Anda di halaman 1dari 11

AGROMEDIS

Penyakit saluran pencernaan di Agroindustri


Ada beberapa penyakit saluran cerna yang sering berhubungan dengan daerah
agroindustri, antara lain hepatitis, pankreatitis, kolera, kanker usus, dan yang paling sering
adalah keracunan.
1. Kolera
Kolera adalah suatu infeksi usus kecil karena bakteri Vibrio Cholerae. Bakteri kolera
menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan yang
banyak mengandung garam dan mineral. Karena bakteri sensitif terhadap asam lambung,
maka penderita kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini. Kolera
menyebar melalui air minum, makanan laut dan makanan lainnya yang tercemar oleh kotoran
orang yang terinfeksi.

a. Etiologi : Bakteri Vibrio cholerae

b. Gejala
Gejala dimulai dalam 1-3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari diare
ringan tanpa komplikasi sampai diare berat yang menyebabkan dehidrasi. Penyakit
biasanya dimulai dengan diare encer seperti air yang terjadi secara tiba-tiba tanpa rasa
sakit dan muntah. Pada kasus yang berat, diare menyebabkan kehilangan cairan sampai
1 liter tiap jam. Kehilangan cairan dan garam menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus
yang hebat, kram otot, lemah, dan penurunan produksi urin. Banyaknya cairan yang
hilang menyebabkan mata menjad cekung dan kulit jari-jari menjadi keriput. Gejala
biasanya hilang dalam 3-6hari.

c. Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang ada. Untuk memperkuat, dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan apusan rektum atau contoh tinja segar.

d. Penatalaksanaan
Hal yang pertama kali harus dilakukan adalah menggantikan cairan tubuh yang hilang
untuk mengatasi dehidrasi. Caranya bisa dengan pemberian cairan elektrolit melalui
infus. Bila kehilangan cairan sudah teratasi, makanan padat bisa diberikan kembali
setelah muntah-muntah selesai dan nafsu makan kembali. Pengobatan awal biasanya
menggunakan Tetracyclin atau antibiotik lain. Biasanya diare akan berhenti setelah 48
jam.

e. Prognosis
- Lebih dari 50% penderita kolera berat yang tidak diatasi meninggal dunia.
- Kurang dari 1% penderita yang mendapat penggantian cairan yang adekuat meninggal
dunia.

f. Pencegahan
Penjernihan cadangan air dan pembuangan tinja yang memenuhi standar kesehatan
sangan penting dalam mencegah. Usaha lain yaitu meminum air yang sudah dimasak
terlebih dahulu dan menghindari sayuran mentah atau ikan dan kerang yang dimasak
tidak sampai matang. Pemberian antibiotik Tetrasiklin bisa membantu mencegah
penyakit pada orang-orang yang sama-sama menggunakan perabotan rumah tangga
dengan ornag yang terkena infeksi.

2. Kanker Usus
Kanker adalah salah satu penyakit yang mematikan bila tidak dideteksi sejak dini.
Mengonsumsi bahan makanan yang mengandung pestisida bisa membuat tubuh rentan
terkena beragam jenis kanker karena pestisida sendiri merupakan zat toksin yang bersifat
karsinogenik. Kanker yang bisa disebabkan oleh pestisida antara lain kanker tulang, kanker
otak, kanker oayudara, kanker tiroid, kanker hati, leukemia, kanker usus, kanker prostat,
limfoma, dan kanker kandung kemih.

3. Keracunan Pestisida
Semua insektisida bentuk cair dapat diserap melalui kulit dan usus dengan sempurna.
Jenis yang paling sering menimbulkan keracunan di Indonesia adalah golongan organofosfat
dan organoklorin. Golongan karbamat efeknya mirip efek organofosfat, tetapi jarang
menimbulkan kasus keracunan. Masih terdapat jenis pestisida lain seperti racun tikus
(antikoagulan dan seng fosfit) dan herbisida (parakuat) yang juga sangat toksik. Kasus
keracunan golongan ini jarang terjadi.

- Keracunan Organofosfat
Golongan organofosfat bekerja selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak
menyebabkan resistensi pada serangga. Golongan organofosfat bekerja dengan cara
menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa.

Etiologi
Keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang
berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus menerus saraf muskarinik dan nikotinik.

