Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK BASIC SCIENCE

OF BLOOD, SUPPORT, AND MOVEMENT SYSTEM


PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT, PEMERIKSAAN
RUMPLE LEED, PEMERIKSAAN WAKTU PERDAHARAN,
PEMERIKSAAN WAKTU PEMBEKUAN, DAN PEMERIKSAAN
GOLONGAN DARAH ABO

Oleh :
Kelompok A1
1. Haula Ajra Kamila (G1A018001)

2. Christina Kartika Situmorang (G1A018002)

3. Dinda Zulaikha A. Oriole (G1A018003)

4. Basilius Samuel Laiyan (G1A018004)

5. Lisa Nurfaizah Rosyadi (G1A018005)

6. Haniy Afifaningrum (G1A018006)

Asisten
Nina Vanessa W.
NIM. G1A016053

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT
PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH ERITROSIT
PEMERIKSAAN NILA INDEKS ERITROSIT

Oleh :
Kelompok A1
7. Haula Ajra Kamila (G1A018001)

8. Christina Kartika Situmorang (G1A018002)

9. Dinda Zulaikha A. Oriole (G1A018003)

10. Basilius Samuel Laiyan (G1A018004)

11. Lisa Nurfaizah Rosyadi (G1A018005)

12. Haniy Afifaningrum (G1A018006)

Disusun untuk memenuhi praktikum Patologi Klinik blok Basic Science of Blood,
Support, and Movement System pada Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Diterima dan disahkan


Purwokerto, Desember 2018

Asisten
Nina Vanessa W.
NIM. G1A016053
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah sebagai komponen utama penyusun tubuh akan bekerja
sesuai dengan fungsinya sehingga manfaat-manfaatnya dapat dirasakan
oleh tubuh. Di tubuh manusia, darah terdiri dari cairan kompleks plasma
tempat elemen-elemen selular (eritrosit, leukosiyt, dan trombosit) berada.
Eritrosit (sel darah merah, atau SDM) secara esensial merupakan membran
plasma-kantong tertutup hemoglobin yang mengangkut O2 di dalam
darah. Leukosit (sel darah putih, atau SDP), unit pertahanan mobil sistem
imun, diangkut melalui darah ke tempat terjadinya luka atau invasi oleh
mikroorganisme penyebab penyakit. Platelet (trombosit) penting bagi
hoemostasis untuk menghentikan perdarahan akibat pembuluh yang cedera
(Sherwood, 2016).
Trombosit adalah fragmen-fragmen sel yang berasal dari
megakariosit berukuran besar di sumsum tulang yang berperan dalam
hemostasis, penghentian perdarahan dari pembuluh yang cedera.
(Sherwood, 2016).
B. Tujuan
1. Mahasiswa ingin melakukan pemeriksaan ruple leed sebagai aplikasi
dan mekanisme hemostasis.
2. Mahasiswa ingin melakukan pemeriksaan clotting time sebagai
aplikasi dan mekanisme hemostasis.
3. Mahasiswa ingin melakukan pemeriksaan bleeding time sebagai
aplikasi dan mekanisme hemostasis.
4. Mahasiwa ingin melakukan pemeriksaan golongan darah berdasarkan
sistem ABO dan Rhesus
C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ruple leed sebagai aplikasi
dan mekanisme hemostasis.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan clotting time sebagai
aplikasi dan mekanisme hemostasis.
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bleeding time sebagai
aplikasi dan mekanisme hemostasis.
4. Dapat melakukan pemeriksaan golongan darah berdasarkan sistem
ABO dan Rhesus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PEMERIKSAAN JUMLAH TROMBOSIT


