Anda di halaman 1dari 14

LAJU DIGESTI PADA IKAN

Oleh :
Nama : Reza Pratama Nugraha
NIM : B1J013096
Rombongan : 7
Kelompok : IV
Asisten : Evelin Agusti Tjasmana

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Darah merupakan jaringan yang terdiri dari sel yang sudah terspesialisasi
dalam menjalankan fungsi fisiologis tubuh. Darah terdiri dari trombosit, eritosit,
dan leukosit, dimana darah sendiri mengalir didalam sistem sirkulasi yang terdiri
atas arteri, vena, kapiler, dan jantung. Darah berfungsi sebagai transport substansi
seperti nutrisi, gas, dan hormon, dan berbagai hal yang menjaga kehomeostatisan
tubuh (Watson, 1997).
Darah sendiri merupakan tipe sel yang begitu rentan terhadap kondisi
osmosis, yaitu perubahan media mengakibatkan sel darah menjadi abnormal. Hal
ini dikaitkan dengan kecendrungan sel dalam aliran materi dan media lingkungan,
dimana aliran air terhadap gradien konsentrasi akan mengakibatkan sel pecah
maupun sebaliknya (Bryon dan Doroth, 1973). Pembekuan darah terjadi jika
terjadi luka, hal ini dikarenakan faktor enzim trambokinase, vitamin k, dan ion
kalsium, dimana trombokinase mampu mengubah fibrinogen menjadi benang
fibrin yang akan menutup darah (Campbell, 2009)

1. 2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami respon sel darah merah
terhadap berbagai macam media yang mempunyai konsentrasi osmotis berbeda
dan mengetahui konsentrasi internal sel darah merah, memahami bentuk dan
struktur sel dan membandingkan bentuk dan struktur sel darah katak dan manusia
serta untuk memahami proses pembekuan darah dan menentukan lamanya waktu
pembekuan darah pada manusia.
II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini  adalah pipet isap,
komparator, batang pengaduk, pembuluh kaca kapiler (pipa kapiler),
mikroskop,object glass dan cover glass, kapas, syring dan lancet.
Bahan yang digunakan adalah darah segar manusia dan darah katak sawah
(Fejervarya cancrivora), akuades, larutan NaCl (0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,9 % dan 1
%), kloroform/eter, alkohol 70 % dan larutan EDTA (etil diamin tetra aseticacid).

2.2 Cara Kerja

A.  Mengamati konsentrasi darah

1.   Katak dibius dengan kloroform kemudian dilakukan diseksi di bagian ventral


agar jantungnya dapat diisolasi.
2.   Insisi dibuat dengan menggunting bagian ventral sisi kiri atau kanan secara
melintang di bagian posterior jantung. Kulit dan otot ventral diangkat agar jantung
terlihat. Insisi diteruskan sampai rongga dada terbuka.
3.   Setelah jantung katak diisolasi, bagian ventrikel ditusuk dengan syringe yang
sebelumnya telah dibasahi larutan antikoagulan (EDTA) agar tidak terjadi
pembekuan darah.
4.   Darah katak dihisap sebanyak ± 1ml dengan syringe, syringe dicabut, diputar-
putar agar darah tercampur dengan EDTA. Kemudian darah diteteskan pada
object glass dan ditambahkan beberapa tetes larutan NaCl 0,2 %.
5.   Darah katak dan larutan NaCl 0,2 % tersebut dihomogen pada object glass,
kemudian ditutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop.
6.   Kegiatan tersebut diulang dengan menggunakan larutan NaCl (0,6 % dan 1
%).
7.   Bentuk sel darah diperhatikan, diamati dan gambarnya didokumentasikan /
difoto.
8.   Ditentukan pada konsentrasi NaCl yang mana sel darah merah tidak
mengalami perubahan bentuk.
B.  Struktur Sel Darah Merah

