Anda di halaman 1dari 17

Atelektasis

Atelektasis adalah suatu kondisi ketika sebagian atau satu lobus (segmen) paru-paru
pada seseorang tidak berfungsi. Pada atelektasis, kantung-kantung udara (alveoli) pada
paru-paru mengempis sehingga mengganggu fungsi pernapasan.
Besarnya kerusakan jaringan alveoli akibat atelektasis bervariasi, tergantung kepada
penyebabnya. Pada penderita yang sudah memiliki penyakit pernapasan, munculnya
atelektasis dapat memperparah kesulitan bernapas, serta menurunkan kadar oksigen
dalam darah. Berdasarkan karakter fisiologisnya, atelektasis dibagi menjadi dua jenis
yaitu:

 Atelektasis obstruktif. Ini merupakan jenis atelektasis yang paling sering


terjadi. Atelektasis obstruktif muncul akibat saluran antara trakea (tenggorokan)
dengan alveoli terhalangi, sehingga gas karbon dioksida yang seharusnya
dibuang diserap kembali oleh darah di alveoli. Obstruksi yang terjadi pada
atelektasis obstruktif dapat diakibatkan oleh tumor, benda asing, atau sumbatan
lendir mukosa. Obstruksi pada atelektasis obstruktif dapat terjadi pada bronkus
besar (lobular) maupun bronkus kecil (segmental).
 Atelektasis non-obstruktif. Atelaksis jenis ini dapat dibagi lagi menjadi
beberapa sub jenis, di antaranya:
o Atelektasis relaksasi. Kondisi ini terjadi akibat membran dalam paru-
paru (pleura viseralis) kehilangan kontak dengan membran luar paru-paru
(pleura parietalis), baik karena adanya cairan (efusi pleura) atau udara
(pneumotoraks) di rongga pleura.
o Atelektasis kompresi. Kondisi ini terjadi akibat munculnya lesi pada
rongga dada yang menekan paru-paru dan mendorong udara keluar dari
alveoli, sehingga mengurangi volume paru-paru.
o Atelektasis adhesif. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan surfaktan pada
paru-paru. Surfaktan pada paru-paru berfungsi untuk mengurangi tekanan
permukaan pada alveoli. Kekurangan surfaktan dapat menyebabkan
terjadinya pengempisan alveoli.
o Atelektasis sikatrik. Pada kondisi ini, berkurangnya volume alveoli
adalah akibat kerusakan atau luka pada dinding alveoli karena penyakit
granulomatosa atau nekrosis paru-paru.
o Atelektasis replacement. Atelektasis ini terjadi akibat alveoli pada
seluruh segmen paru-paru dipenuhi atau digantikan oleh sel-sel tumor,
misalnya pada karsinoma sel bronkioalveolar, sehingga volume udara
pada paru-paru berkurang.

Gejala Atelektasis
Gejala yang muncul pada atelektasis sulit diamati karena tidak muncul secara cepat.
Gejala atelektasis yang muncul bergantung pada ukuran paru-paru yang terkena
atelektasis, adanya penyumbatan pada bronkus, atau adanya infeksi yang dapat
memperparah atelektasis. Secara umum, gejala atelektasis bisa berupa:
 Sulit bernapas (dispnea).
 Batuk.
 Napas cepat dan pendek.

Jika atelektasis terjadi akibat adanya penyumbatan atau halangan pada bronkus, dapat
timbul gejala-gejala berikut:

 Nyeri pada daerah yang terkena atelektasis.


 Dispnea yang terjadi secara tiba-tiba.
 Sianosis, yaitu kebiruan pada kulit, bibir, dan ujung-ujung jari karena kekurangan
oksigen.
 Meningkatnya denyut jantung (takikardia).
 Tekanan darah rendah (hipotensi).
 Demam.
 Syok.

Atelektasis yang berkembang dengan lambat umumnya bersifat asimptomatik atau


hanya menyebabkan gejala ringan.

