Oleh :
Kelompok 1
Asisten
Nudar Fataha
NIM. G1A016066
Oleh :
Kelompok 1
Asisten
Nudar Fataha
NIM. G1A016066
1
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Judul praktikum
B. Tanggal praktikum
C. Tujuan Praktikum
BAB V : KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
B. Tanggal Praktikum
C. Tujuan Praktikum
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Creatin Kinase
Creatin Kinase adalah enzim golongan transferase yang terdiri dan
isoenzim. Enzim kreatin kinase (CK) membentuk adenosine triphosphate
pada otot rangka, jantung dan pembuluh darah. Beberapa penelitian
memiliki pendapat bahwa CK serum merupakan prediktor tekanan darah
pada populasi umum. Kreatin kinase jaringan yang tinggi mencetuskan
hipertensi dan dijumpai pada populasi resiko tinggi hipertensi. Hipotesis
penelitian ini untuk menguji bahwa CK akan meningkat pada subjek
dengan hipertensi. (Andy Luman, 2014)
Enzim creatine kinase (CK) dapat meningkatkan respons-respons
pressor melalui regenerasi adenosine triphosphate (ATP), karena enzim
mengkatalisis transfer reversibel dari gugus fosfat berenergi tinggi (P)
antara creatine dan adenosine diphosphate (ADP). Tingkat transfer dari
kelompok fosforil oleh CK lebih besar dari tingkat maksimum
pembentukan ATP oleh fosforilasi oksidatif dan glikolisis bersama,
memastikan reseksi cepat ATP. Adenosine triphosphate yang disintesis
oleh CK digunakan untuk bahan bakar yang sangat membutuhkan proses
energi seperti retensi natrium, kontraktilitas kardiovaskular, dan
remodelling arteri. (Andy Luman, 2014)
B. Eritrosit
4
plasma melewati membran masuk ke eritrosit dibandingkan dengan bentuk
sel bulat dengan volume yang sama. (Sherwood, 2016).
C. Fragilitas Eritrosit
5
BAB III
METODE
2. Bahan
a. Serum, plasma heparin
b. Working Reagen 1 ml
Larutkan reagensia dengan pelarut aquabidest sesuai volume pada label
botol, campurkan dengan baik. Larutkan stabil selama 30 hari pada suhu
2-8 ºC pada suhu kamar (18-30 ºC)
6
C. Cara Kerja
Inkubasi 5 menit
D. Cara perhitungan
Selisih nilai absorbence
(Abs test 2 – Abs test 1) + (Abs test 3 – Abs test 20) = delta Abs tes menit
2
Creatin Kinase (U/L) = (delta Abs test/menit) x faktor
E. Nilai Normal
Kadar aktivitas CK-NAC normal: Wanita: <130 U/L
Pria : <160 U/L
7
3.2 Pemeriksaan Resistensi Osmotik Darah Cara Visual
A. Metode
Daya tahan osmotic cara visual.
B. Cara Kerja
C. Nilai Normal
Initial haemolysis : pada Nacl 0,44% (0,44 ± 0,02% NaCl)
Total haemolysis : pada Nacl 0,34% (0,34 ± 0,02% NaCl)
8
BAB IV
9
Prinsip dari pemeriksaan kreatin kinase (CK) yaitu kreatin fosfat akan
berikatan dengan ADP dan dengan bantuan enzim CK akan menghasilkan
kreatin dan ATP. Glukosa akan berikatan dengan ATP dan dengan
bantuan enzim HK akan menghasilkan glukosa-6-fosfat dan ADP.
Selanjutnya glukosa-6-fosfat akan berikatan dengan NADP dengan GP-
DH akan menghasilkan glukonat-6-p ditambah dengan NADPH dan H+
(Murray,2012).
