Anda di halaman 1dari 14

Seorang pria 32 tahun, datang ke poli neurologi RSWS dengan keluhan sering lumpuh kedua tangan

dan kaki, keluhan ini bersifat hilang timbul. Penderita juga mengeluh batuk sejak 3 bulan, disertai
keluhan napas terasa berat. Pasien selanjutnya dikonsultasikan ke poli paru dengan gambaran foto
thoraks PA.

1. Tindakan lanjutan diagnostik yang anda sarankan kasus tersebut adalah

1. BUKU PDPI TUMOR MEDIASTINUM


a. PEMERIKSAAN TUMOR MARKER:
AFP, LDH, CEA DAN BHCG
AFP DAN B HCG :
- untuk membedakan seminoma dengan non seminoma
- meninngkat pada non seminoma
b. TINDAKAN EVALUASI DAN DIAGNOSIS MG
- Anamnesis riwayat penyakit denan keluhan kelemahan otot yang
biasa dimulai dari otot-otot mata. Kelemahan terjadi sore dan malam
hari yang menghilang bila ada aktivitas
- Pemeriksaan fisis  ptosis dan penurunan kekuatan otot yang
terkena
- EMG dengan Harvey Masland Test
- Tensilon test: injeksi: 1-2 mg tensilon/iv. Positif bila gejala membaik:
ptosis menghilang, lengan dapat mempertahankan abduksi lama dll
dalam waktu 5 menit setelah disuntikkan
- Waternberg test: pasien diminta menatap tanpa kedip benda yg
terletak di atas bidang kedua mata beberapa lama. Positif bila kelopak
mata yg terkena menunjukkan ptosis
- Uji prostigmin: injeksi prostigmin 0.02 mg/kgbb subkutan. Positif bila
gejala menghilang/membaik

c. PENCITRAAN
o CT-Scan toraks dengan kontras
Selain dapat mendeskripsi lokasi juga dapat mendeskripsi kelainan
tumor secara lebih baik dan dengan kemungkinan untuk
menentukan perkiraan jenis tumor, misalnya teratoma dan
timoma.
o CT-Scan juga dapat mentukan stage
pada kasus timoma dengan cara mencari apakah telah terjadi
invasi atau belum.

d. PROSEDUR ENDOSKOPI

1. Bronkoskopi bila indikasi operasi.


Tindakan bronkoskopi dapat memberikan informasi tentang
pendorongan atau penekanan tumor terhadap saluran napas
dan lokasinya. Disamping itu melalui bronkoskopi juga
dapat dilihat apakah telah terjadi invasi tumor ke saluran
napas. Bronkoskopi sering dapat membedakan tumor
mediastinum dari kanker paru primer.
2. Mediastinokopi. Tindakan ini lebih dipilih untuk tumor
yang berlokasi di mediastinum anterior
3. Torakoskopi diagnostik

e. PROSEDUR PATOLOGI ANATOMI


 Pemeriksaan sitologi
Prosedur diagnostik untuk memperoleh bahan pemeriksaan
untuk pemeriksaan sitologi ialah:
o biopsi jarum halus (BJH atau fine needle aspiration
biopsy, FNAB), dilakukan bila ditemukan pembesaran
KGB atau tumor supervisial.
o punksi pleura bila ada efusi pleura
o bilasan atau sikatan bronkus pada saat bronkoskopi
o biopsi aspirasi jarum, yaitu pengambilan bahan dengan
jarum yang dilakukan bila terlihat masa intrabronkial
pada saat prosedur bronkoskopi
o biopsi transtorakal atau transthoracal biopsy (TTB)
dilakukan bila massa dapat dicapai dengan jarum yang
ditusukkan di dinding dada dan lokasi tumor tidak dekat
pembuluh darah atau tidak ada kecurigaan aneurisma
 Pemeriksaan histologi
o biopsi KGB yang teraba di leher atau supraklavikula: Bila tidak ada
KGB yang teraba, dapat dilakukan pengangkatan jaringan KGB
yang mungkin ada  biopsi Daniels
o biopsi mediastinal
o torakoskopi diagnostik
o Video-assisted thoracic surgery (VATS)

