Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN

PEMERIKSAAN AKTIVITAS KREATININ KINASE N-ACETYL


CYSTEIN (CK NAC) DAN RESISTENSI OSMOTIK DARAH CARA
VISUAL
BLOK 1.5
BASIC SCIENCE OF BLOOD, SUPPORT AND MOVEMENT SYSTEM

Oleh :
Kelompok 1

Haula Ajra Kamila (G1A018001)


Christina Kartika Situmorang (G1A018002)
Dinda Zulaikha (G1A018003)
Basilus Samuel Laiyan (G1A018004)
Lisa Nurfaizah Rosyadi (G1A018005)
Haniy Tri Afifaningrum (G1A018006)
Ivan Aryaguna (G1A018007)
Nine Loisye Payosa S (G1A018008)
Najmi Zain (G1A018009)
Aqilatun Nafisah (G1A018010)

Asisten
Nudar Fataha
NIM. G1A016066

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Pemeriksaan Aktivitas Kreatinin Kinase N-Acetyl Cystein (CK NAC) dan


Resistensi Osmotik Darah Cara Visual

Oleh :
Kelompok 1

Haula Ajra Kamila (G1A018001)


Christina Kartika Situmorang (G1A018002)
Dinda Zulaikha (G1A018003)
Basilus Samuel Laiyan (G1A018004)
Lisa Nurfaizah Rosyadi (G1A018005)
Haniy Tri Afifaningrum (G1A018006)
Ivan Aryaguna (G1A018007)
Nine Loisye Payosa S (G1A018008)
Najmi Zain (G1A018009)
Aqilatun Nafisah (G1A018010)

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Biokimia


Kedokteran Blok Basic Science Of Blood, Support And Movement System pada
Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran Umum Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Diterima dan disahkan


Purwokerto, Desember 2018

Asisten
Nudar Fataha
NIM. G1A016066

1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. Judul praktikum
B. Tanggal praktikum
C. Tujuan Praktikum

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Creatin Kinase
B. Eritrosit

BAB III : METODE


A. Metode
B. Alat dan Bahan
C. Cara Kerja
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
C. Aplikasi Klinis
1. Creatin Kinase
2. Eritrosit

BAB V : KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum

“Pemeriksaan Aktivitas Kreatinin Kinase N-Acetyl Cystein (CK NAC) dan


Resistensi Osmotik Darah Cara Visual”

B. Tanggal Praktikum

Selasa, 18 Desember 2018

C. Tujuan Praktikum

1. Pemeriksaan Aktivitas Kreatinin Kinase N-Acetyl Cystein (Ck Nac)


a. Mengukur aktivitas CK NAS=C dengan metode enzimatik kinetik.
b. Menganalisis hasil pemeriksaan aktivitas CK NAC.
2. Pemeriksaan Resistensi Osmotik Darah Cara Visual
a. Melihat terjadinyahemolisis pada ertirosit dan menentukan pada
konsentrasi berapa hemolisis terjadi.
b. Menganalisis hasil pengamatan hemolisis untuk membantu menegakkan
diagnosis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Creatin Kinase
Creatin Kinase adalah enzim golongan transferase yang terdiri dan
isoenzim. Enzim kreatin kinase (CK) membentuk adenosine triphosphate
pada otot rangka, jantung dan pembuluh darah. Beberapa penelitian
memiliki pendapat bahwa CK serum merupakan prediktor tekanan darah
pada populasi umum. Kreatin kinase jaringan yang tinggi mencetuskan
hipertensi dan dijumpai pada populasi resiko tinggi hipertensi. Hipotesis
penelitian ini untuk menguji bahwa CK akan meningkat pada subjek
dengan hipertensi. (Andy Luman, 2014)
Enzim creatine kinase (CK) dapat meningkatkan respons-respons
pressor melalui regenerasi adenosine triphosphate (ATP), karena enzim
mengkatalisis transfer reversibel dari gugus fosfat berenergi tinggi (P)
antara creatine dan adenosine diphosphate (ADP). Tingkat transfer dari
kelompok fosforil oleh CK lebih besar dari tingkat maksimum
pembentukan ATP oleh fosforilasi oksidatif dan glikolisis bersama,
memastikan reseksi cepat ATP. Adenosine triphosphate yang disintesis
oleh CK digunakan untuk bahan bakar yang sangat membutuhkan proses
energi seperti retensi natrium, kontraktilitas kardiovaskular, dan
remodelling arteri. (Andy Luman, 2014)

B. Eritrosit

Eritrosit (sel darah merah) adalah membran plasma kantong tertutup


hemoglobin yang mengandung O2 di dalam darah. Setiap milimeter darah
rata-rata mengandung 5 miliar eritrosit secara klinis sering dilaporkan
dalam hitung sel darah merah sebagai 5 juta sel per milimeter kubik.
(Sherwood, 2016).