Gambaran klinik
- Mata; pupil mengecil dan penglihatan kabur
- Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringat meningkat, lakrimasi, salviasi dan juga
sekresi bronchial.
- Saluran cerna; mual, muntah, diare dan sakit perut.
- Saluran napas; batuk, bersin, dispnea dan dada sesak.
- Kardiovaskular; bradikardia dan hipotensi.
- Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia, demam,
konvulsi dan koma.
- Otot-otot; lemah, fascikulasi dan kram.
- Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru, pernapasan berhenti, blockade
atrioventrikuler dan konvulsi.

Diagnosis : Riwayat kontak dengan insektisida golongan organofosfat.

Penatalaksanaan
- Keracunan akut
Tindakan gawat darurat :
1. Buat saluran udara.
2. Pantau tanda-tanda vital.
3. Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen.
4. Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 8 menit sampai gejala
keracunan parasimpatik terkendali.
5. Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi setelah 30
menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam dapat diulangi 2 kali. Selain
pralidoksim, dapat digunakan obidoksim (toksogonin).
6. Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan selaput lendir yang
terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun.
7. Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan berikan sirup
ipeca supaya muntah.

Tindakan umum :
1. Sekresi paru disedot dengan kateter.
2. Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan fenotiazin
dan obat-obat yang menekan pernapasan.

- Keracunan kronik :
Jika keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun, maka perlu
dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal.

- Keracunan Organoklorin
Pestisida golongan organoklorin pada umumnya merupakan racun perut dan racun
kontak yang efektif terhadap larva, serangga dewasa dan kadang-kadang juga terhadap
kepompong dan telurnya. Penggunaan pestisida golongan organoklorin makin
berkurang karena pada penggunaan dalam waktu lama residunya persisten dalam tanah,
tubuh hewan dan jaringan tanaman.

a. Etiologi : Pestisida golongan organoklorin

b. Gambaran klinis
- Gejala keracunan turunan halobenzen dan analog, terutama muntah, tremor dan
konvulsi.
- Pada keracunan akut melalui mulut disebabkan oleh 5 g DDT akan menyebabkan
muntah-muntah berat setelah 0,5 1 jam, selain kelemahan dan mati rasa pada anggota
badan yang terjadi secara bertahap, rasa takut, tegang dan diare juga dapat terjadi.
- Dengan 20 g DDT dalam waktu 8 12 jam kelopak mata akan bergerak-gerak disetai
tremor otot mulai dari kepal dan leher, selanjutnya konvulsi klonik kaki dan tangan
seperti gejala keracunan pada strichnin. Nadi normal, pernapasan mula-mula cepat
kemudian perlahan.

b. Diagnosis : Riwayat kontak dengan insektisida golongan organoklorin

c. Penatalaksanaan
- Tindakan pencegahan :
1. Pestisida sebaiknya disimpan dalam tempat aslinya dengan etiket yang jelas dan
disimpan di tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak, serta jauh dari makanan dan
minuman.
2. Pada waktu menggunakan pestisida, perlu diikuti dengan cermat dan tepat, sesuai
prosedur dan petunjuk lain yang telah ditentukan.
3. Hindari kontak atau menghisap pestisida.
4. Pada waktu bekerja dengan pestisida, sebaiknya tidak sambil makan, minum atau
merokok.
5. Tempat atau wadah pestisida yang telah kosong, sebaiknya dibuang atau dimusnahkan,
demikian juga pestisida yang tidak berlabel atau etiketnya sudah rusak, sehingga tidak
dapat diketahui dengan pasti.
6. Tergantung pada tingkat toksisitasnya, jika bekerja yang berhubungan dengan pestisida,
sebaiknya tidak lebih dari 4 5 jam.

- Tindakan gawat darurat :
1. Jika keracunan melalui mulut, usahakan untuk muntah
2. Pantau tanda-tanda vital.
3. Berikan karbon aktif, diikuti bilas lambung dengan air 2 4 liter. Kemudian berikan
obat pencuci perut.
4. Pembersihan usus, juga dapat dilakukan dengan 200 mL larutan manitol 20 % dengan
melalui pipa.
5. Jangan diberi lemak atau minyak.
6. Jika kulit juga terkena, bersihkan dengan air dan sabun.

