Pendekatan ABCDE dapat digunakan ketika menilai dan menangani semua pasien gawat
darurat. Prinsip-prinsip utama pendekatan ini adalah :
1. Ikuti pendekatan sistematik, berdasarkan Airway (jalan nafas, Breathing (pernafasan),
Circulation (sirkulasi), Disability (disabilitas) dan Exposure untuk menilai dan menangani
pasien gawat darurat.
2. Lakukan penilaian awal secara lengkap, nilai ulang secara teratur.
3. Selalu tangani masalah-masalah yang mengancam nyawa terlebih dahulu, sebelum
meneruskan ke bagaian penilaian selanjutnya.
LIHAT
Lihat (look) adakah tanda-tanda obstruksi jalan nafas, adanya obstruksi jalan nafas
menyebabkan pergerakan dada dan abdomen secra paradoks (pernafasan ’see-saw’) dan
penggunaan otot-otot pernafasan aksesoris. Adanya sianosis sental merupakan tanda lanjut
dari obstruksi jalan nafas.
DENGAR
Dengar (listen) adalah tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Adanya bising tertentu akan
menentukan derajat obstruksi.
1. Grugling (suara seperti berkumur) : adanya cairan di dalam mulut atau saluran nafas bagian
atas.
2. Snoring (mengorok) : adanya penutupan sebagian laring oleh lidah.
3. Crowing (spasme laring).
4. Stridor inspirasi : ’roaking respiration’ menandakan obstruksi partial jalan nafas bagian atas,
misalnya disebabkan oleh benda asing dan edema laring.
5. Wheezing (mengi) ekspirasi : suara menyerupai musik yang bising akibat aliran udara
turbulen melalui bronkus dan bronkiolus yang menyempit, lebih jelas terdengar saat
ekspirasi : penyebabnya meliputi asma dan gangguan jalan nafas obstruksi kronik.
RASAKAN
Rasakan (feel) adakah tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Tempatkan muka atau tangan anda di
depan mulut pasien untuk menentukan apakah terdapat pergerakan dinding dada.
PENILAIAN PERNAFASAN
Teknik yang digunakan adalah lihat (look), dengar (listen) dan rasakan (feel) dapat menilai
pernafasan, mendeteksi tanda-tanda distres penafasan atau ventilasi yang tidak adekuat.
LIHAT
Lihat (look) apakah ada tanda-tanda umum distres pernafasan : takipnea, berkeringat, sianosis
sentral, pengunaan atau bantu pernafasan dan pernafasan abdomen.
1. Hitung laju pernafasan selama 1 menit
Pernafasan normal orang dewasa adalah 12 – 20 kali/menit, adanya takipnoe merupakan
indikator pertama adanya dissetres pernafasan. Bradipnea merupakan tanda yang buruk,
adanya braipnea yang terjadi secara mendadak pada pasien yang mengalami distres
pernafasan dapat dengan cepat di ikuti dengan henti nafas.
2. Nilai kedalaman pernafasan
Pastikan bahwa pergerakan dada sama pada ke dua sisi. Adanya pergerakan unilateral dari
dada menujukan peyakit seperti pnemothoraks dan efusi pleura.
3. Nilai pola (ritme) pernafasan
Pola pernapasan Cheyne-Stokes (adanya periode apnoe yang berselang-seling dengan
periode hiperpnea).
4. Catat kosentrasi oksigen inspirasi (saturasi oksigen) normal saturasi oksigen adalah 97-
100%.
DENGAR
Dengar (listen) suara napas pasien pada jarak yang dekat dari muka pasien. Pernapasan yang
normal adalah tidak terdengar. Lakukan auskultasi dada : setiap suara napas tambahan, misal
ronki, mengi dan rub pleural harus diperhatikan.
RASAKAN
Lakukan perkusi dada, berbagai penyebab suara perkusi meliputi :
1. Sonor (resonant) : paru terisi udara
2. Redup (dull) : hati, limpa, jantung, konsolidasi/kolaps paru
3. Pekak (stoney dull) : efusi pleura
4. Hipersonor (hyper-resonant) : pnemothoraks dan emfisema
5. Timpani (timpanic) : rongga beisi udara
PENILAIAN SIRKULASI
Pendekatan yang lazim yaitu lihat (look), dengar (listen) dan rasakan (feel) dapat digunakan
untuk menilai sirkulasi.
LOOK
Lihat (look) warna tangan dan jari, adanya tanda-tanda gangguan kardiovaskuler termasuk akral
(perifer) dingin dan pucat. Ukurlah waktu pengisian kapiler (capillary refill time) / CRT, adanya
CRT > 2 detik menunjukan perfusi perifer yang buruk. Carilah tanda-tanda curah jantung yang
buruk (penurunan kesadaran dan oliguria (vol urin < 0,5 mL/kg/jam). Periksa untuk mencari
tanda-tanda perdarahan eksternal atau internal.
DENGAR
Ukurlah tekanan darah pasien, tekanan darah sistolik yang rendah menunjukan syok.
RASAKAN
Nilai suhu kulit pada ekstermitas pasien untuk menentukan hangat atau dingin, suhu yang
dingin menunjukan perfusi perifer yang buruk. Nilai keberadaan : fekuensi, kualitas dan
keteraturannya. Nadi yang lemah menunjukan curah jantung yang buruk. Nilai keadaan vena,
jika terdapat hipovolemia, maka vena kurang terisi atau kolaps.
PENILAIAN DISABILITAS
Penilaian disabilitas melibatkan evaluasi fungsi sistem syaraf puast. Lakukan penilaian cepat
tingkat kesadaran dengan AVPU dan Glasgow Coma Scale
A : Alert (waspada)
V : Verbal
P : Pain
U : Unresponsive
Glasgow Coma Scale
Membuka Mata Respon Verbal Respon Motorik
1 : Tidak ada respon 1 : Tidak ada respon 1 : Tidak ada respon
2 : Terhadap nyeri 2: Suara yang tidak 2 : Ekstensi terhadap nyeri
3 : Terhadap perintah dimengerti 3 : Fleksi terhadap nyeri
4 : Spontan 3 : Kata-kata yang tidak tepat 4 : Menarik diri dari nyeri
4 : Konfusi / bingung 5 : Melokalisasi pusat nyei
5 : Orientasi baik 6 : Mematuhi perintah
PENILAIAN PUPIL
Walaupun bukan merupakan bagian dari GCS, penilaian pupil memiliki keterkaitan yang
esensial dengan GCS, khususnya ketika kesadaran terganggu. Reflek pupil merupakan penilaian
saraf kranial ketiga (saraf okulomtor) yang mengontrol kontraksi pupil. Setiap perubahan pada
reaksi pupil, baik ukuran maupun bentuk, yang disertai dengan tanda-tanda neurologis lainnya,
merupakan suatu petunjuk adanya peningkatan tekanan intra kranial (TIK).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan pupil :
1. Adanya iregularitas yang sudah ada sebelumnya pada pupil, misalnya : katarak atau cidera
mata sebelumnya.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi pupil, misalnya : obat-obatan.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan kontraksi pupil, misalnya : obat narkotik.
EKSPOSURE