Struktur eritrosit, pertama, eritrosit adalah sel datar berbentuk cakram


yang mencekung di bagian tengah di kedua sisi. Bentuk bikonkaf ini
menyediakan area permukaan yang lebih luas untuk difusi oksigen dari

4
plasma melewati membran masuk ke eritrosit dibandingkan dengan bentuk
sel bulat dengan volume yang sama. (Sherwood, 2016).

C. Fragilitas Eritrosit

Pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit (FOE) ini dilaksanakan untuk


membantu diagnosis banding beberapa jenis anemia dengan sifat fisik
eritrosit berubah. Aplikasi klinis, Talasemia dan anemia hemolitik
memberikan hasil bervariasi sehingga dapat menimbulkan kesalahan
interpretasi dalam melacak jenis maupun etiologi anemia.Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui variasi hasil FOE dan kesesuaian
gambaran morfologi darah tepi pada talasemia dan anemia hemolitik.
(Gugun, A. M., 2014).

5
BAB III
METODE

3.1 Pemeriksaan Aktivitas Creatin Kinase N-Acetyl Cystein (CK NAC)


A. Metode
Reaksi enzimatik kinetic.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi 3 mL
b. Vacuum tube red cap
c. Rak tabung reaksi
d. Spuit 3 cc
e. Torniquet
f. Kapas
g. Mikropipet (10 μL - 100μL)
h. Makropipet (100 μL - 1000μL)
i. Yellow tip
j. Blue tip
k. Sentrifugator
l. Spektrofotometer

2. Bahan
a. Serum, plasma heparin
b. Working Reagen 1 ml
Larutkan reagensia dengan pelarut aquabidest sesuai volume pada label
botol, campurkan dengan baik. Larutkan stabil selama 30 hari pada suhu
2-8 ºC pada suhu kamar (18-30 ºC)

6
C. Cara Kerja

Sampling darah vena 3 cc

Vacuum container plain (merah)

Sentrifuge 4000rpm selama 10 menit

40𝞵L serum+ 1000𝞵L reagen

Inkubasi 5 menit

Spektrofotometer end point


Panjang gelombang 340 nm

Hitung selisih nilai absorbancenya

D. Cara perhitungan
Selisih nilai absorbence
(Abs test 2 – Abs test 1) + (Abs test 3 – Abs test 20) = delta Abs tes menit
2
Creatin Kinase (U/L) = (delta Abs test/menit) x faktor
E. Nilai Normal
Kadar aktivitas CK-NAC normal: Wanita: <130 U/L
Pria : <160 U/L

7
3.2 Pemeriksaan Resistensi Osmotik Darah Cara Visual
A. Metode
Daya tahan osmotic cara visual.
B. Cara Kerja

Sampling darah vena 3 cc

Vacuum container plain (merah)

Susun 12 tabung dalam rak

Penomoran kiri ke kanan : 25


sampai 14

Penetesan NaCl 0,5 % sejumlah


nomor tabung

Penetesan aquades sejumlah


(25 dikurangi no. tabung)

Masing masing ditetesi 1 tetes darah

Diperhatikan tabung mana yang


terjadi initial haemolysis & total
haemolysis

C. Nilai Normal
Initial haemolysis : pada Nacl 0,44% (0,44 ± 0,02% NaCl)
Total haemolysis : pada Nacl 0,34% (0,34 ± 0,02% NaCl)

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Creatin kinasea N-Acetyl Cystein (CK NAC)