Trombosit adalah keeping darah yang terlepas dari megakariosit.
Satu megakariosit memproduksi sekitar 1000 trombosit.Megakariosit
berasal dari sel punca belum-berdiferensiasi yang sama dengan yang
menghasilkan turunan eritrosit dan leukosit (Sherwood, 2014).
Trombosit merupakan potongan sel, oleh karena itu, trombosit
tidak memiliki nucleus. Namun, trombosit memiliki organel dan enzim
sitosol untuk menghasilkan energy dan membentuk produk sekretorik,
yang akan disimpan di granula yang tersebar diseluruh sitosol. Selain
itu, trombosit juga mengandung banyak aktin dan myosin, yang
menyebabkan trombosit mampu berkontraksi. Kemampuan sekretorik
dan kontraksi ini penting dalam hemostasis. (Sherwood, 2014).
Trombosit tetap berfungsi selama rerata 10hari, setelah itu keeping
darah ini akan dibersihkan dari sirkulasi oleh makrofag jaringan
terutama yang terdapat di limpa dan hati. Hormon trombopoietin yang
dihasilkan oleh hati akan meningkatkan jumlah megakariosit di
sumsum tulang sehingga akan menghasilkan banyak trombosit sesuai
dengan kebutuhannya (Sherwood, 2014).
Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh
darah yang rusak-yaitu penghentian hemoragia. Kapiler kecil, arteriol,
dan venula sering pecah oleh trauma dalam kehidupan sehari-hari.
Trauma-trauma semacam ini adalah penyebab tersering perdarahan.
Hemostasis pada trombosit melibakan tiga langkah utama, yaitu
spasme vascular, pembentukan sumbat trombosit, dan koagulasi darah.
(Sherwood, 2014).
Thrombopoietin (THPO) adalah pengatur penting hemopoiesis
yang diperlukan untuk pemeliharaan progenitor haemopoietik dan
diferensiasi mereka menjadi megakaryocytes (Mks). Selain itu,
memodulasi peristiwa yang mendorong pematangan Mk dan
memungkinkan pelepasan trombosit ke sinusoids sumsum tulang
(Kaushansky, 2015 dalam Noris et al, 2018). THPO memainkan peran
ini dengan mengikat reseptor MPL, yang diekspresikan dalam sel
induk sumsum tulang, Mks, trombosit dan banyak sel manusia lainnya
(Columbyova et al, 1995 dalam Noris et al, 2018).

II. PEMERIKSAAN RUMPLE LEED


Pemeriksaan rumple leed merupakan salah satu pemeriksaan
penyraing untuk mendeteksi kelainan system vaskuler dan trombosit.
Prinsip pemeriksaannya adalah dengan melakukan bendungan terhadap
vena pada tekanan tertentu, bila dinding kapiler kurang kuat akan
rusak/pecah oleh bendungan dan terjadi perdarahan di bawah kulit.
Pemeriksaan rumple leed sering digunakan pada pasien DBD untuk
melihat apakah terjadi adanya perdarahan. Jenis perdarahan yang
sering ditemukan pada uji tourniquet (rumple leed test), kulit mudah
memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena atau bekas
pengambilan darah. (Syahwal, 2018).
Vena memiliki dinding yang jauh lebih tipis dan lebih sedikit otot
polos dibandingkan dengan arteri. Namun berbeda dari arteri, vena
memiliki elastisitas yang rendah karena jaringan ikat vena lebih
banyak mengandung serat kolagen. Karena sifat tersebut, vena sangat
mudah teregang. Sistem vena menuntuaskan sirkuit sirkulasi. Vena
berfungsi sebagai reservoir darah serta saluran menuju jantung, yaitu
ketika kebutuhan akan darah rendah, vena dapat menyimpanan
kelebihan darah sebagai cadangan karena sifat mudah teregang secara
pasif. Pada keadaan istirahat, vena mengandung lebih dari 60%
volume darah total. (Sherwood, 2014).

