Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN

Terapi dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.


1

Fase Akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)


Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai mati,

dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak mengganggu/mengancam fungsi otak.
Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak
justru berkurang.
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan mengurangi
kecacatan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran darah ke otak secepat
mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade iskemik. Pengelolaan pasien
stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :
1.
Pengelolaan umum, pedoman 6 B
- Breathing (pernapasan)
- Blood (darah)
- Brain (otak)
- Bladder (kandung kemih)
- Bowel (GIT)
- Bone and body skin (tulang dan kulit)
1. Pengelolaan umum, pedoman 6 B
1.a Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk mencegah
kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya.

Dijaga agar oksigenasi dan

ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi (gigi palsu dibuka). Intubasi pada pasien
dengan GCS < 8. Pada kira-kira 10% penderita pneumonia (radang paru) merupakan
merupakan penyebab kematian utama pada minggu ke 2 4 setelah serangan otak.
Penderita sebaiknya berbaring dalam posisi miring kiri-kanan bergantian setiap 2 jam.
Dan bila ada radang atau asma cepat diatasi.
1.b. Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena
dapat memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan
atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik
> 100 mmHg (stroke hemoragik). Penurunan tekanan darah maksimal 20 %.
Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 6 mcg/kg/menit infus
kontinyu), Diltiazem (5 40 g/Kg/menit drip), nitroprusid (0,25 10 g/Kg/menit
infus kontinyu), nitrogliserin (5 10 g/menit infus kontinyu), labetolol 20 80 mg
IV bolus tiap 10 menit, kaptopril 6,25 25 mg oral / sub lingual.
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diawasi

Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome pasien
stroke, pemberian insulin reguler dengan skala luncur dengan dosis GD > 150 200
mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL dinaikkan dosis 2 unit insulin sampai dengan
kadar GD > 400 mg/dL dosis insulin 12 unit.
Kadar Hb darah juga harus tetap dijaga dengan baik untuk metabolisme otak.
1.c. Brain : Bila didapatkan kenaikan tekanan intrakranial dengan tanda nyeri kepala,
muntah proyektil dan bradikardi relatif harus di berantas, obat yang biasa dipakai
adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc (0,5 gr/Kg BB),
dalam 15 20 menit dengan pemantauan osmolalitas antara 300 320 mOsm,
keuntungan lain penggunaan manitol penghancur radikal bebas.
Peningkatan suhu tubuh harus dihindari karena memperbanyak pelepasan
neurotransmiter eksitatorik, radikal bebas, kerusakan BBB dan merusak pemulihan
metabolisme enersi serta memperbesar inhibisi terhadap protein kinase. Hipotermia
ringan 30C atau 33C mempunyai efek neuroprotektif.
Bila terjadi kejang beri antikonvulsan diazepam i.v karena akan memperburuk
perfusi darah kejaringan otak.
Kesadaran juga harus dinilai dengan intensif. Pemantauan tingkat kesadaran dan
tanda-tanda vital sebaiknya dilakukan setiap 2-4 jam sekali.
1.d. Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya
dipasang kateter intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine, pada laki laki pasang
kondom kateter, pada wanita pasang kateter.
Masalah keseimbangan cairan dan elektrolit juga perlu diperhatikan. Mayoritas stroke
terjadi pada orang tua, yang mana cairan dan gangguan elektrolit dalam tubuh lebih
mungkin terjadi. Terjadinya dehidrasi akan meningkatkan kekentalan darah dan
menurunkan tekanan darah, sehingga sering kali memperburuk proses iskemik di
otak. Hidrasi cairan juga harus tetap dipantau dan dijaga keseimbangannya, karena
hidrasi yang berlebihan dapat memperburuk edema otak dan selanjutnya akan
meningkatkan TIK.
1.e. Bowel : Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi, Jaga
supaya defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan kesulitan menelan makanan.
Kekurangan albumin perlu diperhatikan karena dapat memperberat edema otak
1f. Bone and Body skin : Tanpa pergerakan atau imobilitas dapat menyebabkan
peningkatan katabolisme, penurunan kapasitas vital, depresi psikologis, stasis urin,

dan memperlambat saluran pencernaan. Imobilitas juga dapat menyebabkan


komplikasi ortopedi, kontraktur, dan kelumpuhan tekanan.
Penanganan dengan melakukan terapi fisik harus dimulai dalam waktu 2 hari sejak
onset stroke, bahkan pada pasien coma sekalipun. Cara merawat pasien stroke dengan
mengubah posisi tubuh secara reguler jika pasien lumpuh atau yang mengalami
gangguan kesadaran, dan pemantauan terhadap kulit kemerahan atau yang mengalami
erosi sangat diperlukan pada pasien stroke akut.
2

Fase Pasca Akut


Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan rehabilitasi

penderita, dan pencegahan terulangnya stroke.


Terapi Preventif
Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru stroke, dengan
jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko stroke:
Untuk stroke infark diberikan :
a

Obat-obat anti platelet aggregasi

Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya

Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin

Menghindari rokok, obesitas, stres


Berolahraga teratur

Anda mungkin juga menyukai