A. Hasil
1. Data Probandus
Nama : Najmi Zain
NIM : G1A018009
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Hasil pemeriksaan
Kadar CK : 4,49 U/L
Interpretasi Hasil : Normal
B. Pembahasan
Praktikum ini dimulai dengan mengambil darah untuk sampel vena.
Setelah darah diambil, darah segera disimpan dalam vacuumed non-
EDTA. Setelah itu, darah disentrifuge dengan kecepatan 4000rpm dalam
waktu 10menit untuk mendapatkan serumnya. Sampel serum sebanyak
40µl dicampur dengan working reagen 1000 µl dan dihomogenkan.
Selanjutnya akan dibaca pada spektrofotometer dengan menggunakan
metode spektrofotometri kinetik. Dan akhirnya dibaca hasilnya 4,49U/L.
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan hasil kreatin kinase Tuan
Najmi sebesar 4,49 U/L. Hal ini masih dikatakan normal meski nilainya
kecil sebab kadar normal kreatin kinase pada pria dewasa adalah <160
U/L. Kecilnya kadar CK ini bisa saja terjadi karena kesalahan pada
alatnya atau memang faktor dari probandusnya sendiri seperti kurangnya
aktifitas fisik dari probandus. Pemeriksaan CK-NAC dilakukan untuk
keperluan identifikasi adanya kelainan fungsi jantung.
Kreatin adalah suatu senyawa dalam tubuh yang berperan yang
berperan sebagai substrat sumber energi tinggi yang menghasilkan
adenosine trifosfat (ATP) siap pakai alam waktu cepat (Sherwood, 2014).

9
Prinsip dari pemeriksaan kreatin kinase (CK) yaitu kreatin fosfat akan
berikatan dengan ADP dan dengan bantuan enzim CK akan menghasilkan
kreatin dan ATP. Glukosa akan berikatan dengan ATP dan dengan
bantuan enzim HK akan menghasilkan glukosa-6-fosfat dan ADP.
Selanjutnya glukosa-6-fosfat akan berikatan dengan NADP dengan GP-
DH akan menghasilkan glukonat-6-p ditambah dengan NADPH dan H+
(Murray,2012).

Prinsip Reaksi :

CK
Phosphocreatine + ADP creatine + ATP
HK
Glukosa + ATP ADP + G-6-Phospate
GP-DH
G-6-P + NAD glukonat-6-p + NADPH + H+

4.2 Pemeriksaan Fragilitas Eritrosit

A. Hasil
1. Probandus
a. Nama : Najmi Zain
b. Jenis kelamin : Laki-laki
2. Kriteria konsentrasi dan fragilitas
No Komponen uji Metode Hasil Kriteria
2. Konsentrasi Daya tahan Tabung normal
dan fragilitas osmotik cara 16 =
eritrosit visual NaCl
0.32 %
Tabung normal
23 =
NaCl
0.46%

10
(Gambar 4.2)
3. Interpretasi fragilitas eritrosit probandus
a. Initial haeomolysis
Tabung 23 : pada NaCl 0.46% normal
Adanya kesalahan dengan belum memasukkan NaCl 0.5% pada
tabung 21
b. Total haemolysis
Tabung 16 : pada NaCl 0.32 % normal
B. Pembahasan
Praktikum pemeriksaan fragilitas eritrosit ini dimulai dengan mengambil
darah untuk dijadikan sampel wholeblood. Setelah darah diambil dari
probandus, darah segera disimpan di dalam vacuum blood collection tube
purple cup yang sudah ditetesi EDTA agar darah tidak menggumpal. Setelah
itu, menyiapkan 12 tabung reaksi pada rak tebung reaksi dan diberi nomor
tabung 25 sampai nomor tabung 14.Selanjutnya, meneteskan setiap tabung
dengan NaCl 0.5%, yang banyak tetesnya disesuaikan dengan nomor tabung.
Selanjutnya menambahkan aquades pada masing-masing tabung reaksi
sehingga volume pada tabung reaksi adalah 25 tetes. Contoh : 24 tetes NaCl
0,5% + 1 tetes aquades. Karena ditambahkan aquades maka konsentrasi NaCl
dalam tiap-tiap tabung sekarang berbeda-beda. Selanjutnya memasukan
sampel darah pada masing-masing tabung sebanyak 1 tetes. Tabung dibiarkan
tegak lurus dalam tabung reaksi dan dibiarkan selama 60 menit untuk
kemudian diinterpretasikan hasilnya.