III. PEMERIKSAAN WAKTU PERDARAHAN


Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan
pemeriksaan skrining (penyaring) untuk menilai gangguan fungsi
trombosit dan mendeteksi adanya kelainan von willebrand.
Pemeriksaan ini secara langsung dipengaruhi oleh jumlah
trombosit terutama dibawah 50.000/mm3, kemampuan trombosit
membentuk plug, vaskularisasi dan kemampuan konstriksi
pembuluh darah. Mekanisme koagulasi tidak mempengaruhi
waktu perdarahan secara signifikan kecuali terjadi penurunan yang
cukup parah (Nugraha, G. 2015)
Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) tidak boleh
dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan
atau anti nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu
perdarahan memanjang. Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari
atau jika memungkinkan pasien diberitahu agar tidak
mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri tanpa resep
selama 5 hari sebelum pemeriksaan (Riswanto, 2013).
IV. PEMERIKSAAN WAKTU PEMBEKUAN
Pembekuan darah atau koagulasi darah adalah transpormasi darah
dari cairan menjadi gel padat. Pembekuan darah merupakan
mekanisme hemostatik tubuh yang paling kuat. Faktor pembekuan
plasma teraktivasi yaitu faktor X yang mengubah thrombin menjadi
protombin. Faktor X dalam keadaan normal, dalam bentuk inactive
dalam darah, dan jika ingin aktif harus dibantu oleh faktor teraktivasi
lainnya. Secara bersam-sama 12 faktor pembekuan plasma ikut serta
dalam tahap tahap esensial yang menyebabkan perubahan akhir
fibrinogen menjadi jala fibrin yag stabil (Sherwood,2014).
Fibrin adalah protein alami yang paling elastis dan secara pasif
dapat direnggangkan hingga 2,8 kali panjang asli dan dapat kembali ke
panjang semula. Sifat ini berkontribusi dalam sifat renggang
pembekuan darah yang sangat kuat. (Sherwood, 2014).
Thrombin selain merubah fibrinogen menjadi fibrin, tapi juga
mengaktifkan faktor 13 untuk mengaktifkan jala fibrin yang tebentuk
dengan mekanisme umpan balik positif untuk mempermudah
pembentukan dirinya, dna meningkatkan agregasi trombosit yang pada
saatnya penting dalam proses pembekuan darah. Mengenai umpan
balik positif, agregasi trombosit menyekresikan PF3 yang merangsang
kaskade pembekuan sehiga terjadi aktivasi thrombin. (Sherwood,
2014).
V. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan
jenis golongan darah pada manusia. Penentuan golongan darah ABO
pada umumnya dengan menggunakan metode Slide. Metode ini
didasarkan pada prinsip reaksi antara aglutinogen (antigen) pada
permukaan eritrosit dengan aglutinin yang terdapat dalam
serum/plasma yang membentuk aglutinasi atau gumpalan. Metode
slide merupakan salah satu metode yang sederhana, cepat dan mudah
untuk pemeriksaan golongan darah (Anita, 2016)
Pemeriksaan golongan darah merupakan salah satu pemeriksaan
kesehatan dasar yang bertujuan pencegahan dan penanganan penyakit.
Darah merupakan medium transport pada tubuh selain cairan limfe.
Volume darah pada orang dewasa kurang lebih sepertigabelas dari
berat tubuh. Jaringan darah memiliki fungsi seperti mengangkut
material (zat makanan, oksigen, ampas metabolisme) di dalam tubuh
dari satu organ ke organ lain atau dari satu bagian ke bagian tubuh lain,
mengatur suhu tubuh, mempertahankan tubuh dan serangan benda
asing atau mikroorganisme patogen dan mengatur keseimbangan serta
pH cairan dalam tubuh (Suryasa, et al, 2017).
BAB III
METODE
i. Jumlah Trombosit
A. Alat dan Bahan :
1. Alat
a. Bilik hitung
b. Pipet eritrosit
c. Karet penghisap
d. Cawan Petri
2. Bahan
a.. Larutan Rees Ecker
B. Cara Kerja
. Larutan Rees Ecker,
Dengan pipet
di hisap bersihkan dengan pipet yang
DARAH eritrosit hingga
sama, hingga garis
garis “0,5” dan hisap
“101”

Tutup ujung
tabung

biarkan 10 menit, lalu Buang 3 tetes


hitung semua trombosit pertama dan teteskan Kocok horizontal,
dalam kotak eritrosit. ke bilik hitung 3 menit

ii. Rumple Leed


A. Alat dan Bahan:
1. Alat:
a. Stetoskop.
b. Tensimeter.
2. Bahan:
-
iii. Clotting Time
A. Alat dan Bahan:
1. Alat:
a. Tabung reaksi.
b. Stopwatch.
c. Spuit.
d. Rak tabung.
2. Bahan:

a. Darah.

B. Cara Kerja:
iv. Bleeding Time
A. Alat dan Bahan:
1. Alat:
a. Lancet
b. Kapas alkohol
c. Stop watch
d. Kertas saring
2. Bahan:
a. Alkohol

B. Cara Kerja:
v. Golongan Darah
A. Alat dan Bahan:
1. Alat:
a. Gelas obyek.
2. Bahan:
a. Darah.
b. Reagen anti A.
c. Reagen anti B.
d. Reagen anti Rhesus.

