TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi
Pneumomikosis atau penyakit jamur pada paru adalah infeksi/ kolonisasi
jamur pada paru. Infeksi ini lebih jarang terjadi dibanding infeksi bakteri dan
virus, namun diagnosis dan tatalaksananya juga penting.4
2. 2 Etiologi
Infeksi jamur profunda atau Mikosis profunda disebabkan oleh jamur
patogen primer atau oportunistik. Infeksi jamur primer terjadi pada yang host
normal, sedangkan jamur oportunistik menginfeksi host yang imunokompromise
(misalnya, kanker, transplantasi organ, operasi, dan AIDS). Infeksi jamur primer
aksesnya melalui saluran nafas, sedangkan infeksi jamur oportunistik menyerang
melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, atau intravaskular.7
2
Coccidioides immitis
C. immitis adalah jamur dimorfik. Hidup di tanah sebagai hifa bersepta yang
gentong arthroconidia. Arthroconidia ini mudah larut di udara dan sangat menular.
Setelah inhalasi, konidia akan berkumpul menjadi satu dan masuk ke dalam
jaringan, disebut sebagai spherules. Spherules berbentuk bulat, berdinding tebal
rata-rata 30 sampai 60 M diameter. Ketika dewasa, berisi 2-5-m endospora
yang berkembang menjadi spherules setelah dibebaskan dalam jaringan.1,8
Histoplasma capsulatum
H. capsulatum adalah varian capsulatum, yaitu jamur dimorfik yang terdapat
di alam berbentuk hifa bersepta berhubungan dengan Tuberculosis Makrokonidia
dan infeksius mikrokonidia . Microconidia yang terhirup akan dikinversi menjadi
ragi tunas kecil (3 sampai 5 mm) yang ditemukan sebagai patogen intraselular
fagosit mononuklear.
Blastomyces dermatitidis
Blastomycosis, mirip dengan histoplasmosis, yaitu infeksi paru primer akibat
dari inhalasi konidia berbentuk miselium dari Blastomyces dermatitidis yang
dikonversi fase ragi parasit. Blastomycosis (B dermatitidis ) pada fase
blastoconidial juga menyebabkan infeksi paru primer. Organisme ini membentuk
reaksi granulomatosa sering dikaitkan dengan reaksi fibrosis. Infeksi
blastomycosis pada paru merupakan salah satu bentuk pneumonia kronis. 1,9
Paracoccidioides brasiliensis
P. brasiliensis merupakan jamur dimorfik yang dapat ditemukan di dalam
tanah dalam bentuk hifa bersepta kecil bulat hingga menyerupai B. dermatitidis.
Sel-sel ragi P. brasiliensis sangat ukurannya bervariasi, rata-rata 10 sampai 20
M. Sel-sel ragi karakteristiknya mempunyai beberapa tunas dipisahkan dari sel
induk oleh bagian yang sempit. Bentuk sel tunas khusus disebut roda pelaut,
ukurannya besar, sel induk (20 - 30 M ) yang dikelilingi oleh banyak sel anak (2
- 3M). 1,10
3
2.2.1. Infeksi Jamur Oportunistik
Candida spp
Cryptococcus neoformans
4
terutama yang terkait dengan sindrom defisiensi imun yang didapat, merupakan
faktor risiko terinfeksi Cryptococcosis. 1
Aspergillus spp
5
Zygomycetes
2. 3 Epidemiologi
Insiden, diagnosis, dan tingkat keparahan klinis paru infeksi jamur telah
meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Meningkatnya jumlah
6
pasien immunokompromise dengan keganasan, penyakit hematologi, dan HIV,
serta pasien yang mendapat obat rejimen immunosupresi untuk pengelolaan
transplantasi organ padat berisiko lebih besar untuk aspergillosis invasif,
khususnya mereka yang menjalani transplantasi paru-paru, dengan kejadian 10
sampai 15% dalam satu analisis.1
Pasien dengan penyakit autoimun, dan pasien krisis yang dirawat di ICU. Dua
lembaga studi di Spanyol (EPIFUCI2 dan ENVIN-UCI3) dan satu di Italia
melakukan studi epidemiologi pada pasien krisis, jamur Candida bisa ditemukan
hampir di sebagian besar tubuh dan Aspergillus sp ditemukan di paru. 6,3/1000
infeksi jamur pada paru pasien krisis adalah Aspergillus sp. Infeksi jamur lain
seperti Zygomycetes, Fusarium spp atau Scedosporium spp hanya kurang dari 1%.