Penyebab Atelektasis
Atelektasis sering kali terjadi setelah penggunaan anestesi untuk pembedahan.
Anestesi yang digunakan pada saat pembedahan dapat menyebabkan perubahan pada
pola pernapasan, serta penyerapan gas asing dan tekanan pada paru-paru. Kondisi
tersebut dapat menyebabkan alveoli menjadi mengempis dan menimbulkan atelektasis.
Selain disebabkan oleh anestesi, penyebab atelektasis juga bisa berbeda-beda, baik
pada kasus atelektasis obstruktif maupun non-obstruktif.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya atelektasis
obstruktif:

 Sumbatan cairan mukus. Atelektasis obstruktif dapat terjadi dikarenakan


adanya penggumpalan lendir atau cairan mukus yang menyebabkan aliran udara
dari trakea ke alveoli menjadi terganggu. Sumbatan cairan mukus sering terjadi
pada saat pembedahan dikarenakan akumulasi cairan mukus tidak bisa
dikeluarkan melalui batuk atau muntahan. Sumbatan cairan mukus juga dapat
terjadi pada anak-anak, penderita cystis fibrosis, atau pada orang yang
mengalami serangan asma berat.
 Benda asing. Atelektasis obstruktif sangat umum terjadi pada anak-anak yang
tidak sengaja menghisap benda asing seperti kacang atau mainan dan masuk ke
paru-paru.
 Penyempitan saluran udara bronkus. Infeksi kronis seperti infeksi
jamur, tuberkulosis (TBC) dan penyakit lain dapat melukai dan mempersempit
bronkus.
 Tumor pada saluran bronkus besar. Tumor yang tumbuh di daerah saluran
udara bronkus dapat menghalangi aliran udara.
 Gumpalan darah. Jika terdapat perdarahan pada paru-paru dan penderita tidak
bisa mengeluarkan darah tersebut, maka penggumpalan bisa terjadi dan
menghalangi aliran udara masuk ke alveoli.

Sama seperti pada kasus atelektasis obstruktif, faktor yang menyebabkan terjadinya
atelektasis non-obstruktif juga bermacam-macam, namun tergantung kepada jenisnya.
Atelektasis relaksasi dapat disebabkan oleh:

 Efusi pleura, yaitu munculnya cairan pada paru-paru.


 Pneumotoraks.
 Emfisema bulosa.

Atelektasis kompresi dapat disebabkan oleh:

 Benjolan pada dinding otot dada, selaput paru-paru, atau di dalam jaringan
parenkim paru-paru.
 Gumpalan cairan pada selaput paru-paru.

Atelektasis adhesif dapat disebabkan oleh:

 Penyakit membran hialin.


 Sindrom stres pernapasan akut (ARDS).
 Menghirup asap atau rokok.
 Operasi bypass
 Uremia, yaitu meningkatnya kadar ureum dalam darah karena adanya kegagalan
fungsi ginjal.
 Napas pendek berkepanjangan.

Atelektasis sikatrik dapat disebabkan oleh:

 Fibrosis pulmonal idiopatik.


 TBC kronis.
 Infeksi jamur.
 Fibrosis radiatif.

Penyebab lain atelektasis non-obstruktif antara lain adalah trauma pada dada, misalnya
yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang memicu seseorang menjadi bernapas
dengan cepat dan mengalami tekanan pada dada. Luka pada jaringan paru-paru juga
dapat menyebabkan terjadinya atelektasis non-obstruktif, terutama akibat penyakit
paru-paru atau pembedahan.
Hal-hal yang menyebabkan seseorang lebih mudah terkena atelektasis antara lain
adalah:
 Atelektasis lebih mudah muncul pada anak dibawah 3 tahun dan lansia diatas 60
tahun.
 Memiliki kondisi yang mengganggu aktivitas paru-paru, seperti batuk, bersin dan
menguap.
 Terlalu banyak beraktivitas di tempat tidur tanpa sering mengubah posisi tubuh.
 Memiliki gangguan menelan makanan, terutama pada orang dewasa atau lansia.
 Memiliki penyakit paru-paru. Contohnya adalah asma, bronkiektasis, dan cystic
fibrosis.
 Lahir dengan kondisi prematur.
 Mendapatkan anestesi umum.
 Mendapatkan pembedahan pada perut atau dada.
 Menderita berbagai kondisi yang menyebabkan napas pendek.