2. Keluhan sering lumpuh pada kasus ini disertai gangguan napas paling sering pada kasus no.1
adalah a) dan jenis tumor mediastinum yang berhubungan dengan kalainan ini adalah

a) Myastenisa gravis
b) Timoma

Myastenia gravis adalah penyakit yang mengenai taut neuromuskular yang disebabkan proses
autoimun yang menghalangi ikatan aseltilkoli pada reseptornya di celah pasca sinaptik sehingga
menyebabkan gangguan transmisi neuromuskular.
Tergantung sel T. Kelaianan yang muncul pada miastenia gravis disebabkan hilangnya toleransi
terhadap antigen diri. Sel T terbentuk di Timus. Miastenia pada timoma terjadi kelemahan otot yang
terjadi lebih berat dan menyeluruh, dengan titer antibodi reseptor asetilkolin yangg lebih tinggi.
Pembesaran kelenjar timus mengakibatkan kesalahan dalam perkembangan sel- sel kekebalan
sehingga terjadi autoimunitas dan produksi antibodi reseptor asetilkolin das terjadi kesahalan pada
transmisi neuromuskuler (SUMBER : USU)

3. Pada kasus gagal napas tipe hipoksemia (tipe 1, PaO2< 60mmHg) berbagai macam
penyebabnya akan mengakibatkan terjadianya
Gagal napas tipe 1  kegagalan paru untuk mengoksigenasi darah, gagal napas TANPA
kegagalan ventilasi dengan PaO2 <60mmHg dan PaCO2 <= 45 mmHg

a) ketidak seimbangan ventilasi perfusi (V/Q)


b) Pirau intrapulmoner (Right to left shunting of blood) kelainan intrapulmoner
c) Gangguan difusi  kelainan intrapulmoner
d) hipoventilasi alveolar
e) berkurangnya konsentrasi oksigen terinpiasi

sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah pasien.


Pada penggunaan ventilasi mekanis untuk kasus gagal napas, pemberian FiO2 yang tinggi
dan settingan positive end expirtory preasure (PEEP) bertujuan untuk

CPAP: Tekanan positif kontinu pada siklus pernapasan dan analog Peep
e)
-meningkatkan oksigenisi dengan memberikan tekanan O2 ke alveoli dengan memberikan
tekanan konstan disaluran napas selama inspirasi dan ekspirasi  mengurangi kerja
pernapasan
- meningkatkan kapasitas residu fungsional dan membuka alveoli yang kolaps atau alveoli
ventilasi yang menurun sehingga memperbaiki intrapulmoner dan oksigenasi
5. Tuliskan langkah pleurodesis beserta regimen yang digunakan

Syarat Bronkoskopi

 Pasien telah mendapatkan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan termasuk
indikasi dan komplikasinya serta sudah tanda tangan informed consent
 Darah lengkap (tidak ada pemanjangan PT/APTT, trombostipneia), AGD
 EKG atau ekokardiografi sesuai indikasi
 Spirometri

2. Indikasi bronkoskopi: indikasi diagnosis dan indikasi terapeutik


Indikasi diagnosis: (BUKU AJAR hal 404)
o Pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologi/histopatologi
o Deteksi dan penentuan stadium kanker paru
o Evaluasi penyakit difus c/ sarkoidosis
o Infeksi: pengambilan bahan untuk identifikasi organisme penyebab infeksi
saluran napas dan paru
o Lain:
o Kolaps paru yg tdk diketahui penyebab
o Ild
o Hemoptisis
o Batuk kronis yg tdk diketahui penyebab
o Fistula brokopleural,
o Pneumotorkas persisten

Indikasi terapeutik: (BUKU AJAR hal 404)


o Pemasangan stent
o Pengambilan benda asing
o Pulmonary toilet
o Removal jaringan endobronkial obstruktif

Kuliah Prof menaldi:


- Diagnostik:
o Menilai trakeobrnkus dengan tekhnik visualisasi langsung atau
tidak langsung (EBUS)
o Ppengambilan bahan: bilasan bronkus, sikatan bronkus,
kurasan bronko alveolar (BAL), biopsi (TBNA, TBLB, TBLC)
- Terapeutik:
o membersihkan saluran napas
o mengeluarkan benda asing
o membuka saluran napas : pada kasus intubasi sulit,
bsinasi/baloning, stent,krioterapi, elektrokauter, laser

