keluhan yang Keluhan utamanya yaitu mendorong pasien datang berobat Mulai timbulnya Krononologi timbulnya gejala gejala. Lokalisasi keluhan atau kelainan. Kapan timbulnya dan bagaimana perjalanan selanjutnya. Terapi dan segala pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya. Diagnosa penyakit penyakit sewaktu di rawat sebelumnya.
PENURUNAN KESADARAN Glasgow Coma Scale (Skala Koma Glasgow): 1. Eye Opening 2. Motor Response 3. Verbal Response
typed by m.ichsan
typed by m.ichsan
typed by m.ichsan
typed by m.ichsan
2. Refleks kornea 3. Dolls eye movement 4. Reaksi pupil kanan 5. Reaksi pupil kiri 6. Refleks muntah atau batuk
SOMNOLEN : Keadaan mengantuk . Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang . Somnolen disebut juga sebagai: letargi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
SOPOR ( STUPOR ): Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat , namun kesadarannya segera menurun lagi. Dengan rangsang nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari pasien..Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik. KOMA .Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya
CARA PMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL KAKU KUDUK. Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb: Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan ( fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat
KERNIG SIGN.
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135 derajat , maka dikatakan kernig sign positif.
1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.
2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat ( gravitasi ). 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat. 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan. 5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ).
Refleks fisiologis ( tendon / periosteum ) Refleks biseps ( B P R ) : Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendonm. biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku. Respons : fleksi lengan pada sendi siku Afferent : n. musculucutaneus ( c 5-6 ) Efferenst : idem
Refleks triceps ( T P R ) : Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. Respons : extensi lengan bawah disendi siku Afferent : n. radialis ( C 6-7-8 ) Efferenst : idem
Refleks fisiologis ( tendon / periosteum ) Refleks patella ( K P R ) : Stimulus : ketukan pada tendon patella Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps Femoris. Efferent : n. femoralis ( L 2-3-4 ) Afferent : idem
Refleks achilles ( A P R ) Stimulus : ketukan pada tendon achilles Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m. gastrocnemius Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 ) Afferent : idem