Diagnosis Atelektasis
Diagnosis tidak hanya berfokus pada menentukan adanya atelektasis, tapi juga
menentukan penyebab utama terjadinya kondisi tersebut. Untuk keperluan tersebut,
dapat dilakukan metode pemeriksaan sebagai berikut:

 Foto Rontgen dada. Penggunaan gambar hasil sinar-X pada dada dapat


mendeteksi adanya atelektasis, terutama jika disebabkan oleh benda asing yang
sering terjadi pada anak-anak.
 CT scan. Jenis pemindaian ini dapat mendiagnosis atelektasis dengan lebih baik
dan lebih akurat, dikarenakan kemampuannya untuk mengukur volume di
seluruh segmen paru-paru. CT scan juga dapat mendeteksi keberadaan tumor
yang kemungkinan menyebabkan terjadinya atelektasis pada penderita.
 Oksimetri. Alat oksimeter dijepitkan pada ujung jari untuk mengukur kadar
oksigen dalam darah.
 Bronkoskopi. Metode ini berfungsi untuk memperlihatkan bagian dalam paru-
paru menggunakan alat visual berupa selang tipis fleksibel. Bronkoskopi juga
dapat digunakan untuk menghilangkan sebagian halangan pada saluran
pernapasan yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
 Pemeriksaan histologi atau jaringan. Hasil temuan visual menggunakan
bronkoskopi dapat dilanjutkan dengan pengambilan sampel jaringan untuk
dianalisis menggunakan mikroskop, misalnya untuk melihat adanya keganasan
(kanker) atau pada penyumbatan oleh mukosa akibat reaksi alergi
terhadap Aspergillus.

Pengobatan Atelektasis
Penanganan atelektasis akan bergantung kepada penyebabnya. Atelektasis yang
ringan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan pengobatan. Jika atelektasis
disebabkan oleh penyakit atau kondisi tertentu, maka pengobatan akan difokuskan
pada masalah yang mendasarinya tersebut. Contohnya jika atelektasis disebabkan oleh
tumor, pengobatan atelektasis juga akan melibatkan kemoterapi atau pembedahan
untuk mengangkat tumor.
Atelektasis yang disebabkan oleh komplikasi pasca pembedahan dapat diobati secara
bertahap melalui fisioterapi dada dan pernapasan. Teknik fisioterapi dada dan
pernapasan yang diberikan berfungsi untuk membantu alveoli mengembang kembali
pasca pengempisan akibat pembedahan. Langkah terapi yang diberikan adalah:

 Melatih teknik batuk untuk mengeluarkan cairan mukosa.


 Menepuk dada pada bagian yang mengalami pengempisan akibat atelektasis
guna melemaskan otot alveoli. Untuk tujuan pelemasan otot alveoli, alat untuk
membersihkan cairan mukosa juga dapat digunakan.
 Melatih teknik menarik napas secara dalam, yang dapat dibantu menggunakan
alat spirometri insentif. Latihan ini dapat dikombinasikan dengan teknik melatih
batuk untuk mengeluarkan cairan mukosa.
 Memosisikan kepala lebih rendah dari tubuh dengan tujuan untuk membantu
mengeluarkan cairan mukosa lebih banyak dari sebelumnya.

Pada penderita atelektasis obstruktif yang terdiagnosis melalui bronkoskopi, dokter


dapat langsung melakukan prosedur untuk menghilangkan obtruksi pada saluran
pernapasan. Prosedur penghilangan obstruksi ini dapat dilakukan dengan menyedot
cairan mukosa menggunakan bronkoskopi.
Untuk membantu pengobatan dan penyembuhan atelektasis, pasien dapat diberikan
obat-obatan sebagai berikut:

 Bronkidilator. Bronkidilator berfungsi untuk menurunkan tekanan otot pada


bronkus, bronkiolus, dan alveolus sehingga aliran udara pada saluran
pernapasan dapat ditingkatkan. Contoh obat golongan ini
adalah albuterol dan metaproterenol.
 Antibiotik. Pada atelektasis yang disebabkan oleh infeksi yang menimbulkan
halangan pada bronkus, dapat diberikan antibiotik berspektrum luas. Contoh
antibiotik yang dapat diberikan adalah cefuroxime dan cefacior.
 Mukolitik. Obat golongan mukolitik berfungsi untuk mengurangi kekentalan
lendir sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan melalui saluran pernapasan.
Contoh obat golongan ini adalah N-asetilsistein dan alfa dornase.