- Tindakan umum :
1. Untuk mengatasi konvulsi, berikan diazepam 10 mg secara i.v perlahan-lahan. Jika
belum menunjukkan hasil berikan obat yang memblokade neuromuscular.
2. Atasi hiperaktivitas dan tremor, berikan natrium fenobarbital 100 mg secara s.c setiap
jam sampai mencapai jumlah 0,5 g atau sampai konvulsi terkendali.
3. Jangan diberi obat stimulan terutama epinefrin, karena dapat menimbulkan fibrilasi
ventrikuler.

Keracunan Pestisida
Pada dasarnya tidak ada batas yang tegas tentang penyebab dari keracunan berbagai macam
zat kimia, karena setiap zat kimia mungkin menjadi penyebab dari keracunan tersebut, yang
membedakannya adalah waktu terjadinya keracunan dan organ target yang terkena.
1. Cara terjadinya keracunan
a. Self poisoning
Pada keadaan ini petani menggunakan pestisida dengan dosis yang berlebihan tanpa memiliki
pengetahuan yang cukup tentang bahaya yang dapat ditimbulkan dari pestisida tersebut. Self
poisoning biasanya terjadi karena kekurang hati-hatian dalam penggunaan, sehingga tanpa
disadari
bahwa tindakannya dapat membahayakan dirinya.
b. Attempted poisoning
Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri dengan dengan pestisida, tetapi bisa
berakhir dengan kematian atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam penggunaan
dosis.
c. Accidental poisoning
Kondisi ini jelas merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsure kesengajaan sama sekali.
Kasus ini banyak terjadi pada anak di bawah 5 tahun, karena kebiasaannya memasukkan
segala benda ke dalam mulut dan kebetutan benda tersebut sudah tercemar pestisida.
d. Homicidal piosoning
Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni
seseorang.
Masuknya pestisida dalam tubuh akan mengakibatkan aksi antara molekul dalam pestisida
molekul dari sel yang bereaksi secara spesifik dan non spesifik. Formulasi dalam
penyemprotan pestisida dapat mengakibatkan efek bagi penggunanya yaitu efek sistemik dan
efek lokal. Efek Sistemik,
terjadi apabila pestisida tersebut masuk keseluruh tubuh melalui peredaran darah sedangkan
efek lokal terjadi terjadi dimana senyawa pestisida terkena dibagian tubuh.
2. Mekanisme fisiologis keracunan
Bahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup) berbeda-beda
menurut situasi paparan. Mekanisme masuknya racun pertisida tersebut dapat melalui melalui
kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui saluran pernapasan. Melalui kulit, bahan
racun dapat memasuki
pori-pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak
(polar).Tanda dan gejala awal keracunan organofosfat adalah stimulasi berlebihan
kolinergenik pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi miosis,
gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan salivasi. Keracunan organofosfat pada
sistem respirasi mengakibatkan
bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi bronkus. Pada umumnya gejala
ini timbul dengan cepat dalam waktu 6-8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan daapt
menimbulkan kematian dalam beberapa menit. Ingesti atau pajanan subkutan umumnya
membutuhkan waktu lebih lama untuk menimbulkan tanda dan gejala.
a. Racun kronis
Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah waktu yang relatif lama karena
kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. Racun
ini juga apabila mencemari lingkungan (air, tanah) akan meninggalkan residu yang sangat
sulit untuk dirombak atau dirubah menjadi zat yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan
kimianya. Ada di antara racun ini yang dapat dirombak oleh kondisi tanah tapi hasil
rombakan masih juga merupakan racun. Demikian pula halnya, ada yang dapat terurai di
dalam tubuh manusia atau hewan tapi menghasilkan metabolit yang juga masih beracun.
Misalnya sejenis insektisida organoklorin, Dieldrin yang disemprotkan dipermukaan tanah
untuk menghindari serangan rayap tidak akan berubah selama 50 tahun sehingga praktis
tanah tersebut menjadi tercemar untuk berpuluh-puluh tahun. Dieldrin ini bisa diserap oleh
tumbuhan yang tumbuh di tempat ini dan bila rumput ini dimakan oleh ternak misalnya sapi
perah maka dieldrin dapat menumpuk dalam sapi tersebut yang kemudian dikeluarkan dalam
susu perah. Manusia yang minum susu ini selanjutnya akan menumpuk dieldrin dalam lemak
tubuhnya dan kemudian akan keracunan. Jadi dieldrin yang mencemari lingkungan ini tidak
akan hilang dari lingkungan, mungkin untuk waktu yang sangat lama.
b. Racun akut
Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang larut air dan dapat
menimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup.
Contoh yang paling nyata dari racun akut adalah Baygon yang terdiri dari senyawa
organofosfat (insektisida atau racun serangga) yang seringkali disalahgunakan untuk
meracuni manusia, yang efeknya telah terlihat hanya beberapa menit setelah racun masuk ke
dalam tubuh. Walaupun semua racun akut ini dapat menyebabkan gejala sakit atau kematian
hanya dalam waktu beberapa saat setelah masuk ke dalam tubuh, namun sifatnya yang sangat
mudah dirombak oleh suhu yang tinggi, pencucian oleh air hujan dan sungai serta faktor-
faktor fisik dan biologis lainnya menyebabkan racun ini tidak memegang peranan penting
dalam pencemaran lingkungan.
Cara Pencegahan Keracunan Pestisida
Pengetahuan tentang pestisida yang disertai dengan praktek penyemprotan akan dapat
menghindari petani/penyemprot dari keracunan. Ada beberapa cara untuk meghindari
keracunan antara lain.

