BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Cholecystitis adalah suatu reaksi inflamasi pada kandung empedu. Inflamasi
tersebut dapat bersifat akut maupun kronis. Cholecystitis akut merupakan
inflamasi pada dinding kandung empedu yang disertai adanya keluhan nyeri
perut pada regio hipokondriaka dextra, dengan nyeri tekan dan demam. Faktor
yang berperan pada cholecystitis akut adalah adanya stasis cairan empedu,
infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Adanya stasis cairan
empedu akibat batu yang menyumbat ductus cysticus, mungkin disebabkan
kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak
lapisan mukosa dinding kandung empedu. Sedangkan cholecystitis kronik
merupakan peradangan kandung empedu yang bersifat menahun. Mungkin
merupakan kelanjutan dari cholecystitis akut berulang, tapi keadaan ini dapat
pula muncul tanpa riwayat serangan akut. Pada umumnya, cholecystitis kronik
ini lebih jarang dijumpai di klinis (Pridady, 2007). Sama seperti cholecystitis
akut, cholecystitis kronik juga berhubungan erat dengan batu empedu. Namun
batu empedu tidak berperan langsung dalam inisiasi peradangan atau nyeri.
Supersaturasi empedu mempermudah terjadinya peradangan kronik dan terutama
pembentukan batu. Mikroorganisme (E. coli dan enterococcus) dapat dibiakkan
dari empedu pada 30% kasus (Dugdale, 2009)
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU
Kandung empedu adalah sebuah kantung muskuler berwarna kehijauan
berbentuk seperti buah pear dengan dinding tipis sepanjang sekitar 10 cm.
Kandung empedu terletak pada fossa vesica fellea pada facies visceralis hepar.
Bagian-bagian dari kandung empedu ini antara lain adalah fundus, corpus,
infundibulum, dan collum. Infundibulum dan collum kadang membentuk
ampulla. Dinding kandung empedu terdiri dari tiga lapisan dengan susunannya
dari luar ke dalam adalah tunika serosa, tunika muskularis, dan tunika mukosa.
C. KLASIFIKASI
Cholecystitis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Calculous Cholecystitis
Yaitu peradangan kandung empedu yang terkait dengan keberadaan batu
empedu (cholelithiasis) pada lumen kandung empedu ataupun pada saluransaluran empedu. Bagaimana cholelithiasis ini menyebabkan cholecystitis
masih belum jelas. Diperkirakan terdapat banyak faktor yang berpengaruh,
seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin,
yang merusak tunika mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi
inflamasi dan supurasi (Pridady, 2007).
Calculous cholecystitis disebabkan oleh obstruksi pada ductus cysticus
oleh karena adanya batu empedu, sehingga menyebabkan distensi kandung
empedu. Akibatnya, aliran darah dan drainase limfatik terganggu, sehingga
terjadilah iskemia dan nekrosis mukosa. Sebuah studi oleh Cullen et al
menunjukkan kemampuan endotoksin menyebabkan nekrosis, perdarahan,
deposisi fibrin, dan kerusakan mukosa yang luas. Endotoksin juga
menghambat respon kontraktil terhadap cholecystokinin (CCK), yang
menyebabkan stasis kandung empedu (Gladden, 2010).
Fosfolipase pada mukosa kandung empedu menghidrolisis lesitin empedu
menjadi lisolesitin yang bersifat toksik bagi mukosa kandung empedu.
Lapisan mukosa glikoprotein yang secara normal bersifat protektif
mengalami kerusakan, sehingga epitel mukosa terpajan langsung ke efek
detergen garam empedu. Prostaglandin yang dibebaskan didalam dinding
kandung empedu yang teregang ikut berperan dalam peradangan mukosa.
Peregangan dan peningkatan tekanan intralumen juga mengganggu aliran
darah ke mukosa. Proses ini terjadi tanpa infeksi bakteri, baru setelah proses
berlangsung cukup lama dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri (Price, 2006).