Komplikasi Atelektasis
Jika atelektasis tidak ditangani dengan baik, dapat muncul komplikasi-komplikasi
sebagai berikut:

 Hipoksemia. Hipoksemia merupakan kondisi pada saat darah mengalami


kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan karena atelektasis menghambat
kemampuan paru-paru untuk menyuplai oksigen melalui alveoli.
 Pneumonia. Atelektasis, terutama atelektasis obstruktif akibat gumpalan cairan
mukus, dapat memicu terjadinya infeksi, dan salah satunya adalah pneumonia.
Tidak hanya itu, apabila pneumonia terjadi, maka risiko penderita untuk
terkena sepsis juga ada.
 Kegagalan pernapasan. Atelektasis masih dapat diobati jika hanya terjadi pada
sebagian kecil paru-paru. Akan tetapi, jika atelektasis sudah menyebar ke satu
segmen atau bahkan ke seluruh bagian paru-paru, terutama pada penderita
penyakit paru-paru atau anak kecil, maka dapat menyebabkan kegagalan
pernapasan atau bahkan kematian.
 Bronkiektasis. Bronkiektasis merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan
oleh kerusakan, penebalan, dan pelebaran secara permanen pada saluran
bronkus.

 
ATELEKTASIS
 
DEFINISI
Kolapsnya paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang kolaps tidak
mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi ini
mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan
kecepatan pernafasan berkurang. ( Elizabeth J.Corwin , 2009).
Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang umum terjadi, mencakup kolaps
jaringan paru atau unit fungsional paru. Atelektasis merupakan masalah umum klien
pascaoperasi.
Ateletaksis adalah ekspansi yang tidak sempurna paru saat lahir (ateletaksis
neokatorum) atau kolaps sebelum alveoli berkembang sempurna, yang biasanya
terdapat pada dewasa yaitu ateletaksis didapat (acovired aeletacsis).
Atelektasis (Atelectasis)adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama sekali
tidak terisi udara.
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan
volume bagian paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat
kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan
penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan
sela iga menyempit.
Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu
enfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi
hemithorak yang sehat kearah hemethorak yang atelektasis.

ANATOMI FISIOLOGI
Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus dilapisi oleh
membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak
suara, laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot
dan mengandung pita suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk
seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus
dianalogkan sebagai suatu pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial.
Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan lebih
pendek dan lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea, cabang utama bronkus kanan
dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan
ini berjalan menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya sangat kecil sampai
akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara yang mengandung alveoli,
setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat pertukaran gas.
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak dalam
rongga dada atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum sentral
yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai
apek dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan bronchial, saraf dan pembuluh darah
limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-
paru kanan lebih besar daripada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi tiga lobus oleh
fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi
menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Suatu lapisan yang
kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura yang melapisi
rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru (pleura vesiralis).
Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis. Sirkulasi
bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial berasal dari
aortatorakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang
besarmengalirkan darahnya ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada
vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang
lebih kecil akan mengalirkan darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak
berperan pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar
2 sampai 3% curah jantung. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan
mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah tersebut mengambil
bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan
menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran
gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan
melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan kepada sel-sel
melalui sirkulasi sistemik.

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung – gelebung alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih
kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah
dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru sendiri dibagi mejadi dua, yakni :
 Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus pulmo dekstra superior,
Lobus medial, Lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
 Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior. Tiap-
tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment.
 
 
 
 
ETIOLOGI
Klasifikasi atelektasis berdasarkan penyebabnya ialah (Elizabeth J.Corwin ,
2009):
Atelektasis Kompresi
Atelektasis kompresi terjadi ketika sumber dari luar alveolus menimpa kan gaya
yang cukup besar pada alveolus sehingga alveolus kolaps. Hal ini terjadi jika
dinding dada tertusuk atau terbuka, karena tekanan atmosfir lebih besar
daripada tekanan yang menahan paru mengembang ( tekanan pleura ) dan
dengan pajanan tekanan atmosfir paru akan kolaps. Atelekasis kompresi juga
dapat terjadi jika terdapat tekanan yang bekerja pada paru atau alveoli akibat
pertumbuhan tumor. Distensi abdomen, atau edema, dan pembengkakan ruang
interstitial yang mengelilingi alveolus.
Atelektasis Acquired atau Didapat.
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan
kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang. Jadi terbagi atas
atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak. Istilah ini banya
menyangkut mekaanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada
distribusi dari perubahan tersebut.
 Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat
sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah
tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya
alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru,
merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. Penyebab
tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan
mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan
bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis.
Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula menyebabkan
obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi
disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak
atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga ter
sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran
kelenjar getah bening (seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma
pembuluh darah.
 Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan
darah atau udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan
kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari
penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan
hidrotoraks pada payah jantung kongesti. Pneumotoraks dapat juga
menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan tirah baring dan
penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang
lebih tinggi.
 Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang
menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi.
 Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi
pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua
sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi.  Pada sebagian kecil kasus,
atelektasis terjadi karena patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada dinding
dada.
Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul karena
sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi manifest karena mendadak
timbul sesak napas. Memang peristiwa sesak napas akut dalam 48 jam setelah
satu prosedur pembedahan, hampir selalu didiagnosis sebagai atelektasis. Yang
penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi reekspensi yang
tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka terhadap
infeksi yang menunggagi. Atelektasis persisten segmen paru mungkin
merupakan bagian penting untuk terjadinya karsinoma bronkogenik yang diam-
diam.
Berdasarkan luasnya atelektasis:
Massive atelectase, mengenai satu paru, Satu lobus, percabangan main
bronchus
Berdasarkan lokasi atelektasis: Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris
bawah paru kiri, maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada
foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi.
Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan
peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang
membesar.
Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi
dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah
atelektasis.
Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka
perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang
memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure
interlobularis.
Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada
bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan
horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan
dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka
biasanya tidak ada keluhan.
Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian
anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura
minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto
lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga
mengalamai pergeseran ke arah superior.
 