1. Pembelian pestisida
Dalam pembelian pestisida hendaknya selalu dalam kemasan yang asli, masih utuh dan ada
label petunjuknya
2. Perlakuan sisa kemasan
Bekas kemasan sebaiknya dikubur atau dibakar yang jauh dari sumber mata air untuk
mengindai pencemaran ke badan air dan juga jangan sekali-kali bekas kemasan pestisida
untuk tempat makanan dan minuman.
3. Penyimpanan
Setelah menggunakan pestisida apabila berlebih hendaknya di simpan yang aman seperti jauh
dari jangkauan anak-anak, tidak bercampur dengan bahan makanan dan sediakan tempat
khusus yang terkunci dan terhindar dari sinar matahari langsung.
4. Penatalaksanaan Penyemprotan
Pada pelaksanaan penyemprotan ini banyak menyebabkan keracunan oleh sebab itu petani di
wajibkan memakai alat pelindung diri yang lengkap setiap melakukan penyemprotan, tidak
melawan arah angin atau tidak melakukan penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari
kebiasaan makan-minum serta merokok di waktu sedang menyemprot, setiap selesai
menyemprot dianjurkan untuk mandi pakai sabun dan berganti pakaian serta pemakain alat
semprot yang baik akan menghindari terjadinya keracunan.
Pestisida adalah racun yang membahayakan, secara umum toksisitas dapat diukur dengan
menggunakan LD50 (letal dose 50) yaitu bahan kimia yang dapat mematikan 50% hewan uji
(biasanya tikus) semakin kecil nilai LD50 maka bahan kimia tersebut semakin beracun. Jalan
pestisida masuk ke dalam tubuh dapat melalui :