1.  Darah katak diambil dengan cara yang sama seperti prosedur pengambilan
darah katak untuk pengamatan konsentrasi darah yaitu diisap langsung dari
jantungnya.
2.  Darah diletakkan pada object glass yang bersih dan kering kemudian ditetesi
dengan larutan NaCl 0,6%.
3.  Campuran darah dan larutan NaCl 0,6% dihomogenkan dan ditutup dengan
cover glass kemudian diamati menggunakan mikroskop.
4.  Sampel darah manusia diambil dengan cara ujung jari praktikan dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% kemudian diutusuk menggunakan
lancet steril  dan darah diteteskan pada object glass.
5.  Darah ditetesi larutan NaCl 0,9% dan dihomogenkan kemudian ditutup dengan
cover glass.
6.  Campuran darah tersebut diamati menggunakan mikroskop dan dibandingkan
dengan struktur darah pada katak.

C. Waktu Beku Darah

1.  Jari dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian ditusuk dengan lancet steril
dan darah diambil secukupnya menggunakan pipa kapiler.
2.  Dengan interval satu menit, pipa kapiler dipotong sedikit demi sedikit sampai
terbentuk fibrin yang ditandai dengan potongan kapiler yang tetap menggantung
setelah dipatahkan.
3.  Waktu yang diperlukan darah untuk membeku dicatat, yaitu waktu sejak jari
dilukai sampai kapiler yang dipatahkan tetap menggantung
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Tabel hasil pengamatan konsentrasi sel darah merah


Kelompo Konsentrasi Diameter sel darah Diameter sel darah
k NaCl (%) merah katak (μm) merah manusia (μm)
1 0,2 12,93 6,34
2 0,4 16,84 12,2
3 0,6 12,93 8,78
4 0,9 15,81 8,78
5 1,0 17,56 7,07

Perhitungan :
Kalibrasi = 100 x = 9,8 μm

40x = 24,4

400x = 2,44
Darah katak tanpa NaCl : Sel 1 : (P + L)/2 = (8 + 6)/2 = 7 x 2,44 = 17,08
Darah katak dengan NaCl = (17,08 + 18,03 + 15,86 + 14,64 + 13,42)/5 = 15,806
Range : 13,42. 14,64. 15,86. 17,08. 18,03
Darah manusia tanpa NaCl = 5
Darah Manusia dengan NaCl = (9,76 + 7,32 + 9,76 + 7,32 + 9,76)/5 = 8,784

Tabel 2. Tabel hasil pengamatan waktu beku darah


Kelompo Waktu beku darah
k (menit)
1 3 menit 31 detik
2 3 menit
3 13 menit 56 detik
4 17 menit
5 7 menit

3.1.1. Gambar Pengamatan Konsentrasi Sel Darah Merak Katak dan


Manusia

Katak Manusia

Gambar 1. Mikroskopis perlakuan dengan NaCl 0,2 %

Katak Manusia

Gambar 2 . Mikroskopis perlakuan dengan NaCl 0,4 %


Katak Manusia

Gambar 3. Mikroskpis perlakuan NaCl 0,6 %

Katak Manusia
Gambar 4. Mikroskopis perlakuan NaCl 0,9 %
Katak Manusia

Gambar 5. Mikroskopis perlakuan NaCl 1 %

3.1.2. Sturktur sel darah manusia dan katak

Darah normal pada katak


Darah normal pada manusia

3.2. Pembahasan .

Berdasarkan hasil pengamatan, konsentrasi sel darah merah katak sawah


(Fejervarya cancrivora) adalah 17,08 dan pada yang telah diberikan NaCl 0,9%
didapatkan konsentrasi sebesar 15,806 μm. Pada darah manusia didapatkan 5 μm
sedangkan pemberian NaCl sebesar 0,9% didapatkan 8,784 μm. Pada katak
seharusnya setelah diberikan larutan NaCl akan memperbesar diameter (Yuwono,
2001), dimana sel akan larutan diluar sel akan masuk ke dalam sel, namun hal ini
mungkin dikarenakan NaCl 0,9% pada sel eutrosit katak memiliki gradien yang
berbeda dengan manusia. Struktrur sel darah pada manusia pada pengamatan lebih
kecil dibandingkan pada sel darah katak sawah (Fejervarya cancrivora),
berbentuk bulat bikonkaf dan tidak berinti, dimana katak lebih berbentuk lonjong,
dan berinti. Menurut Soedjono (1998) tidak adanya inti dan degenerasi pada inti
sel darah di mamalia terjadi ketika mamalia menjadi dewasa dikarenakan aktivitas
mamalia yang tinggi dan hidup di daerah yang paparan oksigennya lebih banyak
sehingga sel darah yang kecil dan tidak berinti mampu secara efisien menangkap
lebih banyak oksigen. Kecilnya ukuran sel darah menjadi indikator luas bidang
pengikatan oksigen, sedangkan menurut Watson (1997) bentuk sel darah yang
pipih bikonkaf memiliki tujuan untuk mudahnya sel darah masuk ke dalam
kapiler.
Struktur sel darah merah sendiri sangat mudah berubah jika konsentrasi
didalam darah berbeda dengan di lingkungan. Hal ini terjadi karena adanya
peristiwa osmosis, yaitu proses perpindahan zat pelarut tinggi menuju zat pelarut
rendah. Pada percobaan kita membuat eritosit dalam keadaan hipotonis dengan
memberikan larutan NaCl. Hipotonis sendiri merupakan keadaan dimana
konsentrasi larutan di sel lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan,
sebaliknya dengan hipertonis yang konsentrasi larutan sel lebih tinggi
dilingkungan, dan isotonis memiliki konsentrasi yang sama antara sel dengan
lingkungan luarnya (Yuwono, 2001). Pada penelitian yang dilakukan Tan, et al.
(2010) dengan memakai alat dimana didapatkan komparasi dimana pada hipotonik
memiliki kondisi deformasi yang besar pada sel, sedangkan pada keadaan
hipertonik hanya mengalami deformasi yang kecil.
Sel eritosit pada katak maupun manusia mengalami perbesaran diameter
dengan pemberian konsentrasi NaCl menandakan benarnya terjadi osmosis antara
sel dengan larutan hipotonis, namun naiknya konsentrasi NaCL pada data yang
kita temukan tidak berbanding lurus dengan diameter masing-masing sel darah
merah yang kita dapatkan, contohnya pada data diameter katak dimana dari
konsentrasi 0,4 ke 0,6 % mengamalami penurunan, sedangkan pada konsentrasi
0,6 ke 0,9 mengalami peningkatan pada manusia. Katak sendiri mengalami
perubahan diameter yang tidak konsisten juga. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan Yuwono (2001) dimana larutan hipotonis akan membuat sel semakin
membesar karena tekanan dari arah masuk air kedalam sel, dan bahkan pecah
karena tidak kuat menahan tekanan.
Pembekuan darah dilakukan oleh trombosit yang berbentuk tidak teratur,
dengan diameter 2-3 µm yang merupakan fregamentasi. Pembekuan darah disebut
sebagai koagulasi, dimana faktor-faktor mempengaruhi koagulasi yaitu garam
kalsium sel yang membebaskan trombokinase, trombin, protorombin, dan fibrin
yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan darah dimulai dari
pembuluh darah yang pecah, kemudian trombosit mengeluarkan tromboplastin
bersama dengan ion Ca yang mengaktifkan trombin yg merupakan enzim
pengubah fibrinogen menjadi fibrin (Evelyn, 1989).
Pembekuan darah terjadi selama 17 menit, hal ini tidak sesuai dan
menunjukan ketidaknormalan waktu pembekuan darah dimana menurut Frandson
(1992) waktu yang normal merupakan 15 detik sampai 2 menit, dan umumnya
berakhir sampai 5 menit. Hal ini mungkin dikarenakan oleh terganggunya faktor-
faktor yang mempengaruhi proses pembekuan darah, yaitu pada fibrinogen
trombin, prothrombin, tromboplastin, kalsium, proaccelerin, koagulasi,
proconvertin, anthemophilic faktor, komponen tromboplastin, stuart faktor, faktor
antihemophilic C, hageman faktor, dan faktor penstabil (Drews, 2010).
Prothrombin berfungsi sebagai pembentuk fibrin dari aksi trombin,
tromboplastin yang berguna dalam pembentukan prothrombin, kalsium yang
berguna sebagai bahan dalam berbagai fase pembekuan darah, proaccelerin yang
mengkataliss pembelahan prothrombin dan trombin yang aktif, Proconvertin
sebagai pengaktif faktor proaccelerin dan faktor skuat, antihemophilic faktor
sebagai kofaktor aktifasi faktor skuat, lalu tromboplastin yang disebut faktor natal
sebagai jalur intristik pembekuan, dan faktor skuat yang mampu mengaktifkan
prothrombin yang mengaktifkan trombin setelah diaktifkan (Watson, 1997).
Beberapa penyakit fisiologis diakibatkan oleh faktor-faktor diatas contohnya
koagulasi intravaskuler diseminata dimana ditandai dengan aktivasi koagulasi
intravaskuler berupa pembentukan dan penyebaran deposit fibrin dalam sirkulasi
yang mengakibatkan kegagalan pada multiorgan, lalu konsumsi trombosit
melakukan konsumsi secara berlebihan sehingga terjadi komplikasi pendarahan
yang berat (Zelly, 2012).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Sel darah akan membesar ketika diberikan larutan hipotonis, keriput jika
diberikan larutan hipertonik, dan normal ketika diberikan larutan isotonis.
Hal ini dikarenakan sifat osmoritas pada sel dengan larutan.
2. Pada katak berukuran besar, berinti, dan lonjong, sedangkan pada manusia
berukuran kecil, bulat bikonkaf, dan tidak berinti. Hal ini dikarenakan alam
dan aktifitas manusia dan katak yang berbeda, dimana manusia lebih
efisien mengikat oksigen di paparan oksigen yang tinggi dan aktifitas yang
tinggi pula.
3. Waktu yang normal 2-5 menit, dan kita mendapati abnormalitas mencapai
17 menit dalam pembekuan darah. Hal ini dimungkinkan oleh tidak
terpenuhinya faktor-faktor pada pembekuan darah yaitu fibrinogen
trombin, prothrombin, tromboplastin, kalsium, proaccelerin, koagulasi,
proconvertin, anthemophilic faktor, komponen tromboplastin, stuart
faktor, faktor antihemophilic C, hageman faktor, dan faktor penstabil.

DAFTAR REFERENSI

Bryon, A. S and S. Doroth. 1973. Text Book of Physiology. St Burst The Moshy
Co Toppon Co Ltd. Japan.

Campbell. 2009. Biology 8th Edition. Benjamin Cummings, San Fransisco.


Drews. R. E. 2010. Critical issue in hematology: anemia, thrombocytopenia,
coagulopathy, and blood product transfusions in criticaly all patients.
ClinChest Med 24, 607-622.

Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisioplogi Manusia. Depdikbud,


Jakarta.
Watson, Roger. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. EGC Buku
Kedokteran, Jakarta.

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.


Y.Tan, D. Sun, W.Huang, and J.Wang. 2010, Mechanical Characterization of
Human Red Blood Cell Under Different Osmotic Conditions by Robotic
Manipulation With Optical Tweezers. Biomedical Enginceering, 57 (7) :
1816-1825.

Zelly, D. R. 2012, Kelainan Hemostasis pada Leukemia. Jurnal Kesehatan


Andalas, 1(2) : 68-74.

Anda mungkin juga menyukai