Anda di halaman 1dari 24

LBM 1

STEP 1

1. Primary survey : penilaian awal untuk mengidentifikasi scr cepat untuk


mengambil tindakan yang mengancam jiwa (ABCDE)
2. triple airway manuver : teknik pengelolaan jalan nafas dasar dgn manuver
sederhana yg terdiri dari 3 kombinasi
3. definitive airway : suatu alat dimasukan kedalam trakea dan digelembungkan,
penanganan dgn membuka jln nafas dgn membuka jalan nafas ( surgical dan
non surgical )
4. advance airway : managemen jalan nafas lanjutan yg melibatkan
keterampilan dan invasi yang tinggi
5. gurgling : suara seperti berkumur, yg disebabkan adanya sumbatan oleh
cairan

STEP 2

1. bagimana cara px kesadaran dan apa arti dari E3V4M5 ? GCS dan AVPU ?

MATA SCORE
Spontan membuka mata 4
Terhadap suara membuka mata 3
Terhadap nyeri membuka mata 2
Menutup mata terhadap segala jenis rangsang 1
VERBAL RESPON SCORE
Berorientasi baik 5
Bingung 4
Membentuk kata tapi tidak mengucapkan sesuatu 3
Bergumam (groaning) 2
Tidak bersuara 1
MOTORIK RESPON SCORE
Menurut perintah 6
Mampu melokalisir rangsangan sensorik 5
Menolak rangsang nyeri pada anggota gerak 4
(withdrawal)
Menjauhi rangsang nyeri (flexion) 3
Ekstensi spontan 2
Tidak ada gerakan 1
PENILAIAN SCORE
Komposmentis 15
Coma 3

( Sumber : Buku Panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FKUI )


1) Skor 14-15 : compos mentis
2) Skor 12-13 : apatis
3) Skor 11-12 : somnolent
4) Skor 8-10 : stupor
5) Skor < 5 : koma

Tingkat kesadaran

Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,


dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong


A Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
V Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di
telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau
menyentuh pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P.
P Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah
adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat
juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal
diatas mata
(supra orbital).
U Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak
bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive

2. bagaimana dokter melakukan primary survey ? dan indikasi ?

a. Airway + Cervical Spine Control

Look : Melihat adanya darah/cairan di sekitar mulut

Melihat adanya obstruksi baik oleh benda


asing/cairan.

Listen : Suara pernapasan


Feel : Merasakan hembusan nafas korban.

Gangguan pada Airway

a. Obstruksi Total akibat (benda asing)

Bila korban masih sadar:

o Korban memegang leher dalam keadaan sangat gelisah

o Mungkin ada kesan masih bernapas walaupun tidak ada ventilasi

Penatalaksanaan:

Hemlich manuever/abdominal thrust (kontra pada ibu hamil dan bayi)

Bila tidak sadar.

Tentukan dengan cepat adanya obstruksi total dengan sapuan jari


(finger sweep) ke dalam faring sampai belakang epiglotis. Jika tidak
berhasil, lakukan Abdominal Thrust dalam keadaan penderita berbaring.

b. Obstruksi Parsial

Obstruksi parsial bisa disebabkan berbagai hal. Biasanya korban


masih bisa bernapas sehingga timbul berbagai macam suara pada
pemeriksaan listen, tergantung penyebabnya:

Cairan (Darah/Sekret)

Timbul suara gurgling (suara napas + suara cairan) , bisa terjai pada
aspirasi akut. Penatalaksanaan :

Tanpa alat : Lakukan finger sweep

Alat : Suction(Orofaring atau Nasofaring) / ETT

Lidah jatuh ke belakang.

Bisa terjadi karena tidak sadar. Timbul suara snoring (mendengkur) .


Penatalaksanaan :

Tanpa alat : Jaw Thrust


Alat : Oropharyngeal Tube.

Penyempitan di laring / trakea.

Oedema dapat terjadi karena berbagai hal : Keracunan, Luka bakar.


