Oleh :
Arlinie Ahmad
1110314007
Preseptor :
Dr. Dr Irza Wahid, Sp.PD-KHOM FINASIM
BAB I
PENDAHULUAN
Leukimia limfositik kronik (LLK) adalah penyakit limpoproliferatif klonal
sel B yang ditandai dengan akumulasi dari sel B monoklonal malignan dalam
darah, kelenjar getah bening, hati, limpa dan sumsum tulang. Akibat akumulasi
dari sel B monoklonal ini, akan menyebabkan terjadinya limfositosis,
limfadenofati, hepatosplenomegali, anemia dan trombositopenia.1,2
Penyebab LLK masih belum diketahui dengan jelas. Faktor faktor yang
mungkin berperan adalah abnormalitas kromosom ( kromosom 6, 17, 11, 12 dan
13), faktor herediter, abnormalitas sitogenik dan faktor lingkungan. Beberapa
penelitian menyebutkan terdapat hubungan antara infeksi virus hepatitis C dengan
LLK.2
Penegakkan diagnosis leukimia limfositik kronik tidak cukup hanya
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik tetapi juga dibutuhkan pemeriksaan
penunjang yang lain seperti pemeriksaan laboratorium, aspirasi dan biopsi
sumsum tulang, immunofenotip, dan sitogenetik. Banyak kasus LLK tanpa gejala
yang spesifik dan terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin. Gejala klinis yang
biasanya timbul antara lain adalah lesu, cepat lelah, berkeringat pada malam hari
berat badan menurun, nyeri sendi dan nyeri otot. Nyeri sendi dan nyeri otot pada
LLK di hubungkan dengan rheumatoid factor.1,2,3 Pada pemeriksaan fisik
ditemukan limfadenopati, terlokalisir pada regio leher, aksilla dan inguinal.
Splenomegali dan hepatomegali juga dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik.
Keterlibatan sistem saraf pusat pada LLK biasanya jarang ditemukan, tetapi dapat
menyebabkan sakit kepala, meningitis, perubahan status mental dan koma. 1 Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan limfositosis, biasanya 10-30 x 109/L saat
tanda-tanda muncul. Anemia dan trombositopenia juga dapat ditemukan, hal ini
terjadi karena infiltrasi sumsum atau sebagai akibat autoantibodi. Pada
pemeriksaan imunoglobulin, didapatkan imunoglobulin serum mengalami
penurunan.3 Pada pemeriksaan aspirasi dan biopsi sumsum tulang akan ditemukan
infiltrasi limfosit lebih dari 30%.4 Dengan pemeriksaan immunofenotif, pada LLK
akan didapatkan karakter immunofenotif yang khas. Pada pemeriksaan sitogenetik
BAB II
LEUKIMIA LIMFOSITIK KRONIK
2.1 EPIDEMIOLOGI
LLK merupakan leukimia yang paling sering terjadi di Amerika Serikat
dan negara Eropa Barat dengan jumlah lebih dari 30% dari semua jenis leukimia.
LLK jarang ditemui di Asia atau belahan dunia lain. Insiden LLK di Amerika
Serikat berkisar 3,5/100.000 penduduk dan lebih sering ditemukan pada laki-laki
(5/100.000 penduduk) dibandingkan wanita (2,5/100.000 penduduk).
LLK
merupakan penyakit pada orang berusia lanjut (> 60 tahun) dengan insiden
puncak pada umur 72 tahun dan insidennya akan semakin meningkat seiring
bertambahnya usia. Insiden LLK di seluruh dunia berkisar 4,1/100.000 penduduk
dengan insiden terbanyak pada laki-laki (4,4/100.000 penduduk) dibandingkan
wanita (2,2/100.000 penduduk).1,5,6,7
Ras/Etnis
Laki laki
Wanita
Seluruh Ras
5.6/100.000 penduduk
2.9/100.000 penduduk
Kulit Putih
6.0/100.000 penduduk
3.1/100.000 penduduk
Kulit Hitam
4.4/100.000 penduduk
2.1/100.000 penduduk
Asia
1.1/100.000 penduduk
0.7/100.000 penduduk
Hispanik
2.6/100.000 penduduk
1.4/100.000 penduduk
2.2 ETIOLOGI
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan
risiko timbulnya penyakit leukemia.
a) Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA
merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak
insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan
LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada
orang tua (umur rata-rata 60 tahun). 36 Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara
Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.10
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9
dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi
paling sering sebelum usia 4 tahun.41
b) Faktor Genetik
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat
dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung
penderita naik 2-4 kali.17
c) Agen Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis
cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien
dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di
Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan
Amerika Serikat.9
d) Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Paparan sinar radiasi menyebabkan risiko menderita
leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak terpapar sinar radiasi.
e) Zat Kimia
Zat-zat kimia dan karsinogenik seperti benzene, arsen, pestisida diduga
dapat meningkatkan risiko terkena leukemia. Sebagian besar obat-obatan juga
dapat menjadi penyebab leukemia.
f)
Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
Idiopatik
Mutasi
somatic sel
induk
Proliferasi dan
differensiasi neoplastik
Keringat
malam hari
Sel leukemia
suhu tubuh
Kegagalan
sumsum tulang
Inhibisi
hematopiesis
normal
demam
Infiltrasi ke organ
darah
anemia
Perfusi
oksigen
RES
takikardi
Peningkatan
limfosit
trombositopenia
petechie
Perdarahan
gusi
Splenomegali,
lymphadenopathy
tidak menunjukkan
gejala/asimptomatik. Gejala klinis yang biasanya timbul antara lain lesu, cepat
lelah, hilangnya nafsu makan, nyeri sendi, nyeri otot dan penurunan berat badan.
Demam dan keringat malam jarang terjadi pada awalnya tetapi semakin menyolok
sejalan perjalanan penyakit.1,2,3
Pada pemeriksaan fisik ditemukan limfadenopati, terlokalisir pada regio
leher, aksilla dan inguinal. Splenomegali dan hepatomegali juga dapat ditemukan.
Infiltrasi pada kulit, kelopak mata, paru, dan saluran cerna umumnya jarang dan
timbul pada akhir perjalanan penyakit. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan
limfositosis, biasanya 10 x 109/L. Anemia dan trombositopenia juga dapat
ditemukan, hal ini terjadi karena infiltrasi sumsum tulang. Penjelasan lebih lanjut
mengenai diagnosis LLK akan diuraikan pada bab berikutnya.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.6.1 Pemeriksaan Laboratorium
LLK dapat didiagnosis jika ditemukan peningkatan absolut limfosit
didalam darah (>5000 uL) dan morfologi sel menunjukkan gambaran yang khas.
Klasifikasi France-America-British (FAB) membagi tiga tipe morfologi
berdasarkan perbandingan limfosit atipikal didalam darah, yaitu :
10
2.7 TATALAKSANA
Tujuan terapi pada kebanyakan pasien LLK adalah meredakan gejala dan
memperpanjang kelangsungan hidup. Tetapi pada pasien yang lebih muda dengan
faktor resiko buruk, pendekatan eksperimental dengan tujuan penyembuhan yang
dipilih.
Indikasi terapi pada pasien LLK meliputi 5:
2.7.1
Pengobatan Kausatif
Kemoterapi
A. Klorambusil
Pada permulaan terapi, diberikan dosis 2-4 mg peroral/hari yang dapat
11
terdapat respons, biasanya tidak lebih dari 8-12 bulan. Angka remisi berkisar
berkisar 40-70%, tetapi remisi komplit jarang terjadi, hanya sekitar 15%.2,4,15
Penggunaan klorambusil dosis tinggi pada pasien LLK stadium lanjut
telah diteliti. Klorambusil diberikan selama 6 bulan pada dosis tetap 15 mg/hari
sampai pasien mencapai remisi komplit. Pengobatan ini mempunyai angka remisi
komplit dan remisi sebagian yang lebih tinggi (89,5%) dibandingkan dengan
kombinasi siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin dan prednison.2,5
B. Siklofosfamid
Pasien yang tidak dapat mentoleransi klorambusil, dapat diberikan
siklofosfamid dengan dosis awal 50 -100 mg per oral/hari selama 5 hari atau
pemberian intermitten setiap 3-4 minggu dengan dosis 500-750 mg/m2 intra vena
pada hari ke-1. Pemberian siklofosfamid, baik secara oral maupun intermiten,
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan sistitis maka pemberian siklofosfamid
lebih baik diberikan pada pagi hari dibandingkan pada malam hari. Pasien
dianjurkan untuk minum setidaknya 2-3 liter perhari. Efek samping yang sering
ditemukan berupa mual, muntah, rambut rontok, dan supresi sumsum tulang.2,4,15
C. Kemoterapi Kombinasi
Kemoterapi kombinasi yang diberikan adalah kemoterapi yang biasanya
pada pasien limfoma non Hodgkin atau mieloma multipel. Kemoterapi kombinasi
diindikasikan pada pasien LLK yang gagal terhadap terapi tunggal klorambusil
atau siklofosfamid dengan atau tanpa prednison. Kombinasi ini memiliki tingkat
respon yang lebih tinggi dibandingkan klorambusil atau siklofosfamid tetapi
memiliki tingkat toksisitas yang lebih tinggi dan umumnya tidak menunjukkan
peningkatan angka harapan hidup.1,5,15
Kemoterapi yang direkomendasikan adalah :
IV hari I
- Vinkristin 2 mg IV hari I
- Prednison 40 mg/m2 peroral hari 1-5
COP dan doksorubisin
Dosis :
12
2.7.2
Pengobatan Suportif
A. Fludarabin
Fludarabin merupakan derivat monofosfat fluorin dari analog purin
yang memiliki aktivitas yang signifikan pada pengobatan LLK. Mekanisme aksi
dari fludarabin berupa dengan cara menghambat sintesis DNA dan aktivitas jalur
apoptosis. Mekanisme ini meningkatkan efek fludarabin secara signifikan ketika
dikombinasikan dengan obat lainnya seperti Siklofosfamid dan Rituximab.
Fludarabin diberikan melalui infus intravena selama 30 menit dengan
dosis 25 mg/m2/hari selama 5 hari dalam jangka waktu 4 minggu.
B. Splenektomi
Splenektomi diindikasikan pada pasien dengan splenomegali yang masif
dan sitopenia autoimun yang refrakter terhadap kortikosteroid. Dalam sebuah
penelitian menunjukkan pasien yang menjalani splenektomi dengan anemia atau
trombositopenia memiliki peningkatan angka harapan hidup sampai 3 tahun
dibandingkan pasien yang tidak menjalani splenektomi. Splenektomi memiliki
manfaat yang besar terhadap pasien dengan limfa yang masif dan tidak dilaporkan
adanya kematian pada prosedur splenektomi. Meskipun pada pasien dengan
perkembangan LLK yang progresif, splenektomi juga dapat memperbaiki kualitas
hidup dengan meningkatkan kadar HB sekitar 50%. Faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan dari splenektomi adalah keadaan pasien sebelum dilakukan
operasi dan keterampilan ahli bedah. Rata-rata angka harapan hidup pasien setelah
menjalani splenektomi adalah 4,7 tahun.2,4,12
2.7.3 Pengobatan terhadap Anemia dan Trombositopenia
Anemia dan trombositopenia adalah temuan laboratorium yang paling
sering dijumpai pada LLK dan bertambah berat sesuai perjalanan penyakit.
Diberikan Prednison 60mg/hari atau dilakukan splenektomi. Tranfusi trombosit
kadang diperlukan pada keadaan trombositopenia dengan perdarahan aktif.
Plasmaferesis yang intensif juga dapat meningkatkan jumlah Hb dan trombosit.
Terapi ini diindikasikan pada pasien dengan kegagalan sumsum tulang dan
mengalami refrakter terhadap terapi standar.2,15
13
2.7.4
Radioterapi
Radiasi sistemik merupakan modalitas terapi yang pertama kali digunakan
Median
survival (bulan)
120
90
II
72
III
30
IV
Limfositosis + trombositopenia
30
14
Median
survival (bulan)
120
61
32
atau
BAB III
Laporan Kasus
1. Nama / Kelamin / Umur
2. Negeri Asal
3. Anamnesa
15
Keluhan Utama : Letih, lemah dan lesu sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
Pemeriksaan Umum
Vital Sign
Kesadaran
: Composmentis Kooperatif
Tekanan Darah
: 120/70
Nadi
: 80x/menit
Nafas
: 20x/menit
Berat badan
: 50kg
TInggi badan
: 155 cm
Status Generalisata
Kulit
: Tidak membesar
Kepala
: Normocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: Caries ada
Dada
Paru
- Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
-Inspeksi: iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus di 1 jari medial linea midclavicula sinistra
RIC V
Perkusi : batas kiri 1 jari medial linea midclavicula sinistra
RIC V, batas kanan linea parasternal kanan RIC IV dan
batas atas jantung di linea midclavicula kiri RIC II
Auskultasi: Bising jantung tidak ada, murmur
dan gallop tidak ada. Irama jantung regular.
Abdomen
Punggung
Alat kelamin
: Tidak diperiksa
Anggota Gerak
Pemeriksaan Labor
: Hb
(10,4 gr/dL)
17
Lekosit
(11000/mm3)
Trombosit
(25,000/mm3)
Hematokrit
(31%)
Hasil AGD
GDS
Ureum
Kreatinine
Natrium
Kalium
pH :
pCO2:
BE ecf :
pO2:
HCO3-:
mmol/L BE(B):
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Anjuran
Pengobatan
: IST/MB
mmol/L
mmol/L SO2:
BAB IV
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki berumur 67 tahun datang ke RSUP Dr. Mdjamil
Padang pada tanggal 22 Mei 2016 dengan keluhan letih, lemah dan lesu sejak 1
minggu yang lalu. Hal ini dikarenakan oleh kekurangan darah yang membawa
oksigen ke dalam sirkulasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan sel. Hal ini
menyebabkan penurunan transport oksigen ke jaringan dan ini memberi kesan
kepada gejala letih, lemah dan lesu. Penyakit Leukemia Limfositik Kronik ini
adalah keganasan limfosit matang yang awalnya terjadi di kelenjar getah bening
dan kemudian menyebar ke hati dan limpa. Masuknya limfosit ini ke dalam
sumsum tulang akan mengeser sel-sel lain yang normal seperti sel darah merah
18
dan platelet sehingga terjadi anemia dan penurunan trombosit di dalam darah.
Selain itu, pasien sebelumnya sudah diketahui menderita Leukemia Limfositik
Kronik sejak 4 bulan yang lalu dan telah mendapatkan kemoterapi sebanyak 4 kali
dengan obat Cyclophosphamide 362 mg dan Fludarabine 50 mg. Pada
pemeriksaan umum ditemukan dalam batas normal dan pada pemeriksaan fisik
ditemukan konjuctiva anemis. Ini adalah dikarenakan tejadi supresi produksi sel
darah merah sehingga kadar oksihemoglobin menurun dan ini memberi kesan
terhadap perfusi jaringan yang tidak efektif dan memberi dampak kepada
konjungtiva yang tampak pucat. Pada pemeriksaan abdomen terlihat pembesaran
lien S1 dan ini disebabkan oleh penumpukan sel-sel limfosit disana sehingga
terjadi splenomegaly. Pada pemeriksaan labor darah ditemukan Hb 10,4 gr/dL
yang menunjukkan terjadi penurunan hemoglobin, kadar leukosit 11000/mm3
yaitu terjadi leukositosis dikarenakan oleh produksi jumlah leukosit bertambah
akibat dari keganasan penyakit ini dan kadar trombosit 25,000/mm 3 yang
menunjukkan trombositopenia karena terjadi supresi dari pembentukan sel-sel
trombosit. Limfosit matang dan kronik juga telah ditemukan >55%. Pasien ini
didiagnosis sebagai Limfositik Leukimia Kronik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wierda W, Admirand J, O Brien S, Kalaycio M. Chronic Lymphocytic
Leukemia. In: Sekeres M, .Kalaycio M, Bowel B, editors. Clinical
Malignant Haematology.
19
20
15. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat
Penerbitan FKUI; 2007
16. Guidelines on the diagnosis and management of CLL. British Journal of
Hematology 2004;125:294-317
17. London Cancer New Drug Group. APC/DTC Briefing. Alentuzumab for
the treatment of relaps CLL. March 2004
21