11
Setelah 60 menit, 12 tabung reaksi pada dua baris rak diamati dilihat
yang mana yang paling berwarna merah. Setelah diamati didapatkan bahwa
initial haemolysis terjadi di tabung bernomor 20 (konsentrasi NaCl 0.40%)
dan tabung 21(konsentrasi NaCl 0.42%) serta total haemolysis atau
hemolisis total terjadi di tabung bernomor 17 (konsentrasi NaCl 0.34%). Hasil
pemeriksaan fragilitas eritrosit pada tabung 23 ini normal, tidak ada kenaikan
atau penurunan fragilitas eritrosit yang memungkinkan terjadi kesalahan
dalam pemeriksaan.
Sedangkan pada total haemolysis (tabung 17) berada pada kadar normal,
tidak ada kenaikan atau penurunan fragilitas eritrosit yang memungkinkan
terjadi kesalahan dalam pemeriksaan.
Kesalahan yang mungkin terjadi di antaranya adalah:
1. Mata pengamat yang mengamati berbeda-beda fokusnya (kesalahan
teknis).
2. Pemeriksaan fragilitas eritrosit ini dikerjakan secara berkelompok,
dan ada beberapa orang yang meneteskan NaCl, akuades, dan sampel
darah (bukan satu orang yang meneteskan) sehingga sangat mungkin
hasilnya tidak sama banyak tiap tetes
3. Ada bebrapa tabung reaksi yang dicampurkan sebelum dibiarkan
selama 30 menit
4. Rak tabung reaksi yang tidak sengaja tergeser sehingga tabung reaksi
yang ada di dalamnya menjadi terguncang.
4.3 Aplikasi Klinis

A. Creatin Kinase (CK)

1. Hipertrofi

Hipertrofi karena beban hemodinamik dapat berupa hipertrofi adaptif


(fisiologis) atau hipertrofi maladaptif (patologi). Pola hipertrofi yang
terjadi bisa konsentrik maupun eksentrik. Patogenesis terjadinya hipertrofi
ventrikel kiri patologis karena adanya stimulasi primer berupa regangan
mekanik jantung dan atau faktor neurohumoral yang akan diterjemahkan
di dalam sel sebagai perubahan biokimia yang mengaktifkan messenger

12
kedua (cytosolic) dan ketiga (inti) yang bekerja pada inti sel, mengatur
transkripsi dan seterusnya menentukan ekspresi gen yang menginduksi
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri patologis dapat
mengalami peralihan menjadi gagal jantung disebabkan oleh disfungsi
diastolik, disfungsi sistolik ataupun keduanya (yandriani, R. Karani Y.
2018).

Apabila jantung menghadapi suatu beban hemodinamik maka ia akan


melakukan kompensasi terhadap beban hemodinamik tersebut dengan
cara:

1. Menggunakan mekanisme Frank-Starling untuk meningkatkan


formasi kontraksi.

2. Meningkatkan massa otot jantung untuk menghadapi extra load.

3. Mengaktifkan mekanisme neurohormonal untuk meningkatkan


kontraktilitas.

(yandriani, R. Karani Y. 2018).

Pembagian HVK berdasarkan konsentrisitas ventrikel kiri dan


peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri menjadi 4 kelompok,
yaitu:

1. Thick hipertrophy : terjadi peningkatan konsentrisitas ventrikel kiri


tanpa peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri

3. Dilated hypertrophy : terjadi peningkatan volume akhir diastolik


ventrikel kiri tanpa peningkatan konsentrisitas

4. Both thick and dilated hypertrophy : terjadi peningkatan


konsentrisitas dan volume akhir diastolik ventrikel kiri

5. Indeterminate hipertophy : Jika tidak terdapat peningkatan


konsentrisitas maupun volume akhir diastolik ventrikel kiri.