B. Cara Kerja:
.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. JUMLAH TROMBOSIT
a. Hasil

KOLOM
I II III IV V
244 262 321 241 183

Total : 1251
Jumlah trombosit : 1251/400 x 400 x 10 x 20 = 2.502.000/µl darah

b. Pembahasan
Jumlah trombosit normal yaitu 150.000 hingga 400.000. namun,
dari hasil praktikum, sel trombosit pada probandus sangat tinggi.
Sehingga ada beberape kemungkinan dari ke abnomalan jumlah
trombosit tersebut. Bisa karena kelainan atau disease atau karena
kesalahan pada saat menghitung kolom yang menentukan jumlah
platelet eritrosit.

II. RUMPLE LEED


a. Hasil
Systole : 120
Diastole : 70
Rata-rata : (120+70) : 2 = 95

Mampu bertahamn 5,5 detik


Tidak ada petechie
Interpretasi => NORMAL
b. Pembahasan
- Nilai rujukan normal :
1. Normal: bila dalam waktu 10 menit tak tampak pendarahan
pada area pembacaan atau timbul petechiae kurang dari 5
buah.
2. Positif: dalam waktu 10 menit, timbul 10 atau lebih
petechiae.
3. Negatif dalam waktu 10 menit atau lebih tidaktimbul
petechiae atau kurang dari 10 buah.
- Dengan tidak adanya pendarahan dibawah kulit, maka vena yang
dibendung dengan waktu dan tekanan tertentu tersebut, memiliki
dinding kapiler yang kuat dan normal.
III. BLEEDING TIME
a. Hasil dari praktikum pk 3 bleeding time adalah 1 menit 30
detik. Nilai normalnya 1-3 menit. Jadi hasil yang di dapat
adalah normal.
b. Hasil dari praktikum PK 3 adalah bleeding time selama 1 menit
30 detik. Nilai normalnya adalah 1-3 menit. Jadi, hasil yang
didapatkan adalah normal.
Proses pembentukan sumbat trombosit melalui beberapa tahap
seperti adhesi trombosit, agregasi trombosit, dan reaksi
pelepasan.
Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui
fragmentasi sitoplasma megakariosit. Megakariosit mengalami
pematangan dengan replikasi inti endomitotik yang sinkron,
memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan
lobus menjadi kelipatan keduanya. Pada berbagai stadium
dalam perkembangannya, sitoplasma menjadi granular dan
trombosit dilepaskan. Produksi trombosit mengikuti
pembentukan mikrovaskuler dalam sitoplasma sel yang
menyatu yang membentuk pembentukan mikrovaskuler dalam
sitoplasma sel yag menyatu membentuk membran pembatas
trombosit. Tiap megakariosit bertanggung jawab untuk
menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu semenjak
difensiasi sel induk manusia sampai bahkan produksi trombosit
berkiasar sekitar 10 hari. (Motulo, C. Y., Mongan, A. E.,
Memah, M. F., 2015)

IV. CLOTTING TIME


a. Pemeriksaan Clotting time diperoleh dari :
Nama probandus : Christina Kartika S.
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 18 tahun
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 155 cm

2. Hasil pemeriksaan kadar fosfat anorganik :


Setelah dilakukan pemeriksaan, waktu yang digunakan untuk clotting time
adalah:
1. Tabung 1: 17 menit 35 detik
2. Tabung 2: 24 menit 30 detik
Rata-rata: (17,35=24,30):2 = 20,825 menit (meningkat)
b. Nilai Rujukan:
Normal : 9-15 menit
Memanjang : kelainan beberapa faktor koagulasi (koagulopati) inhibitor
dalam darah misal heparin.
c. Pembahasan
Pada praktikum pemeriksanan clotting time ini dilakukan dengan
mempersiapkan sampel darah probandus untuk mengetahui waktu
pembekuan dengan menghitung waktu sejak darah keluar dari pembuluh
darah.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil dari pemeriksaan clotting time
yang meningkat, yakni sebesar 20,825 menit. Dengan rincian :
a. Tabung I : 17 menit 35 detik
b. Tabung II : 24 menit 30 detik
Clotting time memiliki batas normal sebesar : 9 – 15 menit
V. GOLONGAN DARAH ABO
a. Hasil
1. Probandus : Christina
Interpretasi : Golongan darah O

2. Probandus : Lisa
Interpretasi ; Golongan darah A

b. Pembahasan
Pada probanduspertama, golongan darah O, yang terjadi
adalah tidak ada aglutinasi/penggumpalan pada darah yang ditetesi
serum anti-A, anti-B, dan anti-AB, sehingga menandakan bahwa
golongan darah orang tersebut adalah O. kemudian pada darah
yang dicampur serum-anti , darahnya menggumpal menandakan
bahwa resusnya +.
Sedangkan pada probandus kedua, golongan darah A, yang
terjadi adalah tidak ada aglutinasi/penggumpalan pada darah yang
ditetesi serum anti-B. Namun terdapat penggumpalan pada darah
yang ditetesi serum anti-A dan anti-AB. Sehingga menandakan
bahwa golongan darah orang tersebut adalah A. kemudian pada
darah yang dicampur serum-anti , darahnya menggumpal
menandakan bahwa resusnya +.
BAB V

APLIKASI KLINIS

A. Leukemia

Leukemia merupakan penyakit keganasanjaringan hematopoetik yang ditandai


dengan penggantian elemen sumsum tulang normal dengan sel darah abnormal
(neoplastik). Insiden leukemia di Negara Barat adalah 13 per 100.000 penduduk
per tahun. Leukemia merupakan 2.8% dari seluruh kasus kanker. (Rendra,M.,
Yaswir,R., Hanif, A. 2013)

Berdasarkan maturitas sel dan asal sel, leukemia dibagi menjadi empat
kategori besar, yaitu Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), Leukemia Mieloid
Akut (LMA), Leukemia Limfositik Kronik (LLK), dan Leukemia Granulositik
Kronik (LGK). Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia merupakan akibat
dari infiltrasi ke sumsum tulang atau kemoterapi, tetapi bisa juga karena kogulasi
intravaskuler disseminata, proses imunologis, dan hipersplenisme sekunder
terhadap pembesaran limpa. Proses infitrasi di sumsum tulang mengakibatkan
sumsum tulang dipenuhi oleh sel-sel leukemik sehingga terjadi penurunan jumlah
megakarisosit yang mengakibatkan menurunnya produksi trombosit.
Trombositopenia akibat purpura trombositopenia imunologik ditemukan pada 2%
pasien leukemia limfositik kronik.Hal ini dihubungkan dengan terbentuknya
autoantibodi terhadap trombosit yang berakibat destruksi trombosit. Produksi
autoantibodi bersamaan dengan infiltrasi sel leukemik di sumsum tulang dan
hipersplenismus menyebab semakin berkurangnya jumlah trombosit. (Rendra,M.,
Yaswir,R., Hanif, A. 2013)

Proses trombositopenia diawali dengan aoutoantibodi trombosit spesifik yang


berkaitan dengan trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari
sirkulasi oleh sistem fagositmononuklir melalui reseptor Fe makrofag. Dimana
autoantibodi ini akan meningkatkan IgG yang akan tampak di permukaan
trombosit. Autoantibodi dengan mudah ditemukan dalam plasma atau dalam elusi
trombosit pada pasien dengan penyakit yang aktif, tetapi jarang ditemukan pada
pasien yang mengalami remisi. Pada awitan trombositopenia kronik biasanya
tidak menentu, riwayat perdarahan sering dari ringan sampai sedang, adanya
infeksi dan pembesaran lien jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu, mungkin intermitten atau bahkan terus
menerus. (Misbakh, F., Pramudaningsih,F., 2016)

B. Hemofilia

Hemofilia adalah kelompok kelainan pembekuan darah dengan


karakteristik sex-linkedresesif dan autosomal resesif, dimana perdarahan dapat
terjadi tanpa penyebab trauma yang jelas atauberupa perdarahan spontan.
Hemofilia dibagi atas tigajenisyaitu hemofilia A, B, dan C. Hemofilia A dan B
diturunkan secara seksual, sedangkan hemofilia C secara autosomal. Pada
kasus hemofilia A terdapat defisiensifaktor VIII; kasushemofilia B dengan
defisiensi faktor IX. (Murphy P, Wunderlich A, Pico,L., 2010)