Faktor resiko yang mendukung untuk terjadinya calculous cholecystitis
ini antara lain jenis kelamin perempuan, ras Pima Indian and Scandinavian,
obesitas, pengguna obat-obatan terutama terapi hormonal, kehamilan, dan
lanjut usia (Gladden, 2010).
2. Acalculous Cholecystitis
Yaitu peradangan pada kandung empedu tanpa disertai adanya batu
empedu (cholelithiasis). Acalculous cholecystitis biasanya berhubungan
dengan stasis empedu, trauma berat, sepsis, nutrisi parenteral total jangka
lama, dan puasa yang berkepanjangan. Penyebab lain acalculous cholecystitis
ini termasuk insiden penyakit jantung, sickle cell anemia, infeksi Salmonella,
diabetes mellitus, CMV, Cryptosporidiosis, atau infeksi mikrosporidiosis
pada pasien dengan AIDS (Gladden, 2010).
Meskipun mekanisme yang pasti mengenai acalculous cholecystitis ini
masih belum jelas, tetapi teori yang saat ini banyak disetujui adalah adanya
cedera yang mengakibatkan simpanan empedu terkonsentrasi, yang
merupakan suatu zat yang sangat berbahaya. Dalam menghadapi puasa
berkepanjangan, kandung empedu tidak pernah menerima stimulus CCK
untuk kosong, dengan demikian empedu terkonsentrasi tetap stagnan di
lumen (Gladden, 2010).
Beberapa faktor resiko yang sering berhubungan dengan acalculous
cholecystitis antara lain trauma, terutama trauma yang membutuhkan
transfusi, berbagai jenis syok, terbakar, sepsis, bakteri (Brucellosis, Q fever,
leptospirosis, tuberculosis, scrub typhus, salmonellosis, cholera), FungalCandida
(albicans,
glabrata,
torulopsis),
Parasitic
(Cyclospora,
a. Nyeri pada ulu hati hingga perut regio kuadran kanan atas dengan
nyeri tekan disertai kenaikan suhu tubuh
b. Kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat
berlangsung sampai 60 menit tanpa reda
c. Berat ringannya keluhan tergantung tingkat inflamasi sampai dengan
gangren atau perforasi kandung empedu
2. Pemeriksaan fisik (Pridady, 2007; Gladden, 2010):
a. Teraba masa kandung empedu pada regio kuadran kanan atas (30-40%)
b. Tanda peritonitis lokal, murphys sign (+)
c. Demam, takikardia
d. Jaundice (15-20%)
2. Pemeriksaan penunjang (Pridady, 2007; Gladden, 2010):
F. PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan mengalami remisi lengkap dalam 1-4 hari.
Pada 85% kasus akan sembuh spontan. Akan tetapi 25-30% kasus dapat
membutuhkan tindakan operatif atau akan timbul komplikasi. Tak jarang yang
berkembang menjadi cholecystitis recurrent. Kadang-kadang cholecystitis acute
berkembang secara cepat menjadi gangrene, fistel, abses hati, atau peritonitis
umum. Tindakan bedah pada pasien lanjut usia (> 75 th) mempunyai prognosis
yang jelek, disamping kemungkinan timbul komplikasi pasca bedah (Pridady,
2007). Pasien dengan acalculous cholecystitis memiliki tingkat mortalitas
sebesar 10-50%, yang mana jauh berbeda dengan prediksi pada calculous
cholecystitits yang hanya sebesar 4%. Pada pasien dengan emphysematous
cholecystitis resiko kematiannya mencapai 15%. Dan pada 10-15% kasus akan
berkembang menjadi perforasi (Gladden, 2010).
(biasanya untuk
relief batu empedu sakit) (Dictionary: WordNet).
B. Etiologi
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki
batu empedu.
Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.
Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan
cenderung
timbul setelah terjadinya:
e. - cedera,
f. - pembedahan
g. - luka bakar
h. - sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
i. - penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang
menerima makanan lewat
j. infus dalam jangka waktu yang lama).
Sebelum secsara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut
bagian
atas, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit
kandung empedu.
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis
akut,
yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu
dan penciutan
kandung empedu.Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu
menampung empedu.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya
meningkat
pada usia diatas 40 tahun.
Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis adalah adanya riwayat
kolesistitis akut sebelumnya (www.medicastore.com).
C. Patofisiologi
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan
empedu dan
memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara
E. KOMPLIKASI
Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan
berhentinya gerakan
usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau
perforasi kandung
empedu.
Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari
empedu ke
dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat
sebagian oleh batu
empedu atau oleh peradangan.
Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim
amilase, mungkin
telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan
oleh penyumbatan
batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).
F. Pemeriksaan penunjang
-
CT scan perut
Kolesistogram oral
USG perut.
blood tests (looking for elevated white blood cells)
G. Penatalaksanaan medis
- Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan.
- Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun
melalui
laparoskopi.
- Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan
medis lainnya,
dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat
badan.
- Bisa diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik.
CHOLANGITIS
February 27th, 2012 | Posted by Ilham Arif in Bedah | KEDOKTERAN
KOLANGITIS
PENDAHULUANKolangitis adalah suatu infeksi bakteri akut pada sistem
saluran empedu. Charcot ditahun 1877 menjelaskan tentang keadaan klinis
dari kolangitis, sebagai trias, yaitu demam, ikterus dan nyeri abdomen
kuadran kanan atas, yang dikenal dengan Charcot triad. Charcot
mendalilkan bahwa empedu stagnankarena obstruksi saluran empedu
menyebabkan perkembangan kolangitis.Obstruksi juga dapat terjadi pada
bagian manapun dari saluran empedu, yang membawa empedu dari hepar
kekandung empedu dan usus. Bakteri yang sering dikultur pada empedu
adalah Eschericia Coli, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterococcus,
Clostridium perfiringens, Bacteroides fragilis. Bakteri anaerob yang dikultur
hanya sekitar 15% kasus.(1,2,4)Patofisiologi kolangitis sekarang ini
dimengerti sebagai akibat kombinasi 2 faktor, yaitu cairan empedu yang
terinfeksi dan obstruksi biliaris. Peningkatan tekanan intraduktal yang terjadi
menyebabkan refluks bakteri ke dalam vena hepatik dan sistem limfatik
perihepatik yang menyebabkan bakterimia.(3)Pada tahun 1959, Reynolds
dan Dargon menggambarkan keadaan yang berat pada penyakit ini dengan
menambahkan komponen syok sepsis dan gangguan kesadaran. (3, 4)
ANATOMI DUKTUS SISTIKUSDuktus sistikus merupakan lanjutan dari
vesika fellea, terletak pada porta hepatis yang mempunyai panjang kira-kira
3-4 cm. Pada porta hepatis duktus sistikus mulai dari kollum vesika fellea,
kemudian berjalan ke postero-kaudal di sebelah kiri kollum vesika fellea.
Lalu bersatu dengan duktus hepatikus kommunis membentuk duktus
koledokus. Mukosa duktus ini berlipat-lipat terdiri dari 3-12 lipatan, berbentuk
spiral yang pada penampang longitudinal terlihat sebagai valvula disebut
valvula spiralis (Heisteri). DUKTUS HEPATIKUSDuktus hepatikus berasal
dari lobus dexter dan lobus sinister yang bersatu membentuk duktus
hepatikus komunis pada porta hepatis dekat pada processus papillaris lobus
kaudatus. Panjang duktus hepatikus kommunis kurang lebih 3 cm terletak
disebelah ventral arteri hepatika propria dexter dan ramus dexter vena
portae. Bersatu dengan duktus sistikus menjadi duktus koledokus.(5)
DUKTUS KOLEDOKUSDuktus koledokus mempunyai panjang kira kira 7
cm dibentuk oleh persatuan duktus sistikus dengan duktus hepatikus
kommunis pada porta hepatis, dimana dalam perjalanannya dapat dibagi
menjadi tiga bagian (5)Pada kaput pankreas duktus koledokus bersatu
dengan duktus pankreatikus wirsungi membentuk ampulla, kemudian
bermuara pada dinding posterior pars desenden duodeni membentuk suatu
sepsis
parah.
Sebagian
besar
penderita
mengalami