2. Stroke.

13
Stroke penyakit tidak menular (PTM), yang jumlah penderitanya terus
meningkat dari tahun ke tahun. Baik yang terjadi pada usia muda maupun
tua. Penyakit stroke sering dianggap penyakit monopoli orang tua. Terjadi
transisi demografi dan teknologi di Indonesia dewasa ini mengakibatkan
perubahan pola penyakit tidak menular (PTM) stroke yang sebelumnya
didominasi oleh orang tua yang berusia di atas 50 tahun ke atas. Namun
sekarang iniada kecenderungan juga diderita pasien di bawah 50 tahun.
Stroke merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kematian
dan penyebab utama kecacatan. Dalam pola kematian penderita rawat inap,
stroke menduduki urutan pertama. Sedangkan dari seluruh penyebab
kematian, stroke menduduki urutan ketiga terbesar setelah penyakit jantung
dan kanker (Alchuriyah, S. Wahjuni, C.U. 2016).

Stroke dapat terjadi karena seseorang individu yang sehat memiliki


faktor risiko stroke, faktor risiko stroke ada yang dapat dikendalikan dan
faktor risiko tidak dapat dikendalikan. Pemahaman akan faktor risiko stroke
yang dapat dikendalikan ini penting, pengendalian faktor risiko stroke ini
akan menurunkan risiko seseorang untuk terkena stroke. Stroke atau Cerebro
Vascular Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak, di mana secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala
dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu, yang dapat
mengakibatkan kematian dan penyebab utama kecacatan. Stroke dapat
menyerang siapa saja mulai dari anak-anak sampai dewasa. Tidak ada
patokan mengenai usia berapa seseorang rawan terkena stroke, walaupun
memang biasanya stroke menyerang seseorang yang berusia di atas 65 tahun
(stroke pada anak sangat jarang dan biasanya di hubungkan dengan kelainan
bawaan kongenital) (Alchuriyah, S.Wahjuni, C.U. 2016)

Menurut hasil Riskesda (2013), sebanyak 57,9 persen penyakit stroke


telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi penyakit jantung koroner, gagal
jantung, dan stroke terlihat meningkat seiring peningkatan umur responden.
Prevalensi stroke sama banyak pada laki-laki dan perempuan. Di Rumah

14
Sakit Brawijaya Surabaya pada tahun 2012-2013 sudah mulai terdapat
penderita stroke di usia kurang dari 50 tahun, penderita stroke berkisar antara
usia 30-49 tahun sebanyak 15 penderita, dengan berbagai faktor risiko yang
dapat mempengaruhi terjadinya stroke pada usia muda (Alchuriyah,
S.Wahjuni, C.U. 2016)

3.Infark Miokard

Bagian dari sirkulasi koroner yang terhalangi, dan sel otot jantung mati
akibat kekurangan oksigen. Matinya jaringan yang terinfeksi menciptakan
area yang tidak berfungsi yang disebut sebagai Infract. Infark Miokard
biasanya bisa didiagnosis oleh ECG. Kerusakan sel miokard melepaskan
enzim pada sirkulasi, dan enzim yang meningkat ini bisa di ukur dalam tes
diagnostik darah. Enzim-enzimnya termasuk cardiac troponin T, cardiac
troponin I, dan bentuk khusus dari creatinine phosphokinase, CK-MB.
(Martini, 2012).

4.Penyakit Jantung Koroner

Bagian dari sirkulasi koroner yang terhalangi akibat endapan lemak


yang disebut artherosclerotic plaque, sehingga menyebabkan sirkulasi darah
pada koroner menjadi terhambat. (Martini, 2012)

B. Fragilitas Eritrosit

a. Anemia Sel Sabit

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Bentuk anemia adalah sifat turun- temurun dan merupakan
hasil dari jenis abnormal sel-sel darah merah. Anemia sel sabit merupakan
penyakit yang mengancam jiwa dan tidak ada pencegahan. (Anggraeni, E.
Y., 2016).

15
b. Malaria

Malaria adalah penyakit menular akibat gigitan nyamuk Anophele betina


yang mengandung plasmodium. Penyakit ini pertama sekali ditemuka oleh
Charles Alphonse Laveran pada tahun 1880 di Aljazair, dalam bentuk
gametosit plasmodium falciparum (bentuk pisang). Plasmodium tersebut
akan berkembang biak dalam sel darah manusia. (Affandi, P., 2018).

