Anda di halaman 1dari 30

SUMBATAN JALAN NAPAS

Step 3

1. Mengapa didapatkan snoring dan gurgling?

Pengenalan gangguan jalan nafas


Tanda Objektif
Airway
Look
- Apakah penderita mengalami agitasi atau tampak bodoh
- Agitasi member kesan adanya hipoksia dan tampak bodoh member kesan adanya
hiperkarbia.
- Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kekurangan oksigenasi dan
dapat dilihat dengan melihat kuku-kuku dan kulit sekitar mulut.
- Lihat adanya rertraksi dan penggunaan otot-otot nafas tambahan yang apabila ada,
merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway.
Listen
o Adanya suara-suara abnormal
o Pernapasan yang berbunyi (suara nafas tambahan) adalah pernafasan yang
tersumbat.
o Suara mendengkur snouring
o Suara berkumur gurgling
o Suara bersiul crowing sound, stridor
Mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring.
o Suara parau (hoarseness, dysphonia) menunjukkan sumbatan pada laring.
o Penderita yang melawan dan berkata-kata kasar mungkin mengalami hipoksia dan
tidak boleh dianggap karena keracunan/mabuk.
Feel
o Lokasi trakea dan dengan cepat tentukan apakah trakea berada ditengah

Suara mengorok
Suara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafas
atas akibat sumbatan. Tempat terjadinya sumbatan biasanya di basis lidah
atau palatum. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas
menstabilkan jalan nafas di mana otot-otot faring berelaksasi, lidah dan palatum
jatuh ke belakang sehingga terjadi obstruksi.
Journal of The Royal Society of Medicine 2003; 96: 343 4. Can Med Assoc J
2007; 176(9): 1299-303.

Suara berkumur
Gargling: suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di
atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah
dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).
Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support.

Tachypneakemungkinan akibat dari hipoksia


Tachypneadapat disebabkan nyeri atau ketakutan, namun harus selalu
diingat kemungkinan gangguan jalan nafas yang dini.

Terdengar suara nafas tambahan, seperti :

- Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya


kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika
terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung
dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2
jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk
chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk
menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda
yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll).
Pindahkan benda tersebut.
- Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka
lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-
sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut
dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).
- Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan
pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw
thrust saja

2. Mengapa pasien Nampak sianosis?

Sianosis adalah suatu keadaan di mana kulit dan membran mukosa berwarna

kebiruan akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil pada area

tersebut. Sianosis biasanya paling terlihat pada bibir, kuku, dan telinga. Derajat sianosis

ditentukan dari warna dan ketebalan kulit yang terlibat. Sebenarnya, penilaian akurat

dari derajat sianosis ini sulit ditentukan, karena tingkat penurunan saturasi oksigen

yang dapat berakibat sianosis berbeda pada tiap ras. Selain itu, pemeriksaan sianosis

pada membran mukosa, seperti mulut dan konjungtiva, lebih bermakna daripada

pemeriksaan pada kulit.

Penyebab dari penumpukan hemoglobin tereduksi bisa karena peningkatan

darah vena akibat dilatasi venula atau penurunan saturasi oksigen di dalam darah.1

Sianosis biasanya muncul ketika kadar hemoglobin tereduksi minimal 5 g/dL pada darah

arteri. Namun, tidak semua sianosis berhubungan dengan peningkatan kadar

hemoglobin tereduksi. Penyebab lain yang mungkin yaitu adanya pigmen abnormal,

seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin, pada eritrosit.

Pada umumnya sianosis menjadi jelas bila konsentrasi rata-rata dari Hb yang

tereduksi pada pembuluh darah kapiler melebihi 4 gr/dl. Untuk menimbulkan sianosis,

yang lebih berperan adalah jumlah absolut Hb yang tereduksi daripada jumlah

relatifnya. Dengan demikian, pada penderita dengan anemia berat, jumlah relatif dari

Hb yang tereduksi pada darah vena dapat sangat banyak bila dibandingkan dengan
jumlah total Hb dalam darah. Namun karena konsentrasi Hb turun, jumlah Hb yang

tereduksi tetap kecil dan karenanya, pasien denagn anemia berat dan bahkan dengan

desaturasi arteri yang jelas, tidak tampak sianosis.

Makin tinggi kandungan total Hb, makin besar tendensi terjadinya

sianosis. Dengan demikian, pasien dengan polisitemia yang jelas cenderung untuk

menjadi sianosis pada tingkat SaO2 yang lebih tinggi dibandingkan pasien dengan nilai

hematokrit normal.