Syarat bronkoskopi :
1) Pasien telah mendapat penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
termasuk indikasi dan komplikasinya serta sudah tanda tangan inform
consent
2) Darah lengkap (tidak ada pemanjangan PT/APTT, trombositopenia), AGD
3) EKG atau ekokardiografi sesuai indikasi
4) Spirometri
5. Tuliskan regimen OAT
a. Penderita MDRdengan gangguan fungsi hati
b. Penderita MDR dengan gangguan fungsi ginjal

3. REGIMEN PENDERITA MDR DGN GGN HATI (JUKNS TB RO 2020)

Diberikan regimen individual: Tanpa R,H,Z ETIO/PROTONAMID, PAS

REGIMEN TB MDR GANGGUAN GINJAL


Diberikan regimen individual dengan Cs 250 mg setiap hari, atau 500 mg/kali 3x
seminggu (Dosis dan frekuensi Pemberian yang direkomendasikan (pada CCr < 30
ml/min atau dengan hemodialisis )
Contoh paduan pengobatan TB RO jangka panjang tanpa injeksi yang dapat
diberikan:

6. Sebutkan 7 langkah mendiagnosis penyakit paru akibat kerja


4. 7 LANGKAH DIAGNOSIS PPAK (BUKU AJAR)
1. MENEGAKKAN DIAGNOSIS
A. ANAMNESIS
o Riwayat pekerjaan:
 Pekerjaan dan pekerjaan part time secara kronologis
 Identifikasi bahan berbahaya ditempat kerja
 Hubungan antara pajanan dan gejala timbul: waktu, perkembangan,
hubungan gejala dengan tugas tertentu, perubahan gejala jika diluar
dinas/libur/jauh dari tempat kerja
o Keluhan penyakit
o Riwayat penyakit
o Riwayat kebiasaan
B. PEMERIKSAAN FISIS
o Pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisis paru
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
RUTIN: Darah, urin, foto toraks, spirometri
KHUSUS: Uji alergi kulit, uji provokasi bronkus, sputum BTA,stologi.biopsi,
bronkoskopi
Radiologi: foto torkas standar ilo, bronkografi, ct scan
Bronkoskopi: BAL: analisis sel inflamasi,bahan kimia, mikrobiologi kultur dan
resistensi
DLCO:kapasitas difusi paryu thd gas CO2
2. MENENTUKAN PAJANAN YANG DIALAMI PEKERJA DITEMPAT KERJA
- Riawayat pekerjaan
- Lama bekerja
- Bahan produksi atau bahan baku yg digunakan
- Jumlah pajanan
- Pemakaian APD
- Pola waktu terjadinya gejala
- Apakah pekerja lain juga mengalami hal serupa
- Infrmasi tertulis bahan yang digunakan
-
3. MENENTUKAN HUBUNGAN PAJANAN DENGAN DIAGNOSIS KLINIS
4. MENETUKAN BESARNYA PAJANAN: kualitatif dan kuantitatif
5. MENENTUKAN FAKTOR INDIVIDU YANG BERPERAN: usia,JK,kebiasaan,riw pny
keluarga, riw atopi, penyakit penyerta
6. MENENTUKAN PAJANAN DILUAR TEMPAT KERJA
7. MENETUKAN DIAGNOSIS PARU AKIBAT KERJA: berdasarkan 6 langkah diatas

Gambarkan alur tatalaksan adenocarcinoma paru

7. ALUR TATALAKSANA ADENOCARSINOMA PARU (WEBINAR PIPKRA 2021)


5. Jelaskan langkah langkah berhenti merokok

8. LANGKAH2 BERHENTI MEROKOK (buku berhenti merokok PDPI)


Dalam melakukan konseling berhenti merokok dibagi dua berdasarkan kesiapan pasien:

 Bagi klien yang siap untuk berhenti merokok, dilakukan intervensi singkat dengan
menggunakan pendekatan 5A yaitu :

1. Ask = identifikasi tentang status dan situasi merokok klien.


2. Assess = nilai kesiapan klien untuk berhenti merokok.
3. Advise = beri anjuran/nasihat dengan pesan yang jelas dan tegas sesuai
situasi klien.
4. Assist = bantu klien untuk berhenti merokok dengan identifikasi kesiapan
berhenti merokok:
 Tidak siap berhenti : berikan motivasi singkat dengan pendekatan 5R.
 Siap berhenti : desain program berhenti merokok.
 Sedang dalam proses berhenti : mencegah relaps.
5. Arrange = menyusun strategi tindak lanjut yaitu jadwal konseling
berikutnya (follow up).