c. Anemia Defisiensi Besi

Anemia kekurangan zat besi adalah suatu kondisi di mana tubuh memiliki
terlalu besi sedikit dalam aliran darah. Bentuk anemia lebih sering terjadi
pada remaja dan pada wanita sebelum menopause. Kehilangan darah dari
periode berat, perdarahan dari saluran pencernaan, atau menyumbangkan
terlalu banyak darah semua dapat berkontribusi terhadap penyakit ini.
Penyebab lain bisa dari kebiasaan diet yang buruk atau dari penyakit usus
kronis. (Anggraeni, E. Y., 2016).

d. Thalasemia Mayor

Penyandang thalassemia mayor adalah penyandang thalassemia yang telah


didiagnosis berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan elektroforesis
hemoglobin. (Amelia, M., 2014).

e. Thalasemia Minor

Thalassemia minor nama lainnya adalah pembawa sifat atau karier


thalassemia. Individu ini tidak akan menunjukkan gejala klinis, bahkan
dalam beberapa kasus mereka adalah orang-orang yang berdonor darah.
Individu minor tidak bisa dikenali karena terlihat sehat. Pemeriksaan
laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui apakah orang yang nampak
sehat tersebut adalah karier atau tidak. Individu-individu karier inilah yang
akan menurunkan gen mutan thalassemia kepada anakanaknya.(Rujito,
2018).

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil pemeriksaan Creatin Kinasea N-Actyl Cystern pada Tn. Najmi


diperoleh hasil yaitu 4,49 U/L interpretasinya adalah normal karena nilai
normal CK pada laki-laki adalah: < 160 U/L.

2. Hasil pemeriksaan Fragilitas Eritrosit pada Tn. Najmi tentang Intitial


Haemolysys adalah 0,46%, interpretasinya adalah normal karena nilai
standarnya adalah pada NaCl 0,46 ± 0,02 %.

3. Hasil pemeriksaan Fragilitas Eritrosit pada Tn. Najmi tentang Total


Haemolysys adalah 0,32%, interpretasinya adalah normal karena nilai
normalnya adalah pada NaCl 0,34 ± 0,02 %.

17
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, P., Faisal, Salam, N. Kendali Optimal pada Penentuan Interval Waktu
dan Dosis Optimal pada Penyakit Malaria. 2018. KNPMP III. ISSN:
2502-6526. Page: 664-673.

Alchuriyah, S. Wahjuni, C.U. 2016. Faktor Risiko Kejadian Stroke Usia Muda
Pada Pasien Rumah Sakit Brawijaya Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi. Vol. 4(1) hal 62–73.

Amelia, M., Gurnida, D. A., Reniarti, L. 2014. Hubungan Kadar Feritin dan Ion
Kalsium Serum pada Penyandang Thalassemia Mayor Anak yang
Mendapat Transfusi Berulang. Sari Pediatri. Vol. 16, No. 1. Page: 1-4.

Anggraeni, E. Y., Oktafianto, Agustina, W. 2016. Sistem Pendukung Keputusan


dalam Diagnosa Penyakit Anemia dengan Menggunakan Metode SAW
(Simple Additive Whitening). Seminar Nasional Teknologi Informasi dan
Multimedia. ISSN: 2302-3805. Page: 3-6.

Gugun, A. M. 2014. Profil Pemeriksaan Fragilitas Osmotik Eritrosit di RS. Dr.


Sardjito. Jurnal Mutiara Medika. Vol 4 No 2. Page: 87-96.

Luman, A., & Lubis, A. R. ,2015. Creatine kinase increases in adults with
uncontrolled hypertension. Universa Medicina, Vol. 33 No.1, 36-42.

Martini. 2012. Fundamentals of Anatomy & Physiology (ninth edition). San


Francisco. Pearson Education Inc.

Murray,R.K., D.A Bender; K. Botham; P.J. Kennely; V.W. Rodwell; and P.A.
Weil. 2012. Harper’s Illustrated Biochemistry. 29th Ed. New York : The
McGraw-Hill Companies.

Rujito, L., Lestari, D. W. D., Aziz, A., Faiza, D. 2018. Sosialisasi Thalassemia
Kepada Guru Biologi di Banyumas: Upaya Pencegahan Terintegrasi

18
Melalui Kurikulum Sekolah. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat. Vol. 3
No.1, Page: 1-6.

Sharewood, L, 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:


EGC.

Sharewood, L, 2016. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:


EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai