Anda di halaman 1dari 4

fibrin

fibrin
FISIOLOGI DARAH KATAK DAN MANUSIA
Dina Mediawati (3415096618), Endang Sulistiyowati (3415096603), Hana Kamilah (34150965),
Rani Ayu Lestari (34150965) Reni Putri Lestari (341509660)1
1
Mahasiswa Pendidikan Biologi 2009 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Jakarta

ABSTRAK

Percobaan mengenai darah pada katak ini dilakukan pada tanggal 30 Maret 2012. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui struktur sel darah, konsentrasi sel darah terhadap larutan NaCl, serta bentuk dari
kristal hemin dan fibrin pada darah katak. Dari percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa eritrosit katak
berbentuk oval dan mempunyai inti, berbeda dengan eritrosit manusia yang bentuknya bikonkaf dan tidak
berinti. Pada konsentrasi sel darah, semakin rendah konsentrasi zat terlarut (NaCl), sel darah merah akan
mengalami plasmolisis sedangkan semakin tinggi konsentrasi zat terlarut (NaCl), sel darah merah akan
mengalami krenasi. Pada konsentrasi NaCl 0,9% sel darah merah tidak mengalami perubahan karena tekanan
osmosis larutan NaCl sama dengan tekanan osmotik sel darah merah (0,89%) artinya tidak terjadi perbedaan
gradien konsentrasi zat terlarut di dalam maupun di luar sel. Hemin merupakan penyusun hemoglobin (pigmen
warna merah) pada sel darah merah. Fibrin adalah protein plasma yang berperan dalam proses pembekuan
darah. Peristiwa utama dalam proses pembentukan bekuan darah adalah perubahan fibrin menjadi benang-
benang fibrin.

Keywords : Fibrin, Hemin, Konsentrasi NaCl, Sel Darah Merah Katak

HASIL
1. Pengamatan Struktur Sel Darah
4.Fibrin
Tabel 1. Hasil Pengamatan Struktur Sel
Darah
Eritrosit katak Eritrosit manusia
Oval, mempunyai
inti, lebih besar Bikonkaf, tidak
daripada eritrosit memiliki inti
manusia