 Bagi klien tidak siap berhenti merokok bisa diberikan motivasi singkat dengan
pendekatan 5R yaitu :
1. Relevance = kaitkan merokok dengan dampak negatif terhadap
kesehatan, manfaat, ekonomi, dan kehidupan orang di sekitar klien.
2. Risk = minta klien untuk menjabarkan sendiri bahaya yang muncul dari
merokok, baik risiko akut, jangka panjang dan terhadap lingkungan di
sekitar klien.
3. Reward = klien diajak mengidentifikasi manfaat yang dapat diperoleh
dari berhenti merokok.
4. Roadblocks = tanyakan dan jelaskan kepada klien mengenai
kemungkinan hambatan yang dapat muncul dari upaya berhenti
merokok.
5. Repetition = dukungan secara terus-menerus (berulang) saat klien
kontrol untuk memberikan motivasi dan memberitahu hal-hal yang
harus dilakukan agar berhasil.

9. Jelaskan tentang HAPE dan tatalaksanya

9. HAPE DAN TATALAKSANANYA (BUKU AJAR)


Edema paru non kardiogenik yang terjadi pada ketingian lebih dari 300meter yang
terjadi secara mendadak
Anamnesis: riwayat bepergian dari dataran rendah ke dataran tinggi. Gejala terjadi
2-5 hari setelah berdada didataran tinggi
Pemfis:
Diagnosis HAPE berdasarkan kriteria LAKE LOUISE
Terdapat 2 dari gejala:
- Dada terasa berat
- Batuk
- Sesak napas saat istirahat
- Penurunan aktivitas fisik
2 tanda:
- Sianosis sentral
- Ronki
- Takikardi nadi >110x/min
- Takipnue Napas >20x/min
Pemeriksaan penunjang:

 Foto toraks: gambaran GGO atau bwrcak berawan dipada lapangan paru terutama
lobus tengah paru kanan
 Laboratorium: penningkatan leukosit dan neutrofil. AGD: hipoksemia dgn alkalosis
respiratorik
 Ekokardiografi: tanda pulmonary hypertension
Tatalaksana:

 Pemberian O2 sehingga tercapai saturasi oksigen perifer (Spo2) > 90%


 Pasien dapat ditempatkan di ruang hiperbarik portable sementara sampai pasien
di evakuasi ke tempat rendah
 Obat-obatan:
o Nifedipin: 20-30 mg/12jam/oral

Obat-obatan pencegahan:
o Nifedipin: 20-30 mg/12jam/oral
o Tadalafil : 10 mg/oral
o Sildenafil: 50mg/8jam/oral
o Salmeterol 125 µg

10. Langkah-langkah pleurodesis berserta regimen yang digunakan (BUKU AJAR)


Agen pleurodesis:
a. Tetrasiklin & Minosiklin: 20 mg/kgbb
b. Doksisiklin: 500mg dalam salin 50-100 ml
c. Povidon iodin:
d. Bleomisin: 60.000 unit dalam 50-100 ml salin
e. Talc poudrage: 5 gr
f. Talc slurry: 4-5 gr dalam 50 ml salin
Langkah pleurodesis:
1) Foto toraks
2) Masukkan 10 ml lidokain hcl 2% melalui tusukan srynge pada selang WSD lalu klem
3) Larutkan agen pelurosesis (cth: dosisiklin 500 mg dalam 100 ml NACL 0.9%)
masukkan melalui tusukan srynge pada selang WSD lalu klem
4) Klem selang WSD selama 6 jam. Lakukan rotasi pasien (mirin kiri, terlentang, miring
kanan) setiap 20 menit agar cairan pleurodesis tersebar rata
5) Setelah 2 jam klem WSD dibuka
6) Catat keluhan pasien
7) Bila produksi cairan dari WSD < 150 ml/24jam selama 3 hari berturut2  WSD dapat
dicabut
8) Bila produksi cairan dari WSD > 150 ml/24jam selama 14 hari setelah selesai
pleurosis pleurodesis dinyatakan gagal
9) Foto toraks sebelum dilakukan pencabutan WSD

Anda mungkin juga menyukai