Gejala yang paling sering terjadi pada hemofilia ialahperdarahan, baik


yang terjadi di dalam tubuh (internal bleeding)maupunyang terjadi di luar
tubuh (external bleeding).Internal bleedingyang terjadi dapat berupa:
hyphema, hematemesis, he-matoma, perdarahan intrakranial,
hematuria,melena, dan hemartrosis. Terdapatnya external bleeding dapat
bermanifestasi sebagai perdarahan masif dari mulut ketika ada
gigiyangtanggal atau pada ekstraksigigi; perdarahan masif ketika terjadi luka
kecil; dan perdarahan dari hidung tanpa sebab yang jelas. (Yeoh G, 2010)

Pemeriksaan komprehensif pada pasien dengan suspek hemofilia sudah


harus dimulaisaatditemukan riwayat:penyakit hemofilia dalam keluarga;
mudah memar sejakperiode neonatal; perdarahan spontan baik internalatau
eksternal; dan perdarahan masif ketika terjadi luka kecil. Kecurigaan ini
kemudian ditindaklanjutkan dengan skrining laboratorium untuk
mengetahuifungsi homeostasis sertaada tidaknya kelainan perdarahan.

Skrining utama untuk menentukan fungsi homeo-stasis ialah platelet


count(normal 150.000-450.000/mm3) dan bleeding time. Pada pemeriksaan
platelet count, pengambilan darah dilakukan melalui pungsi vena;dan perlu
diperhatikan apakah pasien sedang mengonsumsi obat-obatan seperti kloram-
fenikol, oral anti-tuberculosis(OAT), colchicine,atau sulfonamid.

Pemeriksaan aPTT untuk menilai jalur pembekuan darah intrinsik yaitu


keterlibatan faktor VIII,IX,XI,dan XII, dengan nilai normal 15-35 detik.
Pemeriksaan TT untuk menilai kemampuan membentuk bekuan darah darah
dari fibrinogen yaitu keterlibatan faktor XIII dalam proses pembekuan darah.
Pemeriksaan specific coagulation factor assayuntuk FVIII dan IX dilakukan
untuk menilai aktivitas faktor VIII dan IX, dengan nilai normal dari faktor
VIII dan IX assay60-100%.

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas, hemofilia dikategorikan: ringan


bila aktivi-tas faktor pembekuan 5-35% dari normal; sedang, bila aktivitas
faktor pembekuan 1-5% dari normal; dan berat, bilaaktivitas faktor
pembekuan<1% dari normal. (Yoshua V, Anglia E, 2013)

C. Transfusi Darah

Transfusi adalah pemasukan darah lengkap atau komponen darah secra


langsung terhadap aliran darah (Dorland, 2011). Tranfusi mempunyai resiko
yang cukup besar maka pertimbangan resiko dan manfaat benar-benar harus
dilakukan dengan cermat sebelum memutuskan pemberian transfusi. Secara
umum tidak direkomendasikan untuk melakukan tranfusi profilaksis dan
ambang batas untuk melakukan transfusi adalah kadar hemoglobin dibawah
7-8 gr/dl, kecuali untuk pasien dengan penyakit kritis. (Cicchetti, 2016)

Pemberian tranfusi untuk menambah kapasitas pengiriman oksigen,


seperti yang kerap dilakukan di unit perawatan intensif tidak dianjurkan.
Sebuah studi pada pasien sepsis melaporkan bahwa tranfusi tidak
menyebabkan perubahan kapasitas pengiriman oksigen 6 jam setelah tranfusi.
(Cicchetti, 2016)

Sebuah penelitian melaporkan bahwa reaksi tranfusi yang tidak


diharapkan ditemukan pada 6,6 % resipien yang sebagian besar berupa
demam. Gejala lainnya adalah menggigil tanpa demam, reaksi alergi
(terutama urtikaria), hepatitis serum positif, reaksi hemolitik, dan overload
sirkulasi. Sirkulasi penularan penyakit, kontaminasi bakteri dan cedera paru
akut (Setiati, 2015).
BAB VI

PENUTUP

I. Kesimpulan

1. Jumlah trombosit : 1251/400 x 400 x 10 x 20 = 2.502.000/µl


darah. Interpretasi normal.

2. Hasil pemeriksaan Rumple Leed adalah rata-ratanya 95.


interpretasinya dalah normal.

3. Hasil dari praktikum pk 3 bleeding time adalah 1 menit 30 detik.


Nilai normalnya 1-3 menit. Jadi hasil yang di dapat adalah
normal.

4. Hasil pemeriksaan kadar fosfat anorganik :


Setelah dilakukan pemeriksaan, waktu yang digunakan untuk
clotting time adalah:
1. Tabung 1: 17 menit 35 detik
2. Tabung 2: 24 menit 30 detik
Rata-rata: (17,35=24,30):2 = 20,825 menit ( interpretasinya
meningkat)
5. Pada probanduspertama, golongan darah O, yang terjadi adalah
tidak ada aglutinasi/penggumpalan pada darah yang ditetesi
serum anti-A, anti-B, dan anti-AB, sehingga menandakan bahwa
golongan darah orang tersebut adalah O. kemudian pada darah
yang dicampur serum-anti , darahnya menggumpal menandakan
bahwa resusnya +.

Sedangkan pada probandus kedua, golongan darah A, yang


terjadi adalah tidak ada aglutinasi/penggumpalan pada darah yang
ditetesi serum anti-B. Namun terdapat penggumpalan pada darah
yang ditetesi serum anti-A dan anti-AB. Sehingga menandakan
bahwa golongan darah orang tersebut adalah A. kemudian pada
darah yang dicampur serum-anti , darahnya menggumpal
menandakan bahwa resusnya +.
DAFTAR PUSTAKA

Cicchetti. 2016. “Health Technology Assessment of pathogen reduction


technologies applied to plasma for clinical use”. Blood Transfus. 14
(4) : 287 – 386.
Columbyova, L., Loda, M. & Scadden, D.T. (1995) Thrombopoietin receptor
expression in human cancer cell lines and primary tissues. Cancer
Research, vol. 55 page. 3509–3512.
Dorland, W. A. N. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta:
EGC.
Kaushansky, K. (2015) Thrombopoiesis. Seminars in Hematology. vol. 52 page.
4-11.
Misbakh, F., Pramudaningsih,F. 2016. Trombositopenia Pada Dengue
Haemoragic Fever (DHF) di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah
Sunan Kalijaga Demak. Jurnal Penelitian Kesehatan. Vol. 3(2). Hal :51-
55.

Murphy P, Wunderlich A, Pico,L. 2010. Orthopedics and musculoskeletal


condition. In:Dennis M, Michael A. Pediatric Rehabilitation: Principles
and Practice. New York: Demos Publishing,

Motulo, C. Y., Mongan, A. E., Memah, M. F. 2015. KarakteristikTrombosit pada


Pasien Anak dengan Infeksi Virus Dengue di Manado. Jurnal e-Biomedik
(eBM). Vol. 3 No.2. Page: 600-604.

Noris, P., Marconi, C., De Rocco, D., Melazzini, F., Pippucci, T., Loffredo, G., et
all. 2018. A new form of inherited thrombocytopenia due to monoallelic
loss of function mutation in the thrombopoietin gene. British journal of
haematology, vol. 181 (5), page. 698-701.

Nugraha, G. 2015. Buku Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi


Dasar. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.
Oktari, A., & Silvia, N. D. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Jurnal
Teknologi Laboratorium, vol. 5, no.2, page 49-54.

Riswanto. (2013). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta :


Alfamedia & Kanal Medika.

Sherwood, Lauralee. 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (8 ed). (Pendit,
B.U, Herman O. O., Albertus Agung, Dian Ramadhani, Eds.) Jakarta: EGC.

Setiati, S., Aru W. S., Bambang S., Idris A., Marcellus S. K. 2015. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

.Suyasa, I. G. P. D., Wulansari, N. T., Kamaryati, N. P., Mastryagung, G. A. D.,


Sutini, N. K., & Rismawan, M. 2017. Pemeriksaan Golongan Darah dan
Rhesus pada Anak Kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar di Desa Tribuana
Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Paradharma, Jurnal Aplikasi
IPTEK. vol. 1, no. 2.

Yeoh G. 2010. Hematology : Toronto Notes Pediatrics. New York: Demos

Yoshua, V., Anglia, E. 2013. Rehabilitasi Medik Pada Hemofilia. JurnaL Biomedik.
Vol.5 (2). Hal: 67-73.

Anda mungkin juga menyukai