2. Konsentrasi Sel-sel Darah

Tabel 2. Hasil Pengamatan Konsentrasi Sel-sel


darah Gambar 2. Hasil Pengamatan Fibrin pada Darah
Konsentrasi NaCl Keterangan Katak dengan Perbesaran 100x
0,9 % Normal
0,4 % +++
0,6 % ++ PEMBAHASAN
0,8 % + 1. Pengamatan Struktur Sel Darah
1% Mengkerut Percobaan ini membandingkan struktur
Keterangan : sel darah manusia dengan struktur sel darah
+ : menggembung katak. Pada pengamatan sel darah merah
++ : lebih menggembung (eritrosit) digunakan larutan bromo timol biru untuk
+++ : sangat menggembung mempermudah pengamatan karena bromo timo
biru bereaksi positif dengan eritrosit. Begitu pula
pada pengamatan leukosit digunakan larutan Turk
3.Kristal Hemin yang bereaksi positif dengan leukosit sehingga
pengamatan menjadi lebih mudah. Pada
pengamatan struktur sel darah ini digunakan juga
larutan NaCl 0,9% pada darah manusia dan
larutan NaCl 0,7% pada darah katak. Larutan
tersebut adalah larutan yang memiliki konsentrasi
fisiologis dan berfungsi untuk menjaga agar bentuk
sel darah sama seperti bentuk yang sebenarnya.
Setelah diamati dengan bantuan
mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x,
terlihat bahwa eritrosit katak berbentuk oval dan
memiliki inti. Berbeda dengan eritrosit manusia
yang bentuknya bikonkaf dan tidak berinti. Bentuk
Gambar 1. Hasil pengamatan Kristal Hemin bikonkaf pada eritrosit manusia bertujuan untuk
pada Darah Katak dengan perbesaran Objektif meningkatkan luas permukaan untuk difusi gas
100x (Miller, 2001). Ukuran eritrosit katak tiga kali lebih
besar daripada eritrosit manusia, namun Larutan di luar sel yang mempunyai tekanan
ukurannya dengan leukosit sama besar dan osmotik lebih kecil daripada tekanan osmotik di
keduanya memiliki inti sehingga pada darah katak dalam sel darah merah disebut hipotonis,
sulit dibedakan antara eritrosit dan leukosit. akibatnya sel menjadi mengembang atau
Miller (2001) mengatakan bahwa eritrosit plasmolisis dan membran sel dapat pecah atau
pada hewan vertebrata berbeda dalam hal bentuk, terjadi hemolisa sempurna. Bila larutan di luar sel
ukuran dan jumlahnya. Kebanyakan vertebrata yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar
memiliki eritrosit yang berinti, tetapi eritrosit daripada tekanan osmotik di dalam sel darah
mamalia tidak berinti. Selain itu, umumnya, merah disebut hipertonis, akibatnya sel darah
vertebrata rendah cenderung memiliki sel darah merah menjadi mengkerut dan mengalami krenasi.
merah lebih sedikit tetapi lebih besar dari Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
invertebrata yang lebih tinggi. keadaan sel darah merah berbeda-beda pada
masing-masing konsentrasi NaCl. Pada
konsentrasi NaCl 0,9%, sel darah merah normal
atau tidak terjadi perubahan karena konsentrasi
pada sel darah merah (0,89%) hampir sama
dengan konsentrasi larutan NaCl (0,9%). Kondisi
seperti ini disebut isotonis, dimana tidak terjadi
perbedaan gradien konsentrasi zat terlarut di
dalam maupun di luar sel. Oleh karena itu, larutan
NaCl 0,9% disebut sebagai larutan fisiologis.
Sedangkan pada konsentrasi NaCl 0,8% sel darah
merah menggembung, konsentrasi NaCl 0,6% sel
darah merah lebih menggembung, dan pada
konsentrasi NaCl 0,4% sel darah merah sangat
menggembung dan hal ini karena tekanan osmotik
NaCl tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
tekanan osmotik darah sehingga dikatakan
Gambar 3. Eritrosit katak dilihat dengan bantuan hipotonik. Pada kondisi ini air akan menembus
mikroskop cahaya. (100x) membran sel dan sehingga akibatnya sel akan
menggembung atau plasmolisis. Masuknya air ini
2. Konsentrasi Sel-sel Darah disebabkan karena perbedaan gradien konsentrasi
Percobaan konsentrasi sel darah zat terlarut di dalam sel dan di luar sel. Pada
dilakukan dengan menggunakan darah manusia konsentrasi NaCl 1 % mempunyai tekanan
dan darah katak. Darah manusia dan katak osmotik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tersebut masing-masing dibuat menjadi preparat tekanan osmotik darah sehingga dikatakan
untuk diamati dengan mikroskop. Masing-masing hipertonik. Pada kondisi ini air dari dalam sel akan
darah diteteskan sebanyak 2 tetes di atas object keluar menembus membran sel dan akibatnya sel
glass, kemudian menambahkan 2 tetes larutan akan mengkerut atau krenasi. Keluarnya air ini
NaCl 0,9% dan menutupnya dengan cover glass, disebabkan karena perbedaan gradien konsentrasi
lalu preparat siap untuk diamati dengan zat terlarut di dalam sel dan di luar sel. Sehingga
mikroskop. Setelah itu mengulanginya dengan dapat dikatakan bahwa semakin rendah
konsentrasi NaCl yang berbeda-beda yaitu 0,4% ; konsentrasi zat terlarut (NaCl), sel darah merah
0,6% ; 0,8% ; 1%. Dengan begitu akan tampak akan mengalami plasmolisis sedangkan semakin
perbedaan hasil pengamatan terhadap keadaan tinggi konsentrasi zat terlarut (NaCl), sel darah
sel darah merah pada masing-masing konsentrasi merah akan mengalami krenasi.
NaCl.
Berdasarkan teori, konsentrasi 3. Kristal Hemi
protoplasma sel darah merah manusia adalah Pada percobaan untuk melihat kristal
0,89%, sedangkan konsentrasi sel darah merah hemin dan kristal fibrin pada sel darah, praktikan
katak adalah sekitar 0,69%. Keadaan seperti itu menggunakan sampel darah segar katak. Larutan
akan mempengaruhi pengaturan metabolisme air yang digunakan adalah KCl (untuk melisiskan
dan mineral pada organisme tersebut. Berkaitan membran sel darah), asam asetat (untuk
dengan tekanan osmotik sel, terdapat peristiwa memisahkan hemin dan globin), dan KI (untuk
yang disebut dengan hemolisa osmotik yang memberi pewarnaan pada hemin, agar bisa
terjadi karena adanya perbedaan yang besar teramati). Preparat terlebih dahulu harus
antara tekanan osmotik cairan di dalam sel darah dipanaskan agar protein globin pada hemoglobin
merah dengan cairan yang berada di sekeliling sel terdenaturasi, sehingga nantinya yang tampak
darah merah. Tekanan osmotik sel darah merah hanyalah Kristal heminnya saja. Biasanya kristal
adalah sama dengan osmotik larutan NaCl 0,9%, hemin terlihat berbentuk belah ketupat atau
bila dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,8% batang berwarna coklat (Rustyadi, 2009). Hemin
belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merupakan klorida heme dengan Fe2+ yang telah
merah yang dimasukkan ke dalam larutan NaCl menjadi Fe3+, sehingga hemin merupakan suatu
0,4% hanya sebagian saja dari sel darah merah gugus nitrogenosa nonprotein yang mengandung
yang mengalami hemolisa dan sebagian lagi sel besi (dikenal sebagai gugus heme) (Sherwood,
darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini 2001). Hemin diseintesis di sebuah unit pada
disebabkan karena umur sel darah merah yang tahapan kompleks yang melibatkan beberapa
sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan enzim pada mitokondria dan sitosol.
sel darah yang muda membran selnya masih kuat.
Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan
NaCl 0,3%, semua sel darah merah akan
mengalami hemolisa sempurna. (Wulangi, 1993)
Gambar 5. Skema mekanisme pembekuan darah
(Sumber: http://highered.mcgraw-
hill.com/sites/0073525707/student_view0/chapter1
4/image_library.html)

Gambar 4. Tahap pembentukan Hemin


Tahap pertama pembentukan hemin
terjadi di mitokondria, dengan kondensasi suksinil
CoA dan glisin oleh ALA sintase sehingga
terbentuk 5-aminolevulic acid (ALA). Olekul ini
akan ditrasnportasikan ke sitosol di mana akan
terjadi serangkaian reaksi yang memproduksi
struktur cincin yang disebut coproporphyrinogen
III. Molekul ini kembali ke mitokondria dimana
sebuah reaksi tambahan memproduksi
protoporhyrin IX. Enzim Ferrochelatase
menginisiasi besi (Fe) ke dalam struktur cincin
protoporphyrin IX untuk memproduksi hemin.

4. Fibrin
Pada pengamatan ini digunakan darah
manusia yang diteteskan di atas kaca objek dan
ditunggu selama beberapa waktu sampai darah
membeku. Hal ini bertujuan agar fibrin dapat
diamati di bawah mikroskop karena fibrin Gambar 6. Benang fibrin yang berperan dalam
merupakan protein non-globular yang terlibat proses pembekuan darah (Sumber:
dalam proses pembekuan darah. Untuk http://24.media.tumblr.com/tumblr_ljie81F2VQ1qc
mempermudah pengamatan, diteteskan zat warna mrkno1_500.jpg)
yaitu metil violet.
Setelah diamati didapatkan hasil yaitu KESIMPULAN
terlihatnya fibrin yang berwarna biru keunguan. 1. Eritrosit katak berbentuk oval dan mempunyai
Fibrin terbentuk ketika pembuluh darah sobek, inti, berbeda dengan eritrosit manusia yang
prosesnya kompleks dan melibatkan banyak bentuknya bikonkaf dan tidak berinti.
reaksi kimia yang disebut clotting factors. Peristiwa 2. Semakin rendah konsentrasi zat terlarut
utama yang terjadi pada pembentukan bekuan (NaCl), sel darah merah akan mengalami
darah adalah perubahan protein plasma yang larut plasmolisis sedangkan semakin tinggi
fibrinogen (factor I) menjadi protein plasma yang konsentrasi zat terlarut (NaCl), sel darah
tidak larut, fibrin (Shier, 2010). merah akan mengalami krenasi.
Protrombin (faktor II) adalah alfa globulin 3. Pada konsentrasi NaCl 0,9% sel darah merah
yang terus menerus diproduksi oleh hati dan tidak mengalami perubahan karena tekanan
merupakan komponen normal dari plasma. osmosis larutan NaCl sama dengan tekanan
Dengan adanya ion kalsium, aktivator protrombin osmotik sel darah merah (0,89%) artinya tidak
mengubah protrombin menjadi thrombin (faktor terjadi perbedaan gradien konsentrasi zat
IIa). Thrombin, mengkatalisis reaksi yang terlarut di dalam maupun di luar sel.
memotong-motong fibrinogen (faktor I). Fragmen 4. Hemin merupakan penyusun hemoglobin
fibrinogen bergabung dan membentuk benang-
(pigmen warna merah) pada sel darah merah.
benang fibrin yang panjang. Fibrinogen adalah
5. Fibrin adalah protein plasma yang berperan
protein plasma yang larut, tetapi fibrin tidak.
dalam proses pembekuan darah.
Thrombin juga mengaktivasi faktor XIII yang
6. Peristiwa utama dalam proses pembentukan
memperkuat dan menstabilkan benang fibrin
bekuan darah adalah perubahan fibrin menjadi
(Shier, 2010).
benang-benang fibrin.
DAFTAR PUSTAKA Shier, David. 2010. Hole’s Human Anatomy and
Physiology, Ninth Edition. New York:
Miller, Stephen A. 2001. Zoology, Fifth Edition. McGraw-Hill Companies
New York: McGraw-Hill Companies Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi
Rustyadi, Dudut. 2009. Laboratorium Kedokteran Hewan. Jakarta : Depdikbud Direktorat
Forensik Sederhana. Jakarta : FKUI Jenderal Pendidikan Tinggi
Sherwood, Lauralle. 2001. Fisiologi Manusia, dari
Sel Ke Sistem. Terj. Brahm U. Pendit.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai