Anda di halaman 1dari 184

BAHAN AJAR

MATA KULIAH
FISIOLOGI HEWAN

DOSEN PENGAMPUH

SRI MAYA, S. Pd., M. Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS


MUSLIM MAROS

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu hewan harus menyelenggarakan fungsi kehidupan,
antara lain makan, bernapas, bergerak, dan berkembang biak. Untuk itu,
mereka membutuhkan lingkungan tertentu. Setiap jenis lingkungan
memberikan tantangan yang berbeda terhadap hewan. Setiap faktor
lingkungan merupakan rangsang bagi hewan yang akan ditanggapi dengan
cara tertentu atau khusus.
Setiap fungsi hidup harus diatur dan dikendalikan dengan cara
tertentu agar hewan dapat tetap hidup. Mekanisme kerja fungsi kehidupan
dan segala sesuatu yang dilakukan hewan merupakan inti kajian dalam
fisiologi hewan. Dengan demikian, fisiologi hewan merupakan ilmu yang
mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang ada pada
sisitem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem tersebut.
Setiap individu hewan akan memilih tempat hidup yang sesuai dengan
kondisi fisiologisnya. Kondisi lingkungan luar tubuh hewan sering kali
mengalami perubahan, dan hal ini dapat menyebabkan perubahan
pada lingkungan dalam tubuhnya. Selain itu, perubahan aktivitas hewan
tersebut juga dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan dalam
tubuhnya. Apabila kondisi lingkungan di dalam tubuhnya berubah, hewan
harus berupaya agar perubahan tersebut tidak berlanjut, dengan cara
mempertahankan diri atau beradaptasi sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada tulisan kali ini mencakup
pembahasan pada mata kuliah fisiologi hewan yang mencakup 11 BAB
yaitu :
1. Ruang Lingkup Fisiologi
2. Fungsi Sel
3. Makanan dan Sistem Pencernaan

2
4. Kebutuhan makanan u7ntuk Hewan
5. Sistem Transpor
6. Plasma Darah
7. Sistem Respirasi
8. Sistem Ekskresi
9. Sistem Saraf dan Alat Indera
10. Fotoreseptor dan Sistem Hormon
11. Sistem Otot dan Efektor
C. Tujuan Penulisan
Sebagai tugas akhir final semester IV

3
BAB II
Ruang Lingkup Fisiologi

A. Permasalahan danPengertian Ruang Lingkup Fisiologi


Permasalahan Dehidrasi berasal dari kata dehydration, yang berarti
pengeringan. Dalam fisiologi, istilah dehidrasi sering digunakan untuk
menunjukkan kondisi tubuh yang kekurangan cairan. Dehidrasi dapat
dialami hewan apabila tubuhnya kehilangan air dalam jumlah besar
sehingga jumlah air dalam tubuh lebih sedikit dari pada yang seharusnya.
Kehilangan air dari dalam tubuh secara berkepanjangan dapat
menyebabkan pengeringan.
Ancaman dehidrasi dari lingkungan terestrial berkaitan erat dengan
peluang terjadinya penguapan air secara besar-besaran dari dalam tubuh
hewan. Tingkat penguapan yang tinggi dipengaruhi adanya suhu yang
tinggi dan kelembapan yang rendah, serta faktor fisika lain sepert
kecepatan aliran udara (angin) dan luas permukaan benda yang
mengalami penguapan.
Ancaman dehidrasi merupakan faktor pembatas bagi penyebaran
hewan didaerah terestrial. Pada bagian ini dikemukakan satu contoh
upaya yang dilakukan hewan unisel (protozoa) untuk menghindari diri dari
bahaya dehidrasi, yaitu dengan cara membentuk dinding protektif (kista),
saat kondisi lingkungan sangat panas dan dingin. Pada keadaan yang
tidak menguntungkan, trpozoit akan membentuk kista. Apabila keadaan
lingkungan sudah baik (sesuai dengan kebutuhan hidup protozoa), sel
vegetatif yang baru akan muncul dari dalam kista tersebut.
Menurut C. Bernard, stabilitas lingkungan internal merupakan syarat
yang harus dipenuhi oleh organisme yang ingin bertahan hidup dalam
lingkungannya. Selanjutnya diperkenalkan dengan istilah homeostasis.

4
Sekalipun homeo berarti ‘serupa’ (homo= sama), namun Bernard maupun
Cannon tidak megartikan kata homeostatis sebagai keadaan lingkungan
internal yang konstan secara mutlak. Keadaan konstan yang dimaksud
ialah konstan relatif yang dinamis.
Perubahan kondisi lingkungan intenal daapat timbul karena dua hal,
yaitu adanya perubahan aktivitas sel tubuh dan perubahan lingkungan
eksternal yang berlangsung terus-menerus. Untuk menyelenggrankan
aktivitas sel dalam tubuhnya, hewan selalu memerlukan pasokan berbagai
bahan dari lingkungan luar secara konstan, misalnya oksigen, nutrien dan
garam. Sementara itu, aktivitas sel juga menghasilkan bermacam-macam
hasil sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat sisa, yang dialirkan
kelingkungan internal (cairan ekstraseluler atau CES). Apabila aktivitas sel
berubah, pengambilan zat dari lingkungan eksternal dan pengeluaran
berbagai zat dari dalam sel ke lingkungan internal juga berubah.
Perubahan aktivitas sel semacam itu akan mengubah keadaan lingkungan
internal. Perubahan lingkungan internal yang ditimbulkan oleh sebab mana
pun (penyebab pertama atau kedua) harus selalu dikendalikan agar
kondisi homeostatis selalu terjaga.
Kondisi homeostatis pada hewan berlangsung melalui sistem umpan
balik. Sistem umpan balik ada dua macam yaitu umpan balik positif dan
umpan balik negatif. Sistem umpan balik yang berfungsi dalam
pengendalian kondisi homeostatis pada tubuh hewan adalah sistem
umpan balik negatif.
Sistem umpan balik negatif dapat didefinisikan sebagai perubahan
suatu variabel yang dilawan oleh tanggapan yang cenderung
mengembalikan perubahan tersebut ke keadaan semula. Contoh peristiwa
yang terjadi pada burung dan mamalia pada waktu mempertahan kan
suhu tubuhnya supaya tetap konstan. Peningkatan suhu tubuh sebesar
0.5oC akan mendorong timbulnya tanggapan yang akan mengembalikan
suhu tubuh ke suhu awal, yaitu suhu yang seharusnya 37 oC. Dengan
demikian, sistem umpan balik negatif pada contoh akan selalu membawa
sistem fisiologis kepada suhu tubuh 37oC.

5
Sedangkan sistem umpan balik positif perubahan awal suatu variabel
akan menghasilkan perubahan yang semakin besar,misalnya proses
pembekuan darah. Proses pembekuaan darah sebenarnya bekerja melalui
mekanisme sistem umpan balik positif, yang bertujuan untuk
menghentikan perdarahan. Namun, hasil dari proses tersebut selanjutnya
bermakna sangat penting untuk mempertahankan volume darah yang
bersirkulasi agar tetap konstan.
Mekanisme sistem umpan balik positif tidak terlibat dalam proses
menjaga homeostatis, tetapi terlibat dalam penyelenggaran fungsi
fisiologis tertentu (antara lain proses pembekuan darah dan fungsi sel
saraf). Dalam penyelenggaran fungsi sel saraf, akan terjadi urutan berikut.
Pada awal proses pembentukan potensial aksi, sistem umpan balik positif
bekerja dengan meningkatkan pemasukan ion Na+. Peningkatan
pemasukan ion Na+ tersebut akan berlangsung terus hingga membran sel
saraf benar-benar terdepolarisasi.
Sistem umpan balik tersusun atas tiga komponen utama, yaitu
reseptor, pusat integrasi,dan efektor. Antara reseptor dan pusat integrasi
dihubungkan dengan saraf sensorik, sedangkan pusat integrasi dan
efektor dihubungkan oleh saraf motorik. Reseptor berperan sebagai
pemantau perubahan yang terjadi dilingkungan, baik lingkungan luar
maupun dalam tubuh hewan. Dalam sistem hidup, reseptor berfungsi
sebagai transduser biologis, yaitu komponen struktural dalam tubuh
hewan yanga memiliki kemampuan untuk mengubah suatu bentuk energi
menjadi bentuk energi lain. Dalam sistem umpan balik, reseptor bekerja
dengan cara mengubah suatu bentuk energi yang dideteksi dari
lingkungan (misalnya energi listrik atau energi kimia) menjadi potensial
aksi. Potensial aksi yang terbentuk akan menjalar menuju keserabut saraf
aferen menuju pusat integrasi (pusat pengatur).
Pusat integrasi pada sistem umpan balik negatif adalah organ yang
memiliki “catatan” nilai/harga tertentu mengenai variabel yang
dikendalikannya. Nilai/harga tertentu tersebut selanjutnya dinyatakan
sebagai suatu variabel ynag harus selalu dipertahankan. Nilai patokan

6
merupakan nilai harapan atau nilai ideal dari suatu variabel yang harus
selalu dipertahankan. Nilai patokan seperti diuraikan diatas hingga saat ini
masih merupakan konsep hipotenik. Namun demikian, kenyataan
menunjukkan bahwa tubuh hewan dapat beradaptasi terhadap suatu
variabel dengan kisaran nilai tertentu. Sebagai contoh, kisaran suhu tubuh
mamalia yang dapat diadaptasi ialah antara 36,5-37,5 derajat keasaman
(pH) plasma darah berkisar antara 7,35-7,45 sedangkan konsentrasi ion K+
dalam plasma berkisar antara 3-5,5 mmol perliter.
1. Cara Kerja Sistem Umpan Balik Negatif
Pengendalian homeostasis sesungguhnya merupakan
keseimbangan antara masukan (input) dan keluaran (output). Dalam
mengatur suhu tubuh, sistem termoregulasi bekerja untuk
menyeimbangkan perolehan panas dengan pelepasan panas. Apabila
sistem umpan balik positif bekerja dalam termoregulasi, rangsang awal
berupa peningkatan suhu tubuh/ lingkungan akan menimbulkan
tanggapan yang meningkatkan suhu tubuh menjadi lebih tinggi. Rangsang
awal berupa penurunan suhu lingkungan eksternal. Hal tersebut
mendorong efektor untuk menghasilkan respons yang dapat
mengembalikan suhu tubuh ke suhu yang diharapkan.
Kondisi homeostasis dalam lingkungan internal hewan ialah keadaan
homeostasis yang dinamis. Keadaaan demikian sering juga dinyatakan
sebagai keseimbangan dinamis atau dynamic equilibrium.
Pemeliharaan kondisi homeostasis berlangsung dengan mekanisme
umpan balik negatif, baik secara fisiologis maupun non fisiologis.
Mekanisme pengendalian secara fisiologis melibatkan sistem saraf, yang
biasanya bekerja sama dengan sistem endokrin.
Kondisi homeostasis secara fisiologis yang agak berbeda dari
mekanisme disebut feed forward. Feed forward ialah peristiwa makan dan
minum pada saat bersamaan. Memasukkan makanan kedalam tubuh akan
meningkatkan osmolalitas isi usus, dan hal ini dapat mendorong
pelepasan air dari jaringan tubuh ke lumen usus untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik. Oleh karena itu, makan tanpa diikuti minum

7
berpotensi menyebabkan dehidrasi sehingga homeotasis osmotik tubuh
akan terganggu. Untuk memperkecil gangguan tersebut, sejumlah hewan
melakukan makan dan minum pada saat yang bersamaan.
Proses pengendalian kondisi homeostasis juga dapat terjadi melalui
mekanisme non fisiologis. Mekanisme semacam ini dapat dijumpai pada
beberapa spesies hewan akuatik, baik vertebrata maupun invertebrata.
Hewan-hewan tersebut pada umumnya merupakan golongan poikiloterm,
sementara itu merupakan lingkungan yang sulit mengalami perubahan
suhu. Oleh karena itu, pemilihan air sebagai tempat hidup bagi hewan
poikiloterm merupakan cara yang tepat untuk menjaga homeostasis suhu
tubuh mereka.
Pengertian ruang lingkup Fisiologi hewan merupakan ilmu yang
mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang ada pada
sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem tersebut.
Berbagai peristiwa dan aktivitas yang terjadi pada sistem hidup disebut
fungsi hidup. Jadi, fungsi hidup ialah sistem yang ada dalam tubuh
makhluk hidup. Sistem hidup merupakan sesuatu yang kompleks dan
bervariasi sehingga dalam fisiologi hewan, fungsi hidup akan di bahas
secara kompleks dan bervariasi juga. Fisiologi hewan bukan hanya
mengkaji fungsi sistem dalam tubuh, melainkan juga alasan dan cara
berfungsinya sistem itu.
Fisiologi hewan membahas tentang cara yang dilakukan hewan
untuk dapat hidup di suatu lingkungan, antara lain sebagai berikut.
1. Cara hewan memperoleh air dalam jumlah cukup atau menghindari
pemasukan air yang terlalu banyak ke dalam tubuh.
2. Cara hewan menghindari diri dari keadaan yang membahayakan, seperti
suhu yang sangat dingin atau sangat panas.
3. Cara hewan berpindah tempat untuk menemukan lingkungan yang
sesuai agar dapat memperoleh makanan atau kawin.
4. Cara hewan memperoleh informasi tentang keadaan di lingkungannya.
Fungsi dan struktur tubuh hewan memilki hubungan yang sangat erat.
Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

8
Mempelajari struktur dan mempelajari fungsi pada dasarnya memiliki
perbedaan hakiki. Mempelajari struktur pada hakikatnya mengkaji sesuatu
yang bersifat statis menggunakan bahan yang telah mati, sedangkan
mempelajari fungsi pada hakikatnya mengkaji sesuatu yang dinamis dan
menggunakan bahan hidup. Berbagai proses yang dipelajari dalam
fisiologi bukan hanya proses yang terkait dengan fungsi tubuh pada
tingkat individu, melainkan juga proses yang terjadi pada tingkat organ,
jaringan, sel, dan molekul. Oleh karena itu, untuk mempelajari fisiologi
hewan, harus sudah memiliki pengetahuan tentang anatomi hewan,
histologi, biologi sel, dan biokimia.

B. Definisi fisiologi hewan


Fisiologi ialah salah satu cabang biologi yang membahas tentang
fungsi faal tubuh makhluk hidup, bagaimana prosesnya sehingga hewan
dapat mempertahankan eksistensinya juga dapat dikatakan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang proses dan aktifitas yang terjadi dalam tubuh
hewan. Batasan yang lebih modern menyatakan bahwa fisiologi
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang homeostasis dan
mekanisme pengendalian yang berlangsung untuk mencapai dan
memelihara homeostasis.Homeostasis adalah istilah yang dipakai oleh
seorang ahli fisiologi (Wlater B. Canon 1871-1945) untuk menunjukkan
adanya stabilitas yang dipertahankan di dalam badan pada suatu
organisme yang hidup, walaupun banyak faktor yang kemungkinan
mencoba merubah stabilitas itu.
Berkaitan dengan batasan tersebut diatas, fisiologi hewan
membahas tentang fungsi alat dalam tubuh hewan dana manusia dalam
usahanya mencapai dan memelihara homeostasis. Dengan demikian
keadaan tubuh yang normal/sehat menggambarkan pelaksanaan secara
tepat homeokinesis dan homoedinamika di dalamnya.Beberapa ahli yang
berpandangan mekanistik menyatakan bahwa fenomena fisiologi dapat
dijelaskan dengan ilmu kimia, fisika dan matematika. Selain itu masih
diperlukan juga bantuan:
1. Anatomi, untuk menjelaskan fenomena fisiologi atas dasar susunan

9
suatu alat
2. Biokimia, untuk menjelaskan berbagai fenomea fisiologi
berdasarkan reaksi kimia baik yang terjadi di dalam maupun diluar
sel
3. Biofisika, untuk memberikan panduan dalam menjelaskan
fenomena listrik dan mekanik yang terjadi di dalam tubuh
4. Genetika, untuk menerangkan fenomea fisiologi yang berupa
kemampuan herediter, diferensiasi dan perkembangan.
Dengan demikian dalam fisiologi terjadi perpaduan antara keterangan-
keterangan dari masing-masing disiplin ilmu.Suatu keuntungan yang
diperoleh dalam mempelajari fisiologi hewan, yaitu adanya kesamaan
fungsi alat dalam berbagai hewan termasuk mamalia.Sehingga banyak
informasi yang diperoleh dari percobaan-percobaan pada hewan yang
dapat diterapkan pada manusia.

C. Bidang-bidang khusus dalam fisiologi hewan


Bertolak dari kenyataan bahwa dalam fisiologi hewan akan muncul
bidang-bidang khusus yang menekankan pada satu aspek atau lebih.
Penekanan pada sistem organ tertentu atau jenis aktivitas tertentu
misalnya Endokrinologi yang berkaitan dengan jaringan penghasil hormon
dan fungsinya.Neurofisiologi yang berhubungan dengan struktur dan
fungsi sistem saraf pada semua tingkat.
Fisiologi perilaku mendapat banyak perhatian dan menjadi sasaran
dari berbagai penelitian, mulai dari basis molekuler, penerimaan perasaan
atau proses pengubahannya dalam gaya safari untuk analisis perilaku dan
masyarakat dan populasi hewan. Salah satu cabang, Etiologi berusaha
menganalisis perilaku secara kuantitatif dalam kondisi alami.Suatu bidang
yang diilhami rekayasa yaitu Bionik, dalam hal ini aktivitas tatanan hidup
disimulasikan ke dalam perlengkapan mekanik atau elektronik, sedangk
dalam Kibernetik yang disimulasikan adalah koordinasi dan pengendalian
dalam tatanan hidup.
Ada tiga komponen proses yang berperan dalam mempertahankan
proses keberlangsungan hidup, yaitu:

1
0
1. Homeostasis
2. Metabolisme
3. Integrasi
1. Homeostasis
Homeostasis adalah azas dasar yang menopang semua proses
fisiologis. Dengan itu suatu proses organisme dijamin tetap berada dalam
kondisi mantap sehingga proses-proses organisme dijamin tetap berada
dalam kondisi mantap sehingga proses-proses yang melibatkan sel tampil
optimal. Homeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme
pengaturan lingkungan kesetimbangan dinamis (badan organisme) yang
konstan.Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling penting
dalam biologi.Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme
homeostasis pengaturan dalam organisme.Umpan balik homeostasis
terjadi pada setiap organisme. Contoh homeostasis yang ringkas ialah:

 Apabila cuaca panas, sistem kulit akan merespon dengan


mengeluarkan peluh melalui kelenjar keringat pada epidermis kulit
untuk mencegah suhu darahnya meningkat, pembuluh darah akan
mengembang untuk mengeluarkan panas ke sekitarnya, hal ini juga
menyebabkan kulit berwarna merah.
 Apabila kadar glukosa dalam darah telah habis atau berkurang dari
jumlah tertentu, hati akan dirangsang oleh insulin untuk
mengubah glikogen menjadi glukosa supaya dapat digunakan sebagai
tenaga untuk kontraksi otot.

2. Metabolisme

Metabolisme (bahasa Yunani: metabolismos, perubahan) adalah


semua reaksi kimia yang terjadi di dalam organisme, termasuk yang
terjadi di tingkat selular. Secara umum, metabolisme memiliki dua arah
lintasan reaksi kimia organik,

10
 Katabolisme, yaitu reaksi yang mengurai molekulsenyawa organik
untuk mendapatkan energi
 Anabolisme, yaitu reaksi yang merangkai senyawa organik dari
molekul-molekul tertentu, untuk diserap oleh sel tubuh

Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk


dapat bertahan hidup.Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu
senyawa yang disebut sebagai hormon, dan dipercepat (dikatalisis) oleh
enzim.Pada senyawa organik, penentu arah reaksi kimia
disebut promoter dan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.

Katabolisme, Jalur katabolisme yang menguraikan molekul kompleks


menjadi senyawa sederhana mencakup:

 Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan energi (dalam


bentuk ATP dan NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar
(karbohidrat, lemak, danprotein). Jalur-jalur metabolisme respirasi sel
juga terlibat dalam pencernaan makanan.
o Katabolisme karbohidrat
 Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa.
 Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa
membutuhkan oksigen.
 Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa.
o Katabolisme protein, hidrolisis protein menjadi asam amino.
 Respirasi aerobik
o Transpor elektron
o Fosforilasi oksidatif
 Respirasi anaerobik,
o Daur Cori
o Fermentasi asam laktat
o Fermentasi
o Fermentasi etanol

Anabolisme, Jalur anabolisme yang membentuk senyawa-senyawa dari

11
prekursor sederhana mencakup:

 Glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa.


 Glukoneogenesis, pembentukan glukosa dari senyawa organik lain.
 Jalur sintesis porfirin
 Jalur HMG-CoA reduktase, mengawali
pembentukan kolesterol dan isoprenoid.
 Metabolisme sekunder, jalur-jalur metabolisme yang tidak esensial
bagi pertumbuhan, perkembangan, maupun reproduksi, namun
biasanya berfungsi secaraekologis, misalnya
pembentukan alkaloid dan terpenoid.
 Fotosintesis
 Siklus Calvin dan fiksasi karbon

3. Integrasi
Kinerja sel, jaringan dan organ tubuh terjadi secara
terintegrasi.Tubuh hewan memperlihatkan integrasi fungsional dan
struktural.Tubuh hewan mengandung jutaan sel dimana masing-masing
sel tersebut merupakan struktur yang hidup.Karena fungsi organ-organ
dilaksanakan oleh sel-sel yang membangunnya, maka fungsi keseluruhan
daripada tubuh hewan sebenarnya merupakan fungsi daripada jutaan sel-
sel tersebut. Sebuah sel dapat berbeda dengan sel lainnya dalam bentuk,
ukuran, maupun komposisi kimiawi dan fungsinya, namun sejumlah
struktur(organel) yang terkandung didalamnya sama pada kebanyakan sel.
Dengan menggunakan sebuah mikroskop elektron dapat dilihat bahwa sel
mempunyai banyak bentuk-bentuk struktur lainnya kecuali membran
pembatas, sitoplasma dan inti. Struktur sel meliputi:
1. Membran sel
2. Hubungan inter sel
3. Mitokondria
4. Ribosom
5. Retikulum Endoplasma
6. Lisosom

12
7. Mikrotubul
8. Inti sel (Nukleus)
9. Kompleks Golgi

D. Konsep Dasar dalam Fisiologi


Konsep dasar yang di maksud meliputi konsep tentang lingkungan
internal, cairan tubuh, homeostasis, regulasi, dan adaptasi. Setiap sistem
hidup (pada semua tingkatan) selalu bereaksi dengan perubahan-
perubahan yang terjadi pada lingkungannya, juga mengatur dan
mengontrol reaksi yang ditimbulkannya.
Pada tahun 1879, seorang ahli fisiologi asal Prancis bernama Claude
Bernard mengusulkan suatu syarat penting bagi hewan yang ingin dapat
bertahan hidup di lingkungannya, yakni bahwa hewan harus
mempertahankan stabilitas pada lingkungan internal atau cairan tubuhnya.
Pada tahun 1855, Bernard mengemukakan bahwa penyebab terjadinya
berbagai reaksi yang menstabilkan lingkungan internal ialah adanya
senyawa khusus, yang dihasilkan oleh semua organ dan dikeluarkan ke
cairan jaringan. Pernyataan tersebut menjadi pelopor munculnya gagasan
mengenai hormon dan regulasi/pemgaturan kimia.
Pada tahun 1929, W.B. Cannon, seorang ahli fisiologi asal Amerika,
mengembangkan gagasan Bernard dan memperkenalkannya dengan
istilah homeostatis. Homeostatis ialah keadaan lingkungan internal yang
konstan dan mekanisme yang bertanggung jawab atas keadaan konstan
tersebut. Lingkungan internal ialah cairan dalam tubuh hewan yang
merupakan tempat hidup bagi sel penyusun tubuh. Cairan tubuh hewan
meliputi darah, cairan interstisial, cairan selomik, dan cairan lain yang
terdapat dalam tubuh.
Untuk dapat bertahan hidup, hewan harus menjaga stabilitas
lingkungan internalnya, antara lain keasaman atau pH, suhu tubuh, kadar
garam, kandungan air, dan kandungan nutrien atau zat gizi. Mamalia dan
aves memiliki kemampuan mengatur berbagai faktor tersebut dengan
sangat tepat. Oleh karena itu, aves dan mamalia disebut regulator.

13
Sebagai mamalia, tubuh kita pun melakukan berbagai pengaturan
agar kondisi dalam tubuh tetap terjaga. Manusia dikatakan melakukan
regulasi suhu tubuh atau termoregulasi di buktikan pada saat tubuh
normal, pada cuaca sangat panas tubuh berkeringat. Sebaliknya, apabila
udara sangat dingin tubuh akan kedinginan dan bahkan menggigil.
Kebanyakan hewan, selain aves dan mamalia, tidak mampu
mempertahankan keadaan lingkungan internal yang selalu tepat. Hewan
yang lingkungan internalnya berubah seiring dengan perubahan lingkungan
eksternal dinamakan golongan konformer. Proses timbulnya perubahan
dalam tubuh hewan yang membuat hewan tersebut dapat bertahan ketika
lingkungan eksternalnya berubah dsebut adaptasi.
Adaptasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni aklimasi dan
aklimatisasi. Aklimasi adalah perubahan adaptif yang terjadi pada hewan
dalam kondisi laboratorium yang terkendali. Dalam keadaan demikian,
biasanya hanya satu atau dua faktor lingkungan yang berubah. Hal
demikian sangat jarang terjadi dalam kondisi alamiah. Dalam lingkungan
alamiah, perubahan faktor lingkungan biasanya bersifat kompleks.
Perubahan kompleks dalam tubuh, yang terjadi pada kondisi alamiah dan
berkaitan dengan adanya perubahan banyak faktor lingkungan eksternal,
dinamakan aklimatisasi.

14
BAB III
Makanan Dan Sistem Pencernaan

A. Pencernaan Makanan Intraseluler dan Ekstraseluler


Pencernaan intraseluler mengacu pada bentuk pencernaan
di mana pemecahan bahan menjadi komponen-komponen kecil
terjadi di dalam sel. Enzim hidrolitik yang disimpan dalam lisosom
bertanggung jawab untuk pencernaan kimia partikel makanan.
Pencernaan intraseluler dapat dikategorikan menjadi dua jenis
sebagai pencernaan heterofagi dan pencernaan autofagi.
a. Pencernaan Heterofagi
Pencernaan heterofagi adalah pemecahan molekul yang
dibawa ke dalam sel oleh endositosis. Degradasi makanan dicerna
selama pencernaan intraseluler terjadi dalam proses yang dikenal
sebagai fagotrophy. Vesikel endositik atau vakuola makanan
menyatu dengan lisosom dan pencernaan kimia terjadi di dalam
vakuola makanan. Nutrisi menyebar ke sitoplasma melalui dinding
vesikel. Bahan yang tidak dapat dicerna dikeluarkan melalui
eksositosis.
b. Pencernaan Autofagi
Pencernaan autofagi terjadi di dalam sel untuk mencerna
molekul internal dan organel. Autofagi mempertahankan sumber
energi di dalam sel dengan mendaur ulang protein, agregat, dan
organel yang rusak di dalam sel. Produk akhir dari degradasi dapat
digunakan sebagai blok bangunan untuk penggantian komponen
seluler yang habis. Dengan demikian, autofagi mempromosikan
kelangsungan hidup sel selama stres dengan menyeimbangkan
tingkat energi sel. Ini memungkinkan pembersihan komponen yang
tidak diinginkan dari sel juga. Oleh karena itu, autofagi adalah pro-
survival dan mampu menjalani stres seluler seperti kekurangan

15
nutrisi. Tapi, autofagi memungkinkan sel mati dengan
menghancurkan organel yang aktif di dalamnya seperti mitokondria.

Pencernaan ekstraseluler mengacu pada bentuk pencernaan


di mana pemecahan bahan menjadi komponen yang lebih kecil
terjadi di luar sel. Dengan demikian, enzim hidrolitik disekresikan
pada bahan makanan melalui membran sel. Pada hewan,
pencernaan ekstraseluler terjadi di dalam lumen saluran
pencernaan.
Saluran pencernaan hewan dibedakan menjadi daerah yang
berbeda seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus
besar, dan anus. Daerah yang berbeda memiliki fungsi yang
berbeda selama pencernaan makanan. Daerah awal terlibat dalam
pencernaan makanan secara mekanis sementara daerah terakhir
terlibat dalam pencernaan kimia serta penyerapan nutrisi. Kelenjar
ludah, lambung, pankreas, dan usus mensekresikan enzim
pencernaan ke lumen.
Namun, pada jamur, enzim hidrolitik disekresikan pada bahan
organik yang membusuk. Nutrisi sederhana yang dicerna diserap
melalui dinding sel. Karena pencernaan makanan tidak terjadi di
dalam sel pada jamur, jenis pencernaan ini dianggap sebagai
ekstraseluler. Bakteri juga mengalami pencernaan ekstraseluler
sama seperti jamur. Dengan demikian, baik jamur dan bakteri
disebut sebagai dekomposer, memiliki peran penting dalam daur
ulang nutrisi dalam ekosistem.