Keracunan Melalui Kulit (Dermal)
Keracunan melalui kulit ini dapat melalui percikan atau rembesan ke dalam kulit saat
pencampuran atau saat menggunakan baju yang sudah terkontaminasi oleh racun. Bahaya
keracunan seperti ini dapat dikurangi dengan cara :
Penanganan pesticida secara hati-hati untuk menghindari rembesan atau tumpahan.
Gunakan pakaian pelindung yang memadai
Cuci secara langsung jika terjadi kontaminasi
Hindari pemaparan saat menyemprot
Ganti dan cuci semua pakaian pelindung ketika selesai melakukan penyemprotan.
Keracunan Melalui Oral
Walaupun jarang terjadi Namun akibat yang ditimbulkan akan lebih parah, hal ini bisa terjadi
makanan yang tidak sengaja terkontaminasi dengan racun, hal ini dapat dihindari dengan cara
:
Jangan menyimpan pestisida dekat dengan makanan dan minuman
Jangan mengangkut pestisida dicampur dengan bahan makannan
Apabila terjadi keracunan maka upayakan dimuntahkan, atau segera bawa ke rumah
sakit.
Keracunan Pestisida secara Inhalasi
Bahan kimia yang mudah menguap biasanya penyabab utama dari keracunan yang
disebabkan melalui inhalasi (pernafasan), sebagai tambahan perhatikan ventilasi pada saat
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengn pestisida, keracunan melalui inhalasi dapat
dihindari dengan tindakan pencegahan sebagai berikut :
Meminimumkan drift ( percikan pestisida ), gunakan tekanan spray yang tepat
Gunakan alat pelindung diri ( Masker dll )
Saat bekerja perhatikan dan pastikan ventilasi baik
Apabila terjadi terhirup segera hindari sumber pencemar dan segera berobat ke rumah
sakit atau balai pengobatan terdekat.
Gejala - gejala Umum Keracunan Pestisida
Gejala keracunan dapat timbul secara sendiri atau gabungan, adalah sebagai berikut :
Umum - lemah atau kelelahan
Kulit - iritasi, terbakar, berkeringat.
Mata - iritasi, mata merah, penglihatan kabur, mata berair, pupil melebar atau
menyempit.
Sistem Pencernaan - mulut atau kerongkongan terbakar, keluar air ludah, muntah,
sakit atau kram perut, diare.
Sistem Pernafasan - sulit bernafas, batuk-batuk, sakit dada.
Penanganan Keracunan

Adalah menjaga fungsi organ dan menghindarai absorpsi lebih lanjut, mempercepat
eliminasi, dan menormalkan fungsi tubuh.

a. Melalui mulut :
1. mengurangi absorbsi dengan merangsang muntah (sirup ipeca).
2. menguras lambung (air hangat dengan tube nasogantrik)
3. karbon aktif, membersihkan usus ( laksan)
4. pemberian antidotum.
5. meningkatkan eliminasi ( diuretic asam atau basa)
6. transfuse penukar.
7. dialysis.
8. hemodialisis.
9. hemoperfusi.

b. Melalui hidung:
1. memindahkan penderita dari ruangan yang tercemar racun, trakeotomi,resuscitator.

c. Kontaminasi kulit : siram dengan air.
d. Kontaminasi mata : dibilas dengan air/laritam Na Cl fisiologis.
e. Sengatan/gigitan binatang berbisa : diikat didaerah luka gigitan, beri antidotum,
pendinginan local, mengisap dari luka.

Antidotum keracunan
Antidotum yaitu zat yang memiliki daya kerja bertentangan dengan racun, dapat mengubah
sifat kimia racun, atau mencegah absorbsi racun.Jenis antidotum yang digunakan pada
keracunan :
a) Keracunan insektisida (alkali fosfat), asetilkolin, muskarin : atropine, reaktivator
kolinesteras (pralidoksin, obidoksin).
b) Keracunan sianida : 4 dimetilaminofenol HCl (4-DMAP) dan natrium tiosulfat.
c) Keracunan methanol dengan etanol
d) keracunan methenoglobin : tionin.
e) Keracunan besi : deferoksamin
f) Keracunan As,Au, Bi, Hg, Ni, Sb : dimerkaprol(BAL =british anti lewisit).
g) Keracunan glikosida jantung : antitoksin digitalis.
h) Keracunan Au,Cd,Mn,Pb,Zn : kalsium trinatrium pentetat.
Mekanisme kerja antidotum :
a) Membentuk senyawa kompleks dengan racun : dimerkaprol, EDTA, penisilamin,
dikobal edetat,pralidoksin.
b) Mempercepat detoksifikasi racun : natrium tiosulfat,dll
c) Berkompetisi dengan racun dalam interaksi dengan reseptor : oksigen, nalokson.
d) Memblokade reseptor esensial : atropine.
e) Efek antidot melampaui efek racun : oksigen, glukagon.
f) Mempercepat pengeliaran racun : NaCl untuk meningkatkan pengeluaran urin pada
keracunan bromide
g) Mengabsorpsi racun : karbon.
h) Menghambat absorpsi racun : MgSO4.
i) Perangsang muntah : sir. Ipeca.
j) Menginaktifkan racun : natrium tiosulfat, antibisa, antitoksin botulinus.
k) Pengendap racun : natrium sulfat, kalsium laktat.
l) Antidot universal (campuran karbon, asam tanat, MgO (1:1:2): asam ,alkali, logam
berat, glikosida.
m) Antidot multiple (campuran besi sulfat, Mg S04, air, karbon) : As, opium, Zn, digitalis,
Hg, strihnin.
n) Serum anti bisa ular : neurotoksis, hemotoksis.