Pada fraktur impresi (juga disebut fraktur depresi), bagian yang patah menonjol

ke dalam rongga tengkorak. Fraktur depresi melibatkan pergeseran tulang tengkorak

atau fragmennya ke bagian lebih dalam dan memerlukan tindakan bedah saraf segera

terutama bila bersifat terbuka dimana fraktur depresi yang terjadi melebihi ketebalan

tulang tengkorak. Fraktur basis cranii merupakan fraktur yang terjadi pada dasar tulang

tengkorak yang bisa melibatkan banyak struktur neurovaskuler pada basis cranii,

tenaga benturan yang besar, dan dapat menyebabkan kebocoran cairan serebrospinal

melalui hidung dan telinga dan menjadi indikasi untuk evaluasi segera di bidang bedah

saraf.

Snell RS. Clinical Anatomy for Medical Student. 6th ed. Sugiharto L, Hartanto H,

Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk, penerjemah. Anatomi Klinik Untuk

Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC: 2006.740-59.


3. Sebutkan interpretasi GCS E2M3V2?

Penilaian GCS

MATA SCORE
Spontan membuka mata 4
Terhadap suara membuka mata 3
Terhadap nyeri membuka mata 2
Menutup mata terhadap segala jenis rangsang 1
VERBAL RESPON SCORE
Berorientasi baik 5
Bingung 4
Membentuk kata tapi tidak mengucapkan sesuatu 3
Bergumam (groaning) 2
Tidak bersuara 1
MOTORIK RESPON SCORE
Menurut perintah 6
Mampu melokalisir rangsangan sensorik 5
Menolak rangsang nyeri pada anggota gerak 4
(withdrawal)
Menjauhi rangsang nyeri (flexion) 3
Ekstensi spontan 2
Tidak ada gerakan 1
PENILAIAN SCORE
Komposmentis 15
Coma 3

(Sumber : Buku Panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FKUI).

1) Skor 14-15 : compos mentis


2) Skor 12-13 : apatis
3) Skor 11-12 : somnolent
4) Skor 8-10 : stupor
5) Skor < 5 : koma
Tingkat kesadaran:
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong.

E2M4V2
E2 : Mata membuka terhadap rangsang nyeri
M4 : Menolak rangsang nyeri pada anggota gerak (withdrawal)
V2 : Bergumam (groaning)
Total GCS : 8 berarti pasien berada dalam level penurunan kesadaran
STUPOR (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
(Sumber : Buku Panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FKUI).

4. Jelaskan interpretasi dari pulse oximetri tampak spO2 90%,

RR 32x/menit?

Nilai Pulse Oxymetri

a. 95-100% (dalam batas normal


b. 90-<95% (hipoksia ringan sampai sedang)
c. 85-<90% (hipoksia sedang sampai berat)
d. <85% (hipoksia yang mengancam jiwa)
NILAI RR

RR 30x menit menunjukkan adanya peningkatan RR.

Obstruksi jalan nafas Berkurangnya oksigen di dalam darah (hipoksemia)


Hipoksia ( di jaringan otot otot pernafasan,otak,jantung,dll) tubuh
mengkompensasi dengan dua cara yaitu,meningkatkan Frekuensi napas menjadi
lebih cepat daripada keadaan normal yang tujuannya untuk mempertahankan
perfusi oksigen dan meningkatkan frekuensi nadi untuk mempertahankan suplai
darah ke jaringan yang membawa O2 jika keadaan ini berlangsung lama ( tidak
di tangani dengan cepat) selama 3 4 menit menyebabkan kelelahan pada
otot-otot pernapasan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa
pembakaran berupa gas CO2 darah dan jaringan Gas CO2 yang tinggi akan
mempengaruhi susunan saraf pusat ( medulla oblongata ), dengan menekan
pusat napas henti napas (respiratory arrest).

Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah


dapat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan Berhentinya napas
maka oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh jantung tidak dapat
berkontraksi akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung (cardiac
arrest).
Atau : Berkurangnya

fungsi miokardium

Pengurangan

Aritmia cardiac fungsi koroner

jantung arrest
pengurangan
Fungsi
cardiac output
respirasi

Cardiorespir
tergganggu

atory arrest

Kerusakan

jaringan otak

(Rab,T., Agenda gawat darurat, jilid 2)


Dapat dibagi atas 4 stadium (jackson):

Sesak nafas, stridor inspirator, retraksi suprasternal : keadaan umum


masih baik
Gejala stadium 1 + retraksi epigastrium : penderita mulai gelisah
Gejala stadium 2 + retraksi supra/infraklavikular, penderita sangat
gelisah dan sianotik
Gejala stadium 3 + retraksi interkostal, penderita berusaha sekuat
tenaga untuk menghirup udara : lama kelamaan terjadi paralisis pusat
pernafasan, penderita menjadi apatik dan akhirnya meningggal
5. Jelaskan mengenai Obstruksi jalan nafas (macam, derajat

Jackson)?

