Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

GLAUKOMA FAKOMORFIK
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik
Di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Pada Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun Oleh:
Umbu Jabu Anggung Praing (42170192)
Chayne Rivar Onthoni (42170194)
Salomo Galih Nugroho (42170196)

Pembimbing:
dr. Eddy Wibowo, Sp. M, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT BETHESDA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2019
I. Definisi
Glaukoma adalah Kelompok gangguan dengan potensi progresif dan
karakteristik neuropati optik terkait dengan hilangnya bidang visual dan
tekanan intraokular (TIO) yang meninggi.
Glaukoma Fakomorfik adalah glaukoma secondary angle-closure
akibat peningkatan ketebalan lensa dan ditandai dengan peningkatan
TIO secara tiba tiba yang mengganggu fungsi saraf optik dan dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan. Peningkatan ketebalan lensa ini
dapat diakibatkan oleh katarak lanjut, rapidly intumescent lens, atau
katarak traumatis yang akhirnya mengarah pada blok pupil dan
penutupan sudut.
Glaukoma Fakomorfik adalah glaukoma sudut tertutup sekunder
akut yang diperantarai oleh lensa katarak intumescent. Pertumbuhan
lensa yang memperlambat ligamen suspensori dan memungkinkan lensa
bergerak ke anterior, pertumbuhan anteroposterior menyebabkan
peningkatan kontak iridolenticular dan meningkatkan potensi blok pupil
serta iris bombe.

II. Epidemiologi
Glaukoma mengenai hingga 2% mereka yang berusia di atas 40
tahun secara umum, dan 10% di atas usia 80; 50% mungkin tidak
terdiagnosis. Dalam populasi etnis Eropa atau Afrika, (POAG)
glaukoma sudut terbuka primer adalah bentuk yang paling umum
dijumpai. Pada basis dunia, penutupan sudut primer mencapai setengah
dari kasus, dengan prevalensi sangat tinggi pada individu keturunan
Timur Jauh.
Hampir 1 juta orang terkena glaukoma. diperkirakan 3 juta penduduk
Amerika serikat terkena glaukoma, dan di antara kasus-kasus tersebut,
sekitar 50% tidak terdiagnosis. sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan
akibat glaukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika, menjadikan

1
penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di
Amerika Serikat.
Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit
putih. Persentase ini jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit.
Glaukoma sudut tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan
bilateral akibat glaukoma di China. Glaukoma tekanan normal
merupakan tipe yang paling sering di Jepang.
Glaukoma phacomorphic khas pada negara-negara berkembang
seperti India, (merupakan 3,91% dari semua operasi katarak yang
dilakukan) di mana kejadian katarak jauh melebihi jumlah total operasi.
Di negara-negara berkembang, karena distribusi yang tidak merata dari
fasilitas perawatan mata dan kendala ekonomi, banyak pasien dengan
katarak terkait usia tidak bisa mendapatkan operasi katarak pada
waktunya dan hadir dengan glaukoma phacomorphic. Di ras Eropa, ada
penyusutan lensa secara bertahap dengan perkembangan katarak dan
dengan demikian terjadi pendalaman progresif ruang anterior. Meskipun
tidak ada data epidemiologi formal yang membandingkan geografis dan
kecenderungan rasial, katarak pada orang India tampaknya
menunjukkan hidrasi mendadak dan intumescence agak umum.

III. Klasifikasi
1. Glaukoma Kongenital
 Glaukoma kongenital primer
 Glaukoma Kongenital berkaitan dengan anomali dan
perkembangan
a. Anomali Perkembangan segmen anterior (sindroma
Axenfeld, sindroma Rieger dan anomali Peter).
b. Aniridia
 Glaukoma berkaitan dengan gangguan perkembangan ekstra
okuler, seperti Sindroma Sturge-Weber, Sindroma Marfan,
Neurofibromatosis, Sindroma Lowe, dan Rubela kongenital.

2
2. Glaukoma Primer
 Primary open-angle Glaucoma
POAG disebut juga sebagai glaukoma simpleks, glaukoma
simpleks menahun. Paling sering ditemukan sekitar 85-90%
dari seluruh kasus glaukoma
 Primary Closure-angle Glaucoma
PCAG disebut juga sebagai glaukoma sudut sempit, dibagi
menjadi akut, subakut, kronik/menahun, dan iris
plato/plateau iris.