Aspergillus fumigatus adalah spesies yang paling sering (80 - 90% kasus)
menyebabkan aspergillosis paru invasif (IPA), namun frekuensinya menurun
dalam beberapa tahun terakhir, karena peningkatan kasus infeksi oleh spesies
umigatus lain, terutama Aspergillus flavus atau Aspergillus terreus. Konidia
Aspergillus mudah larut dengan udara, sehingga dtransmisikan melalui udara.
Fumigatus bereplikasi cepat dan membentuk kecil konidia, sehingga sangat sering
menjadi etiologi IPA. 1
7
menular, paparan besar dapat terjadi selama badai topann di daerah endemik,
terutama saat cuaca panas, atau ketika tanah yang terkontaminasi digali. 1
2. 4 Patofisiologi
Cryptococcus neoformans
Kebanyakan infeksi, portal masuknya adalah paru-paru. Konidia terhirup dan
mencapai jaringan pernafasan, terjadi peradangan akut, diikuti infiltrasi limfosit /
makrofag dan terbentuk radang granulomatosa. Seperti histoplasmosis, terbentuk
juga nekrosis kaseosa. Sistem getah bening terlibat bersamaan dengan terjadinya
limfangitis dan limfadenitis lokal pada awal penyebaran. Infeksi ini mirip dengan
infeksi granulomatosa lainnya, bedanya adalah bahwa tingkat kalsifikasi jaringan
parut lebih sedikit dibanding histoplasmosis. Sel T limfosit atau makrofag terkait
1
respon hipersensitivitas tipe lambat, terbentuk antibodi IgG dan IgM.
Histoplasma capsulatum
Microconidia yang terhirup dan mencapai parenkim paru, terbentuk eksudat
purulen sementara, kemudian diikuti aktivasi makrofag, sel T dan B. Respon imun
yang diperantarai sel, disertai dengan terbentuknya nekrosis kaseosa di tengah
fokus granulomatosa atau fokus infeksi primer. Setelah terinfeksi timbul
imfangitis lokal dan limfadenitis yang melibatkan sistem limfatik, menjadi
progresif hingga ke aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh . Organ yang
paling sering ditemukan focus infeksi selain paru dan thoraks adalah limpa. Hal
Ini karena banyaknya sel retikuloendotelial di limpa. Hati lebih jarang terlibat.
Kelenjar adrenal , tulang , saluran pencernaan, dan sistem saraf pusat juga bisa
menjadi fokus infeksi.1
Aspergillus spp
Infeksi jamur pada kulit normal tidak akan menimbulkan reaksi, walaupun
luka hampir tidak pernah ada reaksi inflamasi. Jamur dapat menyebabkan reaksi
alergi jika mengenai mukosa orang yang sebelumnya telah tersensitisasi. IgE
8
spesifik yang menjadi mediator reaksi yang mirip dengan reaksi hipersensitif yang
disebabkan oleh alergen . Di saluran napas terdapat antibodi yang dimediasi IgM
dan IgG. Reaksi inflamasi akut ditandai dengan eksudat limfositik, edema, dan
vasodilatasi lokal yang terjadi sebagai respons terhadap kompleks antigen-
antibodi di tempat infeksi. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis lokal di saluran
napas dan berkembang menjadi bronkiektasis lokal. Individu yang di parunya
terdapat koloni jamur mengalami alergi maka akan terbentuk eksudat yang
ditandai dengan adanya eosinofil dan neutrofil dan hipersekresi mukus. Dalam
kasus tersebut, hipersekresi mucus bisa membentuk plug yang mengandung sel
inflamasi dan hifa dab dapat menyumbat saluran nafas. Jalan nafas yang
hiperreaktif dan asma diakibatkan proses patologis hipertrofi dan hiperplasia sel
otot polos bronkus.1
Pada parenkim paru, Aspergillus terlihat dalam setidaknya tiga keadaan.