Berdasar penyebab
Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri,

atau kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang

rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll.

Benda asing, dapat tersangkut pada:


Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-

tanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu,

digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau dapat pula

terjadi sianosis.

Saluran nafas
Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di

dalam bronkhus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam

trakea tidak dapat dikeluarkan, karena tersangkut di dalam rima glotis dan

akhirnya tersangkut dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring

Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena

diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga

menjadi besar
BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB

Berdasar macam
Sumbatan Jalan Nafas Total
Bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 10 menit dapat mengakibatkan

asfiksi ( kombinasi antara hipoksemia dan hipercarbi), henti nafas dan henti jantung.

Sumbatan jalan Nafas partial


Bila tidak dikoreksi dapat menyebabkan kerusakan otak, sembab otak,

sembab paru, kepayahan henti nafas dan henti jantung sekunder.

BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB

Obstruksi Total
Bisa ditemukan dalam keadaan sadar atau dalam keadaan tidak sadar
Pada obstruksi total akut, biasanya disebabkan oleh tertelannya benda asing yang
kemudian menyangkut dan menyumbat pangkat larinks.
Bila obstruksi total timbul perlahan maka berawal dari obstruksi parsial yang kemudaian
menjadi total
Obstruksi Parsial
Biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka ragam suara,
tergantung penyebabnya:
o Cairan (darah, secret, aspirasi lambung, dsb)
Timbul suara gurgling suara bernafas bercampur suara cairan. Dalam keadaan ini
harus dilakukan penghisapan (suction)
o Pangkal lidah yang jatuh ke belakang
Keadaan ini dapat timbul pada pasien yang tidak sadar (coma) atau pada penderita
yang tulang rahan bilateralnya patah. Sehingga timbul suara mengorok (snoring) yang harus
segera diatasi dengan perbaikan airway secara manual atau dengan alat.
o Penyempitan di larinks atau trachea
Dapat disebabkan edema karena berbagai hal ataupun desakan neoplasma. Timbul
suara crowing atau stridor respiratoir. Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan perbaikan
airway pada bagian distal dari sumbatan, misalnya trakhetostomi
Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support
6. Bagaimana tindakan primary survey?
7.
8. Bagaimana teknik yang baik dan benar dari triple airway

maneuver?

. Head tilt

Bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi terlentang dan horizontal,

kecuali pada pembersihan jalan napas dimana bahu dan kepala pasien harus

direndahkan dengan posisi semilateral untuk memudahkan drainase lendir, cairan


muntah atau benda asing. Kepala diekstensikan dengan cara meletakkan satu tangan di

bawah leher pasien dengan sedikit mengangkat leher ke atas. Tangan lain diletakkan

pada dahi depan pasien sambil mendorong / menekan ke belakang. Posisi ini

dipertahankan sambil berusaha dengan memberikan inflasi bertekanan positif secara

intermittena (Alkatri, 2007).

Chin lift

Jari - jemari salah satu tangan diletakkan bawah rahang, yang kemudian secara

hati hati diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari tangan yang

sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut, ibu jari dapat juga

diletakkan di belakang gigi seri (incisor) bawah dan, secara bersamaan, dagu dengan

hati hati diangkat.

Maneuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher. Manuver ini

berguna pada korban trauma karena tidak membahayakan penderita dengan

kemungkinan patah ruas rulang leher atau mengubah patah tulang tanpa cedera spinal

menjadi patah tulang dengan cedera spinal.

Jaw thrust

Penolong berada disebelah atas kepala pasien. Kedua tangan pada mandibula,

jari kelingking dan manis kanan dan kiri berada pada angulus mandibula, jari tengah

dan telunjuk kanan dan kiri berada pada ramus mandibula sedangkan ibu jari kanan dan

kiri berada pada mentum mandibula. Kemudian mandibula diangkat ke atas melewati
molar pada maxila (Arifin, 2012).

ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT (ATLS)


Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh. Kemudian pilih ukuran pipa

orofaring yang sesuai dengan pasien. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan

ukuran pipa oro-faring dari tragus (anak telinga) sampai ke sudut bibir. Masukkan pipa

orofaring dengan tangan kanan, lengkungannya menghadap ke atas (arah terbalik), lalu

masukkan ke dalam rongga mulut. Setelah ujung pipa mengenai palatum durum putar

pipa ke arah 180 drajat. Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan jaw thrust dan

kedua ibu jari tangan menekan sambil mendorong pangkal pipa oro-faring dengan hati-

hati sampai bagian yang keras dari pipa berada diantara gigi atas dan bawah, terakhir

lakukan fiksasi pipa orofaring. Periksa dan pastikan jalan nafas bebas (Lihat, rasa,

dengar). Fiksasi pipa oro-faring dengan cara memplester pinggir atas dan bawah
pangkal pipa, rekatkan plester sampai ke pipi pasien (Arifin, 2012)

ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT (ATLS)

Indikasi dilakukannya definitive airway?