Timbul suara crowing/stridor. Penatalaksanaan : Trakheostomi.

b. Breathing (Ventilasi)

Airway (jalan napas) yang baik tidak menjamin breathing (dan


ventilasi) yang baik. Breathing artinya pernapasan atau proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Airway yang baik tidak
menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik menggambarkan
fungsi baik dari paru, dinding thoraks dan diafragma. Pada saat
pemeriksaan breathing dada korban harus dibuka untuk melihat
pernapasan yang baik. Dalam pemeriksaan breathing berpedoman pada
:

1) Inspeksi

Inspeksi breathing berupa observasi dada, yang dinilai :

- Keadaan umum pasien tampak sesak dengan tangan menopang


pada tempat tidur dengan maksud supaya otot-otot bantu pernapasan
dapat membantu ekspirasi, pernapasan cuping hidung, tachypneu dan
sianosis. Selain itu juga mungkin dapat didengar wheezing (ekspirasi
yang memanjang) dan bentuk dada barrel chest (terjadi pemanjangan
diameter antero-posterior disertai sela iga yang melebar dan sudut
epigastrium yang tumpul). Keadaan ini bisa dijumpai pada keadaan
saluran napas yang menyempit seperti asma. Yang dapat dilakukan
memposisikan pasien pada posisi senyaman mungkin, biasanya posisi
setengah duduk dan diberi oksigen pada asma ringan. Sedangkan pada
asma berat diberi bronkhodilator. Pada kasus trauma stabilisasi
penderita dilakukan pada posisi stabil dengan menggunakan bantuan
oksigen baik itu dengan endotracheal tube ataupun dengan ventilator.
Indikasi pemberian oksigen antara lain :
Pada saat RJP.

Setiap penderiat trauma berat.

Setiap nyeri prekardial.

Gangguan paru seperti asma.

Gangguan jantung.

- Pergerakan dada apakah simetris antara dinding thoraks kiri dan


kanan pada saat inspirasi dan ekspirasi. Ketidaksimetrisan ini salah
satunya disebabkan oleh trauma pada thoraks sehingga terdapat udara
dan darah dalam cavum pleura. Terdapatnya udara dalam cavum pleura
disebut pneumothorax dan gejalanya disertai dengan nyeri dada, sesak
napas dan dugaan diperkuat lagi jika terdapat luka terbuka di daerah
dada (dx : Pneumothorax terbuka). Jika terdapat darah pada cavum
pleura disebut hemothorax dan gejalanya pun disertai sesak napas dan
nyeri dada. Pada kedua kasus tersebut kadang dijumpai deviasi trachea
dan pergeseran mediastinum pada stadium yang berat. Untuk
pneumothorax terbuka bisa memasang kasa tiga sisi.

- Frekwensi napas dan iramanya.

2) Palpasi

- Nyeri Tekan dan Krepitasi

Hal ini mungkin mengarah pada fraktur kosta. Nyeri timbul akibat
penekanan kosta ke pleura parietalis sedang krepitasi adalah bunyi
tulang kosta yang patah.

- Vocal Fremitus atau Tctil Fremitus

Hal ini dilakukan untuk mengetahui perambatan suara ke dinding dada


yang dirasakan oleh kedua tangan yang dirapatkan, tepatnya di sela-
sela kosta.

Peningkatan fremitus menandakan adanya konsolidasi paru


misalnya pada Pneumonia (kelainan infiltrat)
Penurunan fremitus hampir selalu disebabkan oleh kelainan non
infiltrat. Misalnya Pneumothorax, Hemotrax.

- Deviasi Trachea

Artinya terjadi penyimpangan trachea akibat pendorongan di dalam


mediastinum. Pada pneumothorax misalnya : deviasi trachea akan
mengarah ke arah sehat.

3) Perkusi

Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam


rongga pleura. Suara perkusi yang normal adalah sonor. Suara perkusi
redup, pekak, hipersonor atau timpani menandakan adanya kelainan
pleura atau paru.

Perkusi yang pekak (dullness percussion, stone dullness) misalnya


pada hemothorax.

Perkusi yang hipersonor ditemukan misalnya pada Pneumothorax.

Perkusi inilah yang biasanya membantu membedakan


Pneumothorax dan Hemotrax selain foto thorax.

4) Auskultasi

Auskulatasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke


dalam paru. Pada keadaan normal didapatkan napas bronchial pada
trachea, napas bronchovesikuler di daerah intraclaviculer, suprasternal
dan interscapular. Sedangkan suara napas vesikuler di luar lokasi
diatas. Bila didapatkan suara napas bronchial/ bronchovesikuler pada
lokasi yang seharusnya vesikuler, menandakan adanya suatu kelainan
pada tempat tersebut.

Suara napas vesikuler yang melemah menandakan adanya


halangan hantaran suara ke dinding dada misalnya efusi pleura,
pneumothorax dan hemotrax.
Suara wheezing, menciut (highed pitch) misalnya pada asma dan
gagal jantung.

Ronchi halus dan sedang dapat disebabkan oleh cairan misalnya


pada pneumonia dan edema paru.

Bunyi berkurang/menghilang menunjukkan adanya cairan/udara


dalam rongga pleura/ kolaps paru.

Bunyi napas bernada tinggi misalnya pada Tension Pneumothorax.

Bunyi rub misalnya pada peluritis, infark paru dan lain-lain.

Setelah evaluasi breathing dan hasilnya baik, harus periksa


kembali Airway sebelum melanjutkan ke Circulation. Bila tiba-tiba pasien
henti napas maka pernapasan buatan bisa dengan :

1. Mouth to mouth ventilation/Mouth to nose.

2. Mouth to mask ventilation

Bila dipasang saluran oksigen pada fase mask maka konsentrasi


oksigen dapat mencapai 55%.

3. Ambu-Bag

Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan diantaranya ada katup.

4. Jackson-REES.

5. Ventilator.

c. Circulation

Hal yang dinilai pada pemeriksaan sirkulasi adalah status


hemodinamik dari pasien. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan
melihat ada tidak perdarahan, pemeriksaan tekanan darah dan nadi
(tanda vital). Juga perhatikan ada tidak tanda-tanda syok seperti
hipotensi, pucat, berkeringat, akral dingin, dan perubahan status mental.
Bila ada tanda-tanda syok tersebut maka segera posisikan pasien
dengan posisi Trendelenberg untuk menjamin sirukulasi ke otak.
Kemudian segera pasang infus untuk memasukkan cairan intravena
sesuai dengan indikasi. Bila ada perdarahan eksternal yang nyata maka
segera hentikan perdarahan tersebut dengan kompresi atau penekanan
langsung di tempat perdarahan atau bebat tekan. Kontrol perdarahan ini
diperlukan agar status hemodinamik pasien tidak semakin memburuk.

Setelah tindakan tersebut dilakukan maka evaluasi kembali


keadaan pasien mulai dari tindakan yang pertama yaitu Airway atau
jalan napas, Breathing atau pernapasan dan Circulation atau sirkulasi.
Juga evaluasi tindakan yang telah kita lakukan.

d. Disability

Disability adalah penilaiaan status neurologis atau penggunaan


obat-obatan resusitasi. Status neurologis meliputi : GCS (Lihat Tabel).

Variabel Nilai
Respon Spontan 4
Buka Terhadap Suara 3
Mata Terhadap Nyeri 2
(M) Tidak Ada 1
Menuruti Perintah 6
Melokalisir Nyeri 5
Respon Fleksi Normal
4
Motorik (Menarik Dari Nyeri)
Terbaik Fleksi Abnoemal
3
(M) (Dekortikasi)
Ekstensi Abnormal 2
Tidak Ada 1
Respon Berorientasi 5
Verbal Bicara 4
(V) Membingungkan
Kata-kata Tak
3
Teratur
Suara tak jelas 2
Tidak ada 1
Nilai GCS = ( M + M + V), nilai terbaik = 15, Nilai terburuk = 3

Refleks pupil, yang dimulai adalah diameter pupil isokor.

Anisokor adalah jika perbedaan diameter kedua pupil lebih dari 1 mm.

Isokor adalah jika perbedaan diameterkedua pupil kurang dari 1 mm.

Miosis.

Midriasis.

Lateralisasi adalah ketidakmampuan sebagian fungsi sensoris dan


motoris berdasarkan ada tidaknya jejas atau massa intrakranial.

e. Environment

Dalam environment kita melakukan penilaian head to toe,


untuk mengetahui adanya cedera lain yang nampak dengan melepas
semua pakaian yang melekat, cegah jangan sampai pasien hipotensi,
asidosis, dan koagulopati, yang merupakan Trias of Death.

3. mengapa pada pasien didapatkan suara gurgling, epistaksis dan edem


periorbital ?
a. Karena adanya kebuntuan yang disebabkan oleh darah,
b. Tdk ada kontraksi di lidah, menutup rongga pernapasan turbulensi udara
terganggu suara berkumur
Sumbatan parsial : ada suara berisik dan retraksi ; ngorok ( snoring chin lift), gurgling
(cairan, berkumur finger swab, suction), crowing (nada tinggi, karena edem di trakea jaw
thrust).
Sumbatan total : dada tidak mengembang saat inspirasi tidak ada suara dari mulut atau
hidung, retraksi supra clavicula.

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :


Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin
lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa
endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi :
finger sweep, pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi,
trakeostomi.

4. apa interpretasi pf fisik yang didapatkan ?


5. apa saja langkah langkah menilai jalan nafas ?

a. Airway + Cervical Spine Control

Look : Melihat adanya darah/cairan di sekitar mulut

Melihat adanya obstruksi baik oleh benda


asing/cairan.

Listen : Suara pernapasan

Feel : Merasakan hembusan nafas korban.

Gangguan pada Airway

a. Obstruksi Total akibat (benda asing)

Bila korban masih sadar:

o Korban memegang leher dalam keadaan sangat gelisah

o Mungkin ada kesan masih bernapas walaupun tidak ada ventilasi

Penatalaksanaan:

Hemlich manuever/abdominal thrust (kontra pada ibu hamil dan bayi)

Bila tidak sadar.

Tentukan dengan cepat adanya obstruksi total dengan sapuan jari


(finger sweep) ke dalam faring sampai belakang epiglotis. Jika tidak
berhasil, lakukan Abdominal Thrust dalam keadaan penderita berbaring.

b. Obstruksi Parsial

Obstruksi parsial bisa disebabkan berbagai hal. Biasanya korban


masih bisa bernapas sehingga timbul berbagai macam suara pada
pemeriksaan listen, tergantung penyebabnya:
Cairan (Darah/Sekret)

Timbul suara gurgling (suara napas + suara cairan) , bisa terjai pada
aspirasi akut. Penatalaksanaan :

Tanpa alat : Lakukan log roll lalu finger sweep

Alat : Suction(Orofaring atau Nasofaring) / ETT

Lidah jatuh ke belakang.

Bisa terjadi karena tidak sadar. Timbul suara snoring (mendengkur) .


Penatalaksanaan :

Tanpa alat : Jaw Thrust

Alat : Oropharyngeal Tube.

Penyempitan di laring / trakea.

Oedema dapat terjadi karena berbagai hal : Keracunan, Luka bakar.


Timbul suara crowing/stridor. Penatalaksanaan : Trakheostomi.

6. bagaimana indikasi dan cara melakuka n triple airway manuver ?


a.
Chin lift
Jari jemari diletakkan di bawah rahang, kemudian secara hati-hati
diangkat ke atas sehingga posisi dagu ke depan. Ibu jari menekan bibir
bawah untuk membuka mulut. Ibu jari juga bisa diletakkan di belakang
incisivus bawah dan secara bersamaan dagu diangkat.

b. Jaw Thrust
Pegang angulus mandibulae kiri dan kanan, lalu dorong rahang bawah
ke depan.

Advanced Trauma Life Support for Doctors, American College of


Surgeons Committee on Trauma, 7th edition

7. apa saja penyebab gangguan nafas ?


Apa saja yang dapat menyebabkan jalan napas tersumbat ?
Penyebab sumbatan jalan nafas yangsering dijumpai adalah dasar lidah, palatum
mole, darah atau benda asing yang lain.
Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena pada
penderita koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat
dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ini sering terjadi bila kepala
penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat
ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan
nafas. Penderita yang mendapat anestesi atau atidak. Dapat terjadi
laringospasme dan ini biasanya terjadi oleh karena rangsangan jalan nafas pada
penderita stupor atau koma yang dangkal.
Sumbatan jalan nafas dapat juga terjadi pada jalan nafas bagian bawah, dan ini
terjadi sebagai bronkospasme, sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi
lambung atau benda asing ke dalam paru
PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT.
PROF.DR.DR.I.RIWANTO,SPBD.FKUI

Sebab Terjadinya obstruksi

1. Trauma

Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus
percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan
sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll.

2. Benda Asing

Benda Asing tersebut dapat tersangkut pada :


a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai
berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu, digagia,
hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau dapat pula terjadi
sianosis. Gangguan oleh benda-benda asing ini biasanya terjadi pada anak-
anak yang disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg tidak
teratur bentuknya.
b. Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran nafas maka
dibagi atas :
Pada Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam
bronkhus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea
tidak dapat dikeluarkan, karena tersangkut di dalam rima glotis dan
akhirnya tersangkut dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring

Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya
lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi
besar

BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB

Derajat/ stadium sumbatan jalan napas

Jackson
1. Sesak nafas, stridor inspirator, retraksi suprasternal ; KU masih baik
2. Gejala stadium I + retraksi epigastrium ; penderita mulai gelisah
3. Gejala stadium II+retraksi supra/infraklavikular; penderita sangat gelisah dan
sianotik
4. Gejala umum stadium III+retraksi interkostal; penderita berusaha sekuat
tenaga untuk menghirup udara; lama-kelamaan terjadi paralisis pusat
pernapasan, penderita menjadi apatik dan ahirnya meninggal.
KEDARURATAN MEDIK. AGUS PURWADIANTO. EDISI REVISI TAHUN 2000

Klasifikasi
a. Sumbatan totaltidak dikoreksi dalam 5-10 menit dapat mengakibatkan asfiksi
(kombinasi hipoksemi dan hipokarbia), henti nafas dan henti jantung, tidak
terdengar suara nafas dan tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung dan
mulut, retraksi pada supraklavikula, sela iga jika masih dapat bernafas secara
spontan dan dada tidak mengembang saat inspirasi atau inflasi paru gagal
walaupun cara sudah benar. Bisa terjadi atelektasis
b. Parsialkerusakan otak, sembab otak, sembab paru, terdengar aliran udara
berisik dan kadang2 disertai retraksi, bunyi melengking (stridor)menandakan
laringospasme, bunyi kumur menandakan sumbatan benda asing
c. Obstruksi yang hanya mengganggu ventilasiwheezing tanpa gangguan
parenkim paru

Berdasarkan jenis benda

a. Eksogen : padat, cair & gas, seperti kacang, rambutan, jarum, dsb

b. Endogen : sekret, darah, cairan amnion, dsb

AGENDA GAWAT DARURAT (CRITICAL CARE), PROF DR. H TABRANI RAB

Tanda dan gejala

Benda Asing di Laring

Stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dengan otot-otot


tambahan, dapat pula terjadi sianosis

Benda Asing di Trakhea

Lebih berbahaya daripada didalam bronkhus karena dapat menimbulkan asfiksia.


terdengar stridor dan akhirnya trjdi sianosis yang disertai dgn edema

Benda Asing di Bronkhus

Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih
besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar

Benda Asing di Trankeobronkial

Pasien mengalami batuk yang hebat dan bersin-bersin selama beberapa menit.
Batuk ini diikuti wheezing (mengi) dan ila tidak terdapat riwayat asma, maka hal
ini harus dicurigai sbg benda asing, terutama bila wheezing (mengi) terdapat di
unilateral.

BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB

Akibat

BAGIAN ATAS

Dasar lidah
Sering menyumbat jalan nafas pd penderita koma krn pd penderita koma otot
lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari
dinding belakang farings. Hal ni sering terjadi bila kepala penderita dalam
posisi fleksi.
Benda asing
Seperti tumpahan atau darah di jalan nafas bagian atas yang tidak dapat
ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat
jalan nafas. Benda-benda tersebut bisa tersangkut pada :
a. Laring Secara progresif akan terjadi stridor, dispneu, apneu, penggunaan
otot bantu nafas, sianois
b. Saluran nafas
1. Trachea tidak dapat dikeluarkan karena tersangkut didalam rimaglotis
dan akhirnya tersangkut dilarink dan akhirnya dapat menimbulkan gejala
obstruksi larink
2. Bronkus Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, benda asing ini
kemudian dilapisi sekresi bronkus sehingga menjadi besar.
Edema jalan nafas : dapat disebabkan infeksi(difteri), reaksi alergi atau akibat
instrumentasi (pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma tumpul.
Tumor : kista larings, papiloma larings, karsinoma larings biasa sumbatan
terjadi perlahan-lahan.
Trauma daerah larings
Spasme otot larings : tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abduktor paralysis) terutama bila
bilateral.
Kelainan kongenital : laryngeal web, fistula trakeoesofagus yang menimbulkan
laringotrakeomalasia.
BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB

BAGIAN BAWAH
Bronkospasne
Sembab mukosa
Sekresi bronkus
Masuknya isi lambung atau benda asing ke dlm paru.
DR. SOENARJO SP.AN,KIC., BUKU PENANGANAN PENDERITA GAWAT
DARURAT

Obstruksi jalan napas bagian atas


Kongenital Atresia koane
Stenosis supraglotis, glottis dan infraglotis
Kista duktus tireglosus
Kista brankiogen yang besar
Laringokel yang besar
Radang Laringottrakeitis
Epiglotitis
Hipertrofi adenotonsiler
Angina Ludwig (ABSES)
Abses parafaring atau retrofaring
Traumatic Ingesti kaustik
Patah tulang wajah atau mandibula
Cedera laringotrakeal
Intubasi lama: udem/stenosis
Dislokasi krikoaritenoid
Paralisis n.laringeus rekurens bilateral
Tumor Hemangioma
Higroma kistik
Papiloma laring rekurens
Limfoma
Tumor ganas tiroid
Karsinoma sel skuamosa laring, faring,
atau esofagus
Lain-lain Benda asing
Udem anginoeurotik
(sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong, EGC)
1. Edema jalan napas: dapat disebabkan infeksi (difteri), reaksi alergi atau
akibat instrumentasi (pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma
tumpul
2. Benda asing
3. Tumor
4. Trauma daerah laring
5. Spasme otot larings: tetanus, reaksi emosi
6. Kelumpuhan otot abductor pita suara : terutama bila bilateral
7. Kelainan congenital: laryngeal web, fistula trakeoesofagus yang menimbulkan
laringotrakeamalasia

8. macam macam sumbatan jalan nafas ?


a. Obstruksi Total
i. Bisa ditemukan dalam keadaan sadar atau dalam keadaan tidak
sadar
ii. Pada obstruksi total akut, biasanya disebabkan oleh tertelannya
benda asing yang kemudian menyangkut dan menyumbat
pangkat larinks.
iii. Bila obstruksi total timbul perlahan maka berawal dari obstruksi
parsial yang kemudaian menjadi total
b. Obstruksi Parsial
i. Biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul
beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya:
1. Cairan (darah, secret, aspirasi lambung, dsb)
Timbul suara gurgling suara bernafas bercampur suara
cairan. Dalam keadaan ini harus dilakukan penghisapan
(suction)
2. Pangkal lidah yang jatuh ke belakang
Keadaan ini dapat timbul pada pasien yang tidak sadar
(coma) atau pada penderita yang tulang rahan
bilateralnya patah. Sehingga timbul suara mengorok
(snoring) yang harus segera diatasi dengan perbaikan
airway secara manual atau dengan alat.
3. Penyempitan di larinks atau trachea
Dapat disebabkan edema karena berbagai hal ataupun
desakan neoplasma. Timbul suara crowing atau stridor
respiratoir. Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan
perbaikan airway pada bagian distal dari sumbatan,
misalnya trakhetostomi
Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support
Derajat Sumbatan Jalan Nafas
Pembagian Stadium:
- Stadium 1 : Tampak retraksi suprasternal, stridor saat inspirasi dan
pasien tenang
- Stadium 2 : retraksi suprasternal makin dalam, timbul retraksi epigastrik,
pasien mulai gelisah, stridor terdengar saat inspirasi
- Stadium 3 : tampak retraksi suprasternal, epigastrik, infraklavikula dan
intercostals, pasien sangat gelisah dan dispnea, stridor terdengar saat
inspirasi dan ekspirasi
- Stadium 4 : Retraksi bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak
ketakutan dan sianosis. Jk berlangsung terus menerus pasien
kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik akibat hiperkapnea
pasien melemah dan tertidur asfiksia meninggal
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FK UI

