Anda di halaman 1dari 5

SGD LBM 5 – luka-luka disekujur tubuh pasca perkelahian

STEP 1

 Sucking Chest Wound


= adanya luka yang tetap terbuka pada dinding thorax sehingga udara bisa masuk melalui luka
tersebut.nama lain open pneumothorax  dapat disebabkan oleh adanya luka di dinding dada
yang menyebabkan udara masuk dan keluar ke cavum pleura (tek.intrapleura = udara luar)
 Floating Jaw
= terjadinya pergerakan pada rahang atas akibat terjadinya perpisahan antara proc.alveolaris
dengan palatum durum.
 Somnolen
= kondisikesadaran menurun yang ditandai dengan respon psikomotor yang melambat , mudah
tertidur, namun kesadaran akan pulih apabila dirangsang, pada kondisi ini seseorang masih
mampu memberikan jawaban secara verbal.

STEP 2

1. Mengapa pasien tampak somnolen dan pucat, serta pada ekstremitas didapatkan akral dingin
(+) ?
2. Mengapa tidak didapatkan sucking chest wound pada pasien tersebut ?
3. Mengapa terdapat nyeri tekan lepas pada abdomen kanan dan bising usus melemah ?
4. Mengapa didapatkan floating jaw, mulut tidak bisa menutup, dan nafas cuping hidung, nyeri
regio maksilla?
5. Mengapa pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan feses dan darah, dan ampulla tidak
kolaps ?
6. Bagaimana interpretasi dari TTV (TD = 90/60 mmHg, nadi = 110x/menit teraba kecil dan cepat,
RR = 24x/menit, SpO2 = 97%) ?
7. Hal-hal apa saja yang termasuk dalam primary survey ?
8. Apa diagnosis dari kasus di skenario ?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada kasus di skenario ?
10. Bagaimana tatalaksana dan monitoring dari kasus di skenario?
11. Apa komplikasi dari skenario ?

STEP 3

1. Mengapa pasien tampak somnolen dan pucat, serta pada ekstremitas didapatkan akral dingin
(+) ?
a. Luka2  perdarahan  berkurangnya cairan darah  hipovolemik  menurunkan
Cardiac output  O2 otak menurun  somnolen
b. TD menurun  kompensasi : vasokonstriksi pembuluh darah  kulit pucat +
ekstremitas : akral dingin

2. Mengapa tidak didapatkan sucking chest wound pada pasien tersebut ?


a. Sucking chest wound= open penumothorax = secondary : karena trauma pada dinding
dada  jika trauma >2/3 diameter trakea menyebabkan sucking chest wound 
skenario : kemungkinan trauma <2/3 diameter trakea
b. Open pneumothorax = kegawatan  jika tidak ditatalaksana dengan baik  tension
pneumothorax = pneumothorax yang seperti katup (udara masuk melalui cavum pleura
terus menerus tanpa bisa keluar )  mendesak organ sekitar (trakea, vena jugularis,
mediastinum) dan menekan paru (paru menjadi kolaps) harus cepat dilakukan
penatalaksanaan
i. OP = tekanan intrapleura dan udara luar sama  udara lama2 masuk terus 
tekanan intrapleura berbeda dengan udara luar  lama2 fenomena katup
(udara dapat masuk tanpa bisa keluar)  harusnya ditatalaksana occlusive
deering stering (luka ditutup aluminium/kasa yang dapat menutupi 3 sisi (sisi
yang satu dibiarkan terbuka))
ii. TP = harus cepat dilakukan needle dekompresi (ditusuk jarum di ICS 2 linea
midaxillaris)  merubah TP menjadi simple pneumothorax (setelah needle
dekompresi harus dilakukan WSD/chest tube)
1. Etiologi TP lain : VTP yang berlebihan
c. Etiologi sucking chest wound
i. Mekanisme ventilasi = udara yang masuk ke cavum pleura tidak dapat
dikeluarkan lagi  pulmo kolaps dan mediastinum terdorong ke lateral 
pasien bernapasdengan 1 paru secara mendadak  tubuh belum sempat
kompensasi penurunan kadar O2 ke jaringandan organ vital
ii. Terdapat defek dinding dada  hubungan dada dengan udara luar  jika defek
>2/3 diameter trakea  udara mengalir melalui defek tersebut  mengganggu
ventilasi
iii. Terjadi apabila terdapat patah tulang iga >2 pada level yang sama (ex: patah
tulang iga ke 4,5,6,7 pada depan belakang)  iga terlepas dari iga yang lain 
paru2 hanya difiksasi oleh kulit  gerakan paradoksal(ekspirasi paru keatas 
mengganggu ventilasi paru)  paru terdesak dan mendorong mediastinum
iv. Perdarahan cedera thorax  darah terkumpul di bagian cavum pleura  kolaps
paru + menekan mediastinum

3. Mengapa terdapat nyeri tekan lepas pada abdomen kanan dan bising usus melemah ?
a. Bising usus melemah = pada pasien mungkin didapatkan peritonitis  terdapat
penurunan peristaltik usus  saat auskultasi : bising usus melemah
b. Nyeri tekan lepas = tanda peritonitis
c. Peritonitis = kemungkinan karena adanya luka tusuk di ICS 10  menyebabkanruptur
dibagian hepar perdarahan  perdarahan dapat keluar ke peritoneum  dapat
menyebabkan peritonitis (defan muskular + nyeri tekan lepas)
d. Tanda-tanda akut abdomen

4. Mengapa didapatkan floating jaw, mulut tidak bisa menutup, dan nafas cuping hidung, nyeri
regio maksilla?
a. Floating jaw = rahang atas yang mengaalami pergerakan karena terpisahnya
proc.alvelaris dan palatum durum = tanda Lefort I  fraktur yang terjadi pada area
maksilla mengenai septum nasal (sehingga didapat nyeri pada regio maxilla, nafas
cuping hidung, dan mulut tidak bisa menutup)
b. Tanda dan gejala fraktur maxilla  berhubungan dengan kegawatan obstruksi jalan
napas (bagaimana hubungannya fraktur  obstruksi airway, kemudian bagaimana
penatalaksanaannya ?)

5. Mengapa pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan feses dan darah, dan ampulla tidak
kolaps ?
a. Abdomen : peritonitis  mengganggu peristaltik usus  ileus paralitik = saat RT
ampulla tidak kolaps (DD : ileus obstruktif = RT  ampulla kolaps)
b. Darah segar  perdarahan GIT bawah (ex: perforasi usus)
c. Darah kehitaman  perdarahan GIT atas

6. Bagaimana interpretasi dari TTV (TD = 90/60 mmHg, nadi = 110x/menit teraba kecil dan cepat,
RR = 24x/menit, SpO2 = 97%) ?
a. TD = 90/60  menurun  dikompensasi oleh nadi yang meningkat
b. Nadi = meningkat (N=60-100)
c. RR = normal (N= 16-24x/menit)
d. SpO2 = normal (>95%)
e. Menilai syok  dengan MAP  skenario : MAP = sistole +2x disastole / 3 = 90 + 120/ 3
= 70(MAP Normal > 65)  syok hipovolemik ringan
f. Tatalaksana syok hipovolemik
i. Derajat I- II = tidak perlu transfusi darah, hanya diberi cairan kristaloid
skenario : diberi kristaloid (terapi inisial 1-2L RL), sementara belum
membutuhkan transfusi
kebutuhan transfusi dilihat dari EBV :
laki2 = 70ml/kgBB
perempuan = 65ml/kgBB
ii. Derajat III – IV = diberi kristaloid dan transfusi darah
g. Skenario : syok derajat berapa  tatalaksananya bagaimana
h. Perbedaan syok hipovolemik karena perdarahan kelas 1-4 (skenario = bold)
perbedaan Syok kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
Kehilangan <750cc 750-1500cc 1500-2000cc >2000cc
darahnya
Kehilangan <15% 15-30% 30-40% >40%
cairan
Denyut nadi Masih normal Sudah 120-140 >140
(<100) meningkat
(100-120)
Tekanan nadi Normal / menurun menurun menurun
(S-D) meningkat
Frekuensi nafas 14-20 20-30 30-40 >35
Urin output Masih baik 20-30 5-15 Tidak ada urin
(>30)
Status Gelisah sedikit Cukup gelisah Sangat gelisah letargi
neurologis
(mental)
Resusitasi kristaloid kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
cairan inisial darah darah

7. Hal-hal apa saja yang termasuk dalam primary survey ?


a. A = airway
i. Cek jalan napas ada sumbatan/tidak. Jika ada –> ambil menggunakan jari
ii. Melindungi C-spine
b. B = breathing
i. Cek apakah masih bernapas atau tidak (Look,Listen, Feel)  jika tidak ada
bretahing - kompresi
ii. Pemberian O2 dan ventilasi (nasal kanul , masker O2, ambu bag)
c. C = circulation
i. Resusitasi cairan melalui infus
ii. Penghentian perdarahan
d. D = dissability
i. Pengecekan status mental dan neurologi  GCS
1. E = eye opening
a. 4 = spontan membuka mata
b. 3 = membuka mata apabila ada respon suara
c. 2 = membuka mata dengan rangsangan nyeri
d. 1 = tidak dapat membuka mata
2. V = verbal response
a. 5 = dapat berkomunikasi dengan baik
b. 4 = bingung (bicara kacau)
c. 3 = dapat membentuk kata , tidak bisa membentuk kalimat
d. 2= mengaluarkan suara tanpa memiliki arti
e. 1 = tidak dapat bersuara
3. M = motor respon
a. 6 = normal = mengikuti perintah
b. 5 = melokalisir nyeri
c. 4 = withdrawl to pain
d. 3 = decorticate posture
e. 2 = decerebrate posture
f. 1 = tidak ada gerakan
e. E = exposure
i. Membuka baju pasien untuk melihat adanya benda asing dan cedera
ii. Cegah hipotermi
f. Skenario
i. A
1. Look = nafas cuping hidung, pucat
2. Listen = tidak ada suara tambahan nafas
3. Feel = tidak ada deviasi trakea
4. Diberi airway definitif  ET (?)
a. Indikasi proteksi airway = fraktur maksilofacial dan GCS <8,
resiko terjadinya obstruksi, resiko aspirasi (perdarahan,
muntah)
ii. B
1. Pemberian O2 melalui ET
2. Jika ada open pneumothorax ditutup, jika tension pneumothorax 
di needle dekompresi
3. Pasang WSD (?)
iii. C
1. Hentikan perdarahan di ICS 10
2. Beri infus (resusitasi cairan) krn syok hipovolemik
3. Perlu transfusi /tidak (?)
iv. D
1. Nilai GCS dan reflek pupil
v. E
1. Cegah hipotermi = atur suhu, resusitasi cairan kristaloid dihangatkan
2. Buka pakaian (melihat jejas, keberhasilan tatalaksana 
masihmengancam nyawa atau tidak  cari tanda2 mengancam nyawa
dan kegawatan)

8. Apa diagnosis dari kasus di skenario ?


9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada kasus di skenario ?
10. Bagaimana tatalaksana dan monitoring dari kasus di skenario?
11. Apa komplikasi dari skenario ?

STEP 4

Multiple trauma Trauma maksilofacial


Trauma thhorax
Trauma abdomen
Primary survey
(ABCDE) Syok hipovolemik karena perdarahan

Pemeriksaan
penunjang

diagnosis

penatalaksanaan Prognosis dan


komplikasi

Anda mungkin juga menyukai