Anda di halaman 1dari 2

Katak merupakan hewan yang dapat hidup di darat dan di air, Katak termasuk kedalam

kelas amphibi. Katak muda hidup di air dan bernapas dengan insang. Katak dewasa hidup di
darat dan bernapas menggunakan paru-paru. Ketika katak dewasa akan bertelur, katak tersebut
akan menuju air untuk mengeluarkan telur-telurnya. Katak mempunyai kulit yang selalu basah
untuk membantu pernapasannya karena kulit yang selalu basah ini banyak mengandung
pembuluh darah sehingga dapat membantu oksigen berdifusi melalui kulitnya. Katak bergerak
dengan keempat kakinya (Nawangsari, 2010, dan Tatang, 2014).

Jantung katak terdiri-dari 3 ruangan yaitu 2 atrium telah terbagi dengan sempurna oleh
septum inter-uariculum menjadi atrium kiri dan kanan dan 1 ventrikel. Ruangan jantung katak
yang terdiri dari 1 ventrikel akan berpengaruh terhadap peredaran darahnya. Karena darah yang
datang dari seluruh tubuh kaya akan CO2 akan tercampur kembali dengan darah yang datang
dari paru-paru (pulmo) yang kaya akan O2. Peredaran darah seperti ini tidaklah efektif dan
efesien, karena selalu terjadi kombinasi lagi di ventrikel darah yang kaya O2 dengan CO2.
(Campbell dkk., 2004). Peredaran darah seperti ini mempunyai pengaruh terhadap suplai O2
pada tingkat jaringan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi hipoksia. Hipoksia adalah
defesiensi O2 pada tingkat jaringan (Ganong, 2010). Hipoksia tidak boleh terjadi, Hipoksia tidak
boleh terjadi, karena berpengaruh terhadap proses fisiologi terutama oksidasi biologis dalam hal
pengadaan ATP. Utuk mengatasi supaya tidak terjadi hipoksia, maka di dalam tubuh katak akan
mengalami adaptasi fisiologis yaitu dengan cara meningkatkan frekwensi denyut jantung.
(Isnaeni, W. 2006). Peningkatan frekwensi denyut jantung diharapkan suplai darah yang
mengandung O2 pada tingkat jaringan dapat ditingkatkan sehingga kejadian hipoksia dapat
dihindarkan.

Kecepatan denyut jantungnya dipengaruhi beberapa faktor antara lain aktivitas, ukuran
dan umur, cahaya, temperatur (suhu), Obat-obat (senyawa kimia). Suhu mempengaruhi proses
fisiologi organisme termasuk frekuensi denyut jantung. Suhu tubuh yang konstan sangat
dibutuhkan oleh hewan karena perubahan suhu dapat mempengaruhi konformasi protein dan
aktivitas enzim. Apabila aktivitas enzim terganggu, reaksi dalam sel juga akan terganggu
(Isnaeni, W. 2006).

Suhu merupakan salah satu pembatas penyerapan hewan dan menentukan aktivitas
hewan. Banyak hewan yang suhu tubuhnya disesuaikan dengna suhu lingkungan yang disebut
dalam kelompok hewan poikilitermik. Poikilotermik berarti suhu berubah (labil) sesuai dengan
perubahan suhu lingkungan. Jadi suhu tubuh hewan poikilotermik mengikuti atau bergantung
pada suhu lingkungan (Campbell dkk., 2004).

Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap hewan, hewan dibagi menjadi dua
golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Hewan poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan
seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan
suhu lingkungannya. Hewan ini akan aktif bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam
di suatu tempat) bila suhu lingkungan rendah. Hewan yang tergolong poikiloterm antara lain :
Pisces, Amphibi dan Reptilia (Nawangsari, 2010, dan Tatang, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Tatang, D. 2014. Analisa Struktur Vertebrata, jilid 2 Penerbit Armico Bandung.

Nawangsari, S. 2010. Zoologi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.

Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta: Erlangga

Ganong, F .G. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi14. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran Hewan EGC.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta, Kanisius

Anda mungkin juga menyukai