9. pengelolaan jalan nafas ? dasar dan lanjutan ? indikasi dan kontraindikasi ?

10. apa indikasi dilakukannya definitive airway ?

11. apa arti dan klasifikasi hipoksia ?

Nilai Pulse Arti Klinis Pilihan suplementasi O2


Oxymetri
95-100% Dalam batas normal Kanul binasal
90-95% Hipoksia ringan sampai sedang Sungkup muka sederhana
85=90% Hipoksia sedang sampai berat Sungkup muka dengan
reservoir O2 atau ventilasi
dibantu
<85% Hipoksia berat yang Ventilasi dibantu
mengancam jiwa

12. terapi oksigenasi pada hipoksia ?


13. tujuan pemasangan pulse oksimetri ?
14. beda dari SpO2 dan SO2 ?
15. apa saja macam macam alat suplemen oksigenasi ?
Pemberian oksigen dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan
posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna
bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah.
Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-
rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali. Macam Bentuk Masker :
Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan
kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan
kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6
liter/menit dengan konsentrasi 40 - 60%.

Indikasi :
Flow rate: 1-6 L/menit
Konsentrasi O2 : 20-45%
Keuntungan :
- Pasien dapat makan dan bicara tanpa melepas canula
- Nyaman untuk semua usia
Kerugian :
- Mudah terlepas / salah posisi
- Flow rate > 6L/menit tidak dapat diberikan, karena dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (
Macam Bentuk Masker :
Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan
kecepatan aliran 5-8 liter/menit.

Simple face mask


Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran
5-8 liter/menit.

Rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran
8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi
sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO 2 lebih
tinggi daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)


Non rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan
aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi
dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah
udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
(Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

16. komplikasi organ vital apa saja yang dapat terjadi ?

STEP 3

1. bagaimana dokter melakukan primary survey ?


- harus mengetahui indikasi yang dilakukan primary survey !!
kesadaran menurun ( GCS < 12)
gangguan jalan nafas
gangguan sirkulasi
- pasien datang initial assesment ( lokasi kejadian, primary survey,
secondary survey)
- primary survey
Dangerous (keamanan : diri,lingkungan,pasien)
Respon :
--- alert : sadar
--- verbal :
--- pain : stimulasi nyeri
--- unrespon : tidka merespon
Airway : menilai jalan nafas dan servical, jk ada trauma lehernya
diposisikan se anatomis mungkin
Breathing : melihat ( > 30 x per menit : hipoksia ,mendengar dan
merasakan
--- Pulse oxymetri
Circulation : ( Denyut nadi, kapiler, suhu, perdarahan, warna kulit)
Devibrilation : status neurologis ( GCS dan tanda laterasi ( pupil dan
tonus otot))
Exposure : mencari trauma lain ,hindari hipotermi
Foley cateter
Gastritup
Heart : EKG
Difiksasi scr manual dgn cara imobilisasi manual
Denyut ( arteri femoralis dan carotis) : n : kuat,lambat dan reguler
jika cepat dan tidak teratur hipovilemik
Perdarahan
--- internal : penanganan ( kompresi dada, tindakan bedah dll)
--- eksternal
ABCD : bisa dilakukan dengan cara menanyakan nama dan kejadian
jk bisa menjawab tidak ada penuruanan kesadaran