PATOFISIOLOGI
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah
perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya
kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit,
hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara
komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara
yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia
mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru.
Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit
kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem
kompensata sebagian akan kehilangan volume. Bagaimanapun juga pada kasus
kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal
ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi
dan kortek serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat
daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang atau
berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru kekurangan
oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran darah
pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang. Tekanan CO2 biasanya
normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru
yang normal.
 
TANDA DAN GEJALA
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas
yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala
sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. Gejalanya
bisa berupa: gangguan pernafasan. nyeri dada.
batuk. Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung,
kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
 
KOMPLIKASI
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru
yang terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat
menyebabkan pirau (jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila
meluas, dapat menyebabkan hipoksemia. 
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang terkena. Tindakan yang biasa dilakukan:
Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui
bronkoskopi maupun prosedur lainnya. Latihan menarik nafas dalam (spirometri
insentif).
Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak. Postural drainase.
Antibiotik diberikan untuk semua infeksi. Pengobatan tumor atau keadaan
lainnya. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang,
menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru
yang terkena mungkin perlu diangkat. Setelah penyumbatan dihilangkan, secara
bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang,
dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya;
Pemeriksaan bronkoskopi harus segera dilakukan, apabila atelektasis terjadi
karena penyumbatan benda asing. Pemberian oksigenasi harus diberikan pada
penderita sesak dan sianosis. Terapi yang diberikan biasanya simtomatis seperti
anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid. Fisioterafi sangan berguna
seperti perubahan posisi, masase, latihan pernapasan sangat membantu dalam
pengembangan kembali paru yang kempis.
Pada infeksi yang kronis biasanya dilakukan pemeriksaan bakteriologis yang
lebih teliti dan lobektomi sebaiknya tidak dilakukan kecuali jika nfeksi kronis dan
melibatkan bagian paru yang sehat atau sudah terjadi bronliektasis pada daerah
yang cukup luas.

PENCEGAHAN
Pengobatan atelektasis didasarkan pada etiologi penyakit. Namun demikian
pencegahan adalah faktor terpenting. Kerangka kerja terapi yang mendasar
adalah mobilisasi dini dan perubahan posisi sering pada klien tirah baring atau
klien pascaoprasi. Napas dalam dengan teratur penting karena pada klien ini
umunya terjadi penurunan kesadaran akibat pengaruh anestesi, penurunan
mobilitas, dan nyeri (Hanneman, 1995). Bronchodilator dan mukolitik, jika
diindikasikan, dan fisioterapi dada akan sangat membantu, ventilasi yang
adekuat dapat ditingkatkan denan perubahan posisi, batuk efektif, napas dalam,
atau spirometri insentif.
Tanggung jawab keperawatan dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan
kesehatan tentang pentingnya teknik pernapasan termasuk latihan napas dalam
dan teknik batuk efektif, dan aktifitas fisik lainnya sesuai dengan toleransi klien.
Tindakan ini terutama penting untuk klien pascaoperatif dan tirah baring.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis:
Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam,
batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan
dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.
Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan
pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila
menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini
akan menghasilkan tekanan terus menerus ke paru-paru sehingga meskipun
pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut.
Dorong klien untuk napas dalam dan bentuk efektif untuk mencegah penumpulan
sekresi dan untuk mengeluarkan eksidat. Ubah posisi klien dengan sering dan
teratur, terutama dari posisi telentang ke posisi tegak, untuk meningkatkan
ventilasi dan mencegak akumulasi sekresi.
Tingkatkan ekspensi dada yang repat selama bernapas untuk penyebaran udara
dalam paru-paru secara menyeluruh.Berikan medikasi atau sedatif secara
biajaksana untuk mencegah depresi pernapasan. Lakukan pengisapan untuk
mengeluarkan sekresi trakheobron khiolar. Lakukan drainase postural dan
perkusi dada. Dorong aktivitas atau ambulasi dini. Ajarkan teknik sporometri
insensif yang tepat.
 