Apa saja yang harus di lakukan paramedis untuk menentukan bahwa kasus pasien

merupakan kegawat daruratan atau tidak?

Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah proses skrining secara cepat

terhadap semua anak sakit segera setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasi ke dalam

salah satu kategori berikut:

Dengan tanda kegawatdaruratan (EMERGENCY SIGNS): memerlukan penanganan

kegawatdaruratan segera.

Dengan tanda prioritas (PRIORITY SIGNS): harus diberikan prioritas dalam antrean untuk

segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada keterlambatan.

Tanpa tanda kegawatdaruratan maupun prioritas: merupakan kasus NON-URGENT

sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan pemeriksaan dan

pengobatan.

Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD:


Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor)

Breathing. Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada,

merintih, sianosis)?

Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat dan lemah).

Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)? Apakah kejang

(Convulsion) atau gelisah (Confusion)?

Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata cekung,

turgor menurun).

Anak dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan segera untuk

menghindari terjadinya kematian.

Tanda prioritas digunakan untuk mengidentifikasi anak dengan risiko kematian tinggi.

Anak ini harus dilakukan penilaian segera.

Periksa tanda kegawatdaruratan dalam 2 tahap:


Tahap 1: Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah segera berikan

tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas bantuan.

Tahap 2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar, kejang, atau

diare dengan dehidrasi berat.

Bila didapatkan tanda kegawatdaruratan:

Panggil tenaga kesehatan profesional terlatih bila memungkinkan, tetapi jangan

menunda penanganan. Tetap tenang dan kerjakan dengan tenaga kesehatan lain yang mungkin

diperlukan untuk membantu memberikan pertolongan, karena pada anak yang sakit berat

seringkali memerlukan beberapa tindakan pada waktu yang bersamaan. Tenaga kesehatan

profesional yang berpengalaman harus melanjutkan penilaian untuk menentukan masalah yang

mendasarinya dan membuat rencana penatalaksanaannya.

Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah lengkap, gula darah,

malaria). Kirimkan sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah dan cross-match bila anak

mengalami syok, anemia berat, atau perdarahan yang cukup banyak.

Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan segera dengan penilaian,

diagnosis dan penatalaksanaan terhadap masalah yang mendasarinya.

Bila tidak didapatkan tanda kegawatdaruratan, periksa tanda prioritas (konsep 4T3PR MOB):

Tiny baby (bayi kecil < 2 bulan)

Temperature (anak sangat panas)


Trauma (trauma atau kondisi yang perlu tindakan bedah segera)

Trismus

Pallor (sangat pucat)

Poisoning (keracunan)

Pain (nyeri hebat)

Respiratory distress (distres pernapasan)

Restless, irritable, or lethargic (gelisah, mudah marah, lemah)

Referral (rujukan segera)

Malnutrition (gizi buruk)

Oedema (edema kedua punggung kaki)

Burns (luka bakar luas)

Anak dengan tanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan pemeriksaan dan

penanganan lebih lanjut dengan segera (tanpa menunggu giliran). Pindahkan anak ke depan

antrean. Bila ada trauma atau masalah bedah yang lain, segera cari pertolongan bedah.
9. Mengapa pasien tidak sadarkan diri meskipun telah diberi

non breathing mask ?

10. Indikasi pemasangan definitive airway?

Table 2.1 Indications for Definitive Airway


NEED FOR AIRWAY NEED FOR VENTILATION OR
PROTECTION OXYGENATION
Severe maxillofacial fractures Inadequate respiratory efforts

Tachypnea
Hypoxia
Hypercarbia
Cyanosis
Risk for obstruction Massive blood loss and need for
volume resuscitation
Neck hematoma
Laryngeal or tracheal injury
Stridor
Risk for aspiration Severe closed head injury with n
for brief hyperventilation if acut
Bleeding neurologic deterioration occurs
Vomitting
Unconscious Apnea

Neuromuscular paralysis
Unconscious
11. Bagaimana algoritma penanganan KGD pada

scenario?

12. Apabila pasien mengalami pemburukan apa yg harus

dilakukan?

13. Jelaskan cara pemeriksaan GCS

14. Bagaimana patfis akibat jalan napas


15. Bgaimana cara pengelolaan jalan nafas lanjut

16. Bgaimana penggunaan pulse oksimetri

17. Bagaimana terapi oksigenisasi

18. Bagaimana komplikasi

Anda mungkin juga menyukai