Prinsip Reaksi :
CK
Phosphocreatine + ADP creatine + ATP
HK
Glukosa + ATP ADP + G-6-Phospate
GP-DH
G-6-P + NAD glukonat-6-p + NADPH + H+
A. Hasil
1. Probandus
a. Nama : Najmi Zain
b. Jenis kelamin : Laki-laki
2. Kriteria konsentrasi dan fragilitas
No Komponen uji Metode Hasil Kriteria
2. Konsentrasi Daya tahan Tabung normal
dan fragilitas osmotik cara 16 =
eritrosit visual NaCl
0.32 %
Tabung normal
23 =
NaCl
0.46%
10
(Gambar 4.2)
3. Interpretasi fragilitas eritrosit probandus
a. Initial haeomolysis
Tabung 23 : pada NaCl 0.46% normal
Adanya kesalahan dengan belum memasukkan NaCl 0.5% pada
tabung 21
b. Total haemolysis
Tabung 16 : pada NaCl 0.32 % normal
B. Pembahasan
Praktikum pemeriksaan fragilitas eritrosit ini dimulai dengan mengambil
darah untuk dijadikan sampel wholeblood. Setelah darah diambil dari
probandus, darah segera disimpan di dalam vacuum blood collection tube
purple cup yang sudah ditetesi EDTA agar darah tidak menggumpal. Setelah
itu, menyiapkan 12 tabung reaksi pada rak tebung reaksi dan diberi nomor
tabung 25 sampai nomor tabung 14.Selanjutnya, meneteskan setiap tabung
dengan NaCl 0.5%, yang banyak tetesnya disesuaikan dengan nomor tabung.
Selanjutnya menambahkan aquades pada masing-masing tabung reaksi
sehingga volume pada tabung reaksi adalah 25 tetes. Contoh : 24 tetes NaCl
0,5% + 1 tetes aquades. Karena ditambahkan aquades maka konsentrasi NaCl
dalam tiap-tiap tabung sekarang berbeda-beda. Selanjutnya memasukan
sampel darah pada masing-masing tabung sebanyak 1 tetes. Tabung dibiarkan
tegak lurus dalam tabung reaksi dan dibiarkan selama 60 menit untuk
kemudian diinterpretasikan hasilnya.
11
Setelah 60 menit, 12 tabung reaksi pada dua baris rak diamati dilihat
yang mana yang paling berwarna merah. Setelah diamati didapatkan bahwa
initial haemolysis terjadi di tabung bernomor 20 (konsentrasi NaCl 0.40%)
dan tabung 21(konsentrasi NaCl 0.42%) serta total haemolysis atau
hemolisis total terjadi di tabung bernomor 17 (konsentrasi NaCl 0.34%). Hasil
pemeriksaan fragilitas eritrosit pada tabung 23 ini normal, tidak ada kenaikan
atau penurunan fragilitas eritrosit yang memungkinkan terjadi kesalahan
dalam pemeriksaan.
Sedangkan pada total haemolysis (tabung 17) berada pada kadar normal,
tidak ada kenaikan atau penurunan fragilitas eritrosit yang memungkinkan
terjadi kesalahan dalam pemeriksaan.
Kesalahan yang mungkin terjadi di antaranya adalah:
1. Mata pengamat yang mengamati berbeda-beda fokusnya (kesalahan
teknis).
2. Pemeriksaan fragilitas eritrosit ini dikerjakan secara berkelompok,
dan ada beberapa orang yang meneteskan NaCl, akuades, dan sampel
darah (bukan satu orang yang meneteskan) sehingga sangat mungkin
hasilnya tidak sama banyak tiap tetes
3. Ada bebrapa tabung reaksi yang dicampurkan sebelum dibiarkan
selama 30 menit
4. Rak tabung reaksi yang tidak sengaja tergeser sehingga tabung reaksi
yang ada di dalamnya menjadi terguncang.
4.3 Aplikasi Klinis
1. Hipertrofi
12
kedua (cytosolic) dan ketiga (inti) yang bekerja pada inti sel, mengatur
transkripsi dan seterusnya menentukan ekspresi gen yang menginduksi
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri patologis dapat
mengalami peralihan menjadi gagal jantung disebabkan oleh disfungsi
diastolik, disfungsi sistolik ataupun keduanya (yandriani, R. Karani Y.
2018).
2. Stroke.
13
Stroke penyakit tidak menular (PTM), yang jumlah penderitanya terus
meningkat dari tahun ke tahun. Baik yang terjadi pada usia muda maupun
tua. Penyakit stroke sering dianggap penyakit monopoli orang tua. Terjadi
transisi demografi dan teknologi di Indonesia dewasa ini mengakibatkan
perubahan pola penyakit tidak menular (PTM) stroke yang sebelumnya
didominasi oleh orang tua yang berusia di atas 50 tahun ke atas. Namun
sekarang iniada kecenderungan juga diderita pasien di bawah 50 tahun.
Stroke merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kematian
dan penyebab utama kecacatan. Dalam pola kematian penderita rawat inap,
stroke menduduki urutan pertama. Sedangkan dari seluruh penyebab
kematian, stroke menduduki urutan ketiga terbesar setelah penyakit jantung
dan kanker (Alchuriyah, S. Wahjuni, C.U. 2016).
14
Sakit Brawijaya Surabaya pada tahun 2012-2013 sudah mulai terdapat
penderita stroke di usia kurang dari 50 tahun, penderita stroke berkisar antara
usia 30-49 tahun sebanyak 15 penderita, dengan berbagai faktor risiko yang
dapat mempengaruhi terjadinya stroke pada usia muda (Alchuriyah,
S.Wahjuni, C.U. 2016)
3.Infark Miokard
Bagian dari sirkulasi koroner yang terhalangi, dan sel otot jantung mati
akibat kekurangan oksigen. Matinya jaringan yang terinfeksi menciptakan
area yang tidak berfungsi yang disebut sebagai Infract. Infark Miokard
biasanya bisa didiagnosis oleh ECG. Kerusakan sel miokard melepaskan
enzim pada sirkulasi, dan enzim yang meningkat ini bisa di ukur dalam tes
diagnostik darah. Enzim-enzimnya termasuk cardiac troponin T, cardiac
troponin I, dan bentuk khusus dari creatinine phosphokinase, CK-MB.
(Martini, 2012).
B. Fragilitas Eritrosit
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Bentuk anemia adalah sifat turun- temurun dan merupakan
hasil dari jenis abnormal sel-sel darah merah. Anemia sel sabit merupakan
penyakit yang mengancam jiwa dan tidak ada pencegahan. (Anggraeni, E.
Y., 2016).
15
b. Malaria
Anemia kekurangan zat besi adalah suatu kondisi di mana tubuh memiliki
terlalu besi sedikit dalam aliran darah. Bentuk anemia lebih sering terjadi
pada remaja dan pada wanita sebelum menopause. Kehilangan darah dari
periode berat, perdarahan dari saluran pencernaan, atau menyumbangkan
terlalu banyak darah semua dapat berkontribusi terhadap penyakit ini.
Penyebab lain bisa dari kebiasaan diet yang buruk atau dari penyakit usus
kronis. (Anggraeni, E. Y., 2016).
d. Thalasemia Mayor
e. Thalasemia Minor
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, P., Faisal, Salam, N. Kendali Optimal pada Penentuan Interval Waktu
dan Dosis Optimal pada Penyakit Malaria. 2018. KNPMP III. ISSN:
2502-6526. Page: 664-673.
Alchuriyah, S. Wahjuni, C.U. 2016. Faktor Risiko Kejadian Stroke Usia Muda
Pada Pasien Rumah Sakit Brawijaya Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi. Vol. 4(1) hal 62–73.
Amelia, M., Gurnida, D. A., Reniarti, L. 2014. Hubungan Kadar Feritin dan Ion
Kalsium Serum pada Penyandang Thalassemia Mayor Anak yang
Mendapat Transfusi Berulang. Sari Pediatri. Vol. 16, No. 1. Page: 1-4.
Luman, A., & Lubis, A. R. ,2015. Creatine kinase increases in adults with
uncontrolled hypertension. Universa Medicina, Vol. 33 No.1, 36-42.
Murray,R.K., D.A Bender; K. Botham; P.J. Kennely; V.W. Rodwell; and P.A.
Weil. 2012. Harper’s Illustrated Biochemistry. 29th Ed. New York : The
McGraw-Hill Companies.
Rujito, L., Lestari, D. W. D., Aziz, A., Faiza, D. 2018. Sosialisasi Thalassemia
Kepada Guru Biologi di Banyumas: Upaya Pencegahan Terintegrasi
18
Melalui Kurikulum Sekolah. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat. Vol. 3
No.1, Page: 1-6.
19