang diberikan.
2. Kekuatan otot
3. Cara pemeriksaan kekuatan otot:
4.     1.      Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan
perhatikan adanya kelainan dan deformitas.
5.     2.      Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk
menggerakkan persendian ekstremitas.
6.     3.      Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati
adanya tremor, ukuran otot (atropi, hipertropi), serta ukur lingkar
ekstremitasnya (perbedaan >1cm dianggap bermakna). Palpasi
otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot.
7.     4.      Sternocleidomastoideus: klien menengok ke salah satu sisi
dengan melawan tahanan tangan pemeriksa.
8.     5.      Trapezius: letakkan kedua tangan pada bahu klien, minta
klien menaikkan bahu melawan tahanan tangan pemeriksa.
9.     6.      Deltoideus: minta klien mengangkat kedua lengan dan
melawan dorongan tangan pemeriksa ke arah bawah.
10.     7.      Otot panggul: posisikan klien telentang dengan kedua
tungkai ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut klien,
minta klien mengangkat salah satu tungkai, dorong tungkai
kebawah.
11.     8.      Abduksi panggul:posisikan klien telentang dengan kedua
tungkai ekstensi, letakkan tangan pada permukaan lateral masing-
masing lutut klien, minta klien meregangkan kedua tungkai,
melawan tahanan pemeriksa.
12.     9.      Adduksi panggul: posisikan klien telentang dengan kedua
tungkai ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut klien,
minta klien mengangkat salah satu tungkai, minta klien
merapatkan kedua tungkai melawan tahanan pemeriksa. Palpasi
otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot, kekuatan otot.
13.     10.  Bisep: minta klien merentangkan kedua lengan dan
mencoba memeluknya, pemeriksa menahan lengan agar tetap
ekstensi.
14.     11.  Trisep: minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba
merentangkannya melawan usaha pemeriksa untuk membuat
lengan klien tetap fleksi
15.     12.  Otot pergelanagan tangan dan jari-jari : minta klien
merengangkan  kelima jari dan melawan usaha pemeriksa untuk
mengumpulkan kelima jari.
16.     13.  Kekuatan genggaman: minta klien menggenggam jari
telunjuk dan jari tengah pemeriksa, tarik kedua jari dari
genggaman klien.
17.     14.  Hamstring: posisikan klien telentang, kedua lutut ditekuk
minta klien meluruskan tungkai melawan tahan pemeriksa
18.     15.  Kuadrisep: posisikan klien telentang,lutut setengah
ekstensi,klien menahan usaha pemeriksa untuk memfleksikan
lutut
19.     16.  Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha
pemeriksa untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan
usaha pemeriksa untuk memfleksikan kakinya.
20.     17.  Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk
menemukan area yang mengalami edema atau nyeri tekan,
tungka, bengkak, krepitasi, dan nodul.
21. Skala kekuatan otot
Skala Ciri-ciri
0 Lumpuh total
1 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
( hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau
melawan tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatanya
berkurang
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
3 skala nyeri

Apa Itu Nyeri?


Nyeri adalah aktivitas sensorik dan emosional sebagai manifestasi
dari proses patologis pada tubuh yang kemudian memengaruhi
saraf sensorik dan merusak jaringan. Reaksi ini lantas menimbulkan
rasa tidak nyaman, distres, bahkan derita.

Secara umum, nyeri terbagi menjadi nyeri ringan, nyeri sedang,


dan nyeri berat. Lebih spesifik, nyeri digolongkan berdasarkan
jenis, penyebab, komplikasi, dan derajat nyeri.

 Jenis nyeri: nyeri nosiseptik, nyeri neurogenik, nyeri


psikogenik
 Penyebab nyeri: nyeri onkogolik, nyeri non-onkogolik
 Komplikasi nyeri: nyeri akut, nyeri kronik
 Derajat nyeri: nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat

Nyeri dapat dirasakan di area tertentu dari tubuh, seperti perut,


punggung, dan sebagainya. Pada kondisi penyakit tertentu,
seperti fibromyalgia, nyeri bisa menjalar ke seluruh bagian tubuh.
Nyeri dimediasi serabut saraf untuk mengirimkan impuls ke otak.

Jenis-Jenis Skala Nyeri


Skala nyeri secara umum digambarkan dalam bentuk nilai angka,
yakni 1-10. Berikut adalah jenis skala nyeri berdasarkan nilai angka
yang perlu Anda ketahui.

 Skala 0, tidak nyeri


 Skala 1, nyeri sangat ringan
 Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun
tidak begitu sakit
 Skala 3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa
ditoleransi
 Skala 4, nyeri cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit
gigi)
 Skala 5, nyeri benar-benar mengganggu dan tidak bisa
didiamkan dalam waktu lama
 Skala 6, nyeri sudah sampai tahap mengganggu indera,
terutama indera penglihatan
 Skala 7, nyeri sudah membuat Anda tidak bisa melakukan
aktivitas
 Skala 8, nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir
jernih, bahkan terjadi perubahan perilaku
 Skala 9, nyeri mengakibatkan Anda menjerit-jerit dan
menginginkan cara apapun untuk menyembuhkan nyeri
 Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan
bisa menyebabkan Anda tak sadarkan diri

Cara Menghitung Skala Nyeri


Mengetahui skala nyeri menjadi penting karena metode ini
membantu para tenaga medis untuk mendiagnosis penyakit,
menentukan metode pengobatan, hingga menganalisis efektivitas
dari pengobatan tersebut. Dalam dunia medis, ada banyak metode
penghitungan skala nyeri. Berikut ini beberapa cara menghitung
skala nyeri yang paling populer dan sering digunakan.

1. Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang
paling banyak digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala
linier yang akan memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang
diderita oleh pasien.

Pada metode VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang


kurang lebih 10 cm, di mana pada ujung garis kiri tidak
mengindikasikan nyeri, sementara ujung satunya lagi
mengindikasikan rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Selain
dua indicator tersebut, VAS bisa diisi dengan indikator redanya rasa
nyeri.

VAS adalah prosedur penghitungan skala nyeri yang mudah untuk


digunakan. Namun, VAS tidak disarankan untuk menganalisis efek
nyeri pada pasien yang baru mengalami pembedahan. Ini karena
VAS membutuhkan koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi.

Berikut adalah visualisasi VAS:

sumber:
unud.ac.id

                                                                                      
2. Verbal Rating Scale (VRS)

Verbal Scale (VRS) hampir sama dengan VAS, hanya, pernyataan


verbal dari rasa nyeri yang dialami oleh pasien ini jadi lebih
spesifik. VRS lebih sesuai jika digunakan pada pasien pasca operasi
bedah karena prosedurnya yang tidak begitu bergantung pada
koordinasi motorik dan visual.
Skala nyeri versi VRS:

su
mber: unud.ac.id

3. Numeric Rating Scale (NRS)

Kalau tadi penghitungan skala nyeri didasari pada pernyataan,


maka metode Numeric Rating Scale (NRS) ini didasari pada skala
angka 1-10 untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan
pasien. NRS diklaim lebih mudah dipahami, lebih sensitif terhadap
jenis kelamin, etnis, hingga dosis. NRS juga lebih efektif untuk
mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang VAS dan VRS.

Skala nyeri dengan menggunakan NRS:

sumber
: unud.ac.id

NRS di satu sisi juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya


pernyataan spesifik terkait tingkatan nyeri sehingga seberapa parah
nyeri yang dirasakan tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.

4. Wong-Baker Pain Rating Scale


Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan skala
nyeri yang diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan
Connie Baker. Cara mendeteksi skala nyeri dengan metode ini yaitu
dengan melihat ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke
dalam beberapa tingkatan rasa nyeri.

s
umber: wongbakerfaces.org

Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk


memilih wajah yang kiranya paling menggambarkan rasa nyeri
yang sedang mereka alami.

Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:

 Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan


 Raut wajah 2, sedikit nyeri
 Raut wajah 3, nyeri
 Raut wajah 4, nyeri lumayan parah
 Raut wajah 5, nyeri parah
 Raut wajah 6, nyeri sangat parah

5. McGill Pain Questinonnaire (MPQ)

Metode penghitungan skala nyeri selanjutnya adalah McGill Pain


Questinnaire (MPQ). MPQ adalah cara mengetahui skala nyeri yang
diperkenalkan oleh Torgerson dan Melzack dari Universitas Mcgill
pada tahun 1971. Sesuai dengan namanya, prosedur MPQ berupa
pemberian kuesioner kepada pasien. Kuesioner tersebut berisikan
kategori atau kelompok rasa tidak nyaman yang diderita.

Terdapat 20 kelompok yang masing-masing terdiri dari sejumlah


kata sifat (adjektiva). Pasien diminta untuk memilih kata-kata yang
kiranya paling menggambarkan kondisi mereka saat ini.

 Kelompok 1-10

Menggambarkan kualitas sensorik dari nyeri. Gejala yang termasuk


dalam kelompok ini di antaranya:

 Berdenyut
 Menusuk
 Panas
 Kesemutan
 Gatal
 Perih
 Kram
 Koyak

 Kelompok 11-15

Kelompok 11-15 menggambarkan efektivitas nyeri, seperti:

 Melelahkan
 Memuakkan
 Menakutkan
 Celaka
 Kejam
 Membunuh

 Kelompok 16
Sementara itu, adjektiva pada kelompok 16 lebih ke dimensi
evaluasi, terdiri atas:

 Menjengkelkan
 Menyusahkan
 Sengsara
 Tak tertahankan

 Kelompok 17-20

Terakhir, kelompok 1-20 berisi kata-kata yang sifatnya spesifik,


seperti:

 Menyiksa
 Mengerikan
 Dingin
 Memancarkan
 Menembus

Lazimnya, dokter akan meminta pasien memilih tiga kata dari


kelompok 1-10, dua kata dari kelompok 11-15, satu katan dari
kelompok 16, dan satu kata dari kelompok 17-20. Setelah itu,
dokter menjumlahkan kata-kata yang dipilih oleh pasien sehingga
menghasilkan angka total yang digunakan untuk menentukan skala
nyeri.

6. Oswetry Disability Index (ODI)

Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1980 oleh Jeremy Fairbank,


Oswetry Disability Index (ODI) adalah metode deteksi skala nyeri
yang bertujuan untuk mengukut derajat kecacatan, pun indeks
kualitas hidup dari pasien penderita nyeri, khususnya nyeri
pinggang.
Pada penerapannya, pasien akan diminta melakukan serangkaian
tes guna mengidentifikasi intensitas nyeri, kemampuan gerak
motorik, kemampuan berjalan, duduk, fungsi seksual, kualitas
tidur, hingga kehidupan pribadinya. Dari sini, dokter dapat
mengetahui skala nyeri dan memastikan apa penyebab utama dari
nyeri yang dirasakan tersebut.

7. Brief Pain Inventory (BPI)

Awalnya, metode ini digunakan untuk menghitung skala nyeri yang


dirasakan oleh penderita kanker. Namun. Saat ini BPI juga
digunakan untuk menilai derajat nyeri pada penderita nyeri kronik.

8. Memorial Pain Assessment Card

Cara mengukur skala nyeri dengan metode Memorial Pain


Assessment Card ini dinilai cukup efektif, terutama untuk pasien
penderita nyeri kronik. Dalam penerapannya, MPAC akan berfokus
pada empat indicator, yakni intensitas nyeri, deskripsi nyeri,
pengurangan nyeri, dan mood.

Skala nyeri sifatnya subjektif. Anda bisa saja berpendapat bahwa


nyeri yang sedang dirasakan masuk ke dalam kelompok nyeri
berat. Jangan berspekulasi. Segera periksakan diri ke dokter untuk
mendapatkan informasi jelas perihal tingkat keparahan nyeri yang
sebenarnya Anda alami. Semoga bermanfaat!

 
4. nervus

Saraf kranial atau dalam bahasa latin dikenal dengan Nervus


Craniales ialah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat langsung
dari otak manusia. Berbeda dengan saraf spinal yang menonjol dari tulang
belakang manusia. Pasangan saraf kranial ditandai nomor sesuai dengan
posisinya dari depan sampai belakang.