Penanganan keracunan :
1. Tindakan untuk penegakan fungsi vital
- Bebaskan jalan nafas.
- Nafas buatan.
- Menjaga sirkulasi.

2. Tindakan primer untuk eliminasi racun ( yang belum diabsorpsi)
- Timbulkan muntah : sirup ipeca.
- Bilas lambung.
- Berikan zat absorben : karbon aktif.
- Pengosongan usus (diare paksa) : laksan.
- Pada kontaminasi mata : bilas dengan air hangat.
- Pada kontaminasi kulit : bilas dengan air.
- Terpapar gas beracun : beri udara segar/oksigen.
- Inhalasi racun : beri inhalasi glukokortikoid.

3. Tindakan sekunder untuk eliminasi racun ( yang sudah diabsorpsi)
a) diuresis paksa : furosemid iv atau manitol infuse
b) Diuresis paksa alkali : diuresis paksa ditambah natrium bikarbonat infuse (pada
keracunan barbiturate,asam salisilat)
c) Diuresis paksa asam : diursis paksa ditambah arginin HCl infuse atau amonium
klorida (pada keracunan amfetamin, metadon, efedrin, fensiklidin).
d) Antidotum
e) Hemodialisa.
f) Hemoperfusi.
g) Dialisis peritoneal dilakukan bila hemodialisis adan hemoperfusi tidak dapat
dilakukan).
h) Transfusi pertukaran : pada intoksikasi berat (CO, methemoglobin, hemolisis).

KERACUNAN BAHAN KIMIA
Herbasida
Herbasida yang berbahaya bagi saluran pencernaan adalah golongan bipydril.
Golangan yang paling sering menimbulkan bahaya adalah golongan paraquat. Golongan
herbasida ini menyebabkan hancurnya membran fosfolipid. Pada saluran cerna dapat
menyebabkan ulcerasi pada bagian esophagus. Selain itu juga menyebabkan fibrosis paru,
dan ulcerasi kornea. Hal yang paling membahayakan lagi bila tertelan dengan dosis lebih
dari 30 mg/kg maka akan menyebabkan gagal ginjal, hati, paru jantung dalam waktu
beberapa jam.
Penanganan terhadap keracunan herbasida adalah dengan membersihkan saluran
cerna dari racun tersebut, menyiapkan agen anti inflamsi mencegah gagal nafas. Disarankan
pula untuk memakai activated carchoal dengan dosis 1-2 g/kg bila pasien telah mengalami
keracunan selama 1-2 jam lalu ulangi pengangan setelah 4 jam. Hemodialsis juga
merupakan cara yang ampuh mengeluarkan racun dalam darah.
Insektsida
Bahan yang paling sering digunakan dalam insektisida adalah golongan organofosfat.
Organofosfat merupakan asetilkolinesterase inhibitor sehingga bila organofosfat tertelan,
maka efeknya bisa sangat beragam. Bagian tubuh yang terpengaruh merupakan organ-organ
yang diatur oleh sistem saraf parasimpatis apalagi organ-organ yang diatur oleh saraf yang
menggunkan asetilkolin sebagai neurotransmitter. Pada organ pencernaan, sering
ditemukan hipersalivasi, kram perut, muntah, diare. Pada jantung sering mengakibatkan
bradikardi, hipotensi, pupil mengalami miosis, bronkokonstriksi pada brokiolus,
berkeringat dan lainnya.
Penanganan pertama yang paling penting adalah penggunaan atropine dengan dosis 1-
2 mg/kg untuk dewasa dan 0,05 mg/kg untuk anak setiap 15-30 menit sampai gejala-gejala
tadi hilang (kalau bisa masukkan lewat intra vena). Obat lain selain atropine adalah
pralidoxine dengan dosis 1-2 mg/kg untuk dewasa dan 25-50 mg/kg untuk anak-anak tiap
15-30 menit intra vena, dosis 10-20 mg/kg atau lebih dari 500 mg untuk keracunan parah
(infus yang terus menreus)

Anda mungkin juga menyukai