2. mengapa pada pasien didapatkan suara gurgling, epistaksis dan edem


periorbital ?
gurgling : kecelakaan sumbatan obst parsial masih bisa
bernafas tapi bersuara spt berkumur. (sumbatan jalan nafas)
snoring : pasien koma, pada penderita tulang rahang patah dll
crowing : desakan
epistakasis cairan terkumpul disaluran nafas (faring) kelemahan
otot cairan terkupul tidak bisa tertelan turbulensi cairan dan
udara
epistaksis ( anterior kerusakan pleksus khiselbach dan etmoidalis
anterior ,posterior a.spenopalatina dan etmoidalis posterior )
edem periorbital : bengkak disekitar mata karena jaringan lunak
terisi oleh darah curiga adanya fraktur .... pecahnya pembuluh
darah ....?
3. apa interpretasi pf fisik yang didapatkan ?
TD : 100/60 mmHG : tek darah rendah adanya trauma atau syok
jantung bergerak cepat darah yang mengalir tidak sepenuhnya
hipotensi
HR : 115x/menit kompensasi dari jantung untuk mengaliri darah
kesuluruh tubuh
RR : 28x/menit kompensasi agar oksigen dalam tubuh terpenuhi
SpO2 : 96% kadar O2 dalam darah
--- > 95% normal
--- 91 % - 94% : diperlukan pemeriksaan
--- 85 90% : diberikan saturasi > 90%
4. bagaimana indikasi dan cara melakuka n triple airway manuver ?
TAM : untuk membuka jalan nafas , ada obstruksi atau tidak
Indikasi :
Pasien tdk sadar dan tnp adanya trauma servical
Chin lift : mengangkat
Head tilt : mengekstensikan kepala
Jaw trust : mengangkat rahang kanan kiri pasien
C dan H tdk bolek dilakukan jk terdapat trauma servical
Indikasi trauma servical : tidak sadar dengan riwayat multiple trauma ,
jejas di ...?
Multiple trauma harus diamankan servical!!
Airway : memeriksa udara bisa masuk atau tdk
Breathing : oksigenasi
5. apa saja penyebab gangguan nafas ?
kongenital : stenosis supra glotis dan infra glotis, laringokel
radang : laringotrakeaitis,epiglotitis, abses para faring atau rertro faring
traumatik : dislokasi krikoaretenoid, trauma mandibula dll
keganasan : hemangioma, limgoma, karsinoma
benda asing : biji bijian dll
6. apa saja langkah langkah menilai jalan nafas ?
Look
Listen
feel
7. macam macam sumbatan jalan nafas ?
disebabkan adanya cairan, ( gurgling)
disebabkan oleh jatuhnya pangkal lidah ke belakang harus
ditangani secara cepat jk tdk ditangani dgn cepat bisa
menyebabkan kematian (snoring)
penyempitan jalan nafas : trauma leher ,trauma inhalasi ( stridor)
penyempitan jalan nafas atas stridor
inspirasi : laring
ekspirasi : trakea
crowing : edem trakea
hoarsh :

8. bagaimana penatalaksanaan sumbatan jalan nafas ? dasar ( definitive dan


advance) dan lanjutan ?
dasar : dilihat mengalami gg nafas atau sirkulasi
--- jk gg nafas pemberian O2 , inhalasi, penggunaan ventilasi
--- gg sirkulasi berikan cairan, transfusi
lanjutan : anamnesis , px fisik

9. apa arti dari E3V4M5 ?

10. apa indikasi dilakukannya definitive airway ?

GCS < 8
Fraktur maksilo facial yang berat
Bahaya dari aspirasi ( pendarahan dan muntah )
Bahaya karena sumbatan ( hematoma di leher, cidera di trakea )

11. komplikasi organ vital apa saja yang dapat terjadi ?


12. apa kriteria dan klasifikasi hipoksia ?

STEP 4

SUMBATAN JALAN NAFAS

PRIMARY SURVEY

Anda mungkin juga menyukai