Saraf kranial adalah bagian dari susunan sistem saraf tepi, selain letaknya
yang berdempetan dengan sistem saraf pusat (SSP). Saraf kranial sendiri
terhubung ke organ-organ tubuh manusia, seperti mata, telinga, hidung,
dan tenggorokan.

Jenis-Jenis Saraf Kranial


saraf kranial tergolong dalam sistem saraf sadar dengan 12 pasang saraf
yang terdiri dari 3 pasang saraf jenis sensorik, 5 pasang saraf jenis
motorik, dan 4 pasang saraf jenis gabungan, berikut pemaparannya.

1. Saraf (Nervus Olfaktorius)


Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal. Berkas sarafnya
menjulur ke bulbus olfaktorius dan melewati traktus olfaktori sampai ke
ujung lobus temporal (girus olfaktori). dan termasuk jenis saraf sensoris.

2. Saraf (Nervus Optikus)


Saraf ini bekerja membawa impuls (rangsangan) dari sel kerucut dan sel
batang di retina mata untuk dibawa ke badan sel akson yang membentuk
saraf optic di bola mata. Setiap saraf optic keluar dari bola mata pada
bintik buta dan masuk ke rongga kranial melewati foramen optic. Nervus
Optikus termasuk jenis saraf sensoris.

3. Saraf (Nervus Occulomotorius)


adalah saraf gabungan, yakni jenis saraf sensoris dan motoris, tetapi
sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berasal dari otak
tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata, otot yang
membuka kelopak mata dan ke otot polos tertentu pada mata. Serabut
sensorik membawa informasi indera otot dari otot mata yang terinervasi ke
otak.

4. Saraf (Nervus Trochlearis)


adalah saraf campuran, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik
dan merupakan saraf terkecil dari saraf kranial. Neuron motorik berasal
dari langit-langit tengah otak yang membawa impuls ke otot oblik superior
bola mata. Serabut sensorik dari spindle (serabut) otot memberikan
informasi indera otot dari otot oblik superior ke otak.

5. Saraf (Nervus Trigeminus)


Saraf kranial terbesar, adalah saraf gabungan tetapi beberapa bagian
terdiri dari saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik terutama
pada wajah dan rongga nasal serta rongga oral. Nervus trigeminus
mempunyai 3 bagian, yakni :
a. bagian optalmik membawa informasi dari kelopak mata bola mata,
kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.
b. bagian maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi
atas, gusi dan bibir) dan palatum.
c. bagian mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit
rahang dan area temporal kulit kepala.

6. Saraf VI (Nervus Abdusen)


adalah saraf campuran, beberapa bagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik yang berasal dari nucleus pada pons yang menginervasi
otot rektus lateral mata. Serabut sensorik membawa informasi
proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.

7. Saraf VII (Nervus Fasialis)


adalah saraf campuran. Meuron motorik berada pada nuclei pons. Neuron
ini menginervasi otot ekspresi wajah, dan kelenjar air mata serta kelenjar
saliva. Neuron sensorik yang membawa informasi dari reseptor yang
mengecap pada dua pertiganya bagian anterior lidah.

8. Saraf VIII (Nervus Vestibulocochlearis)


terdiri dari saraf sensorik dan mempunyai 2 (dua) cabang, yakni :

a. bagian koklear atau auditori memberikan informasi dari reseptor untuk


indera pendengaran dalam organ korti telinga ke nuclei koklear pada
medulla, lalu ke kolikuli inferior, bagian medial nuclei genikulasi pada
thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus temporal.
b. Cabang vestibular membawa informasi yang saling berkaitan dengan
ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diperoleh dari
reseptor sensorik pada telinga dalam.

9. Saraf IX (Nervus Glosofaringeal)


adalah saraf campuran. Neuron motorik yang berawal dari medulla dan
menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid.
Neuron sensorik membawa informasi yang kesinambungan dengan rasa
dari pertiga bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan
laring. Neuron juga membawa informasi menyangkut tentang tekanan
darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah.

10. Saraf X (Nervus Vagus)


adalah saraf campuran. Neuron motorik yang berasal dari dalam medulla
dan menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron
sensorik membawa informasi juga dari faring, laring, trakea, esophagus,
dan jantung serta visera abdomen ke medulla dan pons.

11. Saraf XI (Nervus Asesorius)


adalah saraf campuran, beberapa sebagian besar terdiri dari serabut
motorik. Neuron motorik berasal dari dua area yaitu : bagian cranial yang
berawal dari medulla dan menginervasi otot volunteer faring dan laring,
bagian spinal muncul dari medulla spinalis serviks dan menginervasi otot
trapezius dan sternokleidomastoideus. Neuron sensorik yang membawa
informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh saraf motorik.

12. Saraf XII (Nervus Hipoglosus)


adalah saraf campuran, beberapa sebagian besar terdiri dari saraf
motorik. Neuron motorik yang berawal dari medulla dan mensuplai otot
lidah. Neuron sensorik yangmembawa informasi dari spindel otot di lidah.

Cara Pemeriksaan Saraf Kranial


1. Nervus Olfaktori
Cara Pemeriksaan: pasien menutup mata, berusaha membedakan bau
(kopi, teh,dll)

2. Nervus Optikus
Cara Pemeriksaan: melalui snelend card, dan periksa pandangan mata

3. Nervus Okulomotoris
Cara Pemeriksaan: putarkan bola mata, menggerak-gerakan konjungtiva,
refleks pupil maupun inspeksi kelopak mata

4. Nervus Trochlearis
Cara Pemeriksaan: putarkan bola mata, menggerak-gerakan konjungtiva,
refleks pupil maupun inspeksi kelopak mata
5. Nervus Trigeminus
Cara Pemeriksaan: menggerak-gerakan rahang kesemua area, pasien
menutup mata, sentuh dengan menggunakan kapas pada dahi atau pipi.

6. Nervus Abdusen
Cara pemeriksaan: putarkan bola mata, menggerak-gerakan konjungtiva,
refleks pupil maupun inspeksi kelopak mata

7. Nervus Fasialis
Cara pemeriksaan: bersiul, senyum, mengngkat alis mata, dan menutup
kelopak mata dengan tahanan, serta menjulurkan lida untuk membedakan
gula dan garam

8. Nervus Verstibulocochlearis
Cara pemeriksaan: test webber maupun rinne

9. Nervus Glosofaringeus
Cara pemeriksaan: membedakan rasa manis dan rasa asam

10. Nervus Vagus


Cara pemeriksaan: menyentuh faring posterior, pasien akan menelan
saliva, harus mengucap ah…

11. Nervus Asesoris


Cara pemeriksaan: pasien harus menggerakan bahu dan lakukan tahanan
sambil pasien melawan tahanan tersebut.

12. Nervus Hipoglosus


Cara pemeriksaan: pasien harus menjulurkan lidah dan menggerakan ke
semua area mulut.
5. Tetesan cairan infus

Cara Menghitung Tetesan Infus :

       Keterangan :

1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro

a.       Dewasa; (makro dengan 20 tetes/ml)

Tetesan/menit:

               Jumlah cairan yang masuk

           Lamanya Infus(jam)    X    3
ATAU

Tetesan/menit:

∑ keb. Cairan   X   Faktor tetesan

Lama Infus(Jam)   X  60 menit

                                   

Keterangan:

Faktor tetesan Infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10

tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20 tetes/menit).

Contoh:
Seorang pasien dewasa diperlukan rehidrasi dengan 1000ml(2 botol) dalam 1
jam, maka tetesan per menit adalah?

1000ml
Tetesan/menit =   ----------------------- = 333/menit

1X3

ATAU
1000ml  X  20
Tetesan/menit =   ---------------------------- = 333/ menit
1  X  60 menit

b.        Anak

Jumlah cairan yang masuk


Tetesan/menit(mikro) =      --------------------------------------
Lamanya infus (jam)

Contoh:
            Seorang pasien neonatus diperlukan rehidrasi dengan 250µl dalam 2
jam, maka tetesan per menit adalah?

250
Jumlah tetesan (mikro) =   ----------------- = 125 tetes/menit
2

6. pemeriksaan refleks

Anda mungkin juga menyukai