3. Glaukoma Sekunder
 Open Angle
a. Pre Trabecular
b. Trabecular
c. Post Trabecular
 Closure Angle
a. With Pupillary Block
Seklusi pupil, subluksasi lensa, Glaukoma Fakomorfik,
Sindrom blok kapsul dengan adhesi kapsul iris 360°,
Blok pupil afasic, Implan lensa ruang anterior.
b. Without Pupillary Block
Efusi cilio-koroidal, sindrom blok kapsul tanpa adhesi
kapsul iris, Penyebab sekunder PAS seperti glaukoma
neovaskular lanjut dan uveitis anterior kronis, Tubuh
ciliary / kista iris atau badan ciliary lainnya atau tumor
segmen posterior, Kontraksi jaringan fibrovaskular
retrolenticular seperti pada vitreoretinopati proliferatif
dan retinopati prematuritas, dan glaukoma ganas dapat
dianggap sebagai bentuk sekunder dari glaukoma primer
sudut tertutup.

3
IV. Etiologi
Glaukoma Fakomorfik dapat disebabkan oleh
1. Trauma tumpul okular, walaupun trauma sepele namun dapat
menyebabkan dislokasi lensa dengan zonule lemah seperti
pseudoexfoliation dan homocystinuria.
2. Lensa Mata Kecil (Mikrosferofekia) seperti pada sindrom Weill–
Marchesani.

V. Patofisiologi
Mekanisme utama dari terjadinya glaukoma fakomorfik adalah lensa
menebal dan bergeser ke depan (karena kelemahan zonular dengan usia
dan kadang-kadang diperparah oleh pseudoexfoliation), meskipun blok
pupil juga dapat berperan dalam patofisiologi ini. Oleh karena itu
kenaikan TIO disebabkan oleh blok pupil karena kombinasi perubahan
ukuran lensa dan perpindahan ke depan dari diafragma iris lensa,
menghasilkan penutupan sudut.
Secara umum, glaukoma fakomorfik diamati pada pasien yang lebih
tua dengan katarak, tetapi dapat terjadi pada usia yang lebih muda pasien
setelah katarak traumatis atau katarak intumescent yang berkembang
dengan cepat. Jika tidak dikelola dalam waktu, Penutupan sudut sinekial
dapat terjadi secara permanen dengan peningkatan TIO yang persisten
bahkan setelah pelepasan lensa katarak.

VI. Tanda dan Gejala


1. Nyeri dan Kemerahan pada mata
2. Penyakit usia tua >50 tahun
3. Lingkaran cahaya berwarna di sekitar mata
4. Penglihatan kabur
5. Penurunan penglihatan sebelum episode akut katarak
6. Mual, muntah

4
7. Edema kornea
8. Kongesti circumcorneal
9. Ruang anterior tampak dangkal
10. Injeksi Konjungtiva
11. Pupil yang iregular, mid-dilatasi, sluggish
12. Lensa Bengkak

XIII. Diagnosa
1. Anamnesis
Ditanyakan sejak kapan, apakah dikeluarga ada yang menderita
seperti ini, usia, sebelumnya pernah menderita katarak atau tidak,
ada trauma sebelumnya di mata atau tidak, apakah gula darah
terkontrol, dll
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lapang pandang, pemeriksaan visus, pemeriksaan buta
warna, pemeriksaan ruang anterior, refleks pupil direct indirect,
pemeriksaan mata anterior dan posterior, refleks kornea.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tonometri, pemeriksaan gonioscopy, pemeriksaan
ultrasonographic biomicroscopy, Fluorescent angiography,
perimetri, Oftalmoskop, stereophotogrametry of the optic disc.

XIV. Diagnosa Banding


Konjungtivitis, irisitis, Glaukoma fakolitik, glaukoma sudut tertutup
akut primer, glaukoma dengan tumor intraokular, glaukoma iris plateau,
glaukoma partikel lensa

XV. Tata Laksana


TIO yang tinggi mula mula dikurangi terlebih dahulu dengan agen
osmotik, Manajemen selanjutnya tergantung ada atau tidaknya beberapa
lapisan zonula yang masih utuh dan kekerasan lensa sebagai berikut:
1. Zonule utuh. Pasien ditempatkan dalam posisi terlentang dan pupil
melebar dalam upaya untuk memposisikan lensa ke dalam ruang
posterior.

5
2. Lensa lunak tanpa lampiran zonular. Lensektomi dilakukan melalui
sayatan limbal. Lensa pada pasien di atas usia 35 tahun biasanya
terlalu sulit untuk dihilangkan dengan teknik ini.
3. Lensa keras tanpa lampiran zonular. Dilakukan vitrektomi pars
plana dan lensektomi.

XVI. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000


2. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.
3. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai
Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007.
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2,
Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002
6. Kanski, JJ (2007). Clinical Ophthalmology Sixth Edition. New York: Elsevier
7. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989

Anda mungkin juga menyukai