Dalam kasus hipersensitivitas, seperti dijelaskan di atas, infiltrat limfositik
dominan di dinding bronkus, infiltrat serupa dapat ditemui pada parenkim paru,
terdapat juga makrofag yang mirip dengan hipersensitivitas pneumonitis.1
Candida spp
Jamur Candida yang terdapat di kulit dan mukosa seseorang yang normal
tidak akan memicu reaksi. Namun jika integritas kulit rusak oleh kelembaban atau
penyakit atau pengobatan antibiotik atau steroid mengganggu keseimbangan
ekologis permukaan mukosa, terjadi reaksi inflamasi akut dan subakut lokal.
Patologinya sama dengan yang ditemukan di esophagus dan tenggorokan, namun
terdpat pseudomembran yang terdiri dari unsur jamur, detritus sel, dan fibrin. 1,7
Infeksi Candida pada paru hampir selalu terjadi pada imunosupresi atau
cachexia. Terdapat multiple fokus inflamasi neutrophilic dengan nekrosis yang
dapat berkembang menjadi abses. Pada pasien system imunnya sangat rendah,
reaksi inflamasinya sedikit dengan banyak sel yeast di parenkim paru. Organ
ekstratoraks yang sering terlibat yaitu korteks ginjal.1,7
9
Kultur darah positif untuk ragi. Hal ini sangat tidak mungkin, namun adanya
jamur ini di paru merupakan ancaman bagi orang sehat. Tubuh memiliki
pertahanan yang sangat baik terhadap infeksi ini, mungkin karena jamur ini adalah
flora normal di permukaan tubuh. Serum dariorang yang normal akan
menghambat pertumbuhan Candida Jamur akan difagositosis oleh neutrofil,
limfosit T dan makrofag yang mengenali sel ragi Candida akan membentuk
antibodi IgA , IgM , dan IgG. Candida yang masuk ke paru melalui aspirasi mulut
atau hidung dapat dihalangi dengan adanya antibody tersebut, namun mungkin
cukup langka.1,7
2. 5 Manifestasi Klinis
Cryptococcus neoformans
Infeksi primer dengan C. immitis biasanya tanpa gejala. Kadang-kadang
terdapat gejala nonspesifik flu like syndrome yang disertai demam, sering terjadi
pada anak-anak.1
Histoplasma capsulatum
Histoplasmosis primer pada paru biasanya tidak ada gejala klinis. Jika konidia
yang masuk dalam jumlah besar atau jika terjadi infeksi pada anak kecil atau
orang tua, gejalanya flu like syndrome, demam dan menggigil yanbg berlangsung
selama beberapa hari, kecuali bagi host yang mengalami imunosupresi gejalanya
dapat berlanjut dan progresif, terdapat juga batuk berdahak. 1
Aspergillus spp
Alergic alveolitis disebabkan oleh inhalasi spora aspergillus dalam jumlah
besar. Hal ini biasanya terjadi pada petani yang bekerja memakai topi jerami
berjamur atau pada pekerja yang mengolah kompos. Gejala klinisnya seperti
gejala flu dan 4-9 hari kemudian batuk kering. Terdapat krepitasi inspirasi
bilateral. Gambaran chest skiagram terdapat bayangan hitam pada dada bilateral.