 
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang
jelas dari berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya
penarikan tulang iga, peninggian diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung
dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara, di celah interlobus menjadi
bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus menjadi lebih
opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak
beraturan. Dan pemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan
bronkografi, dapat degan tepat menetukan cabang bronkus yang tersumbat.
PROGNOSIS
Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah
dihilangkan kecuali jika ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya pnyembuhan
tergantung pula pada luasnya daerah atelektasis dan atelektasis. Atelektasis
pada umumnya mudah terjadi infeksi, karena gerakan mukosilier pada bronkus
yang bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak bekerja. Jika infeksi ini
berlangsung lebih lanjut, dapat pula mengakibatkan bronkiektasis atau abses
paru. 
 
MANIFESTASI KLINIK
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas
yang ringan.Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala
sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
dispnea dengan pola nafas cepat dan dangkal. Takikardi, Sianosis, temperatur
tinggi, penurunan kesadaran atau syok,  Bunyi perkusi redup. Pada atelektasis
yang luas bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar
terdapat perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma. Pada
perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma
mungkin meninggi.
 
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Rontgen dada
Menunjukan adanya daerah bebas udara di paru-paru
- CT scan
Menentukan penyebab terjadinya penyumbatan
- GDA
Untuk menunjukan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveolar
- GAMBARAN RADIOLOGIS
Paru dapat dikatakan mengalami atelektasis bilamana seluruh/ sebagian
paru-paru mengempis, akan ada suatu bayangan homogen pada belah
itu, dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu dan diafragma
terangkat. Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh
penyumbatan bronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan yang
karakteristik. Kelainan pertama adalah suatu bayangan yang homogen
daripada lobus yang kempis itu sendiri, yang akan menempati ruangan
yang lebih kecil daripada bilamana ia berkembang sama sekali.
Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai suatu daerah
yang opak pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di
bawahnya di dekat klavikula yaitu yang diakibatkan oleh fisura horizontalis
yang terangkat.
Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan
bayangan yang diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas
bawah yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu
bayangan berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah
anterior, ini mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan
oleh suatu daerah yang translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan
yang menyelip diantaranya dan sternum di sebelah posterior bayangan itu
mempunyai batas yang tegas dengan batas konkaf yang disebabkan oleh
fisura besar yang terdesak ke depan.
Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat
tidak tegas pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan
batas daripada jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan
sebagai suatu bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke
angulus sterno-diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh
fisura horizontalis yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang
konkaf oleh fisura mayor yang terdesak ke depan.
Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk
segitiga, dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan
keluar dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di
belakang bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf
adalah baik. Pada proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan
tetapi biasanya kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae
torakalis di sebelah bawah akan kelihatan lebih berwarna abu-abu
daripada hitam daripada vertebrae di sebelah tengah; bagian posterior
daripada bayangan diafragma kiri akan tidak dapat dilihat; dan akhirnya,
daerah vertebrae bawah di belakang bayangan jantung akan kurang hitam
daripada daerah translusen di belakang sternum.
Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah konsekuensi daripada
bayangan-bayangan vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas umum
daripada lobus yang tidak mengandung udara, sedangkan bayangan
pembuluh-pembuluh darah di dalam lobus yang lain adalah lebih
memencar oleh karena ia mengisi suatu volume yang lebih besar.
Pembuluh-pembuluh darah hilus pada sebelah yang terkena penyakit
akan menunjukkan suatu konveksitas lateral dan bukan suatu konkafitas
seperti dalam keadaan normal pada tempat dimana grup daripada lobus
atas bertemu dengan arteria basalis di samping itu, hilus akan menjadi
lebih kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan pembuluh-pembuluh
darah paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit daerah akan
kelihatan lebih sedikit daripada di sebelah yang lain (normal).  Hanya akan
ada sedikit atau sama sekali tidak ada translusensi yang relatif, oleh
karena aliran kapiler bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea
atau peninggian diafragma biasanya sedikit dan jantung beralih hanya
sedikit ke jurusan lobus yang kempis yaitu pada kolaps daripada lobus
bawah, atau yang lebih sering sama sekali tidak pada kolaps daripada
lobus atas.
 
 
ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN
Keluhan Utama
Keluhan utama pada atelektasis keluhan utama yang dirasakan adalah
Sesak nafas, Nyeri dada.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan sesak nafas, setelah beraktivitas dan merasakan nyeri
dada pada bagian yang terkena atelektasis.
Riwayat penyakit dahulu
Pada saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah lahir
belum sempat terjadi tangisan yang pertama.
Riwayat psiko social
Pasien merasakan cemas karena mengalami nyeri. Pasien jarang
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Pola aktivitas sehari-hari
§  Mobilisasi berkurang karena pasien sesak nafas jika pasien banyak
melakukan aktivitas. Pola istirahat, tidur pasien menjadi berkurang atau
tidak teratur. Pemasukan nutrisi dan cairan berkurang.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pertukaran gas dapat dihubungkan dengan perubahan
membran alveolar –kapiler(efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa
oksigen tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam
pasien menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
kriteria hasil: pertukaran gas dapat dipertahankan intervensi:
MANDIRI
kaji frekuensi kedalaman pernafasan .
R/untuk mengevaluasi derajat distres pernafasan pernafasan atau proses
penyakit .
Tinggikan kepala tempat tidur bantu pasien memilih posisi yang mudah
untuk bernafas.dorong pasien untuk penafasan dalam atau nafas bibir.
R/pengiriman oksigen dapat di perbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan nafas  untuk menurunkan kolaps jalan nafas.
Auskultasi bunyi nafas,cacat area penurunan aliran udara /bunyi
tambahan ,(ronki,mengi,redup).
R/bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara,adanya
mengi mengindikasikan spasme bronkus.
Palpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat palpasi)
R/penurunan getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan.
Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
R/selama distres pernafasan berat/akut ,pasien secara total tidak mampu
melakukan aktivitas sehari – hari.
Awasi tanda – tanda vital dan irama jantung.
R/takikardia dan perubahan tekanan darah yang dapat menunjukan
adanya hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
KOLABORASI
Awasi /gambaran seri GDA dan nadi.
R/PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis,emfisema)dan PaCO2 secara
umum menurun ,sehingga terjadi hipoksia .
Berika oksigen tambahan sesuai degan indikasi hasil GDA dan  toleransi
pasien.
R/memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.
Bantu intubasi ,berikan /pertahankan ventilasi mekanik.
R/terjadinya kegagalan nafas yang akan datang memerlukan upaya
penyelamatan hidup.
Bersihan jalan nafas tidak efektif dapat dihubungkan dengan Peningkatan 
produksi sputum.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien
menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas. kriteria hasil: Klien
dapat mempertahankan jalan nafas secara efektif. intervensi:
 
 
MANDIRI
Auskultasi bunyi nafas.catat adanya bunyi nafas ,misal: mengi ,ronki.
R/beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obtruksi jalan nafas
dan terdapat nafas adventisius.
kaji frekwensi kedalaman  pernafasan dan gerakan dada.
R/pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan  gerakan dinding dada/cairan paru.
berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari ,kecuali kontra indikasi,tawarkan air
hangat.
R/cairan (khususnya air hangat)memobilisasi
observasi warna kulit,membran mukosa,dan kuku
R/sianosis kuku menunjukan adanya vasokontruksi,sianosis membram
mukosa dan kulit sekitar  mulut menunjukan hipoksemia sistemik
 
 
 
KOLABORASI
Berikan obat sesuai indikasi bronkodilator,mis :egonis :epinefrin (adrenalin
,vaponefrin ) Xantin ,mis:aminofilin ,oxtrifilin.
R/merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal.
Berikan humidikasi tambahan,mis:nebulizer ultranik,humidifier aerosol    
ruangan.
R/kelembaban menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah     
pengeluaran  secret.
berikan pengobatan pernafasan ,mis ;fisioterapi dada
 R/drainase postural dan perkusi bagian penting untuk mengencerkan     
secret.dan memperbaiki ventilasi pada segmen.

Anda mungkin juga menyukai