Kadang-kadang terdapat mengi polifonik. Alergi alveolitis akut atau kronis
terdapat crackles dan ronki persisiten di kedua paru tanpa clubbing finger.1,3
10
Allergic Broncho Pulmonary Aspergillosis. Aspergillus merupakan salah satu
jamur yang dapat memprovokasi asthmaSelain paparan spora yang berlebih
ditambah keadaan immuno reaktif berlebihan dalam seorang individu. Paparan
spora aspergillus berulang dapat memicu atau memperburuk immune-mediated
bronchial pathology yang berakhir dengan episodic asma.1,3
Aspergilloma Manifestasinya bervariasi dan hampir semua pasien
asimptomatik. Namun 2/3 kasus terdapat hemoptisis.1
Invasif aspergilosis manifestasi klinis pada pasien imunokompromise berupa
trakeitis, bronkopneumonia atau pneumonia konsolidasi. Terdapat ulserasi
mukosa dengan plak pseudomembran dan hifa di bronkus.1
2. 6 Pemeriksaan Penunjang
Histoplasma capsulatum
Foto polos thoraks memmperlihatkan adanya focus perifes dan pembesaran
nodus hilus. Pembesaran nodus limfa tidak lazim terjadi pada orang dewas seperti
pada anak-anak usia kurang dari 16 tahun. 1
11
Gambar 4. Histoplasmosis primer akut dengan lesi multipel
menstimulasi penyebaran hematogen 1
12
Gambar 6. Kavitas besar di lobus kiri atas. Histoplasmosis difus di
seluruh paru 1
Cryptococcus neoformans
Gambaran foto polos thoraks didapatkan kompleks primer dan infiltrat di
perifer paru dan disertai gambarang hilus dan kelenjar getah bening mediastinum
yang melebar. Hal ini berhubungan dengan pleuritis, walaupun biasanya hilang
spontan. Penyakit ini merupakan penyakit yang self-limited, tetapi pada kelompok
etnis tertentu non-kulit putihi terutama Filipina akan berakibat fatal jika tidak
diobati.1
13
Gambar 8. Coccidioidomycosis akut dengan bilateral hilar adenopathy.1
Aspergillosis
14
Gambar 10. Kavitas pada laki-laki 68 tahun yang mengandung bola jamur
disebabkan oleh organisme Aspergillus. Dua posisi memperlihatkan
pergerakan bola dengan perubahan posisi di bagian bawah 1
Gambar 11. Jaringan paru tipis. (A) Hifa bercabang pada pewarnaan
hematoxilin dan eosin. (B) Pewarnaan Grocott-Gomori Methenamine Silver
(GMS) 4
15
Candidiasis
2. 7 Penatalaksanaan
16
ringan selama 6 bulan atau jika respon belum baik
Itraconaxole (400 mg/ hari
selama 6 bulan
System saraf pusat atau Amphoterisin B (0,7-1,0 Terapi butuh diperpanjang
disseminated disease flucytosine (100 jika respon belum baik
mg/Kg/hari) selama 2
minggu , kemudian
fluconazole atau
itraconazole (400 mg/ hari
selama 10 minggu
Amphoterisin B (0,7-1,0
flucytosine (100
mg/Kg/hari) selama 6-10
minggu
Savage terapi:
Caspofungin intravena (70 mg/hari dan 50 mg/hari iv
setelahnya) atau micafungin intravena (100-150 mg/hr)
sampai perbaikan, diikuti dengan voriconazole oral (200
17
mg/ 12 jam) atau itraconazole oral (400-600 mg/hr)
sampai tercapai reolusi
ATAU
Posaconazole (200 mg empat kali/hari inisial, kemudian
400 mg dua kali/hari oral setelah stabil
18
(800 mg/hr) dan
Amphoterisin B (0,6-1,0
mg/kg/hr) untuk 5-6 hari
pertama
2.8 Prognosis
Histoplasmosis
Pada pasien imunokompeten dengan usia > 1,5 tahun prognosis infeksi
primer biasanya baik dengan terapi. Hal ini juga berlaku untuk eosinofilik
pneumonia yang disebabkan histoplasmosis. Prognosis kronis granulomatous
histoplasmosis kurang baik. Tanpa terapi hampir semua pasien berakhir dengan
kematian.1
Cryptoccosis
Candidiasis
Aspergillosis
19
mengganggu aktiftias pasien namun jarang sampai membahayakan nyawa, kecuali
jika terdapat asam sindrom tersebut akan seangat berat. Sindrom tersebut tidak
bisa spontan hilang namun bisa remisi dalam periode yang lama.1
20