Persamaan Antara Pencernaan Intraseluler dan Ekstraseluler


 Pencernaan intraseluler dan ekstraseluler adalah dua jenis
mekanisme yang terlibat dalam pencernaan makanan.

 Enzim terlibat dalam pencernaan pencernaan intraseluler dan

16
ekstraseluler.

 Kedua pencernaan intraseluler dan ekstraseluler memecah


senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.

 Pencernaan intraseluler dan ekstraseluler memfasilitasi penyerapan


nutris

Perbedaan Antara Pencernaan Intraseluler dan Ekstraseluler


 Definisi
 Pencernaan Intraseluler: Pencernaan intraseluler mengacu pada
bentuk pencernaan di mana pemecahan bahan menjadi komponen
kecil terjadi di dalam sel.

 Pencernaan Ekstraseluler: Pencernaan ekstraseluler mengacu pada


suatu bentuk pencernaan di mana pemecahan bahan menjadi
komponen yang lebih kecil terjadi di luar sel.

 Tempat Kejadian
 Pencernaan Intraseluler: Pencernaan intraseluler terjadi di vakuola
makanan di dalam sel.

 Pencernaan Ekstraseluler: Pencernaan ekstraseluler terjadi di luar


sel di lumen saluran pencernaan atau pada bahan organik yang
membusuk.
 Proses menelan
 Pencernaan Intraseluler: Penelanan terjadi melalui vesikel fagositik
pada pencernaan intraseluler.

 Pencernaan Ekstraseluler: Tertelan terjadi melalui mulut dalam


pencernaan ekstraseluler.

 Mekanisme
 Pencernaan Intraseluler: Enzim-enzim pencernaan di lisosom
disekresikan ke dalam vakuola makanan dalam pencernaan
intraseluler.

17
 Pencernaan Ekstraseluler: Kelenjar saluran pencernaan
mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam lumen dalam
pencernaan ekstraseluler. Jamur mengeluarkan enzim pencernaan
pada bahan organik yang membusuk.

 Jenis Pencernaan
 Pencernaan Intraseluler: Hanya pencernaan kimia makanan yang
terjadi selama pencernaan intraseluler.

 Pencernaan Ekstraseluler: Baik pencernaan mekanis dan


pencernaan kimia terjadi pada pencernaan ekstraseluler pada
hewan.

 Metode Penyerapan
 Pencernaan Intraseluler: Nutrisi menyebar ke sitoplasma melalui
membran vakuola dalam pencernaan intraseluler.
 Pencernaan Ekstraseluler: Nutrisi diserap ke dalam darah melalui
epitel usus pada pencernaan ekstraseluler pada hewan. Dalam
jamur, nutrisi diserap melalui dinding sel.
 Ekskresi Bahan yang Tidak Dicerna
 Pencernaan Intraseluler: Bahan yang tidak dapat dicerna
dikeluarkan melalui eksositosis dalam pencernaan intraseluler.
 Pencernaan Ekstraseluler: Bahan yang tidak dapat dicerna
dikeluarkan melalui anus dalam pencernaan ekstraseluler
 Kompleksitas
 Pencernaan Intraseluler: Pencernaan intraseluler adalah
mekanisme pencernaan yang sederhana.
 Pencernaan Ekstraseluler: Pencernaan ekstraseluler adalah
mekanisme pencernaan yang rumit.
 Komponen
 Pencernaan Intraseluler: Vesikel terlibat dalam pencernaan
intraseluler.
 Pencernaan Ekstraseluler: Organ dan kelenjar terlibat dalam
pencernaan ekstraseluler.

18
Contoh
 Pencernaan Intraseluler: Pencernaan intraseluler terjadi pada
protozoa.

 Pencernaan ekstraseluler: Pencernaan ekstraseluler terjadi pada


bakteri, jamur dan pada hewan dengan saluran pencernaan.

B. Katalis
Katalis adalah zat yang ketika ditambahkan ke reaksi kimia,
mengurangi energi aktivitas dan meningkatkan laju reaksi.
Di mana pada saat kita mengunyah nasi (amilum), maka
dalam mulutterjadi suatu reaksi kimia, yaitu pemecahan ikatan-
ikatan pada amilum dengan bantuan enzim, dalam hal ini adalah
enzim amilase yang terdapat dalam saliva(air liur).
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat
dalam sel hidup. Sekarang, kira-kira lebih dari 2000 enzim telah

19
teridentifikasi, yangmasing-masing berfungsi sebagai katalisator
reaksi kimia dalam sistem hidup.Enzim Amilase adalah suatu
komponen yang sangat penting saat proses pencernaan makanan.
Tanpa adanya enzim ini karbohidrat yang kita konsumsitidak akan
bisa berubah menjadi gula yang nanti pada akhirnya diubah
menjadiATP yang sangat penting dalam metabolisme makhluk
hidup. Selain berperandalam proses pencernaan amilase juga
memiliki banyak peranan pentinglainnya baik yang bisa
dimanfaatkan dalam bidang industri, kesehatan maupununtuk
pembuatan makanan.
Enzim berasal dari kata in + zyme yang berartisesuatu
didalam ragi.Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan
bahwaenzim adalah suatu protein yang berupa molekul – molekul
besar, yang beratmolekulnya adalah ribuan. Sebagai contoh adalah
enzim katalase beratmolekulnya 248.000 sedang enzim urease
beratnya adalah 438.000.Pada enzimterdapat bagian protein yang
tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim,sedangkan
bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi
namagugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga,
seng atau suatu bahan senyawa organic yang mengandung
logam.Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu
kesatuanyang disebut holoenzim, tetapi ada juga bagian enzim
yang apoenzim dan gugus prospetiknya tidak menyatu.
Contohkoenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya:
vitamin B1, B2, B6,niasin dan biotin).
Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup
dan berperansebagai katalisator pada reaksi kimia yang
berlangsung dalam organisme.Katalisator adalah substansi yang
mempercepat reaksi tetapi pada hasil reaksi,substansi tersebut
tidak berubah. Enzim mempunyai ciri dimana kerjanyadipengaruhi
oleh lingkungan. Salah satu lingkungan yang berpengaruhterhadap
kerja enzim adalah pH. pH optimal enzim adalah sekitar pH 7

20
(netral)dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis
enzim mengalami inaktivasi.
Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah
amilase.Amilase dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang
merombak pati,glikogen, dan polisakarida yang lain. Tumbuhan
mengandung α dan ß amilase;hewan memiliki hanya α amilase,
dijumpai dalam cairan pankreas dan juga(pada manusia dan
beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai
polisakarida yang panjang, menghasilkan campuran glukosa
danmaltosa. Amilosa merupakan polisakarida yang terdiri dari 100-
1000 molekulglukosa yang saling berikatan membentuk rantai lurus.
Dalam air, amilosabereaksi dengan iodine memberikan warna biru
yang khas. Pada manusia, αamilase pada ludah dan pankreas
berguna dalam hidrolisis pati yangterkandung dalam makanan ke
dalam bentuk aligosakarida, di mana dalam perubahan tersebut
dapat dihidrolisis oleh disakarida atau trisakarida dalamjumlah kecil.
Contohnya, α amilase pada mamalia memiliki pH optimum 6-7,
bergantung pada ada atau tidaknya ion halogen.
Sumber enzim Amilase (alfa, beta dan glukoamilase)
merupakan enzimyang penting dalam bidang pangan dan
bioteknologi. Amilase dapat diperolehdari berbagai sumber seperti
tanaman, binatang dan mikroorganisme. saat inisejumlah enzim
amilase telah diproduksi secara komersial. Penggunaanmikrobia
dianggap lebih prosepektif karena mudah tumbuh,
cepatmenghasilkan dan kondisi lingkungan dapat dikendalikan.
Produksi enzim amilase dapat menggunakan
berbagai sumber karbon.Contoh-contoh sumber karbon yang
mudah adalah sekam, molase, tepung jagung, jagung, limbah
tapioka dan sebagainya. Jika digunakan limbah sebagaisubstrat,
maka limbah tadi dapat diperkaya nutrisinya untuk mengoptimalkan
produksi enzim. Sumber karbon yang dapat digunakan sebagai
suplemen antaralaian: pati, sukrosa, laktosa, maltosa, dekstyrosa,

21
fruktosa, dan glukosa.Sumber nitrogen sebagai suplemen antara
lain: pepton, tripton, ekstrak daging,ekstrak khamir, amonium sulfat,
tepung kedelai, urea dan natrium nitrat.Sumber enzim kasar dapat
diukur aktivitas enzimnya denngan caracampur enzim dengan
larutan soluble starch 1% dalam bufer sodium asetat 0,1M (pH 6,0)
pada suhu 50˚ C selama 5 menit. Ukur glukosa yang dihasilkan.Satu
unit aktivitas dijabarkan sebagai jumlah enzim yang memberikan 1
mgglukosa per menit pada 50˚ C.

Beberapa enzim penting yang berasal dari hewan:


1) Katalase - Hati - Hidrolisis peroksida
2) Kemotripsin - Pankreas- Hidrolisis protein
3) Lipase - Pankreas - hidrolisis lemak
4) Tripsin - Pankreas - Hidrolisis protein.

22
Mikroba merupakan sumber penting dari beberapa jenis
enzim. Sebagaisumber enzim, mikroba memiliki beberapa kelebihan
jika dibandingkandengan hewan maupun tanaman, yaitu:
1. Produksi enzim pada mikroba lebih murah, kandungan enzim
dapatdiprediksi dan dikontrol, pasokan bahan baku terjamin,
dengan komposisikonstan dan mudah dikelola.
2. Jaringan tanaman maupun hewan mengandung bahan yang
kemungkinan berbahaya seperti senyawa fenolik (pada tanaman),
inhibitor enzim dan protase.
3. Selain itu, enzim mikroba ada yang disekresikan ke luar sel
sehinggamemudahkan proses isolasi dan pemurniannya.
 Phytase
Phospor merupakan unsur esensial untuk semua hewan,
karenadiperlukan untuk mineralisasi tulang, imunitas, fertilitas dan
juga pertumbuhan. Swine dan Unggas hanya dapat mencerna
Phospor dalam bentuk asam pitat yang terdapat dalam sayur
sekitar 30-40 %. Phospor yang tidak dapat dicerna akan keluar
bersama kotoran (feces) dan menimbulkan pencemaran.Enzim
pytase dapat memecah asam pytat, maka penambahan
enzimtersebut pada pakan ternak akan membebaskan lebih banyak
phospor yangdigunakan oleh hewan.Enzime phytase banyak dikenal
dapat menghilangkan pengaruh antinutrisi asam phitat.
Penggunaan enzime phytase dalam pakan akanmengurangi
keharusan penambahan sumber-sumber fosfor
anorganikmengingat fosfor asal bahan baku tumbuhan terikat
dalam asam phitat yangmengurangi ketersediaannya dalam pakan.
 Amilase
Merupakan enzim pemecah pati. Penambahan enzim
amilase padamakanan ayam atau ternak lainnya dapat membantu
mencerna pati lebih cepatdi intestin yang kecil dan pada gilirannya
dapat memperbaiki kecepatan pertumbuhan karena adanya
peningkatan pengambilan nutrisi.

23
 Protease
Penambahan protease dapat membantu menetralkan
pengaruh negatife dari faktor anti-nutrisi berprotein dan juga dapat
memecah simpanan protein yang besar menjadi molekul yang kecil
dan dapat diserap. Berbagai bahan mentah yang digunakan sebagai
bahan pakan ternakmengandung protein. Terdapat variasi kualitas
dan kandungan protein yangcukup besar dari bahan mentah yang
berbeda. Dari sumber bahan protein primer seperti kedelai,
beberapa faktor anti nutrisi seperti lectins dan trypsininhibitor dapat
memicu kerusakan pada permukaan penyerapan,
karenaketidaksempurnaan proses pencernaan. Selain itu belum
berkembangnyasistem pencernaan pada hewan muda
menyebabkan tidak mampumenggunakan simpanan protein yang
besar di dalam kedelai (glycin dan ß-conglycinin).
 Xylanase dan ß-glucanase
Merupakan enzim pemecah serat.Untuk memecah serat,
enzim-enzim Xylanase dan ß-glucanase dapat menurunkan tingkat
variasi nilai nutrisi padaransum dan dapat memberikan perbaikan
dari pakan ternak sekaligus konsistensi responnya pada hewan
ternak.

C. Pola Sistem Pencernaan Pada Vertebrata


a). Sistem Pencernaan Amfibi

Sistem pencernaan makanan pada amfibi hampir sama dengan

24
ikan, diawali oleh cavum oris. Pada beberapa bagian dari tractus
digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang
berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi dengan
air liur.
Sistem pencernaan amfibi meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak
berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran
pencernaan pada katak meliputi:
a. Rongga mulut. Gigi tumbuh pada rahang atas dan langit-langit.
Gigi yang tumbuh di langit-langit disebut gigi vomer. Setiap kali
tanggal, akan tumbuh gigi baru sebagai ganti. Lidah pada katak
bercabang dua dan berfungsi sebagai alat penangkap mangsa.
Jika ada serangga, katak menjulurkan lidahnya dan serangga itu
akan melekat pada lidah yang berlendir. Katak tidak begitu banyak
mempunyai kelenjar ludah dari cavum oris, makanan akan melalui
pharinx.
b. Esophagus. Berupa saluran pendek (kerongkongan). Esophagus
yang menghasilkan sekresi alkalin (basis) dan mendorong
makanan masuk ke dalam ventriculus yang berfungsi sebagai
gudang pencernaan.
c. Ventrikulus (lambung). Berbentuk kantung yang bila terisi
makanan menjadi lebar. Bagian muka ventriculus yang besar di
sebut cardiac, sedang bagian posterior mengecil dan berakhir
dengan pyloris.
Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan
menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang
mengandung enzim atau fermen, yang merupakan katalisator. Iap-
tiap enzim merubah sekelompok zat makanan menjadi ikatan-
ikatan yang lebih sederhana. Enzim yang dihasilkan oleh
ventriculus dan intestinum terdiri atas : pepsin, tripsin, eripsin dan
protein. Disamping itu ventriculus menghasilkan asam klorida
untuk mengasamkan makanan. Gerakan yang menyebabkan

25
makanan berjalan dalam saluran disebut gerak
peristaliis. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus. Di
dalam lambung makanan dicerna kemudian masuk ke usus
halus.
d. Intestinum (usus). Dinding usus mengandung kapiler darah dan di
sisi sari-sari makanan diserap. Dapat dibedakan atas usus
halus dan usus tebal (besar). Usus halus meliputi: duodenum,
jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Dinding
usus halus mengandung kapiler darah yang berfungsi untuk
menyerap sari-sari makanan. Beberapa penyerapan zat makanan
terjadi di ventriculus tapi terutama terjadi di intestinum. Makanan
masuk ke dalam instestinum dari ventriculus melalui klep pyloris.
e. Usus tebal (besar). Berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan
f. Kloaka. Merupakan muara bersama antara saluran pencernaan
makanan, saluran reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amfibi terdiri atas kelenjar ludah hati dan
pancreas yang memberikan sekresinya pada intestinum, kecuali
intestinum menghasilkan sekresi sendiri. Hati berwarna merah kecoklatan,
terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati
berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu
yang berwarna kehijauan. Hepar/ hati yang besar terdiri atas beberapa
lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara
dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum
melalui ductus cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang
merupakan saluran gabungan dengan saluran pancreas.
Fungsi bilus untuk menghasilkan zat lemak. Pankreas berwarna
kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari
(duodenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang
bermuara pada duodenum.

b). Sistem Pencernaan Reptil

26
Sistem pencernaan pada reptie terdiri atas saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Reptile pada umumnya terdiri atas saluran
pencernaan dan kelnejar pencernaan. Pada umumnya reptil adalah
karnivora (pemakan daging). Saluran pencernaannya terdiri dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Dan kelenjar pencernaannya
terdiri atas kelenjar ludah, pancreas dan hati.

1. Rongga Mulut.
Mulut yang dapat terbuka lebar memiliki dentes (gigi-gigi) yang
berfungsi untuk keperluan ofensif dan mempertahankan serta mengunyah
mangsanya. Barisan gigi itu dapat dibedakan atas dua deretan. Deretan
gigi yang conisch (bentuk kerucut) menempel pada rahang, dan gigi
pleurodont, bengkok ke arah cavum oris. Pada palatum (langit-langit)
terdapat deretan gigi halus yang disebut dentes palatine.
Rongga mulut Disokong oleh rahang atas dan rahang bawah. Dan
khusus pada ular berbisa akan tumbuh gigi yang dapat menghasilkan
racun yang terdapat pada rongga mulut. Pada buaya giginya bisa
mnegalami 50 kali pergantian. Pada umumnya reptil tidak mengunyah
makanannya jadi giginya berfungsi sebagai penangkap mangsa. Pada
rongga mulut terdapat lidah yang pipih dan melekat pada tulang lidah
dengan ujung bercabang dua atau bersifat bipida yang terletak di dasar
cavum oris.
Pada reptile yang masih hidup di air misalnya buaya bagian
belakang dari lingua terdapat satu lipatan transversal. Bagian ini bila

27
ditekan akan menutup sehingga cavum oris terpisah dengan pharynx, oleh
karena itu walaupun hewan itu membuka mulut pada waktu berada di air,
paru-parunya tidak akan dimasuki air. Pada reptilia pemakan insekta
memiliki lidah yang dapatdijulurkan, sedangkan pada buaya dan kura-kura
lidahnya relative kecil dan tidak dapat dijulurkan. Lidah ular berbentuk
pembuluh yang terbungkus oleh selaputdan terletak di bagian rahang
bawah. Memiliki kelenjar mukoid yang sekretnya berfungsi agar rongga
mulut tetap basah dan dapat dengan mudah menelanmangsanya.Pada
ular Kelenjar labia bermodifikasi menjadi kelenjar poison yang bermuara di
kantung yang terletak di daerah gigi taring dan dikeluarkan melalui gigi
tersebut.
2. Kerongkongan (esophagus)
Merupakan saluran di belakang rongga mulut yang menyalurkan
makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak terjadi
proses pencernaan
3. Lambung (ventrikulus)
Lambung (ventrikulus) yang terdiri atas bagian yang agak bulat
yaitu fundus dan agak kecil yatu piloris. Lambung merupakan tempat
penampungan makanan dan pencernaan makanan berupa saluran
pencernaan yang membesar di belakang esophagus. Disini makanan baru
mengalami proses pencernaan. Pada bagian fundus pylorus makanan
dicerna secara mekanik dan kimia. Intestinum terdiri dari usus halus dan
usus tebal yang bermuara pada anus. Dalam usus halus terjadi proses
penyerapan dan sisanya menuju ke rectum, kemudian diteruskan ke
kloaka untuk dibuang. Ukuran usus disesuaikan dengan bentuk tubuhnya.
Kloaka merupakan saluran umum untuk pencernaan, ekskresi dan
reproduksi.
Kelenjar pencernaan, terdiri atas hati dan pancreas. Empedu yang
dihasilkan oleh hati ditampung di dalam kantong yang disebut vesica
fellea. Hati tediri dari dua lobus yaitu sinister dan dexter yang berwarna
coklat kemerahan. Kantong empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati.
Pancreas pada reptile terletak diantara lambung dan duodenum. Pancreas

28
berbentuk pipih dan berwarna kekuning-kuningan.

c). Sistem Pencernaan Aves

Sistematis pencernaan makanan pada burung :


Mulut / paruh → Kerongkongan → Tembolok → Lambung kelenjar →
Lambung pengunyah → Hati → Pankreas → Usus halus → Usus besar →
Usus buntu → Poros usus (rectum) → Kloaka.
Fungsi Organ Pencernaan Pada Aves:
o Paruh: Mengambil makanan.
o Kerongkongan: Saluran makanan menuju tembolok
o Tembolok: Menyimpan makanan sementara.
o Lambung kelenjar: Mencerna makanan secara kimiawi.
o Lambung pengunyah: Menghancurkan makanan.
o Hati: Membantu mancerna makanan secara mekanis.
o Pankreas: Menghasilkan enzim.
o Usus halus: Tempat pencernaan sari makanan yang diserap
oleh kapiler darah pada dinding usus halus.
o Usus besar: Saluran sisa makan ke rectum.
o Usus buntu: Memperluas daerah penyerapan sari makanan.
o Poros usus: Tempat penyimpan sisa makanan sementara.
o Kloaka : Muara 3 (tiga) saluran,yaitu :
- Pencernaan usus.
- Saluran uretra dari ginjal
- Saluran kelamin

29
Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk
mengambil makanan. Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk
kedalam rongga mulut lalu menuju kerongkongan. Bagian bawah
kerongkongan membesar berupa kantong yang disebut
tembolok.Kemudian masuk ke lambung kelenjar. Disebut lambung
kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan
getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi.
Kemudian makan masuk menuju lambung pengunyah. Disebut lambung
pengunyah karena dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna
untuk menghancurkan makanan.
Di dalam hati, empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk
membantu mencerna makanan secara mekanis. Kemudian, makanan
masuk menuju usus halus. Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan
empedu dialirkan ke dalam usus halus. Hasil pencernaan berupa sari-sari
makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus. Burung
mempunyai dua usus buntu yang terletak antara lambung dan usus. Usus
buntu berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan. Sisa
makanan didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus (rektum)
dan akhirnya dikeluarkan melalui kloaka.

d). Sistem Pencernaan Pisces

1. Mulut
Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu

30
bibir tidak berkembang dan malahan hilang secara total karena digantikan
oleh paruh atau rahang (ikan famili scaridae, diodotidae, tetraodontidae).
Pada ikan belanak atau tambakan, bibir berkembang dengan baik dan
menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan. Keberadaan bibir berkaitan
erat dengan cara mendapatkan makanan. Di sekitar bibir pada ikan
tertentu terdapat sungut, yang berperan sebagai alat peraba. Mulut
terletak di ujung hidung dan juga terletak di atas hidung.
2. Rongga mulut
Di bagian belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut.
Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara
anatomis organ yang terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan
organ palatin. Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan sel
permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat
sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah masuknya
makanan. Disamping mukosit, di bagian mulut juga terdapat organ
pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi makanan.
3. Faring
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih
ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
4. Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa,
mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut,
esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif
menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun
ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air
oleh usus belakang dan rectum (proses osmoregulasi).
5. Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif
lebih besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain.
Besarnya ukuran lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai
penampung makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel
mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi

31
sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Sebagai
penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi. Pada ikan-
ikan herbivora terdapat gizard (lambung khusus) berfungsi untuk
menggerus makanan (pencernaan secara fisik). Pilorus merupakan
segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat
mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.
6. Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan.
Intestinum berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat
terjadinya proses penyerapan zat makanan
7. Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung.
Secara anatomis sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum.
Namun secara histologis batas antara kedua segmen tersebut dapat
dibedakan dengan adanya katup rektum.
8. Kloaka
Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan
saluran urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan
ikan bertulang rawan memiliki organ tersebut.
9. Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan
bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan
yang bentuk tubuhnya memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala
bedekatan dengan pangkal ekor. Sedangkan ikan yang tubuhnya
membundar, posisi anus terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati
sirip dada.
o Kelenjar Pencernaan
Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim
pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses
penghancuran makanan. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh ikan
buas juga berbeda dengan ikan vegetaris. Ikan buas pada umumnya
menghasilkan enzim-enzim pemecah protein, sedangkan ikan vegetaris

32
menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat. Kelenjar pencernaan
terdiri dari hati dan pankreas. Disamping itu, saluran pencernaannya
(lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.
Hati meupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk
proses pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang
kompak, berwarna merah kecokelatan. Posisi hati terletak pada rongga
tubuh bagian bawah, di belakang jantung dan disekitar usus depan. Di
sekitar hati terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau
memanjang dan berwarna hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung
empedu yang fungsinya untuk menampung cairan empedu yang
disekresikan oleh organ hati. Secara umum hati berfungsi sebagi tempat
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta tempat memproduksi
cairan empedu.
Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim)
yang berperan dalam proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk
kompak dan ada yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak penkreas
berdekatan dengan usus depan sebab saluran pankreatik bermuara ke
usus depan. Saluran pankreatik yaitu saluran-saluran kecil yang bergabung
satu sama lain dan pada akhirnya akan terbentuk saluran yang keluar dari
pankreas menuju usus depan.
o Proses Pencernaan
Sebelum makanan di sambar dan ditelan, terlebih dahulu telah
menimbulkan rangsangan berupa nafsu untuk makan. Nafsu untuk makan
ini dapat dirangsang melalui penglihatan, bau dan rabaan. Begitu ada
nafsu untuk makan, maka alat-alat pencernaanya segera bersiap-siap
untuk menerima makanan dan selanjutnya mencernakannya.
Setelah makanan digigit, untuk menelannya diperlukan bahan
pelicin yaitu air liur. Selain sebagai pelicin, air liur juga mengandung enzim
ptialin yang merupakan enzim pemecah karbohidrat menjadi maltosa yang
kemudian dilanjutkan menjadi glukosa. Tapi karena ikan tidak mengunyah
makanan, padahal pemecahan karbohidrat membutuhkan waktu yang
lama, maka ptialinnya baru dapat bekerja aktif setelah makanan sampai di

33
lambung. Selain mengandung enzim ptialin, air liur juga mengandung
senyawa penyangga derajat keasaman (bufer) yang berguna untuk
memecah terjadinya penurunan pH agar proses pencernaan dapat berjalan
normal.
Apabila makanan telah masuk ke dalam saluran pencernaan, maka
dinding saluran pencernaannya akan terangsang untuk menghasilkan
hormon gastrin. Hormon ini akan memacu pengeluaran asam klorida (HCL)
dan pepsinogen. HCL akan mengubah pepsinogen menjadi pepsin yang
merupakan enzim pencernaan aktif, yaitu sebagai pemecah protein
menjadi pepton (polipeptida). Apabila makanannya banyak mengandung
lemak, maka akan dihasilkan juga hormon entergastron.
Di dalam usus, makanan itu sendiri akan merangsang keluarnya
hormon kolsistokinin. Hormon ini kemudian akan memacu keluarnyagetah
empedu dari hati. Getah empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah
merah yang telah rusak di dalam hati. Pengeluaran getah empedu tersebut
melalui pembuluh hepatikus yang kemudian ditampung di dalam kantong
empedu. Fungsi getah empedu tersebut adalah memeperhalus butiran-
butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air dan diserap
oleh usus.
Dinding usus juga mengeluarkan hormon sekretin dan pankreozinin.
Sekretin akan memacu pengeluaran getah empedu dan pankreas. Getah
penkreas ini mengandung enzim amilase, lipase dan protase. Sedangkan
hormon pankreozinin menyebabkan rangsangan untuk mempertinggi
produksi getah pankreas.
Enzim amilase akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Enzim
lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan
protase memecah protein menjadi asam amino.
Ketiga enzim tersebut dapat mencapai puncak keaktifan apabila
kadar protein dalam makanan antara 40-60%. Apabila kadar proteinnya
berubah maka untuk mencapai puncak keaktifan, enzim-enzim tersebut
membutuhkan waktu untuk menyseuaikan diri.

34
e). Sistem Pencernaan pada Hewan Ruminansia

Hewan memamah biak (Ruminantia) adalah sekumpulan hewan


pemakan tumbuhan yang mencerna makanannya dalam dua langkah:
1. Dengan menelan bahan mentah
2. Mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dan
mengunyahnya lagi.
Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang
(monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik), atau secara umum
bisa dikatakan berperut banyak.
Perbedaan antara hewan ruminansia dengan mamalia lainnya
terlihat pada susunan dan fungsi gigi serta lambung. Hal ini berkaitan
dengan jenis makanannya.
a. Gigi geraham (premolare & molare) sangat besar,kuat,
bergelombang seperti papan pencuci. Serta berfungsi untuk
menggiling dan menggilas dinding seltumbuhan yg dimakan.
b. Gigi seri berbentuk seperti kapak, berfungsi untukmenjepit dan
memotong makanan.
c. Antara gigi seri dan geraham terdapat rongga yangdisebut
diastema.

Di dalam usus terdapat kumpulan bakteri simbiosisyang dapat


melakukan peragian selulosa.Cenderung memiliki usus yang lebih
panjangdibanding mamalia lainnya, karena makanan yang melalui usus
dicerna perlahan-lahan.

35
Memiliki 4 ruangan lambung, yaitu:
1. Rumen atauperut besar (berisi bakteri dalam cairan alkali)
2. Retikulum (perut jala)
3. Omasum (perut masam)
4. Abomasum atau perut kitab (merupakan lambungyang
sesungguhnya). contoh hewan ruminansia adalah sapi, dll.

Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia:


1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan
berupa tetumbuhan seperli rumput.
2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lebar.
3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen
(fermentor), Retikulum, Omasum dan Abomasum (Lambung yang
sebenarnya sehingga terjadi pencernaan enzimatis).

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan


manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus.
Namun demikian, struktur alat pencernaan kadang-kadang berbeda antara
hewan yang satu dengan hewan yang lain.
Berdasarkan susunan giginya, terlihat bahwa sapi (hewan
memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring,
tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia

 Banyaknya gigi geraham ini sesuai dengan fungsinya untuk


mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel
tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.

 Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek.

 Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar


serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar).

 Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan

36
sekitar 5 cm.

 Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi


rongga perut.

 Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan


makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali).

 Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan


peragian.

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu


1. rumen
2. retikulum
3. omasum
4. abomasum
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan
abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat
otot sfinkter berkontraksi. Makanan dari kerongkongan akan masuk
rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang
tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi
selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis
protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan
di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang
masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Dimuntahkan kembali ke mulut
untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali
untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus
akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat
ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan
merombak selulosa menjadi asam lemak.

37
Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang
sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan
untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan
demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada
manusia. Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai
struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa.
 Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh
bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri.
 Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang
terjadi di lambung.
 Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena
proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada
sekum.
 Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni
pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh
bakteri dan protozoa tertentu.
 Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali
dimakan kembali.
 Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat
makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci.
 Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan
dengan sekum karnivora.
 Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan
proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume
makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40
meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri
dari serat (selulosa).
 Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya
berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi
juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat
digunakan sebagai sumber energi alternatif.

38
 Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar
dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja)
hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat
melepaskan gas CH4 (gas bio).
 Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan
bercampur dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar
saliva (saliva hewan ruminansia sama sekali tidak mengandung
ptyalin).
 Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan dekstrin.
 Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung.
 Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan
makanan sehingga dengan demikian bahan makanan mudah untuk
ditelan.
 Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk
membentuk asam-asam lemak terbang.
 Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein
dan nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan
vitamin B.
 Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam
sintesis mikrobial.
 Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus
halus (duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin
menjadi dekstrin sederhana dan maltosa.
 Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus
mencerna pula karbohidrat.
Enzim-enzim tersebut adalah
A. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa.
B. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
C. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Pada hewan memamah biak, lambungnya terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Rumen: bagian lambung tempat penghancuran makanan secara

39
mekanis
b. Retikulum: bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh
bakteri
c. Omasum: bagian lambung tempat pencernaan secara mekanik
d. Abomasum: bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara
kimiawi
dengan bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding
abomasum.

Jadi makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang


berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di
rumen terjadi pencernaan protein,polisakarida, dan fermentasi selulosa
oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa
tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat
ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus).
Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua
kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke
omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang
akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke
abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi
proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim

D. Pencernaan Makanan
Sistem Digestion atau sistem pencernaan adalah rangkaian organ
visceral dari kelenjar-kelenjar yang menghasilkan secret yang berfungsi
untuk pencernaan, absorbsi dan metabolisme makanan. Sistem
pencernaan ini meliputi beberapa tahapan, yaitu tahapan yang pertama
pengolahan makanan dan tahapan kedua adalah proses perombakan
makanan meenjadi molekul-molekul yang cukup kecil sehingga dapat
diserap oleh tubuh.

40
1. Sistem Pencernaan Pada Hewan
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan,
tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut
serta jenis makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan
makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan
secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki
alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.

Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata

Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan


secara intrasel, seperti pada protozoa, porifera, dan Coelenterata.
Pencernaan dilakukan dalam alat khusus berupa vakuola makanan, sel
koanosit dan rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, pada cacing parasit
seperti pada cacing pita, alat pencernaannya belum sempurna dan tidak
memiliki mulut dan anus. pencernaan dilakukan dengan cara absorbs
langsung melalui kulit.

1. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah

Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik


yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik
tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh
tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.

41
2. Sistem Pencernaan Pada Serangga Sebagaimana pada cacing
tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang sudah
sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai
anus.Pencernaan pada serangga dilakukan secara ekstrasel.

Sistem Pencernaan pada


Vertebrata

Sistem pencernaan pada


vertebrata merupakan sistem pencernaan yang sudah sempurna, dimana
sistem pencernaannya terjadi secara ekstrasel. Organ pencernaan pada
hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus digestivus) dan
kelenjar pencernaan (glandula digestoria).

42
BAB IV
Kebutuhan Makanan Untuk Hewan dan Manusia

A. Penggolongan Hewan Berdasarkan Makanan


1. Hewan Herbivora
Herbivora merupakan jenis hewan yang memanfaatkan tumbuhan
sebagai bahan makanannya. Seperti yang telah dijelaskan diatas
tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai makanan antara lain, batang, daun,
buah, umbi, akar dan bunga.Contoh herbivora pemakan rumput dan
dedaunan misalnya sapi, kuda dan kambing. Kelinci sangat menyukai jenis
umbi-umbian seperti wortel.Jenis burung ada yang tergolong ke dalam
herbivora. Burung pemakan biji-bijian seperti merpati, tekukur dan burung
gereja. Ada pula burung pemakan buah-buahan seperti burung beo dan
jalak. Biasanya burung tersebut memiliki bentuk paruh yang khas sesuai
dengan jenis makanannya.
Sapi kambing

43
2. Hewan Karnivora
Karnivora merupakan jenis hewan yang memanfaatkan hewan
lainnya (daging) biasanya untuk menangkap hewan lainnya, ciri dari
karnivora ini memiliki cakar atau taring yang tajam, pelari yang cepat,
penglihatan yang tajam dan untuk jenis burung mempunyai paruh yang
melengkung dan tajam pula. Hewan karnivora mempunyai gigi taring dan
gigi geraham yang tajam. Gigi taring yang besar. Gigi gerahamnya pun
tajam yang berguna untuk mengunyah daging dan tulang.Jenis burung
yang termasuk karnivora seperti burung elang dan burung hantu
mempunyai cakar juga kuku yang tajam dan kuat. Contoh hewan karnivora
:
Harimau

Elang

44
3. Hewan Omnivora
Omnivora merupakan jenis hewan yang memanfaatkan tumbuhan
dan hewan lainnya (daging) sebagai sumber makannanya.Hewan jenis ini
biasanya disebut dengan hewan pemakan segala. Contoh binatang
omnivor adalah
ikan mas

ayam

Penyesuaian Hewan untuk Memperoleh Makanan

45
Setiap hewan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri ini berguna
untuk memperoleh makanan. Selain itu juga untuk mempertahankan diri
dari musuhnya. Hewan membutuhkan makanan agar tetap hidup. Setiap
jenis hewan memiliki cara tersendiri dalam memperoleh makanan.
Makhluk hidup menggunakan alat-alat tubuhnya untuk memperoleh
makanan

a) Burung

Setiap jenis burung makanannya berbeda-beda. Ada yang berupa


cairan madu (nektar), biji-bijian, atau daging. Oleh karena itu, bentuk paruh
setiap jenis burung juga berbeda-beda. Burung pipit mempunyai paruh
pendek dan kuat. Bentuk paruh ini sesuai untuk memakan jenis bijibijian.
Paruh ini berfungsi menghancurkan biji tersebut. Burung elang mempunyai
paruh kuat, tajam, dan melengkung bagian ujungnya. Paruh seperti ini
sesuai untuk mencabik mangsanya. Bebek mempunyai paruh yang
berbentuk seperti sudu. Bentuk paruh seperti ini sesuai untuk mencari
makanan di tempat becek, berlumpur, atau di air. Burung pelatuk
mempunyai paruh yang panjang, kuat, dan runcing. Paruh burung pelatuk
untuk mencari serangga yang bersembunyi di kulit pohon, dalam lubang
pohon, atau pada batang pohon yang lapuk. Burung kolibri mempunyai
paruh berbentuk panjang dan runcing. Bentuk paruh seperti itu
memudahkan burung kolibri mengisap nektar. Burung pelikan mempunyai
paruh berkantong. Paruh demikian memudahkannya untuk menangkap
ikan dalam air.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa ada kesesuaian


antara bentuk paruh burung dan jenis makanannya. Selain bentuk paruh,
kaki pada berbagai burung juga mempunyai bentuk bermacam-macam.
Berbagai bentuk kaki burung merupakan salah satu bentuk penyesuaian
terhadap cara memperoleh makanan.

b) Serangga

Serangga mempunyai cara khusus untuk memperoleh makanan.

46
Misalnya, mulut kupu-kupu mempunyai alat pengisap. Oleh karena itu,
mulutnya dinamakan mulut pengisap. Kupu-kupu menggunakan mulut ini
untuk mengisap sari madu (nektar) pada bunga. Bentuk alat pengisap itu
menyerupai belalai yang dapat digulung dan dijulurkan. Nyamuk
mempunyai bentuk mulut penusuk danpengisap. Mulut ini dapat mengisap
makanan berupa darah manusia atau hewan. Mulut nyamuk berbentuk
tabung panjang dan tajam (runcing). Bentuk mulut seperti ini untuk
menusuk kulit manusia atau hewan. Jangkrik mempunyai bentukmulut
penggigit dan pengunyah. Mulut ini mempunyai gigi-gigi kecil untuk
mengunyah makanan yang berupa daun. Lalat rumah mempunyai alat
penyerap pada mulutnya. Alat penyerap ini mirip spons (gabus). Alat ini
untuk menyerap makanan terutama yang berupa cairan.

c) Unta

Unta hidup di daerah padang pasir yang kering, gersang, dan panas.
Bentuk dan susunan tubuh unta sesuai dengan keadaan alam di padang
pasir. Pada saat minum unta mampu meneguk air dalam jumlah banyak.
Air tersebut disimpan sebagai cairan tubuh. Unta memiliki punuk. Punuk
unta berisi makanan cadangan. Makanan cadangan tersebut berupa lemak.
Jika tidak memperoleh makanan, unta akan menggunakan makanan
cadangan tersebut. Dengan demikian, unta dapat tetap hidup meskipun
kekurangan makanan.

B. Makanan Sebagai Sumber Energi ( Nutrisi)


Secara sederhana nutrisi diartikan sebagai substansi makanan yang
diperlukan oleh hewan untuk keberlangsungan proses-proses fisiologis di
dalam tubuhnya. Sedangkan secara spesifik nutrisi bukan hanya meliputi
substansi makanan tetapi juga proses-proses yang dilakukan untuk
mendapatkan nutrien tersebut sekaligus pengolahannya menjadi bentuk

47
yang dapat digunakan oleh tubuh(Santoso, 2009). Makanan yang secara
nutrisi memadai harus memenuhi tiga kebutuhan; bahan bakar (energi
kimia) untuk semua kerja seluler tubuh; bahan mentah organik yang
dipakai hewan dalam biosintesis (kerangka karbon untuk membuat
banyak molekulnya sendiri); dan nutrien esensial, bahan-bahan yang tidak
dapat dibuat oleh hewan itu sendiri dari bahan mentah apapun dan dengan
demikian harus didapatkan dari makanan dalam bentuk siap pakai
(Campbell dkk, 2004).

Makronutrien adalah nutrien yang menghasilkan energi.Makronutrien


merupakan nutrien yang bersama-sama menyediakan sebagian besar
energi metabolik bagi organisme.Tiga nutrien utama dari makronutrien
adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan, mikronutrien atau
mikro mineral adalah mineral esensial yang dibutuhkan tubuh manusia
dalam jumlah yang sangat sedikit (umumnya kurang dari 100mg/hari),
kebalikan dari makro mineral yang justru dibutuhkan dalam jumlah besar
(Wikibooks Contributors, 2006).

Hewan pada umumnya dapat mensintesis sebagian besar asam


lemak yang penting untuk membangun lemak tubuh, namun terdapat
beberapa asam lemak esensial yang perlu dikonsumsi karena tidak dapat
disintesis sendiri.Contoh asam lemak esensial bagi mamalia adalah
linoleik.Sedangkan karbohidrat juga merupakan sumber energi utama bagi
hewan yang umumnya digunakan dalam bentuk monosakarida glukosa
yang terlibat sebagai bahan dasar glikolisis. Hewan akan menyimpan
kelebihan karbohidrat dalam bentuk glikogen di hepar dan otot (Santoso,
2009)
a. Karbohidrat
Glukosa adalah nutrisi yang paling mudah untuk digunakan oleh
tubuh.Glukosa adalah karbohidrat sederhana yang bersirkulasi dalam
darah dan merupakan sumber utama untuk energi otot, sistem saraf pusat,
dan merupakan satu-satunya sumber energi bagi otak.Karbohidrat terbuat

48
dari komponen organik berupa karbon, hidrogen, dan oksigen (Wikibooks
Contributors, 2006).
Terdapat tiga ukuran dari karbohidrat, dan mereka dibedakan menjadi
2 klasifikasi yaitu karbohidrat sederhana (monosakarida dan disakarida)
dan karbohidrat kompleks (polisakarida).Polisakarida adalah karbohidrat
yang paling melimpah keberadaannya di dalam tubuh bersama dengan
glikogen.
Tabel 6. Kelompok utama karbohidrat
Tipe karbohidrat Contoh
Monosakarida Glukosa (gula darah)
Fruktosa (dapat ditemukan dalam buah-buahan)
Galaktosa (dalam gula susu)
Deoksiribosa (dalam DNA)
Ribosa (dalam RNA)
Disakarida Sukrosa (gula tebu)
Laktosa (gula susu) = glukosa + galaktosa
Maltosa = glukosa + glukosa
Polisakarida Glikogen (bentuk simpanan kerbohidrat pada hewan)
Pati (bentuk simpanan karbohidrat pada tanaman;
merupakan karbohidrat utama di makanan)
Selulosa (bagian dari dinding sel tumbuhan yang tidak
bisa dicerna oleh manusia, tetapi membantu pergerakan
makanan melewati usus halus).
(Sumber: Tortora dkk, 2016)
b. Protein
Protein adalah molekul besar yang terdiri dari karbon, hidrogen,
oksigen, dan nitrogen.Beberapa protein juga terdiri dari sulfur.Dalam
keadaan normal, tubuh orang dewasa terdiri dari 12-18% protein.Struktur
protein lebih kompleks dibandingkan dengan karbohidrat dan lipid.Protein
memiliki banyak peran di dalam tubuh serta merupakan komponen
terbesar dalam jaringan tubuh.Enzim adalah protein yang berfungsi untuk
mempercepat reaksi biokimia.Protein lainnya bekerja sebagai “mesin”

49
yang mengendalikan kontraksi otot.Antibodi adalah protein yang bertugas
melawan serangan mikroba.Beberapa hormon yang meregulasi
homeostasis juga merupakan hormon (Tortora dkk, 2016).
Protein membentuk hormon, enzim, dan antibodi; bagian dari cairan
dan regulasi elektrolit, yang merupakan efek penyangga pH dan alat
pengangkut nutrien.Contohnya adalah oksigen yang membawa
hemoglobin ditemukan di sel darah merah.Tiap protein terbentuk dari
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, serta sebuah molekul inorganik,
hal yang membedakan mereka dari makronutrien lainnya.Asam amino
adalah komponen penyusun dari protein sedangkan polipeptida adalah
kelompok dari 1000 asam amino atau lebih yang terikat bersama
(Wikibooks Contributors, 2006).
Hewan juga memerlukan 20 asam amino untuk mengsintesis protein
dan sebagian besar hewan dapat mengsintesis sendiri asam amino
tersebut jika terdapat nitrogen organik dalam bahan makanan yang
dikonsumsinya.Sedangkan asam amino esensial yang tidak dapat
disintesis sendiri dalam tubuh harus diperoleh dari bahan makanan.Ada
sekitar 8 macam asam amino esensial bagi kebanyakan hewan yaitu
isoleusin, lisin, valin, threoinin, fenilalanin, leusin, triptofan dan
metionin.Pada juvenil selain asam amino tersebut juga terdapat asam
amino esensial lainnya yang diperlukan yaitu histidin (Santoso, 2009).
Tabel 7. Berbagai tipe protein dalam tubuh
Tipe Protein Fungsi
Pembungkus struktural dari berbagai macam bagian tubuh.
Struktural Contoh: kolagen dalam tulang, dan jaringan penghubung
lainnya; keratin pada kulit, rambut, dan kuku jari.
Berfungsi sebagai hormon yang meregulasi berbagai proses
fisiologi; sebagai perantara respons pada sistem saraf;
mengkontrol pertumbuhan dan perkembangan; sebagai
Regulasi
neurotransmitter. Contoh: hormon insulin (meregulasi kadar
gula darah); neurotransmitter, dikenal sebagai substansi P
(perantara sensasi sakit pada sistem saraf).

50
Mengizinkan terjadinya pemendekan sel otot, yang
Kontraktil
memproduksi pergerakan. Contoh: miosin, aktin.
Membantu respons untuk melindungi tubuh dalam melawan
Immunologi substansi asing dan menyerang patogen. Contoh: antibodi ,
interleukin.
Membawa substansi penting sepanjang tubuh. Contoh:
Tranport hemoglobin (membawa banyak oksigen dsn beberapa
karbon dioksida dalam darah).
Berperan sebagai enzim yang meregulasi reaksi biokimia.
Katalis
Contoh: amilase pada saliva, sukrase; ATPase.
(Sumber: Tortora dkk, 2016).

c. Lipid
Lipid berfungsi sebagai energi yang tersimpan (jaringan adiposa),
perlindungan organ, regulasi suhu, isolasi (penyekatan) seperti myelin
yang menyelimuti sel saraf, membran lipid yang mengelilingi sel, serta
pengemulsi agar menjaga lemak tetap terbuang dalam cairan
tubuh(Wikibooks Contributors, 2006).Lipid menyusun 18-25% dari massa
tubuh orang dewasa. Seperti karbohidrat, lipid mengandung karbon,
hidrogen, dan oksigen.Namun, tidak seperti karbohidrat, lipid tidak
memiliki rasio 2:1 pada hidrogen dan oksigen yang dimilikinya.Proporsi
atom elektronegatif oksigen dalam lipid biasanya lebih kecil dibandingkan
dnegan karbohidrat, sedikit terdapat lebih sedikit ikatan kovalen
polar.Sebagai hasilnya, kebanyakan lipid tidak dapat larut dalam pelarut
polar seperti air.Agar menjadi lebih larut dalam plasma darah, molekul lipid
berikatan dengan molekul protein hidrofilik.Hasil dari gabungan lipid-
protein disebut lipoprotein.Lipoprotein dapat larut karena protein berada di
sisi luar sedangkan lipid berada di dalamnya (Tortora dkk, 2016).
Selain lipoprotein, terdapat tipe lipid lainnya yang dapat dilihat dalam
tabel sebagai berikut.
Tabel 8. Berbagai tipe lipid dalam tubuh
Tipe Lipid Fungsi

51
Digunakan untuk sintesis trigliserida dan fosfolipid; atau
Asam Lemak
dikatabolisasi untuk menghasilkan ATP.
Trigliserida
(lemak dan Perlindungan, isolasi, penyimpanan energi.
minyak)
Fosfolipid Komponen lipid utama pada membran sel.

Steroid
Komponen kecil pada semua membran sel hewan; penyusun
Kolesterol
utama dari empedu, vitamin D, dan hormon steroid.
Diperlukan dalam proses pencernaan dan absorpsi lipid
Empedu
dalam makanan.
Vitamin D
Membantu mengatur kadar kalsium dalam tubuh; diperlukan
dalam pertumbuhan dan perbaikan tulang.
Hormon
Berperan dalam mengatur metabolisme, perlawanan
adrenokortikal
terhadap stres, dan keseimbangan air dan garam.
Hormon seks
Merangsang fungsi reproduksi dan karakteristik seksual.
Memiliki berbagai macam efek dalam memodifikasi respons
ke hormon, penggumpalan darah, inflamasi, imunitas,
Eikosanoid
sekresi asam lambung, kerusakan lipid, dan kontraksi otot
polos (smooth muscle)

Diperlukan untuk mensintesis vitamin A (biasanya membuat


Lipid lainnya
pigmen penglihatan pada mata); berfungsi sebagai
Karoten
antioksidan.
Mempercepat penyembuhan luka, mencegah perlukaan
Vitamin E
pada jaringan, berkontribusi dalam normalnya struktur dan
fungsi dari sistem saraf, dan berfungsi sebagai antioksidan.
Diperlukan untuk sintesis protein dalam penggumpalan
Vitamin K
darah.
Lipoprotein
Transportasi lipid dalam darah, membawa trigliserida dan
kolesterol ke jaringan, dan membuang kelebihan kolesterol
dalam darah.

52
(Sumber: Tortora dkk, 2016).

d. Vitamin
Vitamin adalah molekul organik yang diperlukan dalam makanan
dalam jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan jumlah asam amino
esensial dan asam lemak yang diperlukan oleh hewan dalam jumlah yang
sangat besar. Jumlah vitamin yang sangat kecil sudah mencukupi, dari
sekitar 0,01 hingga 100mg per hari, bergantung pada jenis vitaminnya.
Akan tetapi, defisiensi vitamin dapat menyebabkan permasalahan yang
berat (Campbell dkk 2004).
Vitamin termasuk mikronutrien yang sebagian besar tidak dapat
diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari makanan.Terdapat
dua kelompok vitamin yaitu yang dapat larut dalam air dan dapat larut
dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air akan diekskresikan jika
jumlahnya berlebihan, sementara vitamin yang larut dalam lemak akan
disimpan dalam tubuh. Contoh vitamin yang larut dalam air adalah vitamin
C dan vitamin B. Sedangkan, vitamin yang larut dalam lemak adalah
vitamin A, D, E, dan K. Masing-masingnya memegang peranan penting
dalam proses fisiologis tubuh terutama sebagai koenzim (Santoso, 2009).
Selengkapnya mengenai jenis-jenis vitamin dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel 9. Daftar vitamin beserta sumber dan peran fisiologisnya bagi tubuh
hewan
Jenis
Vitamin Sumber Peran Fisiologis
Vitamin
Vitamin A (retinol) Sayur dan Komponen pigmen
yang buah-buahan penglihatan, penjaga
larut yang struktur epitel, antioksidan,
dalam berwarna membantu mencegah
lemak hijau gelap kerusakan lipid membran
dan oranye sel.
gelap, serta

53
retinol dalam
produk susu
D Produk yang Memacu pertumbuhan
(kalsiferol/ergosterol) berasal dari tulang sejati serta berperan
susu, kuning dalam absorbsi dan
telur, serta penggunaan fosfor dan
dibentuk pula kalsium.
dalam kulit
manusia
(dengan
bantuan sinar
matahari)
E (tokoferol) Minyak sayur, Sebagai antioksidan dan
kacang- membantu mencegah
kacangan, dan kerusakan lipid pada
biji-bijian membran sel
K (filoquinon) Sayur- Penting dalam proses
sayuran, teh, pembekuan/penggumpalan
juga dapat darah.
dibentuk
dengan cara
disintesis
dalam tubuh
(kolon) oleh
mikroba.
Vitamin B-1 (thiamin) Polong- Sebagai koenzim dalam
yang polongan, biji- pelepasan CO2 dari ikatan
larut bijian, daging, organik.
dalam kacang tanah
air B-2 (riboflavin) Daging, susu, Komponen koenzim FAD
sayur, biji- dan FMN
bijian

54
Niacin/as, nikotin Biji-bijian, Komponen koenzim
daging, NAD+ dan NADP +
kacang-
kacangan
B-6 (Piridoksin) Daging, Koenzim dalam
sayuran, biji- metabolisme asam amino
bijian
Asam pantotenat Daging, susu, Komponen asetil koenzim A
biji-bijian
Asam folat (folasin) Daging, Koenzim dalam
sayuran metabolisme asam nukleat
dan asam amino,
pembentukan bumbung
neural saat perkembangan
embrio
B-12 Daging, telur, Koenzim dalam
susu metabolisme asam nukleat
dan pematangan eritrosit.
Biotin Legum, Koenzim dalam sintesis
sayuran, lemak, glikogen, dan asam
daging amino
C (as, askorbat) Sayuran dan Penting dalam sintesis
buah kolagen, (tulang, kartilago,
dan elemen matriks),
antioksidan, membantu
absorbsi Fe, membantu
proses detoksifikasi
(Sumber: Santoso (2009) dan Campbell (2004)).
Vitamin-vitamin yang larut dalam air dapat dikendalikan sedemikian
rupa konsentrasinya dalam tubuh sehingga jika kelebihan akan segera
dinetralisir melalui mekanisme ekskresi di ginjal. Oleh karenanya vitamin
yang larut dalam air tidak bersifat toksik jika kelebihan

55
kadarnya.Sedangkan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak sukar untuk
diatur kadarnya jika terlalu berlebihan (overdosis) karena tidak dapat
dikurangi melalui mekanisme sekresi di ginjal secara cepat. Terkadang
akan menumpuk di dalam jaringan lemak sehingga dapat bersifat toksik.
Jika terjadi defisiensi terhadap seluruh kelompok vitamin tersebut, maka
akan memberikan efek fisiologis yang beragam tergantung kepada
intensitas defisiensi dan komponen fisiologis apa yang dipengaruhinya
(Santoso, 2009).

e. Mineral
Mineral adalah nutrien anorganik, yang umumnya diperlukan dalam
jumlah yang sangat kecil—mulai kurang dari 1 mg hingga sekitar 2500 mg
per hari, bergantung pada jenis mineralnya.Seperti juga vitamin, kebutuhan
mineral bervariasi sesuai dengan spesies hewan. Manusia dan vertebrata
lain memerlukan kalsium dan fosfor dalam jumlah yang relatif besar untuk
pembentukan dan pemeliharaan tulang. Kalsium juga diperlukan untuk
fungsi normal saraf dan otot, dan fosfor juga merupakan unsur
pembentuk ATP dan asam nukleat (Campbell dkk, 2004). Senyawa mineral
sangat esensial bagi tubuh hewan dan dibutuhkan dalam kuantitas sangat
kecil tetapi memegang fungsi kunci pada proses produksi energi,
pertumbuhan, dan perkembangan. Mineral dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu makronutrien yang diperlukan dalam kuantitas relatif
banyak, dan mikronutrien yang diperlukan dalam kuantitas sangat rendah
(Santoso, 2009).

Tabel 10. Daftar zat mineral esensial beserta sumber dan peran
fisiologisnya bagi tubuh hewan
Mineral Sumber Peran Fisiologis
Makro- Kalsium (Ca) Sayur-sayuran yang Pembentukan tulang dan
nutrien berwarna hijau gigi, pembekuan darah,

56
gelap, legum, fungsi saraf dan otot
produk susu
Fosfor (P) Daging, biji-bijian, Pembentukan tulang dan
susu gigi, keseimbangan asam-
basa, sintesis nukleotida
Sulfur (S) Protein dan bahan Komponen asam amino
makanan
Potasium (K) Sayur-sayuran, biji- Keseimbangan asam-basa,
bijian dan buah, keseimbangan air, fungsi
susu saraf
Klorin (Cl) Garam-garam Keseimbangan asam-basa,
keseimbangan air, fungsi
saraf
Natrium (Na) Garam-garam Keseimbangan asam-basa,
keseimbangan air, fungsi
saraf
Mikro- Besi (Fe) Daging, telur, legum, Komponen Hb, metabolisme
nutrien sayur hijau
(trace Magnesium Biji-bijian, sayur Komponen utama enzim,
element) (Mg) hijau kerja saraf
Fluorin (F) Air minum, teh, Pemeliharaan struktur gigi
makanan, dari laut dan tulang
Seng (Zn) Daging, makanan Komponen utama enzim
dai laut, biji-bijian pencernaan dan protein
Tembaga (Cu) Makanan dari laut, Komponen enzim dalam
kacang, daging metabolisme sel
Mangan (Mn) Makanan dari laut, Komponen utama enzim
kacang, daging
Iodin (I) Garam beriodium, Komponen hormon tiroid
makanan dari laut,
susu
Kobalt (Co) Daging dan susu Komponen vitamin B12

57
Selenium (Se) Makanan laut, Komponen enzim, terlibat
daging, biji-bijian dalam aktivitas fisiologis
vitamin E
Molibdenum Legum, beberapa Komponen enzim
(Mo) sayuran dan biji-
bijian
Kromium (Cr) Makanan hepar, Terlibat dalam metabolisme
daging, makanan glukosa dan energy
laut, beberapa jenis
sayur
(Sumber: Santoso (2009) dan Campbell (2004)).

f. Gangguan Nutrisi
Begitu banyak penyakit/gangguan yang terjadi akibat dari tubuh yang
kekurangan nutrisi dalam menunjang kegiatan metabolismenya.Berikut
adalah beberapa contoh kelainan yang disebabkan oleh defisiensi maupun
kelebihan nutrisi dalam tubuh.
1. Anorexia nervosa
Anorexia nervosa adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan
tentang kelainan makan yang ditandai dengan berat badan yang rendah
dan penyimpangan bentuk tubuh serta ketakutan akan meningkatnya
berat badan. Seseorang yang mengidap anorexia sering mengendalikan
berat badan dengan cara sengaja menjadi kelaparan, purging, muntah,
olahraga berlebihan, atau melakukan tindakan pengendalian berat badan
lainnya.

58
2. Gangguan akibat defisiensi maupun kelebihan vitamin
Gangguan maupun akibat dari terjadinya kekurangan (defisiensi) atau
kelebihan vitamindalam tubuh dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 11. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan/kelebihan
vitamin
Vitamin Gejala/akibat defisiensi atau kelebihan
Penglihatan menjadi bermasalah (pandangan
buram dsb), kulit kering hingga bersisik, nyeri di
A (retinol)
kepala, iritabilitas, kerontokan rambut, gangguan
pada hati dan tulang.
Adanya bentuk tulang yang tidak sesuai (riketsia)
D pada anak-anak sedangkan terjadi pelunakkan
(kalsiferol/ergosterol) tulang pada orang dewasa, serta gangguan pada
otak, ginjal, dan kardiovaskuler.
E (tokoferol) Memungkinkan terjadi anemia.
Adanya kerusakan hati, anemia, dan gangguan
K (filoquinon)
pada penggumpalan darah.
B1 (thiamin) Beri-beri, anemia
Timbulnya perlukaan pada kulit seperti luka di
B2 (riboflavin)
sudut mulut menyerupai sariawan
Timbulnya luka pada gastrointestinal dan kulit,
Niacin/as, nikotin kerusakan hati, gangguan saraf, kemerahan pada
wajah dan tangan.
Timbulnya iritasi, kejang otot, anemia, gangguan
B6 (Piridoksin) pada koordinasi, ketika berjalan terasa gemetar,
kaki menjadi mati rasa.
Kelelahan, kaki dan tangan mati rasa atau
Asam pantotenat
kesemutan.
Gangguan gastrointestinal, anemia, membuat
Asam folat (folasin) gejala defisiensi vitamin B12 menjadi tidak
tampak.

59
B12 Gangguan sistem saraf, anemia.
Kulit menjadi bersisik dan meradang, gangguan
Biotin
pada neuromuskuler
Melambatnya penyembuhan pada luka, sariawan,
C (as, askorbat) gangguan pada sistem imunitas dan
gastrointestinal.

3. Gangguan akibat defisiensi mineral


Gangguan maupun akibat dari terjadinya kekurangan (defisiensi)
mineral dalam tubuh dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 12. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan mineral
Mineral Gejala/akibat
Gangguan pada pertumbuhan, menyebabkan hilangnya
Kalsium (Ca)
massa tulang.
Hilangnya mineral dan kalsium pada tulang, tubuh
Fosfor (P)
menjadi lemah.
Sulfur (S) Munculnya gejala kekurangan protein
Kelumpuhan, adanya rasa mual, lemah otot, gagalnya
Potasium (K)
fungsi jantung.
Klorin (Cl) Selera makan yang hilang, otot menjadi kejang
Natrium (Na) Kejang otot, selera makan hilang
Anemia, gangguan pada sistem imunitas, tubuh
Besi (Fe)
menjadi lemah
Magnesium
Gangguan pada sistem saraf
(Mg)
Fluorin (F) Rentan terjadi pembusukan gigi
Menghambat pertumbuhan, peradangan kulit hingga
Seng (Zn) menjadi bersisik, gangguan reproduksi, serta gangguan
pada sistem imunitas
Tembaga (Cu) Anemia, perubahan tulang dan kardiovaskuler
Mangan (Mn) Tidak normalnya osteon dan kartilago

60
Iodin (I) Pembengkakan kelenjar tiroid (gondok)
Kobalt (Co) Tidak ada
Selenium (Se) Nyeri otot, diduga menyebabkan rusaknya otot jantung
Molibdenum
Gangguan pada metabolisme glukosa
(Mo)
Kromium (Cr) Gangguan pada proses ekskresi senyawa bernitrogen

C. Peran Air Bagi Hewan

Air merupakan bagian penting dan terbesar dalam tubuh hewan. Air
sangat dibutuhkan dalam berbagai keperluan seperti pengaturan suhu
tubuh, membantu proses pencernaan dan zat, produksi susu. Hewan juga
membutuhkan air seperti manusia dan tumbuhan, hewan memanfaatkan
air untuk keperluan sebagai berikut:

 Untuk minum, sebagai makhluk hidup hewan memerlukan air untuk


metabolisme dalam tubuh hewan.

 Untuk produksi susu, bagi hewan yang menyusui seperti kambing


dan sapi air sangat berperan dalam proses produksi susu.

 Sebagai tempat hidup, ada beberapa hewan yang hidup dia air,
misalnya berbagai jenis ikan , udang, lumba-lumba, dan ikan paus.

 Hewan juga membutuhkan air untuk membersihkan tubuhnya,


misalnya saja kerbau biasanya membersihkan tubuhnya dengan
cara masuk ke dalam air.

 Sebagai alat perlindungan dan tempat bersembunyi, Kuda nil


menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam air adalah agar
kuda nil bisa menghindari panas terik di siang hari.

 Sebagai senjata, ikan pemanah adalah penembak jitu di dalam


sungai, dan sebuah jet air adalah senjatanya. Dengan bidikan yang
tepat, ikan ini mampu mengambil serangga apapun dalam
beberapa meter tanpa menggunakan apa-apa selain air yang
disemprotkan dari mulutnya.

61
Standar kebutuhan Air
Kebutuhan air pada masing-masing hewan sangat bervariasi
tergantung oleh berbagai faktor seperti:
a. Jenis dan ukuran tubuh hewan : semakin besar tubuh hewan tentu
semakin besar pula kebutuhan air.
b. Status fisiologis hewan : Hewan bunting, menyusui dan pada masa
pertumbuhan membutukan lebih banyak air. Sapi yang menyusui
membutuhkan tambahan 0,86 kg air/kg susu. Sapi bunting dan
pedet meningkatkan konsumsi air 30-50%.
c. Tingkat aktifitas : Hewan yang sering beraktifitas tentu saja
membutuhkan air minum yang lebih banyak.
d. Jenis dan kualitas pakan/Dry matter intake (DMI) : Hewan yang di
beri Pakan kering membutuhkan air yang lebih banyak daripada
yang diberikan pakan basah. Terbatasnya air akan menurunkan
intake pakan (DMI).
e. Kualitas air : Rasa dan salinitas air mempengaruhi jumlah air yang
konsumsi.
f. Jarak dan ukuran Tempat air minum : Sedikitnya tempat minum
atau terlalu padatnya populasi memungkinkan terjadinya kesulitan
mendapatkan air pada beberapa ternak.
g. Temperature air : Hewan pada umumnya menyukai air dengan
suhu lebih rendah dari suhu tubuhnya. Air yang terlalu dingin atau
terlalu panas tidak disukai hewan ternak.
h. Temperature udara
Kebutuhan air di penuhi melalui 3 sumber yaitu dari: (1) air minum, (2)
air yang terkandung dalam pakan dan (3) air dari hasil metabolisme
tubuh.

62
63
BAB V

Sistem Sirkulasi

A. Pengertian Sistem sirkulasi dan fungsinya


Sistem Sirkulasi merupakan sistem transportasi yang mengangkut
sel-sel darah, serta mengangkut nutrisi atau sari makanan yang diperlukan
oleh sel-sel tubuh.Sistem sirkulasi ini sering disebut dengan sistem
transportasi.

Sistem sirkulasi pada hewan ini sangat bervariasi bergantung dari


tingkat perkembangan tubuh hewan. Pada hewan tingkat rendah
(Invertebrata), sistem sirkulasi ini masih sederhana sedangkan pada
hewan tingkat tinggi (Vertebrata), sistem sirkulasi ini sudah lebih lengkap
atau kompleks.

Sistem sirkulasi ini berfungsi untuk menjamin terpenuhinya


kebutuhan tubuh akan sari makanan dan oksigen, menjamin pembuangan
zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera, berperan penting dalam
penyebaran panas tubuh, dan menyebarkan tekanan/kekuatan.

64
Sistem sirkulasi pada hewan bervariasi tergantung pada tingkat
perkembangan tubuh hewan. Protozoa Bersilia yang hidup sesil mampu
menyelenggarakan sirkulasi cairan tubuh menggunakan khoanosit,
sedangkan Coelentrata dengan cara mengalirkan air melalui saluran
khusus pada sistem gastrovaskular yang bersilia. Pada molusca sangat
tergantung pada arah gerakan silia yang dapat mengalirkan air (yang
mengandung makanan) melalui rongga mantel. Di rongga mantel, partikel
makanan dikumpulkan dan ditelan.Sistem ini juga berfungsi untuk
menyediakan oksigen bagi insang.Hal tersebut menunjukkan bahwa
sistem sirkulasi berfungsi untuk mengangkut gas dan makanan.

B. Komponen Sistem Sirkulasi


Sistem sirkulasi tersusun atas tiga komponen utama yaitu jantung,
pembuluh, dan cairan tubuh.

1. Jantung: sebagai pompa penggerak cairan tubuh di sepanjang


pembuluh. Jantung terdiri dari :
a. Jantung Tubuler: Terdapat pada hewan invertebrata, bentuk
sederhana, tidak ada klep, dan bekerja secara kontraksi peristaltik.

b. Jantung Berongga: Terdapat pada hewan vertebrata, merupakan


organ berotot, gerak, dan kontraksinya secara periodik.

2. Pembuluh: yaitu saluran yang akan dilewati oleh cairan yang beredar
ke seluruh tubuh. Pembuluh terdiri dari :
a. Pembuluh Darah, terdiri atas Arteri, Vena dan Kapiler. Arteri dan
Vena tersusun atas tiga lapisan jaringan melingkar dan membentuk
saluran / lumen di bagian tengahnya. Nama lapisannya yaitu tunika
intima (Endotelium), tunika media, dan tunika adventitia ,
sedangkan kapiler hanya tersusun atas tunika intima saja.
b. Pembuluh Limfe
1) Kondisi Pembuluh Limfe Pada Berbagai Hewan. Pada hewan
vertebrata tingkat tinggi mempunyai saluran buntu dengan
ujung terbuka yang berfungsi mengangkut kelebihan cairan di
ekstrasel ke sirkulasi darah
2) Pada hewan invertebrata tidak ditemukan adanya pembuluh
limfe kecuali pada teleoste

65
3) Pada hewan tingkat rendah ditemukan berbagai bentuk
peralihan yang menunjukan adanya perkembangan system
pembuluh limfe.
3. Cairan Tubuh
Pada hewan multiseluler ada dua cairan tubuh yaitu cairan intrasel
dan cairan ekstrasel.Kira-kira 70% dari seluruh bagian tubuh hewan
berupa air, sekitar 45% diantaranya terdapat didalam sel (intra
sel).Pada cairan ekstrasel dapat ditemukan di berbagai tempat
dengan sebutan yang berbeda yaitu cairan jaringan, darah, limfe, dan
homolimfe.

Cairan jaringan mengandung sedikit protein, sejumlah garam dan


bahan nutritive serta zat sisa.Cairan jaringan berfungsi sebagai
fagostik dan mampu bergerak melalui ruang antar jaringan.Pada
hewan yang memiliki system sirkulasi tertutup darah dan jaringan
cairan merupakan dua macam cairan yang terpisah dengan
jelas.Darah tersusun atas cairan plasma dan sel darah.Sementara
cairan jaringan (cairan intersititiel) yang dibentuk dengan menyaring
plasma yang akan kemudian berdifusi melalui dinding kapiler menuju
ruang antar sel, menurut gradien tekanan hidrostatik. Filtrat tersebut
bukan koloid karna hanya mengandung protein 0,85% (sebagai
pembanding darah mannusia mengandung 7% protein), filtrat/cairan
yang keluar tersebut akan dikembalikan lagi ke system sirkulasi
melaui system pembuluh khusus yaitu limfe.

Pada vertebrata tingkat tinggi pembuluh limfe dimulai sebagai


saluran buntu dengan ujung terbuka.Pembuluh limfe berfungsi
mengangkut kelebihan cairan yang tertimbun dilingkungan ekstra sel
dan mengembalikan ke sirkulasi darah.Pada ikan (selain telostei) dan
invertebrate tidak ditemukan adanya pembuluh limfe.Pada berbagai
hewan yang memiliki tingkat perkembangan yang lebih rendah dapat
ditemukan berbagai bentuk peralihan (intermediet) yang menunjukkan
adanya perkembangan sistem pembuluh limfe.

Cairan dalam pembuluh limfe sebenarnya berasal dari cairan


jaringan yang masuk kedalam pembuluh dengan cara difusi melalui
dinding pembuluh atau mengalir langsung ke dalam pembuluh melalui
lubang yang terbuka pada ujungnya. Pada saat tertentu, cairan limfe
akan menjadi cairan jaringan dan sebaliknya.

Cairan hemolimfe merupakan pembatas antara cairan darah dan


cairan limfe (cairan jaringan) karena cairan yang mengalir dalam

66
pembuluh dan di ruang antarsel merupakan cairan yang sama. Cairan
ekstrasel pada semua hewan mengandung sel jenis tertentu yang
mengapung bebas dan mengembara melalui ruang-ruang antar
jaringan.Secara fungsional, sel tersebut berkaitan erat dengan transfor
gas dan pertahanan tubuh hewan dalam melawan mikroorganisme
serta berbagai zat asing yang masuk ke dalam tubuh.

Pada hewan tertentu, sel tersebut juga berperan penting dalam


proses pembekuan darah. Adapun fungsi darah, sebagai berikut:

a. Mensuplai zat-zat makanan dari saluran pencernaan ke jaringan-


jaringan

b. Mensuplai oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan

c. Membawa dan m embuang zat-zat yang tidak berguna dari


jaringan ke organ ekskresi

d. Mendistribusikan sekresi kelenjar endokrin dan zat lain yang


mengatur fungsi sel

e.Membantu menyelenggarakan keseimbangan komposisi air


dalam berbagai organ tubuh

C. Sistem Sirkulasi Darah pada Hewan Tingkat Rendah


1. Protozoa
Hewanberselsatuatauprotozoatidakmemilikisistemsirkulasidarah
karena tubuhnyahanyaterdiriatassatusel.Sari-
sarimakananyangtelahdicernadidalam
vakuoladiserapolehprotoplasmadisekelilingnya.Oksigendiserapsecara
difusi,dan CO2 dikeluarkan juga secara difusi.Contoh dari protozoa

67
adalah amoeba dan paramaecium.System sirkulasi pada paramecium
lebih sempurna daripada
amoeba.Padaparamaecium,makananyangberupamaterihalusdiserapm
elaluipermukaan tubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan
masuk sitostoma (mulut sel).
Makananyangberbentukcairakandiedarkanolehvakuolakontraktil,sedan
gkanzan
makananyangberbentukpadatakandicernadandiedarkanolehvacuolam
akanan. Penyebaranyakedalamendoplasmaterjadisecaraosmosis.
Gambar Organisme Paramaecium sp.

2. Porifera
Organisme ini belum memiliki sistem peredaran darah khusus,
dengan kata lain
sistemsirkulasinyatergabungdengansistempencernaan.Tubuhnyaterdir
iatasdua lapisansel,yaituselameboid,dankoanosit.Sel-
selameboidyangberfungsimengedarkan makanan.Makananpadaporifera
diperolehmelaluialiranairyangmelintasiostiaatauporidankeluarmelaluio
skulum. Makananditangkapdandicernaolehsel-
selleher(koanosit),kemudiandiberikankesel- selameboid.Kemudian,sel-

selameboidmengembarakesel-sellainuntukmengedarkan makanan.
Gambara.)poriferatabungkuning(Aplysinafistularis),b)penampang membujur
organismeporifera

68
3. Coelenterata
Pada Coelenterata juga belum memiliki sistem peredaran khusus.,
Misalnya
Hydra,transportasinyadilakukanolehsistemgastrovaskuler,yaknisaluranpen
cernaan yang berfungsi sekaligus sebagai alat peredaran. Saluran
pencernaan padaHydra bercabang-cabangdanbercabang-
cabanglagikesemuabagiantubuh.Percabanganini
menyebabkanpermukaandalamsaluranpencemaansemakinluas,sehinggas
aluranini akan lebih efisien dalam melakukan penyerapan zat sekaligus
mengantarkan zat yang
diserapnyakeseluruhjaringantubuh.Dengandemikian,walaupunpadahewani
nitidak
terdapatsistemperedarankhusus,zatyangdiserapolehsaluranpencernaanak
andapat mencapai seluruh jaringan tubuhmisalnya hydra, makanan
yangtelah dicerna didalam rongga gastrovaskuler langsung diserap oleh
sel-sel endoderma penyusundinding
ronggagastrovaskuler.Selanjutnya,sel-
selendodermamemberikanmakanankesel-sel

ektodermasecaradifusidanosmosisi.Sisa-
sisamakanandikeluarkanmelaluimulutnya.
Gambar:Penampang melintang dan membujur Hydra sp. secara
sistematis

4. Platyheminthes
Pada Platyheminthes contohnya planaria juga belum mempunyai
sistemperedarandarahkhusus,namunmenggunakansistemgastrovask
uler.Awal mulanya makanan masuk kedalam usus, selanjutnya, dari usus
bercabang-cabang ke

69
seluruhtubuhuntukmengedarkanmakanan.Percabangantersebutmenyeba
bkanusus
lebihbesarsehinggalebihefisiendalammenyerapmakanan.Usustersebut
disebut gastrovaskuler, yang berfungsi sebagai pencerna makanan dan
mengedarkannya ke seluruhtubuh.

5. Annelida
Annelida berarti cincin kecil.Annelida adalah hewan berrongga.
Contoh: lintah, cacing tanah. Mempunyai peredaran darah tertutup,
misalnya pada cacing tanah sudah mulai ada sistem khusus yang
berfungsi mengedarkan makanan keseluruh tubuh yaitu sistem
pembuluh darah, tetapi belum ada alat khusus semacam jantung.

Annelida memiliki komponen sistem peredaran darah yaitu,cairan


dan pembuluh darah. Cairan darah terdiri atas plasma darah yang
mengandung hemoglobin dan kopuskula.Darah pada cacing tanah ini
berfungsi untuk mengangkut oksigen dan zat makanan dengan
pembuluh darah memanjang sepanjang tubuhnya serta bercabang-
cabang di setiap segmen.Darahnya mengandung hemoglobin,
sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang melingkari esofagus
berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.

Sistem peredaran darah Annelida merupakan sistem peredaran


darah tertutup, yang terdiri dari pembuluh darah dorsal, pembuluh
darah ventral dan lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai
jantung, misal pada cacing tanah (Lumbricus terestis) dan Pheretima
sp.

Arah aliran darah :

Lengkung aorta → pembuluh ventral → kapiler (seluruh jaringa tubuh)


→ pembuluh dorsal → lengkung aorta (pembuluh jantung).

Oksigen diabsorbsi melalui kulit dan dibawa pembuluh kapiler


menuju ke pembuluh dorsal.Pertukaran darah terjadi pada
kapiler.Darah cacing tanah mengandung haemoglobin yang terlarut
dalam cairan darahnya.

70
Gambar :anatomicacing tanah

6. Mollusca
Sistem sirkulasi pada mollusca lebih kompleks. Jantung pada
hewan ini sudah hampir menyerupai ruang-ruang yaitu: atrium dan
ventrikel. Dengan adanya darah venosa dan darah arterial maka
pembuluh darah disini sudah terdinferensiasi pula, sesuai dengan
fungsinya, ada pembuluh arteri dan pembuluh vena.

Dari ventrikel keluar aorta besar dan bercabang menjadi aorta


visceralis (menuju ke daerah visceral) dan aorta cephalica (menuju ke
kepala).Sistem sirkulasi darahnya dipompa dari jantung mengalir
melalui sinus menuju jaringan tubuh.Dari jaringan tubuh darah kembali
lagi ke jantung.Sistem sirkulasi pada mollusca merupakan sistem
peredaran darah terbuka.

Gambar :anatomi Mollusca

71
7. Arthoproda
Sistem sirkulasi Arthropoda bersifat terbuka.Sistem sirkulasi terdiri
dari jantung, pembuluh darah pendek, dan ruang disekitar organ tubuh
yang disebut sinus atau hemosol.Darah Arthropoda disebut juga
hemolimfa.

Arah aliran darah :

Hemolimfa terpompa mengalir jika jantung pembuluh berdenyut


masuk ke jaringan-jaringan tubuh tanpa masuk rongga tubuh,
kemudian ke arteri dari arteri jaringan-jaringan tubuh akan melalui
pembuluh-pembuluh kapiler kembali masuk ke jantung pembuluh
melalui ostium.

Fungsi hemolimfa adalah mengedarkan zat makanan ke sel-sel.


Hemolimfa tidak mengandung haemoglobin sehingga tidak mengikat
oksigen dan darah tidak berwarna merah.O2 dan CO2 diedarkan
melalui sistem trakea.

Gambar :anatomi serangga

D. Sistem Sirkulasi Darah pada Hewan Vertebrata


1. Pisces

72
Gambar : sirkulasi darah pada ikan

Sistem peredaran darah pada pisces atau ikan, merupakan sistem


peredaran darah tunggal. atau dalam satu kali peredarannya, darah
melalui jantung satu kali.

Arah aliran darahnya :

Darah dari jantung keluar melaui aorta ventral menuju insang.Di insang
aorta bercabang menjadi arteri brankial dan akhirnya menjadi kapiler-
kapiler (terjadi pertukaran gas yaitu pelepasan CO2, dan pengambilan
O2).

Dari kapiler insang, darah mengalir ke aorta dorsal, kemudian ke


kapiler seluruh tubuh untuk memberikan O2 dan sari makanan serta
mengikat CO2.Selanjutnya darah kembali ke jantung melalui vena
kardinalis anterior dan vena kardinalis posterior.

2. Amphibi

73
Gambar: sirkulasi darah pada amphibi

Jantung pada amphibi, terdiri dari 3 ruang, yaitu 2 atrium (Serambi


kanan, dan kiri), dan 1 ventrikel (bilik).

Arah aliran darahnya berupa aliran ganda atau peredaran darahnya


melewati jantung 2 kali.

Darah yang kaya O2 dari paru-aru dan kulit masuk ke atrium kiri.Darah
yang miskin O2 masuk ke atrium kanan dengan perantaraan sinus
venosus.Dari atrium darah masuk ke ventrikel sehingga terjadi
pencampuran darah yang kaya O2 dan yang miskin O2.Dari ventrikel
darah yang kaya O2 dipompa ke jarungan tubuh dan pada saat darah
yang miskin O2 dialirkan ke paru-paru ke kulit untuk memperoleh O2.

3. Reptil

74
Gambar : sirkulasi darah pada reptil

Pada reptil, sistem peredaran darahnya juga berupa sistem peredaran


darah ganda, dimana dalam peredaran darahnya darah mlewati
jantung 2 kali.

Proses sirkulasi darah pada reptil:

Darah dari vena masuk ke jantung melalui sinus venosus menuju ke


serambi kanan, kemudian bilik kanan.Darah yang berasal dari paru-
paru, melalui arteria pulmonalis, masuk ke serambi kiri kemudian ke
bilik kiri.Dari bilik kiri, darah dipompa keluar melalui sepasang arkus
aortikus, dua arkus aortikus ini lalu menghubungkan diri menjadi satu
membentuk aorta dorsalis yang menyuplai darah ke alat-alat dalam,
ekor dan adal gerak.Dari seluruh jaringan tubuh, darah menuju ke vena,
kemudian menuju sinus venosus dan kembali ke jantung.

75
4. Aves

Gambar :sirkulasi darah aves

Jantung aves terbagi menjadi 4 ruang, yaitu :

- 2 atrium : 1 atrium dekster (serambi kanan) dan 1 atrium sinister


(serambi kiri)

- 2 ventrikel : 1 ventrikel dekster (bilik kanan) dan 1 ventrikel sinister


(bilik kiri). Sekat di antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan sempurna
sehingga tidak terjadi percampuran darah yang kaya O2 dan yang
miskin O2 .Peredaran darah aves merupakan peredaran darah ganda.

Sistem sirkulasi aves

Darah yang kaya akan karbondioksida, yang berasal dari seluruh


tubuh mengalir ke jantung pada atrium kanan lalu ke ventrikel kanan.
Dari ventrikel kanan darah dipompa menuju paru-paru melalui arteri
pulmonalis dari paru-paru darah yang kaya oksigen mengalir menuju
atrium kiri dan melaui ventrikel kiri untuk dipompa melaui aorta.

Dari aorta darah yang kaya oksigen akan disebarkan ke seluruh


tubuh, darah yang mengandung karbondioksida dari kapiler jaringan
tuuh akan dialirkan kembali ke atrium kanan jantung.

76
5. Mamalia

Gambar : sirkulasi darah mamalia

Umumnya sistem peredaran darah pada mamalia sama dengan


manusia. Peredaran darahnya paling kompleks dan sempurna,
dibandingkan hewan lain. Alat peredaran darahnya terdiri dari jantung
dan pembuluh darah. Sistem peredaran darahnya merupakan sistem
peredaran darah tertutup.

Jantung pada mamalia terbagi menjadi 4 bagian, yaitu atrium


dexter (serambi kanan) yang merupakan tempat bermuaranya vena
cava, atrium sinister (serambi kiri) yang merupakan tempat
bermuaranya vena pulmonalis,ventrikel dexter (bilik kanan) merupakan
tempat keluarnya arteri pulmoalis, Ventrikel sinister (bilik kiri) yang
merupakan tempat keluarnya arteri pulmonalis. Pembuluh darah pada
mamalia terdiri atas pembuluh darah vena dan pembuluh darah balik.

Proses Sirkulasinya:

Ventrikel kanan memompa darah ke paru-paru melalui arteri


pulmoner.Ketika darah mengalir melalui hamparan kapiler paru-paru
kanan dan kiri, darah mengambil oksigen dan melepaskan
karbondioksida. Darah yang kaya oksigen akan kembali dari paru-paru
melalui vena pulmoner ke atrium kiri jantung. Kemudian, darah yang

77
kaya oksigen mengalir ke dalam ventrikel kiri, ketika ventrikel tersebut
membuka dan atrium berkontraksi. Selanjutnya, ventrikel kiri akan
memompa darah yang kaya oksigen keluar ke jaringan tubuh melalui
sirkuit sistemik. Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta, yang
mengirimkan darah ke arteri yang menuju keseluruh tubuh.Cabang
pertama dari aorta adalah arteri koroner, yang mengirimkan darah ke
otot jantung itu sendiri. Kemudian ada juga cabang-cabang yang
menuju ke hamparan kapiler di kepala dan lengan (atau tungkai
depan). Aorta terus memanjang ke arah posterior, sambil mengalirkan
darah yang kaya oksigen ke arteri yang menuju ke hamparan kapiler di
organ abdomen dan kaki (tungkai belakang).

Di dalam masing organ tersebut, arteri akan bercabang menjadi


artriola, yang selanjutnya akan bercabang menjadi kapiler, dimana
darah melepaskan banyak oksigennya dan mengambil karbondioksida
yang dihasilkan oleh respirasi seluler. Kapiler akan menyatu kembali
membentuk venula, yang akan mengirimkan darah ke vena. Darah
yang miskin oksigen dari kepala, leher, tungkai depan disalurkan ke
dalam suatu vena besar yang disebut vena cava anterior (superior).
Vena besar lainnya yang disebut vena cava posterior (inferior)
mengalirkan darah dari bagian tubuh utama dan tungkai
belakang.Kedua cava itu mengosongkan darahnya ke dalam atrium
kanan, sebelum kemudian darah yang miskin oksigen itu mengalir ke
dalam ventrikel kanan.

78
BAB VI

Plasma Darah

A. Plasma Darah

Plasma darah merupakan cairan alkali dan berwarna kuning


pucat yang membentuk sekitar 55% dari volume darah secara
keseluruhan, sedangkan sisanya (45%) berupa sel-sel darah.
Plasma darah berguna dalam pengaturan tekanan osmosis
darah sehingga dengan sendirinya jumlahnya dalam tubuh akan diatur.
misalnya dengan proses ekskresi. Plasma darah juga bertugas
membawa sari – sari makanan, sisa metabolisme, hasil sekresi, dan
beberapa gas. Pada manusia, Plasma darah manusia tersusun atas
90% air dan 10% zat-zat terlarut .Zat-zat terlarut tersebut, yaitu:
1) Proteinplasma, terdiri atas albumin, globulin, dan fibrinogen.
Albumin berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan darah. Globulin
berfungsi untuk melawan bibit penyakit (sehingga sering disebut
immunoglobulin). Ketiga protein tersebut dihasilkan oleh hati dengan
konsentrasi 8%.
2) Garam (mineral) plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2
Konsentrasi garam kurang dari 1%. Garam ini diserap dari usus dan
berfungsi untuk menjagatekanan osmotik dan pH darah. Adapun gas
diserap dari jaringan paru-paru. O2 berfungsi untuk pernapasan sel dan
CO2 merupakan sisa metabolisme.
3) Zat-zat makanan terdiri atas lemak, glukosa, dan asam amino
sebagai makanan sel. Zat makanan ini diserap dari usus.
4) Sampah nitrogen hasil metabolisme terdiri atas urea dan
asam urat. Sampah-sampah ini diekskresikan oleh ginjal.

79
5) Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang
berfungsi untuk membantu metabolisme.Zat-zat ini dihasilkan oleh
berbagai macam sel. Molekul_molekul ini cukup besar sehingga tidak
dapat menembus dinding kapiler. plasma darah tanpa fibrinogen
disebut serum, dalam serum terdapat antibodi.

Protein Plasma
Protein plasma terdiri atas 3 macam yaitu:
a. Fibrinogen
Fibrinogen adalah glikoprotein dengan berat molekul
mencapai 340.000 dalton. Fibrinogen disintesis di hati (1,7-5 g/hari)
dan oleh megakariosit. Di dalam plasma kadarnya sekitar 200-400
mg/dl. Waktu paruh fibrinogen sekitar 3-5 hari.
Fibrinogen tersusun atas 6 rantai, yaitu : 2 rantai Aα, 2 rantai Bβ dan
2 rantai γ. Trombin (FIIa) memecah molekul fibrinogen menjadi 2
fibrinopeptide A (FPA) dari rantai Aα dan 2 fibrinopeptide B (FPB)
dari rantai Bβ. Fibrin monomer yang dihasilkan dari reaksi ini
kemudian berlekatan membentuk fibrin, yang selanjutnya
distabilkan oleh factor XIIIa. Tahap pertama stabilisasi terdiri atas
ikatan dua rantai γ dari dua fibrin monomer. Ikatan ini adalah asal
dari D-Dimer, produk degradasi fibrin spesifik. Fibrinogen dapat
didegradasi oleh plasmin.
Fibrinogen (faktor pembekuan I) disintesis di hati dan memainkan
peran penting dalam proses hemostatik.. Fibrinogen
mempromosikan agregasi platelet dengan merangsang
penggumpalan platelet. fibrinogen larut juga diubah menjadi fibrin
tidak larut, yang adalah cross-linked untuk membentuk jaringan
mesh-suka.
Perangkap fibrin mesh sel darah merah dan trombosit dan akhirnya

80
membentuk bekuan darah stabil. Jaring fibrin bertanggung jawab
untuk:
• Memberikan kekuatan tarik
• Memastikan stabilitas steker platelet awalnya longgar
• Mekanis menghambat kehilangan darah pada situs dari cedera
pembuluh darah
• Memberikan struktur pada dinding pembuluh
b. Albumin
Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma
yang mencapai kadar 60 persen. Protein yang larut dalam air dan
mengendap pada pemanasan itu merupakan salah satu konstituen
utama tubuh. Ia dibuat oleh hati. Karena itu albumin juga dipakai
sebagai tes pembantu dalam penilaian fungsi ginjal dan saluran
cerna.
Albumin memiliki sejumlah fungsi. Pertama, mengangkut molekul-
molekul kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat
kaitannya dengan bahan metabolisme—asam lemak bebas dan
bilirubuin—dan berbagai macam obat yang kurang larut dalam air
tetapi harus diangkat melalui darah dari satu organ ke organ lainnya
agar dapat dimetabolisme atau diekskresi. Fungsi kedua yakni
memberi tekanan osmotik di dalam kapiler.
Albumen bermanfaat dalam pembentukan jaringan sel baru. Karena
itu di dalam ilmu kedokteran, albumin dimanfaatkan untuk
mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya
karena operasi, pembedahan, atau luka bakar. Faedah lainnya
albumin bisa menghindari timbulnya sembab paru-paru dan gagal
ginjal serta sebagai carrier faktor pembekuan darah
c. Globulin
Globulin merupakan salah satu golongan protein yang tidak
larut dalam air, mudah terkoagulasi oleh panas, mudah larut dalam
larutan garam dan membentuk endapan dengan konsentrasi garam
yang tinggi. Glubolin disusun oleh dua komponen yaitu legumin dan

81
vicilin. Suhardi (1989) menambahkan bahwa dengan ultrasentrifugasi
ditemukan protein utama golongan 2S, 7S, 11S dan 15S. Fraksi
terbesar adalah globulin 7S yang merupakan glikoprotein. Protein
globulin dapat mencapai 70% dari total protein. Fraksi 11S sampai
sekarang baru dikenal sebagai protein tunggal sedangkan frakti 15S
belum dapat diidentifikasikan senyawa penyusunnya.
Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Globulin terbagi
atas beberapa jenis yaitu:
a) alfa dan beta globulin disentisas dihati. Dengan fungsi utama
sebagai molekul pembawa lipid. Beberapa hormon, berbagai substrat,
dan zat penting tubuh lainya.
b) Gamma globulin (imunoglobin) adalah antibodi. Ada lima jenis
imunoglobin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi dalam
imunitas.
Globulin adalah protein yang termasuk gamma globulin (antibodi)
dan berbagai enzim dan carrier protein transpor. Profil spesifik dari
globulin ditentukan oleh elektroforesis protein (SPEP), yang
memisahkan protein berdasarkan ukuran dan biaya. Ada empat
kelompok utama yang dapat diidentifikasi: gamma globulin, globulin
beta, alfa-2 globulin, dan 1 alfa-globulin. Setelah kelompok normal
telah diidentifikasi, penelitian lebih lanjut dapat menentukan
kelebihan protein tertentu atau defisit. Karena fraksi gamma
biasanya membentuk bagian terbesar dari globulin, kekurangan
antibodi harus selalu muncul di pikiran ketika tingkat globulin rendah.
Antibodi diproduksi oleh limfosit B matang yang disebut sel plasma,
sedangkan sebagian besar protein lain dalam alfa dan beta fraksi
dibuatdalam hatiOptimal Range (Alpha Globulin): 0.2-0.3 g/L Optimal
Range (Beta Globulin): 0.7-1.0 g/L.
B. Benda-Benda Darah
a. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari
bahasa Yunani yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang

82
berarti selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian sel darah yang
mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah biomolekul
yang mengikat oksigen.Sedangkan darah yang berwarna merah
cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru.Pada
saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan
oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin
pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah
merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam
amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet
seimbang zat besi.Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini
bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah.Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini
disebut animea, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat,
penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit
terganggu.

Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau


berbentuk piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia
memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm,
eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang
terdapat pada tubuh manusia.Jumlah sel darah merah adalah
jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah
lainnya.Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa
terdapat 25 trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik
(1 mm3) darah trdapat 5 juta sel darah merah. Pada perempuan
dewasa, jumlah sel darah merah per miliketer kubiknya
sebanyak 4,5 juta.

Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari.


Proses dimana eritrosit diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel
darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi partikel-
partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang

83
rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh
hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang
kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk
membentuk sel darah merah yang baru.Sumsum merah tulang
memproduksi eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit
per detik.Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO)
yang disintesa ginjal.Hormon ini sering digunakan para atlet dalam
suatu pertandingan sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah
meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini
dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah
yang beredar..

C. Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah
merah.Namun jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel
darah merah.Pada orang dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat 6.000-
9.000 sel darah putih.Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih
memiliki inti (nukleus).Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak
seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler. Sel darah putih
dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna
(bening), bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih
besar daripada sel darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
1. Leukosit Bergranula (Granulosit)

 Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar
60%.Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang
bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan.Neutrofil bertugas
untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh.
Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera
melepaskan zat kimia untuk mencegah bakteri berkembang biak serta
menghancurkannya

84
 Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit.Jumlahnya
sekitar 5%. Eosinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi
yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah
sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan
eosin. Eosinofil memiliki granula kemerahan.Fungsi dari eosinofil
adalah untuk memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan
membuang sisa-sisa sel yang rusak.

 Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan.


Jumlahnya hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa, itulah
sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan
berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis.Selain itu,
basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut
heparin.

2. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)

 Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula.Intiselnya


hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit
besar.20% sampai 30% penyusun sel darah putih adalah
limfosit.Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu.Berfungsi
sebagai pembentuk antibodi.

 Monosit adalah leukosit tidak bergranula.Inti selnya besar dan


berbentuk bulat atau bulat panjang.Diproduksi oleh jaringan limfa dan
bersifat fagosit.

Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba


masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan menganggap benda yang
masuk tersebut adalah benda asing. Akibatnya tubuh memproduksi
zat antibodi melalu sel darah putih untuk menghancurkan antigen.
Glikoprotein yang terdapat pada hati kita, dapat menjadi antigen bagi
orang lain apabila glikoprotein tersebut disuntikkan kepada orang lain.

85
Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat dianggap sebagai
antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk diri
kita sendiri. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua
macam:
 Sel Fagosit

Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan


(fagositosis). Fagosit terdiri dari dua macam:

1. Neutrofil, terdapat dalam darah

2. Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk


kedalam jaringan atau rongga tubuh

 Sel Limfosit

Limfosit terdiri dari:

1. T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar


limfa di dasar leher)

2. B Limfosit (B Sel)

Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke


seluruh tubuh melalui pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang
disesuaikan dengan antigen yang masuk ke dalam tubuh.Seringkali
virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui
kulit dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit.Namun sel-sel
tubuh tersebut tidak berdiam diri. Sel-sel tersebut akan
menghasilkan interferon suatu protein yang dapat memproduksi zat
penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya
kemampuan ini dapat mencengah terjadinya serangan virus.
1. Keping Darah

Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki


ukuran yang paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki

86
inti sel. Keping darah dibuat di dalam sumsum merah yang terdapat
pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat
200.000 – 300.000 butir keping darah.Trombosit yang lebih dari
300.000 disebut trombositosis, sedangkan apabila kurang dari
200.00 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan
8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses pembekuan darah.

Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan


menjadi kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar,
maka trombosit akan pecah. Pecahnya trombosit akan menyebabkan
keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di dalamnya. Enzim
trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K
yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi
trombin.Selanjutnya, trombin merangsang fibrinogen untuk membuat
fibrin atau benang-benag.Benang-benang fibrin segera membentuk
anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.

Mekanisme pembekuan darah


Ketika pembuluh darah terpotong, darah akan keluar, tetapi
keluarnya darah akan segera terhenti karena terjadi pembekuan
darah. Akan segera terhenti karena terjadi pembekuan.
Mekanisme pembekuan darah terjadi dalam 3 tingkat, sebagai
berikut:
1. Jaringan yang luka atau keeping darah (trombosit) yang rusak
akan menghasilkan tromboplastin atau (trombokinase) yang
merupakan activator dari protombrin.
2. Adanya trombokinase menyebabkan perubahan protombin
menjadi enzim thrombin. Ion kalsium merupakan zat yang dianggap
pemacu perubahan tersebut.Protombin adalah suatu protein
plasma yang terdapat dalam plasma dengan konsentrasi 15
mg/100ml (dalam kondisi normal) Protombin berupa senyawa
globulin dan selalu dibentuk dihati dengan bantuan vitamin K.

87
3. Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen
menjadi fibrin yang berupa benang – benang. Fibrinogen adalah
protein yang terdapat dalam plasma dalam jumlah 10 -700 mg/
100ml. sebagian besar fibrinogen dibentuk dalam hati. Dengan
terbentuknya benang – benang fibrin yang bertautan
mengakibatkan sel-sel darah merah dan plasma
terjaring untuk membentuk bekuan itu sendiri.

Golongan Darah

Penggolongan darah sistem ABO ditemukan oleh ilmuwan


Austria bernama karl landsteinerpada tahun 1930. Penggolongan
darah system ABO dilakukan berdasarkan ada tidaknya antigen
(aglutinogen) tipe A dan tipe B pada permukaan eritrosit serta
antibody (agglutinin) tipe a( anti-A) dan anti B di dalam plasma.

Faktor Rhesus (Rh)

Selain antigen A dan B, pada sel darah merah manusia


terdapat faktor Rh. Darah manusia dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok yaitu RH+dan RH- RH merupakan singkatan dari resus.
Jenis monyet sampai faktor rh pertama kali di temukan ketika
darah orang rh- di berikan kepada yang memiliki rhanti bodi rh
transfuse.

BAB VII
Sistem Respirasi
A. Respirasi Pada Hewan Rendah
1. Respirasi pada hewan Mollusca
Sebagian besar Mollusca organ respirasinya adalah insang. Insang

88
diadaptasikan untuk pertukaran gas oksigen dan kabondioksida dalam air
melalui permukaan insang yang luas dan berbentuk membran yang tipis.
Pada Mollusca, insang disebut juga ktinidium (Yunani : kteis; sebuah sisir).
Ktenidia terdiri atas sebuah filamen (= lamela) yang ditutupi silia. Gerakan
silia menyebabkan air melintasi permukaan filamen, oksigen berdifusi
melintasi membran menuju ke darah, dan karbondioksida berdifusi keluar.
Pada beberapa Mollusca seperti remis dan bivalvia lain, silia pada insang
juga berperan menyaring partikel makanan, kemudian mengirimnya ke
mulut dalam bentuk benang lendir. Setelah insang aliran air biasanya
menuju anus dan saluran keluar ginjal sambil membawa bahan yang akan
dibuang. Pada beberapa Mollusca, air masuk melalui incurent siphon dan
keluar melalui excurent siphon. Sebelum mencapai insang aliran air yang
masuk dideteksi oleh organ sensorik (osphradium) yang dapat berfungsi
mendeteksi endapan lumpur, makanan atau predator.

Beberapa Mollusca yang tidak memiliki insang, maka pertukaran gas


respirasi terjadi secara langsung melalui permukaan mantel. Keong
memiliki kemampuan adaptasi intuk kehidupan darat yaitu dengan
hilangnya insang, maka mantel yang dimilikinya dimodifikasi menjadi
sebuah paru-paru untuk pernapasan udara. Beberapa keong (pulmoat)
kembali ke habitat air, namun tetap mempertahankan paru-parunya. Untuk
itu mereka terlihat sering merambat naik ke permukaan air untuk

89
mengambil udara.
2. Respirasi Pada Arthropoda
Proses respirasi pada serangga, sama dengan pada organisme lain,
merupakan proses pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam
mitokhondria. Baik serangga terestrial maupun akuatik membutuhkan O 2
dan membuang CO2, namun pada keduanya terdapat perbedaan jelas: di
udara terdapat kl. 20% oksigen, sedang di air 10%. Oleh karenanya
kecepatan diffusinya juga berbeda, di air 3 x 106 lebih kecil daripada
kecepatan diffusi O 2 di udara.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu
sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat atau organ yang
disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola.
Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2,
O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu
proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O 2
dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan,
sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang
ada di udara.
Pada umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya
lebih besar daripada volumenya, sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan
baik berhubung luas permukaan yang cukup untuk akomodasi aliran O 2
dari luar tubuh.Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih besar,
harus dibantu dengan menggunakan kantung udara (air-sacs), yang
mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang harus didukung
oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Con¬tohnya pada beberapa jenis
belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga
darat dan beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan
oleh serangga air, yang tidak menggunakan spirakulum, antara lain untuk
mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
Pada kepik air (Belastomatidae) digunakan apa yang disebut “insang
fisis” atau physical gill digunakan untuk mengumpulkan gelembung, dan

90
jaringan mengambil O2 dari dalam gelembung-gelembung udara yang
disimpan. Jika tekanan parsial O2 menurun, tekanan udara di dalam air
menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara dari dalam air ke dalam
tubuh serangga, sehingga terkumpullah gelembung-gelembung udara.
Apabila di dalam gelembung udara yang disaring tersebut sudah
terkan¬dung terlalu banyak N2, maka serangga akan muncul ke
permukaan dan membuka mulut.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di
dalam air dengan bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu
filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2
yang terlarut diambil langsung. Bangunan ini sering juga disebut sebagai
insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya serangga mampu
bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air
juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill). (M.
Abercrombie, 1993)

Gambar mekanisme dan morfologi respirasi serangga

Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih


sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang
berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan
udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya
udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.Sistem trakea berfungsi
mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya
mengangkut CO2 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan
demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari

91
makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah
berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara
diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk
mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat
menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp.
mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada
permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan
melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang
berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui
cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini
oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.Pada kepik air
(Belastomatidae) digunakan “insang fisis” atau physical gill digunakan
untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari dalam
gelembung-gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O 2
menurun,tekanan udara di dalam air menjadi lebih besar, akan ada
gerakan udara dari dalam air ke dalam tubuh serangga, sehingga
terkumpullah gelembung-gelembung udara. Apabila di dalam gelembung
udara yang disaring tersebut sudah terkan¬dung terlalu banyak N2, maka
serangga akan muncul ke permukaan dan membuka mulut.Sebaliknya
terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan
bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan
alat ini maka CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil
langsung (bukan dalam ujud gelembung udara). Bangunan ini sering juga
disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya
serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih
lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal
gill), yang merupakan insang biologis, berfungsi karena gerak biologis.
1. Crustacea contohnya udang dan kepiting bernapas dengan insang
2. Myriapoda contohnya lipan dan luwing bernapas dengan trakea

92
3. Arachnida contohnya laba-laba dan kalajengking bernapas dengan
paru-paru buku
4. Insekta contohnya serangga bernapas dengan trakea.
3. Pernafasan arthropoda / insecta
Insecta bernapas menggunakan sistem trakea. Sistem trakea pada
serangga, misalnya belalang terdiri atas spirakel, saluran (pembuluh
trakea), dan trakeolus. Spirakel atau stigma merupakan jalan keluar
masuknya udara dari dan ke dalam sistem trakea, terdapat di kerangka
luar (eksoskeleton), berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin,
terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh, dan merupakan tempat
bermuaranya pembuluh trakea. Pada umumnya spirakel terbuka selama
serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat. Udara masuk
melalui empat pasang spirakel depan dan keluar melalui enam pasang
spirakel belakang. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel, kemudian
menuju pembuluh-pembuluh trakea, selanjutnya pembuluh trakea
bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus. Dengan
demikian, oksigen dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian
dalam. Trakeolus merupakan cabang-cabang terkecil berukuran ± 0,1 mµ
dari saluran pembuluh trakea yang berhubungan langsung dengan jaringan
tubuh dan tidak berlapis zat kitin. Trakeolus ini merupakan tempat
terjadinya pertukaran udara pernapasan. Trakeolus mempunyai fungsi
sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada
Vertebrata. Perhatikan Gambar 7.13.

93
Mekanisme pernapasan pada belalang diatur oleh otot perut
(abdomen). Ketika otot perut (abdomen) berelaksasi, volume trakea
normal sehingga udara masuk. Sebaliknya, ketika otot abdomen
berkontraksi, volume trakea mengecil sehingga udara keluar. Jalur yang
dilalui udara pernapasan, yaitu udara luar => stigma/spirakel =>
saluran/pembuluh trakea => trakeolus => jaringan tubuh. Jadi, sistem
trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh,
serta sebaliknya mengangkut CO2 hasil pernapasan untuk dikeluarkan dari
tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi
mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut udara
pernapasan.Pada serangga air, seperti jentik nyamuk, udara diperoleh
dengan menjulurkan tabung pernapasan ke permukaan air untuk
mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara,
sehingga dapat menyelam di dalam air dalam waktu lama. Misalnya, kepik
Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai
rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung
udara dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Adapula
serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara
dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa
insang. Selanjutnya O2 diedarkan melalui pembuluh trakea.
B. Respirasi Pada Vertebrarta
1. Sistem Respirasi Pada Ikan

Ikan bernapas pada insang yang terdapat di sisi kanan dan kiri kepala
(kecuali ikan Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Selain berfungsi

94
sebagai alat pernapasan, insang juga berfungsi sebagai alat ekskresi dan
transportasi garam-garam. Oksigen dalam air akan berdifusi ke dalam sel-
sel insang. Darah di dalam pembuluh darah pada insang mengikat oksigen
dan membawanya beredar ke seluruh jaringan tubuh, darah akan
melepaskan dan mengikat karbondioksida serta membawanya ke insang.
Dari insang, karbondioksida keluar dari tubuh ke air secara difusi.
Insang (branchia) akan tersusun atas bagian-bagian berikut ini:
a. Tutup insang (operculum), hanya terdapat pada ikan bertulang sejati,
sedangkan pada ikan bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang.
Operculum berfungsi melindungi bagian kepala dan mengatur
mekanisme aliran air sewaktu bernapas,
b. Membrane brankiostega (selaput tipis di tepi operculum), berfungsi
sebagai katup pada waktu air masuk ke dalam rongga mulut,
c. Lengkung insang (arkus brankialis), sebagai tempat melekatnya tulang
tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran
darah dan saluran syaraf,
d. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk
mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang,
e. Daun insang, berfungsi dalam sistem pernapasan dan peredaran
darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2,
f. Lembaran (filamen) insang (holobran kialis) berwarna kemerahan,
g. Saringan insang (tapis insang) berfungsi untuk menjaga agar tidak
ada benda asing yang masuk ke dalam rongga insang.
Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda
dan selalu lembab. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air,
sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah.
Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen
mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang
sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operculum, sedangkan
insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operculum.

95
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat
pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan,
alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai
labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O 2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang
kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus
dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan
mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
2. Ventilasi Pada Katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan
paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena
hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat
pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di
tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang
hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut
dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain
bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit,
ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan
mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi.
Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea)
kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya
karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung
dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo
kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat
terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak
bernapas juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik
paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk
gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru
diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas
pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan

96
oleh bronkus yang pendek.
Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang
keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara
(kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi
pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah
sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut
membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane.
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot
geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya
rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah.
Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang
berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida
dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut.
Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam
paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak
menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot
rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya
geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya
rongga mulut maka udara yang kaya karbondioksida keluar

3. Respirasi reptil
Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh
tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa
lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas.

97
Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif.
Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan
beberapa belahanbelahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti
spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon Afrika
mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan
tersebut melayang di udara.

4. Respiasi Pada Burung


Paru-paru burung berhubungan dengan kantong udara melalui
perantaraan bronkus rekurens. Selain berfungsi sebagai alat bantu
pernapasan saat terbang, kantong udara juga membantu memperbesar
ruang siring sehingga dapat memperkeras suara. Kantong udara juga
berfungsi mencegah hilangnya panas dengan menyelubungi alat-alat
dalam untuk mencegah kedinginan dan mengubah massa jenis tubuh
pada burung-burung perenang.
Perubahan massa jenis terjadi dengan cara memperbesar atau
memperkecil kantong udara. Kantong udara terdapat pada pangkal leher
(servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antar tulang
selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior),
rongga perut (saccus abdominalis), ketiak (saccus axillaris).
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada
tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang
terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya
panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian
akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink (alat
suara yang terletak pada bagian bawah trakea) yang pada bagian
dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar.

98
Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi
menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat
dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di
bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh
banyak parabronkus (100 atau lebih). .
Parabronkus berupa tabung- tabung kecil. Di parabronkus bermuara
banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru,
burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa
(sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan kamip.
Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di
pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan, pundi-pundi hawa
hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan
tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung
menjadi efisien. .
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara
(O2) di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan
kamipnya. Saat kamip mengepak atau diangkat ke atas maka kantung
hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk
ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi
maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga
rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di
udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida keluar.
Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa
masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh
kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi
pada saat ekspirasi maupun inspirasi. .
Selain itu, pada waktu burung tidak terbang, pernapasan terjadi
karena gerakan tulang dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak ke
muka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga dada membesar dan paru-
paru akan mengempis sehingga udara dari kantong udara kembali ke paru
-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui parabronkus pada waktu
inspirasi dan ekspirasi sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien

99
daripada paru-paru mamalia. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan
berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan
bobot tubuh
Respirasi pada hewan mamalia
5. Respirasi mamalia

Hewan mamalia ialah vertebrata yang bagian tubuhnya tertutup


dengan rambut berbulu, bulu itu untuk lapisan terluar hewan misalnya
kelas aves, yakni burung. Banyak sekali jenis hewan mamalia yang hidup
disekitar kita dengan beragam variasi yang berbeda dan mempunyai
keunikan sendiri dan masing-masingnya berbeda.
Berikut ini adalah penjelasan pada sistem pernapasan mamalia,
antara lain :
a. Dasar Definisi Proses Pemasukan Oksigen
Respirasi adalah proses untuk memasukkan oksigen yang berasal
dari sekitarnya dan membuang CO2. Mamalia adalah hewan yang
mempunyai tingkat evolusi lebih sempurna daripada kelas lain misalnya
amfibi, aves ataupun reptile.
Hewan kelas amfibi memang mempunyai paru – paru, namun belum
sempurna atau dalam arti lain masihsederhana serta kurang elastic guna
terpenuhinya fisiologis dalam tubuhnya, sehingga amfibi membutuhkan
alat bantuan berbentuk kulitnya dalam menjalankan aktivitas respirasi itu.
Daripada kelas amfibi, dalam kelas mamalia telah mengalami

100
perkembangan secara sempurna.
Dalam sistem respirasi mamalia yakni alurnya hidup yang dipunya
mamalia terkandung tulang – tulang turbinal berkelok-kelok. Jadi,
memperluas dari permukaan olfaktori. Laringnya mempunyai atap serta
terpisah. Fase aktif pada pernapasannya sendiri dikenal dengan inspirasi
yang mengalami perataan mulai dari diafragma serta elevasi dalam tulang
– tulang iga serta gerakannya melengkung keluar. Ada dua jenis respirasi,
yakni respirasi eksternal dan respirasi internal.
b. Proses Memasukkan Oksigen ke Dalam Hewan Mamalia
Untuk proses ini terdapat 2 fase, yakni fase ketika memasukkan
oksigen (inspirasi) dan fase mengeluarkan CO2 (ekspirasi. Inspirasi ialah
proses aktif yang mengalami kontraksi dalam otot inspiratory. Ototo
inspiratory ialah otot antara tulang iga dengan tulang bagian diafragma.
Kontraksi ini yang dapat menyebabkan peningkatan volume rongga dada.
Pada proses ini, paru-paru akan mengembang serta memunculkan
tekanan negative didalam. Jadi, udara disekitar dimasukki oleh paru-paru.
Sementara proses ekspirasi/ proses pengeluaran CO2 ini prosesnya lebih
pasif. Hal ini dikarenakan proses ekspirasi mengalami relaksasi pad aotot
inspiratory saja, sehingga terjadi pengerutan dalam dinding alveoli.
c. Proses Fisiologi pada Kegiatan Pemasukan Oksigen
Pada saat karbondioksida terjadi peningkatan, yang mana mamalia
terjadi proses aktif pada kegiatannya sehingga kemoreseptor (pusat
respirasi) yang terdapat dimedula terjadi rangsangan. Hal inilah yang
mengakibatkan impuls syaraf akan menjalar ke sepanjang serabut eferen
dalam organ efektor (ada di otot dada, pembuluh darah dan jantung). Lalu
organ efektor ini mengakibatkan proses yang lebih kompleks kembali,
yakni mengalami peninkatan ventilitaso serta pelepasan CO2.
Impuls lalu sampai di jantung serta pembuluh darah pada jaringan
terjadi penimbunan CO2 yang akan mendorong munculnya respon
sehingga mempermudah pelepasan C02 dari dalam tubuh. hal inilah yang
membuat peningkatan pasokan oksigen pada tubuh.
6. Transpor O2dan CO2

101
a. Transpor O2
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara, yaitu dengan
cara sederhana (terlarut dalam plasma darah ) atau dengan cara diikat
oleh pigmen respirasi, yaitu senyawa khusus yang dapat mengikat dan
melepas oksigen secara bolak-balik. Beberapa hewan invertebrata
sederhana mentranspor oksigen dengan cara melarutkannya dalam darah.
Sebenarnya, cara semacam itu tidak efektif, namun masih dapat
memenuhi kebutuhan tersebut karena invertebrata sederhana umumnya
memiliki tingkat metabolisme yang tendah.
Hewan yang memiliki tingkat perkembangan labih tinggi biasanya
mempunyai aktifitas metabolisme yang lebih tinggi biasanya mempunyai
aktifitas metabolisme yang lebih tinggi dan ukuran tubuh lebuh besar.
Mereka memerlukan oksigen dalam jumlah yang lebih besar pula. Oleh
karena itu, hewan tingkat tinggi memerlukan cara pengangkutan oksigen
yang lebih efektif, yakni dengan bantuan pigmen respirasi.
Pigmen respirasi merupakan protein dalam darah (dalam sel darah
atau plasma) yangg memiliki afinitas/ daya gabung tinggi terhadap
oksigen. Pigmen respirasi sangat diperlukan oleh darah / cairan tubuh
untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen.
Keberadaan pigmen respirasi dalam darah/ cairan tubuh benar-benar
dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen secara bermakna.
Sebagai contoh, keberadaan pigmen hemoglobin dalam darah mamalia
dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan O 2 oleh darah sebesar 20
kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat membawa 20 ml oksigen.
Tanpa hemoglobin, darah hanya dapat mengangkut oksigen sebanyak 1
ml per 100 ml darah.

102
Berbagai macam pigmen respirasi pada hewan dan ciri-cirinya
Nama Jenis Lokasi Warna Pigmen Contoh
Pigmen Logam Tak Hewan
Teroksigenasi Teroksigenasi
Hemosianin Cu++ Plasma Biru Tak berwarnaketam, udang
laut, siput
(Gastropoda),
cephalopoda.
++
Klorokruorin Fe Plasma Hijau Hijau Cacing
Polokhaeta
(pada
keempat
familinya
++
Hemeritrin Fe Plasma Merah Kuning pucat Sipunkulid,
dan sel brakhiopoda,
darah beberapa
Annelida
++
Hemoglobin Fe Plasma Merah Keunguan Beberapa
dan sel cacing pipih,
darah beberapa
Moluska,
hampir
semua
Vertebrata
Hemoglobin (biasa disingkat Hb) merupakan pigmen respiratori yang
paling dikenal, paling banyak dijumpai, dan cara kerjanya paling efisien. Hb
ditemukan dalam darah manusia, Protozoa, dan kebanyakan filum hewan.
Hb tersusun atas senyawa porfirin besi (hemin) yang berikatan dengan
protein globin (lihat gambar 8.2). pada daerah yang memiliki
tekanan/konsentrasi oksigen tinggi, seperti pada permukaan alveoli paru-
paru, Hb sangat mudah berikatan dengan oksigen dan membentuk
oksihemoglobin.
Sementara, pada daerah yang memiliki tekanan oksigen rendah atau
pH rendah, oksihemoglobin sangat mudah terurai dan memebebaskan

103
oksigen, sesuai dengan reaksi berukut
Tekanan O2 tinggi
Hb + O2 HbO2
Oksigen akan berikatan dengan hemin, tepatnya pada Fe++ yang
terdapat pada pusat gugus tersebut, dengan suatu ikatan yang
longgar/lemah. Harus diingat bahwa proses pengikatan molekul oksigen
pada hemin tersebut bukanlah peristiwa oksidasi, melainkan
penggabungan antara Fe++ pada gugus hemin dan molekul O2.
Mekanisme oksigenasi dan deoksigenasi Hb pada bagian hemin
Penggabungan Hb dan O2 menjadi HbO2 atau proses kebalikannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi oksigen di
lingkungan hewan, seperti telah diuraikan sebelumnya. Konsentrasi
oksigen di suatu lingkungan akan menentukan besarnya tekanan parsial
gas tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap kejenuhan Hb oleh
oksigen.
b. Transpor CO2
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa aktivitas metabolisme
sel akan menghasilkan zat sisa, antara lain CO2 dan air. Air yang terbentuk
dari peoses tersebut dinamakan air metabolik. Keberadaan air metabolik
di dalam tubuh tidak menimbulkan masalah yang rumit karena masih
dapat dimanfaatkan oleh sel tubuh. Namun, keberadaan CO2 dapat
menimbulkan gangguan fisiologis yang penting. CO 2 sangat mudah
berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang meiliki kekuatan
untuk menciptakan kondisi asam. Oleh karena itu, CO 2 yang terbentuk di
jaringan harus segera diangkut dan dikeluarkan dari tubuh.
Reaksi antara CO2 dan air terjadi melalui persamaan reaksi berikut.
CO2 + H2O H2CO3
Reaksi pembentukan asam karbonat dapat terjadi dalam cairan
jaringan/ruang ekstrasel, plasma, maupun di dalam sel darah merah.
Pembentukan asm karbonat (H2CO3) yang terjadi da dalam sel darah
merah berlangsung sangat cepat (disebut reaksi cepat) karena di
dalamnya terdapat enzim kaobonat anhidrase yang berperan sebagai

104
katalis.
Darah mengangkut CO2 dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai
senyawa karbamino (ikatan antara CO2 dan Hb), CO2 terlarut dalam
plasma, asam karbonat (H2CO3, hasil reaksi antara CO2 dan air), ion
karbonat (HCO 3-) dan senyawa bikarbonat (NaHCO3 dan KHCO3, bentuk
yang paling banyak). H2CO3 merupakan senyawa asam yang labil dan
mudah terionisasi dengan menghasilkan ion H + dan HCO -2. Akan tetapi,
-
transpor CO2 dalam bentuk H2CO3 dan HCO 3 sering kali menyebabkan
terjadinya penurunan pH karena keduanya bersifat asam. Keadaan
jaringan yang asam akan dapat mengganggu kerja enzim dan aktifitas
metabolisme sel.
Oleh karena itu, peluang timbulnya suasana asam harus dihindarkan
dengan cra membentuk senyawa yang bersifat sedikit basa (senyawa
bikarbonat). Dalam proses tersebut, ion HCO3-(ion bikarbonat) akan
berikatan dengan ion Na+ atau K+ yang banyak terdapat dalam jaringan,
membentuk NaHCO3 dan KHCO3 (senyawa bikarbonat).
Pengangkutan CO2 dalam bentuk senyawa bikarbonat merupakan
cara untuk mempertahankan keseimbangan pH. Mekanisme
mempertahankan pH dengan cara seperti itu dinamakan mekanisme
buffering mempertahankan keseimbangan pH merupakan tugas
tambahan bagi sistem respirasi, di luar tugas utamanya untuk
mentranspor O2 dan CO2.
Sistem respirasi juga memiliki fungsi lain, yaitu menjaga
keseimbangan elektrik dalam darah, yang dilaksanakan melaui
mekanisme HCO3/Cl-transporter atau chloride shift atau pertukaran
HCO3/Cl-. Chloride shift mekanisme untuk menjaga keseimbangan elektrik
antara plasma darah dan sel darah merah, dengan mengatur perpindahan
ion Cl- ke arah tertentu (ke dalam atau luar sel), sebagai imbangan bagi
perpindahan ion HCO 3 - ke arah yang berlawanan dengan arah yang
ditempuh ion Cl-.

BAB VIII

105
Sistem Ekskresi

A. Sistem Ekskresi Pada Hewan Invertebrata

Sistem ekskresi pada hewan rendah biasanya sesuai dengan


habitatnya. Berbagai habitat tempat hidup hewan seperti laut, air tawar
dan daratan. Berbagai alat ekskresi telah berkembang untuk
mengeluarkan sampah metabolisme, untuk mengatur keseimbangan air
tubuh dan keseimbangan ion. Hewan tingkat rendah belum memiliki ginjal
yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya,
hewan tingkat rendah memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana,
dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata
lainnya. Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, nefridium, dan
sel api. Nefridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus
pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas sistem ekskresi pada cacing
pipih (Planaria), cacing gilig (Annellida), dan belalang.

1. Sistem Ekskresi Pada Amuba

Amoeba dan banyak organisme bersel tunggal lainnya hidup dalam


lingkungan berair dan membuang limbah metaboliknya secara difusi
sama seperti yang dilakukan tumbuhan air. Bagi kebanyakan, produk akhir
yang utama metabolisme protein adalah amonia, zat ini mudah terdifusi
keluar dari selnya sebelum selesai dari konsentrasi yang membahayakan.
Akan tetapi, dengan cara tersebut organisme tidak dapat melakukan apa-
apa terhadap berlebih, karena tidak dilengkapi dengan sel dinding yang
kaku, binatang ini tidak dapat melawan masuknya air secara terus
menerus. Masalah ini dapat teratasi dengan vakoula kontraktil (rongga
berdenyut) yang berfungsi untuk mengatur kadar airt dalam sel sehingga
nilai osmosis isi sel tetap terpelihara. Energi digunakan untuk memaksa
air untuk keluar lagi dari selnya dan kedalam air disekitarnya. Bolehjadi
vakuola kontratil tidak memainkan peranan yang penting dalam ekskresi
substansi lain-lain.

106
2. Sistem Ekskresi Pada Cacing Pipih

Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih.


Platyhelminthes memiliki tubuh, lunak, dan epidermis bersilia. Cacing
pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh
(acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut, dan tanah lembab. Ada
pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit
ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa.
Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait
untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah
dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak
sempurna, tanpa anus. Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas
Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda. Pada cacing pipih
(Platyhelmintes) alat eksresi berupa protonefridium yang mempunyai sel
api (flame cel) berflagel. Flagel berfungsi menggerakan air ke sel api pada
sepanjang saluran ekskresi. Air dan zat sisa masuk ke dalam sel api yang
selanjutnya dikeluarkan melalui lobang nefridiofor. Sebagian sisa nitrogen
tidak masuk ke saluran ekskresi tetapi masuk ke sistem pencernaan yang
selanjutnya diekskresikan melalui mulut. Cacing pipih juga mempunyai
organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium. Protonefridium
tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di
dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap
sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api
lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela
juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada
sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang
menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan
tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini.
Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa
nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat
mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke air.

107
3. Sistem Ekskresi pada Anelida dan Molluska

Alat ekskresi pada annelida ialah nefridium. Ada beberapa macam


nefridia misalnya protonefridia yang memepunyai solonosit (sel api) yang
serupa dengan alat ekskresi pada cacing pipih. Macam nefridia yang lain
terdapat pada annelida yang hidup di darat yang disebut metanefridia.
Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen
dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga
segmen pertama dan terakhir. Metanefridium terdapat sepasang pada
tiap segmen kecuali segmen terakhir. Metanefridium memiliki dua lobang
saluran yaitu nefrostom di anterior dan nefrostom di posterior. Cairan
tubuh mengalir melalui nefridium, zat yang diperlukan tubuh seperti air,
zat makanan dan ion-ion diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
sistem peredaran dan zat sisa (sampah nitrogen ) diekskresikan melalui
nefridioifor.

Nefrostom ada di dalam rongga tubuh, yang penuh dengan cairan


yang terutama merupakan sistem limfa tersaring dari sistem peredaran
tertutup. Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong
(nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen
berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar
seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian
luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua,
disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke
nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat
celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul
makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-
bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah
nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan
keluar.
Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan

108
mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam
rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa
ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum.
Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang
lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi
ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi. Pada mollusca alat
ekskresinya disebut ginjal yang merupakan kumpulan dari nefridia. Ginjal
berhubungan dengan coulum dan kaya akan pembuluh darah. Terjadi
filtrasi sisa-sisa metabolisme dari darah melalui pembuluh kapiler ke
saluran nefridia.

4. Alat Ekskresi pada Belalang

Pada belalang alat ekskresinya adalah pembuluh Malpighi, yaitu


alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh
Malphigi merupakan pembuluh-pembuluh buntu yang bermuara pada
sistem pencernaan makanan antara saluran pencernaan tengah atau
lambung dengan usus. Hampir semua serangga mempunyai pembuluh
Malpighi. Jumlah pembuluh antara 2-250 buah. Pembuluh Malphigi
mengasorbsi sisa metabolisme darah pada rongga tubuh. Di samping
pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk
mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini
berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat
mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam
tubuhnya.

Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang


toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak
larut. Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang.
Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat
bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen
diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap
kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa

109
air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat
dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses

B. Sistem Ekskresi Pada Hewan Vertebtara

Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan


organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari
keempat organ tersebut adalah ginjal.

Ginjal

Dunia kedokteran biasa menyebutnya ‘ren’ (renal/kidney).


Bentuknya seperti kacang merah, berjumlah sepasang dan terletak di
daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-
170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal
(medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat
jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron
tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang
bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula
Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus. Ginjal vertebrata
mengalami perkembangan baik secara evolusi atau sejalan dengan
perkembangan embrio. Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-
zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia.
Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam,
melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus.
Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya
berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air mempertahankan cairan
ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan serta
mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal
berupa urin.

Struktur Ginjal

Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan

110
terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat
ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap
menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.
Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

a. korteks (bagian luar)

b. medulla (sumsum ginjal)

c. pelvis renalis (rongga ginjal).

Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta


sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan
zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi
dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul
Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput
sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus
berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah
tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada
dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua
adalah tubulus distal. Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul.
Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung
kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar
tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra. Proses-proses di dalam
Ginjal. Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan
augmentasi. Penyaringan (filtrasi), Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus
pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler
yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan.
Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan
hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain
penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah,
keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil
terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,

111
klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi
bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi
tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan
asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.

Penyerapan kembali (Reabsorbsi)

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena


itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus
kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada
tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa
dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam,
dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal
mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa.
Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali. Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat
-zat yang masi.

Kulit

Merupakan lapisan terluar dari tubuh kita, yang tediri dari 2 lapisan
yaitu lapisan epidermis (luar) dan dermis (dalam). Epidermis,terdiri :

 stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu


mengelupas.
 stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk
 stratum granulosum, mengandung pigmen
 stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar

Dermis (korium), terdiri :

o akar rambut

112
o pembuluh darah
o syaraf
o kelenjar minyak (glandula sebasea)
o kelenjar keringat (glandula sudorifera)
o lapisan lemak, terdapat di bawah dermis yang berfungsi melindungi
tubuh dari pengaruh suhu luar

Paru-paru (pulmo)

Penguraian karbohidrat (glukosa) dan lemak kecuali menghasilkan


energi akan menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan H2O yang akan
dikeluarkan lewat paru-paru. Seseorang yang berada dalam daerah dingin
waktu ekspirasi akan tampak menghembuskan uap. Uap tersebut
sebenarnya merupakan carbondioksisa dan uap air yang dikeluarkan saat
terjadi pernafasan.

Hati (hepar)

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di rongga


perut sebelah kanan atas, berwarna kecoklatan. Hati mendapat suplai
darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang (vena
porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica). Hati
terdapat pembuluh darah dan empedu yang dipersatukan selaput jaringan
ikat (capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah
yan gtelah tua disebut histiosit. Sebagai alat eksresi hati menghasilkan
empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan, di dalamnya
mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan
juga bacteri serta obat-obatan. Zatr warna empedu terbentuk dari
rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap histiosit
selanjutnya dirombak dan haeglobinnya dilepas. Fungsi hati :

o menyimpan kelebihan gula dalam bentuk glikogen (gula otot)

113
o merombak kelebihan asam amino (deaminasi)
o menawarkan racun
o membentuk protombin dan fibrinogen
o membentuk albumin dan globulin
o mengubah provitamin A menjadi vitamin A
o tempat pembentukan urea
o menghasilkan empedu
o tempat pembentukan dan penghancuran eritrosit yang telah tua

1. Sistem ekskresi pada mamalia

Sistem Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia


tetapi sedikit berbeda karena mamalia dipengaruhi/disebabkan oleh
lingkungan tempat tinggalnya. Paru-paru mamalia mempunyai permukaan
ber spon (spongy texture) dan dipenuhi liang epitelium dengan itu
mempunyai luas permukaan per isipadu yang lebih luas berbanding luas
permukaan paru-paru. Paru-paru manusia adalah contoh biasa bagi paru-
paru jenis ini. Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity),
dilindungi oleh struktur bertulang tulang selangka dan diselaputi karung
dua dinding dikenali sebagai pleura. Lapisan karung dalam melekat pada
permukaan luar paru-paru dan lapisan karung luar melekat pada dinding
rongga dada. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang
dikenali sebagai rongga pleural yang berisi cecair pleural ini
membenarkan lapisan luar dan dalam berselisih sesama sendiri, dan
menghalang ia daripada terpisah dengan mudah. Bernafas
kebanyakannya dilakukan oleh diafragma di bawah, otot yang mengucup
menyebabkan rongga di mana paru-paru berada mengembang. Sangkar
selangka juga boleh mengembang dan mengucup sedikit. Ini
menyebabkan udara tetarik ke dalam dan keluar dari paru-paru melalui
trakea dan salur bronkus (bronkhial tubes) yang bercabang dan
mempunyai alveolus di ujung yaitu karung kecil dikelilingi oleh kapilari

114
yang dipenuhi darah. Di sini oksigen meresap masuk ke dalam darah, di
mana oksigen akan d angkut melalui hemoglobin. Darah tanpa oksigen
dari jantung memasuki paru-paru melalui pembuluh pulmonari dan lepas
dioksigenkan, kembali ke jantung melalui salur pulmonari.

2. Sistem Ekskresi Pada Ikan

Ikan air tawar, sebagaimana hewan air tawar . Ikan mempunyai


system ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang disebut
urogenital.Lubang urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran
ginjal dan saluran kelamin yang berada tepat dibelakang anus. Ginjal pada
umumnya terletak antara columna vertebralis dan gas bladder. Ginjal
terdiri dari dua bagian yaitu caput renalis anterior yang tersusun atas
jaringan hemapoeitik, limfoid dan endokrin serta trunkus renalis posterior
yang tersusun atas nefron-nefron dikelilingi jaringan limfoid interstitial.
Sisi kanan dan kiri dari trunkus renalis berfusi dan membentuk
lengkungan yang mengisi ruangan diantara kedua gas bladder. Di bagian
posterior dari lengkungan ini trunkus renalis menipis menyesuaikan
lekukan pada gas bladder. Caput renalis terpisah atas bagian kana dan
kiri, terletak di anterior dari lengkungan tersebut memasuki daerah
cranium. Cairan tubuh dari ikan air tawar memiliki konsentrasi ion yang
lebih tinggi dibanding dengan lingkungan sekitarnya, kondisi ini disebut
dengan hiperosmotik. Untuk mempertahankan gradient konsentrasi
tersebut dibutuhkan system pembuangan dan konserbasi dari ion-ion
disamping adanya proses ekskresi air yang telah difiltrasi oleh ginjal.
Proses filtrasi ini dilakukan ginjal yaitu pada bagian nefron glomerulus
yang terdiri dari corpus renalis dan tubulus renalis. Corpus renalis terdiri
atas glomerulus-glomerulus yang diselubungi oleh capsula Bowman.
Epitelia parietalis dan visceralis membentuk “Bowman’s space” yang
memisahkan glomerulus dengan bagian-bagian lain dari ginjal. Glomeruli
berukuran kecil dan avasculer dengan tubuli renalis yang mempunyai 6
regio sitologis yang berbeda.

115
1. Neck region memiliki lumen yang dikelillingi oleh sel-sel epitel
kuboid bersilia sampai kolumner pendek. Sitoplas,a dari sel-sel ini
tercat basofilik tipis.
2. Tubulus proximalis primer diselubungi oleh epitel-epitel kolumner
tinggi dengan nuclei basalis dan sitoplasma yang tercat eosinofilic
tipis. Microvilli dengan puncak berbentuk tepi sikat menjulur
kelumen.
3. Tubulus proximalis sekunder masih tersusun atas sel-sel epitel
kolumner tinggi dengan nuclei yang terletak lebih central dan tepi-
tepi sikat yang berkembang lebih baik. Adanya bangunan
mitokondria dalam jumlah yang besar menyebabkan sitoplasma
tercat eosinofilik.
4. Tubulus intermedius memiliki lumen yang sempit dikelilingi oleh sel
-sel epitel kuboid sampai kolumner pendek dengan tepi-tepi sikat
yang tidak jelas.Sel-sel ini tercat eosinofilik kuat.
5. Tubulus distalis tersusun atas sel-sel epitel kolumner yang besar.
Nucleus terletak di tengah sedangkan tepi-tepi sikat mereduksi atau
tidak ada.
6. Tubulus conectivus berukuran lebih besar daripada tubulus distalis.
Sel-sel epitel kolumner tercat eosinofilik lemah dengan nucleus
terletak di basal dan tidak adanya tepi-tepi sikat. Tubulus ini terus
membesar sampai muaranya dengan adanya perubahan sel-sel
epitel dari kolumner menjadi epitel pseudostratified yang
mempunyai sel-sel goblet. Tubulus-tubulus yang lebih besar
bergabung dengan lapisan otot polos dan jaringan pengikat. Rodlet
cells dan intercalated cells (leukosit) biasa dijumpai pada
epithelium ductus colectivus. eck region merupakan lanjutan dari
epitelia parietalis dan visceralis dari capsula Bowman. Ginjal pada
ikan yang hidup di air tawar dilengkapi sejumlah glomelurus yang
jumlahnya lebih banyak. Sedangkan ikan yang hidup di air laut
memiliki sedikit glomelurus sehingga penyaringan sisa hasil
metabolisme berjalan lambat.

116
4 Sistem Ekskresi Pada Amfibi

Ginjal amphibi sama denga ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi
untuk mengeluarkan air yang berlebvih. Karea kulit katak permeable
terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak iar masuk ke tubuh
katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan
konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya
terhadap kandungan air sesuai dengan lingkungannya dengan cara
mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal
berfungsi untuk membuang bahan – bahan yang diserap kembali oleh
tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga
menggunkan kantung kemih untuk konserfadsi air. Apabila sedang
berada dia air, kantung kemih terisi urin ynag encer. Pada saat berada di
daarat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang
melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang
sama dengan ADH. Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru,dan
kulit. Saluran ekskresi pada katak jantan & betina memiliki perbedaan,
pada katak jantan saluran kelamin & saluran urin bersatu dengan ginjal,
sedangkan pada katak betina kedua saluran itu terpisah. Walaupun begitu
alat lainnya bermuara pada satu saluran dan lubang pengeluaran yang
disebut kloaka.

5. Sistem Ekskresi Pada Reptil

Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka.


Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat
hasil metabolisme.Reptil yang hidup di darat sisa hasil
metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk
bahan setengah padat berwarna putih

C. Sistem koordinasi hewan

117
1. Pengertian sistem saraf

Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan


semua kegiatan aktivitas tubuh. Sistem saraf juga adalah bagian dari
tubuh yang berfungsi melakukan pengaturan kegiatan tubuh dengan
cara mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf dan
tanggapan atau reaksi dalam bentuk pulsa elektrik. Sistem saraf
disebut juga sistem pengatur tubuh.

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai


bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang
bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan
direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup
tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungan luar maupun dalam.

Sistem saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang
berkumpul membentuk suatu berkas (faskulum). Sistem saraf terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan
pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.

Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus


dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

 Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada


tubuh
 kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indra.
 Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf
tersusun dari
 berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung
terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf
disebut neuron.
 Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang

118
telah diantarkan oleh penghantar impuls.

2. Sistem Saraf pada Hewan

Sistem saraf pada hewan terdiri atas serabut saraf yang tersusun

atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi

sensoris indrawi, aktivitas motorik volunteer dan involunter organ atau

jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh.

Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting

karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron)yang saling terhubung.

Adapun komponen-komponen yang umumnya dapat ditemukan

pada sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, pleksus, dan

ganglia. Serabut saraf merupakan kumpulan akson dari jumlah sel

saraf, baik sejenis maupun tidak. Contoh serabut saraf sejenis adalah

serabut aferan dan serabut eferen. Serabut campuran terdiri atas

sejumlah akson dan sel saraf motorik dan sensorik. Adapun pleksus

ialah ialah jaringan serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus

terkadang dapat ditemukan adanya badan sel saraf. Pleksus dapat

ditemukan pada coelenterata, stenopara, dan khemikordata. Pada

jenis hewan tersebut, pleksus biasanya berfungsi sebagai sistem

sistem saraf pusat. Komponen lainnya yakni ganglia, yaitu kumpulan

sel saraf berbentuk nodul (bulat atau membulat dan memiliki batas

yang jelas), dilapisi jaringan konektif, dan mempunyai badan sel saraf

serta serabut saraf. Berikut ini akan dijelaskan mengenai klasifikasi

sistem saraf pada hewan tingkat rendah (invertebrata) hingga tingkat

tinggi (vertebrata).

119
3. Sistem Saraf pada Hewan Tingkat Rendah (Invertebrata)

a. Sistem Saraf Hewan Bersel Satu

Tidak semua avertebrata (invertebrata) memiliki sistem saraf.


Hewan yang tergolong Protozoa dan Porifera tidak memiliki
sistem saraf. Setiap sel penyusun tubuh hewan tersebut mampu
mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima dan tidak ada
koordinasi antara satu sel dengan sel tubuh lainnya. Hewan bersel
satu seperti Amoeba dan Paramaecium meskipun tidak
mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya dapat melakukan
segala kegiatan sebagai mahkluk hidup seperti iritabilitas,
bergerak dan penyesuaian diri terhadap linngkungannya.

1.) Sistem Saraf pada Coelenterata

Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan


Anemon laut pada Mesoglea yang terletak diantara epidermis
(ektoderm) dan gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf
diffus karena sel-sel saraf masih tersebar saling berhubungan
satu sama lain menyerupai jala yang disebut saraf jala. Sistem
saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu, berkutub dua, dan
berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling
berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel
ke sel yang lainnya lewat melalui sinaps.

2.) Sistem Saraf pada Echinodermata

Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem


saraf primitif. Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk
cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke

120
tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti
jala dan belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf
berhubungan (innervasi) dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.

Gambar 2.1 Echinodermata dan Bagian-bagiannya

Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti


pada Coelenterata, namun sistem sarafnya sudah mempunyai
struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf
motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks. Misalnya pada
bintang laut, terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap
penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini
bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir
sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.

3.) Sistem Saraf pada Platyhelminthes

Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan


sistem saraf tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi
menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang
disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion
kepala terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya
membentuk seperti tangga. Karena itu disebut saraf tangga tali.
Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara

121
transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf
dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di
semua bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai peran sebagai
pusat sensoris yang menerima impuls dari titik mata dan
reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala tidak mempunyai
peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot.

Gambar 2.2 Platyhelmintes dan Bagian-bagiannya

4.) Sistem saraf pada Arthropoda

Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral

seperti pada cacing tanah. Perkembangan yang kompleks pada

otak arthropoda sangat berbeda dari spesies ke spesies. Namun

pada dasarnya mempunyai tiga bagian yaitu protoserebrum,

deuteroserebrum dan tritoserebrum. Pada arthropoda otak

merupakan stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh untuk

mengontrol ganglia segmental yang lebih rendah seperti pada

toraks dan abdomen. Ganglia segmental pada hewan ini merupakan

pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai ganglion-ganglion ventral

122
bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa

saraf yang ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak

cabang. Ganglion dorsal itu sering disebut otak. Alat perasa yang

pokok berupa 8 buah mata sederhana.

Gambar 2.3 Arthropoda dan Bagian-bagiannya

Pada udang (kelas Crustaceae) terdapat otak di sebuah dorsal,


dengan dua buah penghubung sirkumesofageal dan sebuah rantai
ganglion-ganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar
berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang
dari otak dan korda ventral. Adapun belalang (kelas Insecta)
mempunyai sebuah otak dorsal atau juga disebut ganglion serebral
yang bilobus. Otak dorsal itu disatukan dengan korda ventral oleh
dua penghubung sikumesofageal. Dalam korda ventral terdapat 3
buah ganglion toraksis dan 5 buah ganglion abdominalis. Cabang-
cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral.

5.) Sistem saraf Annelida

Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion


supraesofageal dapat juga disebut sebagai otak yang terletak di

123
sebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal itu dihubungkan
dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal.
Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf
ventral. Dalam setiap metamer atau segmen batang saraf ventral itu
membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral
bercabang-cabang lateral.

Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indra yang


menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata
sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu terdiri dari kornea,
lensa, dan retina sehingga analog dengan mata pada vertebrata.

Sistem saraf pada Oligochaeta berupa sebuah ranting ganglion


ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari segmen ke-4. di
samping itu ada ganglion suprafaringeal anterior yang juga disebut
otak yang terletak dalam segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar faring
menghubungkan otak dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap
metamer terdapat 3 pasang saraf yang berasal dari tali saraf ventral
tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat organ-organ sensoris
yang sensitive terhadap sentuhan dan cahaya.

Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf


yang lebih maju yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental
sepanjang tubuhnya. Ganglion supraoesofagus yang disebut juga otak
fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari
reseptor yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada
permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai
ganglion pada tiap ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut
dihubungkan dengan tali saraf ventral. Tiap ganglion mempunyai
fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari
reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf
berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal pada semua
ruas berkontraksi bersama-sama.

124
Gambar 2.4 Annelida dan Bagian-bagiannya

6.) Sistem saraf Mollusca

Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan


sebagai saraf serebral (dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf
jeroan. Saraf-saraf dari ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ.

Gambar 2.5 Gastropoda dan Bagian-bagiannya

Pada gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai


peran untuk mengontrol ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks
atau gerakan pada hewan ini dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion
yaitu ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda
(cumu-cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya

125
penggabungan berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus.
Karena itu otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan
suboesofagus. Pada bagian suboesofagus terdapat pusat pernafasan
untuk inspirasi dan ekspirasi. Selain itu terdapat pula bagian yang
termasuk ganglia pedal dan branchial yang mengontrol lengan dan
tentakel. Sedangkan bagian otak supraoesofagus berisi pusat motorik,
pusat sensorik utama yang berupa lobus untuk pembau, dan kompleks
dorsal vertikal.

4. Klasifikasi Sistem Saraf pada Hewan Tingkat Tinggi (Vertebrata)

Vertebrata mempunyai sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.


Susunan sistem saraf pusat berupa otak dan susunan tulang belakang.
Adapun susunan saraf tepi merupakan benang-benang saraf
penghubung antara susunan saraf pusat dan bagian-bagian tubuhnya.
Otaknya terdiri dari empat bagian, yaitu otak besar, otak kecil, otak
tengah dan sumsum pengubung atau sumsum lanjutan. Ukuran
bagian otak vertebrata bervariasi karena pertumbuhan setiap bagian
otak antara jenis yang satu berbeda dengan jenis lainnya. Berikut ini
klafikasi sistem saraf pada hewan vertebrata.

1. Sistem Saraf pada Pisces

Ikan (pisces) mempunyai susunan pusat saraf berupa otak dan


sumsum tulang belakang otak terdiri atas 3 bagian, yaitu otak besar,
otak kecil dan otak tengah. Saraf yang berkembang baik adalah saraf
yang berasal dari indra penglihatan. Pada beberapa jenis ikan
misalnya ikan hiu, saraf pembau juga berkembang dengan baik.
Dengan demikian, hiu dapat mencium dar'ah mangsa yang terluka,

126
walaupun jaraknya agak jauh. Otak kecil ikan berukuran lebih besar
daripada ukuran otak besarnya. Pusat koordinasi otot ikan dan pusat
keseimbangan terletak pada otak kecil.

2. Sistem Saraf pada Amphibia

Contoh hewan Amphibia dalah katak. Pada katak yang paling


berkembang adalah penglihatannya oleh karena itu bagian otak secara
keseluruhan hanya berbentuk memanjang sebab bagian otak kecilnya
tidak begitu berkembang. Sistem saraf pada katak terdiri atas dua
bagian yaitu sistem saraf yang berupa otak dan sumsum tulang
belakang. Bagian otak amphibia tersusun secara memanjang. Sistem
saraf amphibi disesuaikan dengan tempat hidupnya, dilingkungan
darat dan lingkungan air. Otak tengah Amphibia yang tumbuh
menggelembung menjadi pusat penglihatan, sedangkan otak kecilnya
tidak berkembang dengan baik.

3. Sistem Saraf pada Reptilia

Sistem saraf pada reptilia terdiri atas sistem saraf pusat yang
berupa otak dan sumsum tulang belakang. Bagian otak terbagi
menjadi empat bagian, yaitu otak besar, otak kecil, otak tengah,
sumsum penghubung atau lanjutan. Bangsa reptilia umumnya
memiliki daya penciuman yang sangat tajam oleh sebab itu bagian
otak yang merupakan pusat penciumannya lebih berkembang dan
bentuknya lebih besar dan memanjang kearah depan.

4. Sistem Saraf pada Aves

Burung (aves) merupakan hewan aktif yang banyak melakukan


pergerakan serta memiliki keseimbangan yang bagus terutama saat
terbang. Beberapa burung juga memiliki ketajaman penglihatan yang
bagus.Karena itu pusat koordinasi gerak dan keseimbangan burung
berkembang baik hal ini dapat terlihat dari adanya lekukan-lekukan

127
pada otak kecil burung yang menjadikan volume otak kecilnya menjadi
lebih besar. Seluruh kegiatan dan aktivitas tubuh diatur oleh saraf
pusat berupa otak dan sumsum tulang belakang. Otak burung terdiri
atas empat bagian yaitu otak besar, otak kecil, otak tengah dan
sumsum penghubung atau sumsum lanjutan. Otak besar dan otak
kecil berkembang dengan baik. Sementara itu, otak tengah
berkembang membentuk dua gelembung yang behubungan dengan
pusat penglihatan.

5. Sistem Saraf pada Mamalia

Mamalia merupakan vertebarta yang memiliki derajat tertinggi dan


hal ini terbukti dari perkembangan otaknyapun dapat jelas terlihat
dimana otak kecil dan otak besarnya berkambang dengan baik dan ini
jelas sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan mamalia.

BAB VIII
Sistem Saraf Dan Alat Indera
A. Sistem Saraf Vertebrata
Sistem saraf hewan vertebrata secara struktural dan fungsional
beragam. Otak dan sumsum tulang belakang vertebrata menyusun sistem
saraf pusat. Otak menyediakan kemampuan integratif yang mendasari
perilaku kompleks yang khas pada vertebrata. Sumsum tulang belakang
mengintegrasikan respon yang sederhana terhadap jenis stimulus tertentu
dan mengirimkan informasi ke dan dari otak.
Sistem saraf (pada vertebrata) terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang yang membentuk sistem saraf pusat (SSP), yang bertanggung
jawab atas integrasi informasi. Jaringan kerja saraf yang membentuk
sistem saraf tepi (SST) membawa informasi dari reseptor sensoris (input
sensoris)sampai kesistem saraf pusat dan perintah motorik dari sistem
saraf pusat (output motorik) ke berbagai organ atau kelenjar target, yang
secara kolektif disebut efektor.

128
Sitem saraf pada
vertebrata terdiri dari dua
bangian utama: (1) sistem saraf
pusat, yang terdiri atas otak
dan sumsum tulang belakang
(kordaspinalis), dan (2) sistem
saraf tepi yang terdiri atas
sistem saraf aferen dan
sistem saraf eferen, sistem saraf eferen terbagi menjadi sistem saraf
somatik dan sistem saraf otonom, sedangkan sistem saraf otonom terdiri
atas sistem saraf simpatetik dan sistem saraf parasimpatetik.
Sistem saraf pusat merupakan pusat koordinasi, yang
mengkoordinasi semua imformasi saraf yang keluar dan masuk. Sistem
saraf tepi merupakan sistem saraf yang terdiri atas serabut - serabut yang
keluar dari sistem saraf pusat.
1. Sistem saraf pusat
a). Otak
Otak merupakan pusat saraf yang terletak di dalam rongga
tengkorak. Otak manusia terdiri atas dua belahan, yaitu otak kiri dan kanan.
Otak kiri mengendalikan tubuh bagian kanan. Sebaliknya, otak kanan
mengendalikan tubuh bagian kiri. Hal ini terjadi karena pindah silang pada
jalur-jalur spinal. Otak dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya otak
besar, otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan.

Gambar. Otak

129
b) Otak tengah
Otak tengah, sejalan dengan evolusi vertebrata, hanya mengalami
perubahan ukuran sedikit aja, tetapi mengalami fungsi perubahan yang
besar. pada ikan dan amfibi, otak tengah mengontrol tingkah laku yang
sangat kompleks. Khususnya pada mamalia, bangian dorsal yang melebar
9 disebut dektum, menerima banyak input dari saraf optik dan proyeksi
dari nukleus sensoris otak belakang, berfungsi sebagai daerah integrasi
otak, dengan berkekembangnya otak depan sebagai pusat penganalisis
penglihatan, banyak input-input visual melewati otak tengah langsung ke
“geniculate lateral” thalamus.
c) Otak belakang
Bagian otak belakang adalah medula oblongata, mengandung pusat
pengaturan respirasi, pusat refleks menelan, muntah, dan pusat
pengaturan kardiovaskular. Melalui medula oblongata lewat semua saraf
sensoris (kecuali saraf pembau dan penglihatan). Serabut saraf yang
mengontrol hampir semua neuron motorik, dan fungsi-fungsi viseral,
seperti kontrol kandung kencing dan ereksi penis. Banyak serabut-serabut
bersinafsis dalam otak belakang untuk menyampaikan informasi
terutama proprioseptif yang mengontrol keseimbangan reflek-refleks
auditori sederhana.
d) Otak kecil (serebelum)
Yang merupakan pertumbuhan keluar dari medula oblongata, pada
vertebrata terdiri dari dua belahan yang berlekuk-lekuk. Otak kecil
menginteraksikan informasi yang datang dari kanalissemisirkularis dan
proprioseptor yang lain (posisis internal dan sensor gerakan), sistem
penglihatan dan pendengaran.
2. Sistem saraf tepi
Hirarki fungsional sistem saraf tepi
a. Saraf spinal dan saraf kranial
Secara struktural, sistem saraf tepi vertebrata terdiri atas saraf
kranial dan saraf spinal serta ganglia terkait. Saraf krinal (crinalnerve)
berasal dari otak yang menginervasi organ kepala dan tubuh bagian atas.

130
Saraf spinal berasal dari sumsum tulang belakang dan menginervasi ke
seluruh tubuh. Sebagian besar saraf kranial dan semua saraf spinal
mengandung neuron motorik maupun sensorik. Mamalia memiliki 12
pasang saraf krinal dan 31 pasang saraf spinal.
b. Divisi sensorik dan divisi motorik
Divisi sensorik saraf tepi tersusun dari neuron sensorik/aferen yang
mengirim informasi dari reseptor sensorik ke saraf pusat yang memonitor
lingkungan eksternal dan internal.
Divisi motorik tersusun dari neuron eferen yang mengirimkan sinyal
dari sistem saraf pusat ke efektor. Yang terbagi menjadi sistem saraf
somatik dan sistem saraf otonom.

Gambar. Sistem saraf tepi

Berikut akan di jelaskan secara lebih rinci sistem saraf pada


beberapa hewan vertebrata :

131
1) Mamalia

Sistem saraf pada mamalia, secara general memiliki tingkat


perkembangan yang lebih tinggi dari kelas lain. Serebrum berukuran lebih
besar jika dibandingkan keseluruhan bagian otak. Serebellum juga
berukuran lebih besar dan berlobus lateral 2 buah. Lobusoptikus ada 4
buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi lobus
anterior dan posterior. Otak (Encephalon) terdiri dari beberapa bagian yang
hampir sama dengan vertebrata yang lain, seperti prosencephalon,
lobusopticus, cerebellum dan medullaoblongata.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta–juta sel saraf yang mempunyai
bentuk bervariasi. Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf neuron.
Setiap neuron tersusun atas bagian berikut :
- Badan sel mengandung nucleus
- Dendrit berfungsi meneruskan impuls saraf ke badan sel
- Akson/neurit ,berfungsi meneruskan impuls dari badan sel ke sel
lain
- Sel neuron,mempunyai selubung mielin sebagai pelindung /isolator
bagian yang tidak terselubung disebut nodus ranvier,selubung
tersebut tersusun oleh sel –sel pipih yang disebut sel Schwann.

132
Sel saraf dibedakan atas 3 macam berdasarkan fungsinya yaitu:
1. Sel saraf sensorik (aferen) berfungsi sebagai pengantar rangsang
dari reseptor menuju ke otak /sumsum tulang belakang.
2. Sel saraf motorik (eferen) berfungsi sebagai pengantar rangsang
dari otak sumsum tulang belakang menujuefektor /otot.
3. Sel saraf konektor berfungsi untuk meneruskan rangsang dari
saraf sensorik ke saraf motorik.
Gerak merupakan salah satu aktifitas tubuh yang dapat digunakan
umtuk menjelaskan penghataranimpul oleh saraf gerakan yang dilakukan
dengan kesadaran disebut gerak biasa atau gerak sadar . Sedangkan
gerakan yang dilakukan tanpa kita sadari disebut gerak reflex.

2) Pisces
Ikan menerima rangsang dari lingkungannya melalui organ perasa.
Rangsangan tersebut selanjutnya diteruskan dalam bentuk impuls ke otak.
Respon yang diberikan oleh otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah
laku. Sel-sel saraf mulai berkembang sejak permulaan embrio dan berasal
dari lapisan germinal terluar (ectoderm). Unit terkecil dari sistem saraf
disebut neuron (sel saraf). Setiap neuron terdiri atas inti dan jaringan
(perpanjangan sel). Perpanjangan sel terdiri atas dendrit (berfungsi
sebagai penerima impuls) dan axon (berfungsi sebagai penerus impuls).
Pertemuan antara axon dan dendrit dari sel saraf lainnya disebut synapse.
Otak Ikan dibagi menjadi beberapa daerah. Di depan adalah lobus
penciuman, sepasang struktur yang menerima dan memproses sinyal dari
lubang hidung melalui dua saraf penciuman. Lobus penciuman yang

133
sangat besar dalam ikan yang berburu terutama oleh bau, seperti. hagfish,
hiu, dan lele. Di balik cuping pencium adalah dua-lobed telencephalon,
setara struktural ke otak dalam vertebrata yang lebih tinggi. Dalam ikan
telencephalon yang bersangkutan kebanyakan dengan penciuman.
Serebellum adalah sebuah struktur lobed tunggal yang biasanya
merupakan bagian terbesar dari otak. Hagfish dan lamprey memiliki
cerebellae relatif kecil, sedangkan mormyrid otak kecil yang besar dan
tampaknya mereka terlibat dalam arti listrik. Batang otak atau
myelencephalon adalah otak posterior. Dan juga mengendalikan beberapa
otot dan organ tubuh, pada ikan bertulang setidaknya, batang otak
mengatur pernapasan dan osmoregulasi.
Dari otak, terdapat 11 saraf otak (nervi cerebralis) yang menyebar
ke organ-organ sensorik tertentu dan otot-otot tertentu. Sebagian besar
saraf otak tersebut berhubungan dengan bagian-bagian kepala, tetapi ada
juga yang berhubungan dengan bagian-bagian tubuh.
- Nervus terminalis (NC 0), saraf kecil yang bergabung dengan NC I,
berhubungan dengan otak depan, serabut-serabut sarafnya
tersebar mengelilingi bulbus olfactorius. Fungsinya mungkin
meliputi sensorik somatik dan sensorik khusus.
- Nervus olfactorius (NC I), menghubungkan organ olfactorius
dengan pusat olfactorius otak depan, berfungsi membawa impuls
bau-bauan.
- Nervus opticus (NC II), menghubungkan retina mata dengan
tectum opticum, berfungsi membawa impuls penglihatan.
- Nervus oculomotoris (NC III), merupakan saraf motor somatik
yang mengatur otot mata musculus obliquus inferior, muculus
rectus superior, musculus rectus inferior, dan musculus rectus
internal. Berhubungan dengan otak mesencephalon.
- Nervus trochlearis (NC IV), berhubungan dengan otak
mesencephalon, merupakan saraf motorik somatik yang
menginervasi otot mata musculus obliquus superior.
- Nervus trigeminalis (NC V), terbagi atas tiga cabang yaitu nervus

134
ophthalmicus dan nervus maxillaris (merupakan saraf sensorik
somatik) serta nervus mandibularis (saraf sensorik somatik dan
saraf motorik somatik). Nervus ini menghubungkan bagian kepala
dan rahang dengan medulla oblongata. Fungsinya berkaitan
dengan kepekaan kulit terhadap panas dan sentuhan.
- Nervus abducens (NC VI), merupakan saraf motor somatik yang
menghubungkan bagian depan medulla oblongata dengan otot
mata musculus rectus external. Fungsinya berhubungan dengan
penarikan otot penggerak biji mata.
- Nervus facialis (NC VII), tersusun atas tiga cabang yaitu nervus
ophthalmicus superficialis, nervus buccalis, dan nervus
hyomandibularis. Saraf cabang ini berkaitan dengan saluran garis
rusuk (linea lateralis) di atas kepala, penerima rasa pada kepala
dan tubuh, serta penerima rangsangan sentuhan. Berhubungan
dengan NC V dan NC VIII pada medulla oblongata. Saraf ini punya
komponen yang berkaitan dengan sensorik somatik, sensorik
visceral, dan fungsi motorik visceral.
- Nervus acousticus (NC VIII), sering dianggap sebagai cabang dari
nervus acousticofacialis pada ikan, mempunyai fungsi sensorik
somatik yang berkaitan dengan telinga bagian dalam.
- Nervus glossopharyngeal (NC IX), terdiri dari komponen sensorik
dan motorik yang melayani bagian insang pertama. Fungsinya
berkaitan dengan garis rusuk, organ pengecap pada pharynx dan
otot-otot insang.
- Nervus vagus (NC X), memiliki beberapa percabangan. Cabang
supratemporal dan cabang garis rusuk melayani sistem garis
rusuk. Cabang branchial menuju ke bagian posterior celah insang.
Cabang visceral melayani organ-organ internal. Cabang dorsal
recurrent menginervasi penerima rasa.
Otak pada Lamprey masih sangat primitif. Otak depan berisi
sepasang lobun olfaktorius. Arah belakang ada cerebral hemisperes kecil,
melekat ke dienophalon. Dibawah dienophalon terdapat infindibulum dan

135
pada bagian dorsal terdapat struktur pineal. Pada otak tengah terdapat
sepasang lobus optious (yang lebar). Pada otak belakang terdapat
cerebellum (rudimentair) kecil, arah ventral terdapat modulls oblongata
yang lebih besar. Dari otak keluar sepuluh pasang saraf cranialis.
Sedangkan pada ikan hiu memiliki otak yang bertipe otak yang lebih
maju dibandingkan dengan lintah laut. Dari dua kantung olfaktori dihidung,
saluran olaktori besar dan memanjang ke lobus olfaktori, yang melekat
dengan erat ke pasangan hemisfer serebral di diensefalaon. Di bagian
dorsal, diensefalaon mengandung sebuah tangkai pineal serta badan
pineal dan di bagian ventraldiensefalon terdapat infundibulum, tempat
melekatkan hipofisis.
Semua struktur ini merupakan bagian darai otak depan. Dua lobus
optik yang bundar terdapat di bagian dorsal otak tengah. Otak belakang
terdiri atas serebellum dorsal median yang berukuran besar di atas
medula oblongata yang membuka di bagaian atas. Sepuluh pasang saraf
kranial melayani struktur, terutama kepala, kira-kira distribusinya sama
dengan vertebrata lain. Tali saraf dilindungi sepenuhnya oleh lengkung
neural tulang belakang, selanjutnya saraf spinal yang berpasang ke setiap
somit tubuh muncul di antara lengkung neural dari tulang belakang
berturut-turut.

3). Amphibi
Sistem saraf pada katak dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan

136
sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Pada amphibi, Otak dan
sumsum tulang belakang dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas tulang
belakang juga dibungkus oleh 2 lapisan selaput yaitu durameter yang
berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang batasan dengan jaringan
saraf. Di antara dua lapisan tersebut terdapat spatium subdurale, dan
terdapat cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena infeksi maka
akan terjadi radang yang disebut meningitis. Sistem saraf amphibi terdiri
dari otak. Pada amphibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan
berkembang lebih baik sehingga amphibi memiliki penglihatan yang baik.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi
sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di
bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah.
Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu
berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
Otak (ensefalon)
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak
didalam tulang tengkorak dan diselubungi oleh jaringan, berupa
jaringan meninges. Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum
merupakan bagian yang terkecil. Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf
pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9
membentuk pleksus iskiadikus.
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:
Lobus olfaktorius
Lobus olfaktorius pada amphibi memiliki trunckus bulbus
olfaktorius. Lobus ini tidak terlalu berkembang. Oleh karenanya
berbentuk relatife kecil dan merupakan penonjolan dari bagian yang
disebut hemisperium serebri. Kurang berkembangnya lobus
olfaktorius yang berperan sebagai pusat pembau pada amphibi,
berhubungan dengan cara hidupnya yang tidak terlalu banyak
membutuhkan peran dari lobus olfaktorius sebagai pusat pembau.
Otak besar (cerebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau

137
gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga
beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang
berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor)
yang terletak di sebelah belakang area motorik yang berfungsi
mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu
terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motorik dan
sensorik.
Serebrum pada amphibi terdiri atas sepasang hemispermiun
serebri. Pada serebrum memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas
yang kompleks, misalnya pembiakan dan macam-macam gerak.
Otak tengah (mesencephalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis. Talamus amphibi
terletak di bagian dorsal otak dan merupakan jembatan antara
serebrum dan mesenshefalon. Sedangkan kelenjar hipofisis terletak
pada bagian ventral otak yang berfungsi mengatur kerja kelenjar-
kelenjar endokrin. Oleh karenanya dikatakan sebagi Master of
Glands.
Otak Kecil (Serebellum)
Serebellum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi
gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi
tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Serebelum
pada amphibi mereduksi, karena aktifitas otot relatife berkurang.
Sumsum lanjutan (medulla oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang
dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga
mempengaruhi refleks fisiologi seperti detak jantung (pusat
pengatur percepatan dan penghambat denyut jantung), tekanan
darah (pusat pengaturan penyempitan dan pelebaran pembuluh
darah), volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan
sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum lanjutan juga

138
mengatur gerak refleks yang lain.
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata
yang masuk ke dalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla
spinalis mengalami pembesaran di bagian servikalis. Medulla
spinalis berfungsi menghantarkan impuls sensori dari saraf perifer
ke otak dan menyampaikan impuls motorik dari otak ke saraf
perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari refleks.

4). Reptile
Reptile mempunyai susunan saraf yang serupa dengan susunan
saraf pada burung. Otak pada reptile Juga terdiri atas empat bagian.
Kekhususannya hanyalah terdapat tonjolan Otak besar yang berkembang
dengan baik sehingga pusat saraf pembau jelas kelihatan. Otak besar ini
meluas ke atas sehingga menutupi otak tengah. Bagian-bagian otak
lainnya kurang berkembang bila di bandingkan dengan otak pada burung.

Gambar: Otak pada Reptil

139
Pada bagaian dorsal, otak menunjukkan bagian dorsal, otak
menunjukkan dua lobus olfaktori ramping yang terhubung ke hemisfer
serebral besar; di belakang hemisfer tersebut terdapat dua lobus optik
berbentuk oval. Berikutnya adalah serebellum yang berbentuk buah pir,
lebih besar dari serebellum amphibi. Medula oblongata tersebar secara
lateral di bawah serebellum, kemudian menyempit ke sumsum tulang
belakang. Di bagian ventral, di antara bagaian dasar hemisfer serebral,
terdapat saluran optik dan saraf optik, diikuti dengan infundibulum dan
hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf kranial dan saraf spinal yang
berpasangan ke setiap somit tubuh.
Sistem saraf pada reptil terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi.
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
1. Otak (ensefalon)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar
atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan
refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motorik yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motorik dan sensorik.
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di
depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur
kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah
merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
c. Otak kecil (serebellum)
Serebellum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan

140
otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan.
d. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak
kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang.
e. Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari
medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi
jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume
dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks
yang lain.
2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian
seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan
sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensorik dari reseptor
dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan
impuls motorik keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral
menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung
(asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensorik
dan akan menghantarkannya ke saraf motorik. Pada bagian putih terdapat
serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat
saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran
asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak
merupakan saluran desenden.
Sistem Saraf Tepi
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu
saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu
saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.

141
2. Sistem Saraf Tak Sadar (Saraf Otonom)
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-
masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk
ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat
saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf
post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf
simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf
simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik
mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang
menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra
ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra
ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis).

5).

Aves

Burung merupakan hewan aktif yang banyak melakukan pergerakan


serta memiiki keseimbangan yang bagus terutama saat terbang. Beberapa
burung juga memiliki ketajaman penglihatan yang bagus. Karena itu pusat

142
koordinasi gerak dan keseimbangan burung berkembang baik hal ini dapat
terlihat dari adanya lekukan-lekukan pada otak kecil burung yang
menjadikan volume otak kecilnya menjadi lebih besar.
Semua aktivitas saraf diatur oleh oleh susunan saraf pusat yang
terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak burung terdiri dari
beberapa bagian, yakni otak besar, otak tengah, otak kecil, dan sumsum
lanjutan. Selain otak kecil, otak besar pada burung tumbuh dengan baik.
Permukaan otak besar burung tidak berlipat-lipat sehingga jumlah
neuron pada burung tidak banayak. Otak tengah burung berkembang
membentuk dua gelembung. Perkembangan ini berhubungan dengan
fungsi penglihatannya. Otak kecil burung mempunyai banyak lipatan yang
memperluas permukaannya sehingga dapat menampung neuron cukup
banyak. Perkembangan otak kecil ini berguna untuk pengaturan
keseimbanagan burung waktu terbang.
Sistem saraf pada burung merpati terdiri atas sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat Columba livia terdiri dari otak
yang bagian cerebrumnya berkembang dengan baik. Pada sistem
nervosun, encephalon (otak) secara relatife lebih besar bila dibandingkan
dengan reptilia. Dibagian atas terdapat tiga bagian yang pokok, yaitu:
1. Prosencephalon (bagian muka), terbagi atas:
a. Telenchepalon (bagian muka)
b. Diencephalon (bagian belakangnya)
2. Mesencephalon (bagian tengah)
3. Rhombencephalon, terdiri dari:
a. Metencephalon (bagian atas)
b. Myencephalon (bagian tengah)
Bila ditinjau dari facies dorsalis akan tampak bagian yaitu:
1. Lobi olfactory
2. Hemispaerium
3. Mesencephalon
4. Cerebellum (otak kecil)
5. Medulla oblongata

143
Sedangkan jika ditinjau dari facies ventralis akan tampak bagian
yaitu:
1. Lobus olfactorius
2. Haemespherium cerebri
3. Chiasma nervi optici
4. Tuber cinerium
5. Infundibulum
6. Hypophysa
7. Crura cerebri
8. Medulla oblongata
9. Medulla spinalis (sumsum tulang belakang)

B. Sistem Saraf Hewan Rendah (Invertebrata)


Tidak semua invertebrata memiliki sistem saraf. Hewan yang
tergolong Protozoa dan porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel
penyusun tubuh hewan tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap
stimulus yang diterima dan tidak ada koordinasi antara satu sel dengan
sel tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti amoeba dan paramaecium,
meskipun tidak mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya dapat
melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk hidup seperti iritabilitas,
bergerak dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
a. Hewan Bersel Satu
Hewan bersel satu (Protozoa), misalnya Amoeba sp. dan
Paramaeciurn sp., tidak memiliki sistem saraf. Akan tetapi, hewan
tersebut memiliki kemampuan untuk menerima dan mereaksi rangsang.
Ingat, salah satu ciri makhluk hidup adalah iritabilitas.

144
Apabila Amoeba sp. mendapat rangsangan cahaya yang kuat, ia
akan bergerak menjauh. Sebaliknya, apabila mendapat rangsangan cahaya
yang lembut ia akan bergerak mendekat. Paramaecium sp. sebagai hewan
berambut getar memiliki serabut-serabut saraf yang berakhir pada
tumpukan rambut getar (silia). Serabut saraf tersebut berfungsi sebagai

pengatur gerakan silia. Ubur-ubur Hydra sp., dan hewan berselsatu belum
memilikisistem saraf khusus.
b. Sistem saraf pada hewan bersel banyak
1. Hewan Cacing (Vermes)

Hewan cacing (Vermes) memiliki sistem saraf berbentuk seperti

145
tangga tali yang memanjang dan arah kepala ke arah belakang atau ekor.
Pada sistem saraf tangga tali terdapat berkas saraf yang membentuk
simpul-simpul saraf di bagian-bagian tertentu yang disebut ganglion atau
ganglia (jamak). Cacing pipih, misalnya planaria, memiliki susunan saraf
berupa dua buah ganglia di daerah kepala. Selanjutnya di setiap ganglion
terdapat seberkas saraf memanjang (longitudinal) ke bagian ekor. Tiap-
tiap berkas saraf bercabang-cabang lagi membentuk cabang-cabang yang
lebih kecil sehingga dapat menjangkau seluruh bagian tubuh.
Cacing tanah memiliki sistem saraf yang terdiri atas ganglion
kepala, ganglion bawah kerongkongan, dan ganglion ruas badan. Ganglion
kepala merupakan kumpulan badan sel saraf, terletak di ujung depan
tubuh pada ruas ketiga. Ganglion kerongkongan dan ganglion ruas badan
terletak di bawah saluran pencernaan.
Di antara ganglion kepala dan ganglion bawah kerongkongan
terdapat dua buah saraf penghubung. Di antara ganglion bawah
kerongkongan dan ganglion ruas badan terdapat satu buah saraf
penghubung.
Selanjutnya, pada tiap-tiap ruas tubuh terdapat ganglion yang
membentuk cabang-cabang halus. Sistem saraf pada ruas tubuh dengan
percabangannya berfungsi mengatur gerakan tubuh cacing tanah.
Sistem saraf cacing tanah terletak disebelah dorsal pharynx di
dalam segmen yang ke 3 dan terdiri atas:
• Ganglion cerebrale yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf
dengan commisura.
• Berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya.
• Ganglion cerebrale terletak di sebelah dorsal pharynx, di dalam
segmen ke
Dari tiap kelompok sel-sel tersebut terdapat:
• Saraf-saraf yang menginervasi daerah mulut dan berpangkal pada
ujung anterior tiap kelompok sel-sel tersebut.
• Cabang saraf yang menuju ke ventral dan melingkari pharynx. Saraf
ini disebut commisura circum pharyngeal yang berhubungan

146
dengan berkas saraf ventralis.
Ganglion supraoesofagus (sub pharyngeal) yang disebut juga otak
fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor
yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan
tubuh disekitarnya (bagian muka). Otak terletak pada ruas ke – 3 di bagian
dorsal faring dan memiliki 3 pasang saraf lateral. Ganglion tersebut
dihubungkan dengan sepasang alat penghubung dengan sepasang
ganglion sub pharyngeal yang terletak di bawah faring yang kemudian
akan menjadi batang saraf perifer yang terdiri atas saraf afferent dan saraf
efferent.
Affrennt timbul dari sel saraf motorik, sedangkan saraf yang bersel
dari sel saraf pada epidermis berfungsi sebagai saraf sensoris. Tiap
ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari
saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat
serabut saraf berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal pada
semua ruas berkontraksi bersama-sama.
Berbeda dengan Planaria, Annelida (misalnya lintah) mempunyai
jumlah neuron yang lebih banyak di bagian otak. Saraf yang terdapat di
sepanjang tubuhnya merupakan saraf ventral yang tersusun atas
beberapa ganglion. Di dalam ganglion terdapat interneuron yang
mengoordinasi berbagai aksi pada setiap segmen. Planaria, yang
termasuk golongan cacing pipih memiliki sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi.
Sistem saraf pusat Planaria terdapat pada otak disebut juga
ganglion anterior. Otak ini berukuran kecil. Sistem saraf tepi cacing berupa
dua saluran yang menuju ke arah posterior, masing-masing saraf tersebut
berada di daerah lateral tubuh cacing, keduanya dihubungkan oleh saraf
penghubung. Saraf yang juga tersusun simetri bilateral ini digunakan untuk
merespon cahaya. Apabila cacing pipih terkena sinar, otak akan
memerintahkan cacing bergerak ke tempat gelap, misalnya di bagian
bawah batu.

147
2. Coleanterata

Hidra mempunyai jaringan


saraf yang tidak terpusat. Hydra memiliki sistem saraf difus yang terletak
pada mesoglea (antara ectoderm dan endoderm). Disebut sistem saraf
difus karena sel-sel saraf masih tersebar dan saling berhubungan satu
sama lain menyerupai jala maka juga disebut saraf jala (jaring saraf).
Meskipun demikian, impuls dari satu sel ke sel lainnya melalui sinaps.
Walaupun saraf jala sudah merupakan saraf sinap, namun tidak memiliki
semua ciri-ciri sinaps seperti transmisi impuls tidak searah dan impuls
makin jauh makin lemah. Sistem saraf ini belum punya sistem saraf pusat
karena sel-sel saraf tersebar.
Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon
laut pada Mesoglea yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan
gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf difus karena sel-sel saraf
masih tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang
disebut saraf jala. Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu,
berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling
berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke sel
yang lainnya lewat melalui sinaps. Saraf jala sudah merupakan sistem
sinaps tapi tidak mempunyai ciri-ciri sinaps.

148
3. Echinodermata

Memiliki cincin saraf sentral dengan saraf radial yang di hubungkan


dengan jaring saraf pada masing-masing tangan. sistem sarafnya masih
primitife, Pada bintang laut memiliki sistem saraf sirkuler yang terdiri dari
cincin saraf yang melingkari kerongkongan dengan cabang-cabangnya
menuju ke setiap lengan, tapi susunan saraf didalamnya masih difus
seperti jala, belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sistem saraf pada
echinodermata sudah memiliki struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih
maju daripada coelenterate karena sudah memiliki sel saraf sensorik, sel
saraf motorik dan telah ada reflek.
Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf
primitif. Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf
sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi
susunan saraf di dalamnya masih difus seperti jala belum ada
pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi)
dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.
Meskipun sistem saraf Echinodermata masih difus seperti pada
Coelenterata tapi sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah
lebih maju. Terdapat sel saraf motorik, sel saraf sensorik dan telah ada

149
refleks.
Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap
penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini
bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai
sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.
4. Platyhelminthes

Seekor cacing pipih, memiliki sistem saraf yang simetris bilateral. Sistem
saraf pusatnya adalah otak kecil yang dihubungkan dengan dua tali saraf
longitudinal. Sistem saraf tepinya meliputi sistem saraf transversal yang
mirip tangga yang menghubungkan tali saraf dengan juluran saraf yang
lebih kecil di sepanjang tubuh. Pada cacing pipih mulai terlihat adanya
sefalisasi yaitu adanya pemusatan sel-sel saraf pada bagian depan atau
anterior tubuhnya. Planarian merupakan contoh yang baik karena sel-sel
sarafnya terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus
dibagian muka tubuhnya disebut ganglion kepala atau otak primitif. Dari
ganglion kepala terdapat dua tali saraf memanjang kebelakang tubuhnya
membentuk seperti tangga, karena itu disebut sistem tangga tali.
Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah
ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang disebut dengan ganglion
kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf
memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Karena itu
disebut saraf tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang
tersusun secara transversal atau melintang yang menghubungkan tali

150
saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua
bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensorik
yang menerima impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala.
Ganglion kepala tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas
otot.
5. Mollusca

Sistem saraf terdiri atas tiga buah ganglion utama yakni:


a. Ganglion otak (ganglion cerebral)
b. Ganglion visceral / ganglion organ-organ dalam
c. Ganglion kaki (pedal).
Ketiga ganglion utama ini dihubungkan oleh tali saraf longitudinal,
sedangkan tali saraf longitudinal ini dihubungkan oleh saraf transversal ke
seluruh bagian tubuh. Didalam ganglion pedal terdapat statosit (statocyst)
yang berfungsi sebagai alat keseimbangan.
Sel neurosekresi terdapat pada gangloin otak mollusca. Pada
mollusca terdapat pula kelenjar endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar
tersebut misalnya kelenjar optik pada Octopus.
Pada sejenis siput jika tentakel dibuang hasilnya pembentukan telur
pada ovotestis dipercepat. Jika ekstrak tentakel disuntikkan merangsang
produksi sperma. Ekstrak ganglion otak merangsang produksi telur. Dari
contoh diatas menunjukkan bahwa baik otak maupun tentakel berisi sel-
sel neurosekresi yang menghasilkan hormon (neurohormon).
Neurohormon dari tentakel merangsang produksi sperma sedang dari
otak merangsang perkembangan telur. Pada octopus proses kedewasaan

151
juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi pertumbuhan
ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak – kelenjar optik-gonad
pada octopus sama seperti hubungan hipotalamus-hipofisisgonade pada
vertebrata.
Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan
sebagai saraf serebral (dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf
jeroan. Saraf-saraf dari ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ. Pada
ujung tiap tentakel posterior (panjang) terdapat sebuah mata dengan
kornea, lensa dan retina dan mungkin juga organ pencium (olfaktorius). Di
bawah ganglia kaki terdapat sepasang statokis, yaitu organ keseimbangan,
masing-masing mengandung benda-benda berkapur, silia dan sel-sel
peraba. Dalam lapisan epidermis kepala dan kaki terdapat pula struktur
peraba.
Pada gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai
peran untuk mengontrol ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau
gerakan pada hewan ini dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu
ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda (cumu-
cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan
berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu otaknya
mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian
suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi.
Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan branchial
yang mengontrol lengan dan tentakel. Sedangkan bagian otak
supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang berupa
lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.
6. Serangga (Arthropoda)

152
Sistem saraf arthropoda ini kemungkinan berevolusi dari sistem saraf
yang mirip annelida. Adanya penyatuan ganglia yang ekstensif pada
kepala dan pada tali saraf ventral, menjadikan sistem saraf arthropoda
kurang tersegmentasi secara seragam dan lebih tersentralisasi
dibandingkan dengan sistem saraf annelida.
Pada belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf
yang disebut ganglia (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat
pengolah rangsang.Ada 3 macam ganglion:
a). Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan
antena.
b). Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas
sensorik dan motorik rahang bawah (mandibula), rahang atas
(maksila), dan bibir bawah (labium).
c). Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang
menuju ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan.
Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan
terletak dibawah saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang
saraf yang membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan
ganglion satu dengan ganglion yang lain.
Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral seperti
pada cacing tanah, dan Mollusca primitif. Perkembangan yang kompleks
pada otak arthropoda sangat berbeda dari spesies ke spesies tapimpada
dasarnya mempunyai tiga bagian yaitu protoserebrum, deuteroserebrum

153
dan tritoserebrum. Pada arthropoda otak merupakan stasiun relay
sensorik dan mempunyai pengaruh untuk mengontrol ganglia segmental
yang lebih rendah seperti pada toraks dan abdomen. Ganglia segmental
pada hewan ini merupakan pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai
ganglion-ganglion ventral bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk
sebuah massa saraf yang ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan
banyak cabang. Ganglion dorsal itu sering disebut otak. Alat perasa yang
pokok berupa 8 buah mata sederhana.
Pada udang terdapat otak disebuah dorsal, dengan dua buah
penghubung sirkumesofageal dan sebuah rantai ganglion-ganglion di
sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar berhubungan dengan
beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang dari otak dan korda ventral.
Perasa sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba) pada hewan ini
sangat kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan
anterior. Ada 2 buah mata majemuk yang tersususn dari banyak unit
optik yang disebut ommatidium. Tiap mata majemuk itu terdapat
pada sebuah tangkai. Organ keseimbangan, statokis, terdapat pada dasar
antenul-antenul.
Belalang mempunyai sebuah otak dorsal atau juga disebut ganglion
serebral yang bilobus. Otak dorsal itu disatukan dengan korda ventral oleh
dua penghubung sikumesofageal. Dalam korda ventral terdapat 3 buah
ganglion toraksis dan 5 buah ganglion abdominalis. Cabang-cabang saraf
keluar dari sistem saraf sentral.
Antena dan palpus mungkin mengandung alat-alat (akhir saraf)
untuk meraba,merasa, dan membau sesuatu. Sebuah membrana tympani
terdapat pada permukaan segmen abdomen pertama. Membrana tympani
itu terlibat atau terbawa serta dalam mendeteksi suara. Pada sayap dan
kaki belalang sering terdapat alat-alat untuk buah membuat suara.
Belalang mempunyai 2 buah mata majemuk yang besar-besar, terdiri dari
ommatidia. Di samping itu ada 3 oselli atau 3 mata sederhana

154
C. Alat Indra Pada Hewan
Indera adalah kumpulan reseptor yang khas untuk menyadari suatu
bentuk perubahanlingkungan. Agar dapat terjadi suatu penginderaan harus
dipenuhi empat syarat mutlak yaitu:
1. Adanya stimulus atau perubahan lingkungan yang mampu unuk
membangkitkanrespon sistem saraf.
2. Reseptor atau organ indra harus dapat menerima stimulus dan
mengubahnya menjadi impuls saraf.
3. Impuls saraf harus dihantarkan sepanjang lintasan saraf dari reseptor
atau organ indrake otak.
4. Pusat indra yang bersangkutan di otak harus menterjemahkan impuls
saraf yangditerimanya menjadi sebuah kesan.
Setiap indra menerima stimulus khusus untuk penginderaan yang
sesuai. Impuls sensorik yang berakhir pada pusat-pusat indera di otak,
akan menimbulkan penginderaanyang disadari. Jika impuls dari organ
indra dihantarkan ke medula spinalis maka akan terjadi juga aktivitas
motorik tetapi penginderaan yang dihasilkan bersifat tidak disadari.
Alat indera pada mamalia dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Menurut distribusinya
 Indra umum
Tersebar luas di seluruh tubuh, contohnya adalah indra rasa sakit.
 Indra khusus
Indra ini hanya berada di tempat-tempat tertentu, contohnya adalah
fotoreseptor pada retina mata.
2. Menurut lingkungan fisik yang mempengaruhinya
 Eksteroreseptor
Eksteroreseptor menerima stimulus dari luar tubuh, terletak di
bagian tubuh.
Terletak pada bagian tubuh yang dapat berhubungan langsung dengan
lingkungan
luar.

155
 Interoreseptor
Interoreseptor stimulus dari dalam tubuh, terletak di dalam otot,
sendi, tendon, danorgan-organ visera. Tiap otot rangka, tendon dan
persendian memiliki
proprioreseptor, yang peka terhadap perubahan tegangan atau regangan
otot. Impuls dari proprioreseptor sangat penting untuk dapat terjadi
kontraksi yang serasi daribeberapa otot yang terlibat dalam suatu gerakan,
dan untuk mempertahankan
keseimbangan posisi tubuh.
a).Indera Penglihatan
Susunan indera penglihatan dalam garis besar terdiri dari:
1. Kedua mata (the eye).
2. Saraf optik, yaitu saluran saraf yang menghubungkan mata dengan
otak (the visual pathway).
3. Pusat penglihatan dalam otak (visural korteks).Disamping itu
terdapat organ-organ aseseori yang penting untuk melindungi
danmempertahankan fungsi mata, yaitu kelopak mata, bulu mata,
alis dan kelenjar air mata.
 The Eye
Mata merupakan bagian indra yang fungsinya hanya terbatas pada
menerima danmenyiapkan rangsang agar dapat diteruskan ke pusat-pusat
penglihatan yang terletak didalam otak. Mata merupakan organ penglihat
(apparatus visual) yang bersifat peka cahaya (foto sensitif ).
Bagian bola mata manusia yang bertdedah ke permukaan anterior
hanya 1/6 (seperenam) bagian saja. Sedangkan sisanya terlindung dalam
orbita mata. Secara anatomi,bola mata dapat dibedakan menjadi tiga
lapisan dari luar ke dalam, yaitu:
a. Sklera (selaput putih)
Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat, berfungsi untuk
bagian-bagiandalam bola mata dan untuk mempertahankan kekakuan
bola mata.
b. Kornea

156
Kornea merupakan selaput bening yang melapisi bagian anterior
bola mata. Korneajuga merupakan jalan masuk cahaya pada mata dengan
menempatkannya padaretina. Lapisan luar kornea ditutup oleh lapisan
epitel yang berkesinambungan
dengan epidermis yang disebut konjungtiva.
 Lapisan Vaskular, terdiri dari:
a. Koroid
Merupakan menbran tipis yang mengandung pigmen dan melapisi
permukaansebelah dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh
darah yangmenyalurkan nutrisi ke retina.
b. Iris
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.
Pada iris terdapatdua perangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan
radial. Iris berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang memasuki mata,
dengan jalan membesarkan atau mengecilkan pupil, yaitu lubang yang
terletak di tengah-tengah iris.
c. Lensa
Lensa mata berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk dan
memfokuskancahaya pada retina. Lensa berada tepat di belakang iris dan
tergantung pada ligament suspensori. Bentuk lensa dapat berubah-ubah,
diatur oleh otot siliaris. Ruang yangterletak diantara lensa mata dan retina
disebut ruang viterus, berisi cairan yang lebihkental (humor viterus), yang
bersama dengan humor akueus berperan dalammemelihara bentuk bola
mata.
d. Retina
Retina adalah bagian mata vertebrata yang peka terhadap cahaya,
merupakanlapisan terdalam dari bola mata. Bagian ini berfungsi untuk
menerima cahaya,mengubahnya menjadi impuls saraf dan menghantarkan
impuls ke saraf optik (II).Retina tersusun atas lapisan jaringan saraf
(sebelah dalam merupakan bagian visual)dan lapisan berpigmen (sebelah
luar merupakan bagian non visual).
 Lapisan jaringan saraf pada retina mengandung tiga daerah neuron

157
yaitu:
a. Neuron Fotoreseptor
b. Neuron Bipolar
c. Neuron Ganglion
1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons
terhadap rangsanganeksternal atau luar.
2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan
terutamaberhubungan dengan sistem muskuloskeletal.
3. Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah.
Berdasarkan morfologi
1. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak
berhubungan dengantipe sel lainnya.
2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur
bukan saraf disamping saraf badan akhir saraf.

158
BAB X
Sistem Otot dan Efektor
A. Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia dan hewan yang
berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot
jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun
pergerakan dari organ dalam organisme tersebut

Struktur Otot
Jaringan otot pada hewan sama seperti jaringan otot pada manusia.
Jaringan otot berupa sel dan serat yang tersusun bertugas menggerakkan
anggota tubuh. Pada proses geraknya ada yang sadar dan ada yang tidak
sadar. Serat otot mengandung flamen ( benang ) aktin dan myosin. Aktin
dan myosin ini merupakan kontraktil yang member kemampuan untuk
memanjang dan memendekkan otot. Jaringan otot terbagi menjadi 3 yaitu
jaringan otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
a. Otot lurik (otot rangka)
otot lurik adalah otot yang membentuk daging pada tubuh hewan.
Otot ini tersusun silindris dan sangat panjang tetapi tidak mempunyai
cabang pada ujungnya. Bergerak dibawah kesadaran. Sehingga jika di

159
gunakan terus menerus otot ini akan mengalami kelelahan. Sel-selnya
mengandung saraf-saraf yang berasal dari system saraf pusat. Otot lurik
dapat berkontraksi secara cepat dan kuat. Otot-otot lurik dapat anda
temukan pada sebagian besar otot rangka.
b.Otot polos
Sel-sel otot polos berbentuk seperti gelendong dengan panjang
antara 20-500 milimikron. Intiselnya hanya satu dan terletak pada bagian
tengah sel. Kontraksi otot polos dipengaruhi oleh saraf-saraf yang berasal
dari sistem saraf otonom.

c.O tot jantung

otot jantung merupakan gabungan dari otot lurik dan otot polos.
Otot jantung, keadaan susunannya memperlihatkan susunan otot lurik,
tetapi cara kerjanya seperti otot polos yaitu berkontraksi secara ritmis dan
otomatis.

1. Komposisi Otot
Bahan yang menyusun otot adalah air, protein, bahan anorganik,
dan bahan organik selain protein.

a. Air
Otot mengandung 75%-80% air yang mempunyai peranan vital

160
dalam kontraksi. Air mempunyai sifat kimia-fisika yang unik dan
merupakan medium yang baik untuk ion anorganik dan zat
organik yang terdapat dalam otot. Dehidrasi pada otot
disebabkan oleh tekanan osmotik.
b. Protein
Sifat kontraksi pada otot disebabkan oleh adanya protein.
Hampir semua protein otot terikat kuat pada fibril dan tidak
mudah diekstraksi. Kira-kira seperlima protein otot merupakan
tidak larut dan merupakan komponen struktural dari sel otot.
Protein yang esensial pada otot dan mempunyai kemampuan
kontraksi adalah aktin dan miosin. Aktin dan miosin jumlahnya
kira-kira 45% dari seluruh protein otot. Protein lain yang
memegang peranan dalam kontraksi otot adalah tropomiosin
dan troponin. Tropomiosin mempunyai sifat membuat sensitif
protein kontraktil terhadap kalsium

c. Bahan anorganik
Terdapat dalam bentuk ion. Kalium dan natrium merupakan ion-
ion yang sangat penting untuk otot karena akan berperanan
dalam penerimaan rangsangan kontraksi otot.
d. Bahan organic
Bahan organik lain yang terdapat dalam otot antara lain otot
glikogen, lipida, steroid, dan persenyawaan lain seperti ATP,
kreatin, fosfokretin

2. Hubungan Neuromuskular
Ambungan neuromuskular (atau sambungan mioneural)
adalah sinapsis kimia yang dibentuk oleh kontak antara neuron
motorik dan serat otot. Pada sambungan neuromuskular inilah

161
neuron motorik dapat mengirimkan sinyal ke serat otot, yang
menyebabkan kontraksi otot.
Otot memerlukan persarafan untuk berfungsi dan
menghindari atrofi. Transmisi sinaptik pada sambungan
neuromuskular dimulai ketika sebuah potensial aksi mencapai
terminal prasinaptik dari neuron motorik, yang mengaktifkan kanal
ion yang memungkinkan ion kalsium memasuki neuron. Ion kalsium
memicu pelepasan neurotransmitter dari neuron motorik ke
dalam celah sinaptik Pada vertebrata, neuron motorik
melepaskan asetilkolin (ACh), sejenis neurotransmitter, yang
kemudian berdifusi melintasi celah sinaptik dan berikatan dengan
reseptor nicotinic acetylcholine (nAChRs) pada sarcolemma.
Pengikatan asetilkolin ke reseptor dapat mendepolarisasi serat otot,
yang pada akhirnya akan menghasilkan kontraksi otot.

Otot rangka diaktifkan oleh impuls saraf yang dipacu dengan

162
rangsangan mekanik atau elektrik. Pengaktifan otot tergantung
kepada inervasi serabut otot. Sebuah saraf motorik pada ujung
aksonnya bercabang-cabang dan berbentuk khusus yang disebut
"motor end-plate" (lempeng akhiran) yang berinvaginasi kedalam
serabut otot tetapi tetap berada diluar sarkoplasma. Invaginasi
serabut otot itu disebut palung sinaps atau parit sinaps. Antara
lempeng akhiran dengan palung sinaps terdapat ruangan yang
disebut celah sinaps. Celah sinaps itu lebarnya 20-30 nanometer,
terisi dengan suatu membrana basalis yang merupakan lapisan
tipis dengan serabut retikuler. Dibagian dasar parit sinaps terdapat
lipatan-lipatan yang disebut celah subneural yang sangat
memperluas daerah tempat neurotransmiter pada sinaps. Dalam
terminal akson banyak terdapat mitokondria yang banyak
menyediakan enrgi untuk sintesis neurotransmiter
yaitu asetilkolin. Asetilkolin disintesis dalam sitoplasma terminal
dan kemudian dengan cepat diabsorpsi kedalam vesikel simpatik
(kantong sinaps). Matriks lamina basalis dilekati oleh
enzim kolinesterase yang berfungsi menguraikan asetilkolin.
Hubungan antara saraf yang menginervasi otot dengan serabut
otot disebut dengan hubungan neuromuskular (neuromuscular
junction). Jika ada impuls sampai pada lempengan akhiran, maka
ion kalsium yang terdapat dalam cairan ekstraseluler akan masuk
kedalam lempeng akhiran. Ion kalsium menyebabkan vesikel
asetilkolin pecah melalui membran dan
terjadi eksositosis asetilkolin kedalam celah sinaps. Jika ion
kalsium tidak ada atau kelebihan ion magnesium makaa pelepasan
asetilkolin akan sangat terhambat.
3. Kontraksi Otot
Kontraksi terjadi jika ada rangsangan (impuls). Zat yang sangat

163
peka terhadap rangsangan adalah asetil kolin. Bila otot rangsang
maka asetil kolin akan terurai. Asetil kolin menyebabkan aktin
miosin (protein otot) yang membuat otot berkontraksi. Kontraksi
otot menyebabkan tulang bergerak.
Impuls - Asetil Kolin - Otot - Aktin Miosin - Tulang - Gerak

Bagaimana otot berkontraksi? Bila otot berkontraksi, mereka


memendek. Otot-otot memendek karena sarkomer memendek, dan
sarkomer memendek karena filamen aktin dan miosin berselisih
satu sama lain. Perhatikan seberapa pendeknya bentuk dari
sarkomer yang berkontraksi (lihat Gambar 9-2, C). bagaimana
sarkomer memendek? Bila dirangsang, kepala miosin membuat
kontak dengan aktin, membentuk hubungan sementara yang
disebut crossbridges. Sekali crossbridge tersebut terbentuk, kepala
miosin memutar, mendorong aktin ke bagian tengah dari sarkomer.
Rotasi dari kepala miosin menyebabkan aktin menyelisihi miosin.
Relaksasi otot terjadi bila crossbriges pecah dan aktin dan miosin
kembali ke posisi semula. Karena aktivitas aktin dan miosin yang
menyelisihi ini, kontraksi otot disebut hipotesis selisih filamen dari
kontraksi otot
Kontraksi otot secara umum mengikuti urutan proses berikut :

1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada


membran otot .

164
2. Pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin

3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan


membuka gate Natrium

4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai


terjadinya aksi potensial pada membran otot

5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot


sebagaimana yang terjadi pada membran saraf

6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai ke


bagian tengah otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma
melepaskan ion Kalsium

7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini


mengawali ikatan antara aktin dengan myosin

8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini


saling menarik ke arah tengah (sliding filament mechanism)
dan inilah yang disebut kontraksi otot

9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke


retikulum sarkoplasma, lalu terjadi pelepasan ikatan antara
aktin dan myosin (relaksasi).

Kontraksi yang terjadi melalui sliding filament mechanism, akibat


terbentuknya cross-bridge yang disusun oleh filamen myosin dan
aktin, yang akan menarik aktin ke arah myosin (tengah). Kekuatan
untuk menarik diperoleh dari ATP yang tersedia di kepala myosin
dan akan aktif saat aksi potensial mencapai bagian otot.

4. Teori kontraksi Otot

Otot akan memberikan respon apabila mendapat rangsangan yang


kuat. Untuk percobaan di laboratorium dibedakan 4 macam bentuk
rangsangan yaitu mekanik, kimia, panas , dingin, listrik. Diantara

165
keempat bentuk rangsangan tersebut, yang paling sering digunakan
adalah rangsangan listrik karena lebih mudah diatur dalam
halintensitas rangsang, lamanya pemberian rangsang dan frekuensi
rangsangan. Disamping itu sedikit menimbulkan kerusakan pada
jaringan otot. Kita dapat mengenal beberapa intensitas
raangsangan yaitu:

a. rangsang dibawah ambang (subliminal, subminimal) yang


merupakan rangsang yang tidak mampu menimbulkan
tanggapan

b. rangsang submaksimal, merupakan rangsangan yang


intensitasnya bervariasi dari rangsang ambang sampai
rangsang maksimal

c. rangsang maksimal merupakan rangsang yang dapat


menimbulkan tanggapan maksimal

d. rangsang supramaksimal merupakan rangsangan yang


intensitasnya lebih besar dari rangsang maksimal tetapi
menimbulkan tanggapan yang juga maksimal

Bila otot jantung dirangsang , seluruh ototnya akan berkontraksi


secara maksimal atau tidak berkontraksi sama sekali. Demikian
pula jika satu serabut otot lurik dirangsang, serabut otot itu akan
berkontraksi secara maksimal atau tidak berkontraksi sama sekali.
Hal ini menggambarkan hukum "semua atau tidak" (All or none law).
Otot yang terdiri dari banyak serabut otot tidak mengikuti asas atau
hukum ini. Rangsang minimal atau rangsang ambang hanya
menimbulkan kontraksi beberapa serabut otot saja, sehingga
hasilnya bagi otot secara keseluruhan adalah penegangan yang
lemah. Jika intensitas rangsangan diperbesar, maka semakin
banyak serabut otot yang berkontraksi sehingga penegangan otot

166
semakin bertambah kuat. Akhirnya pada suatu saat dapat terjadi
dimana semua serabut otot sudak turut dalam proses kontraksi.

Untuk mencatat berbagai macam aktivitas fisiologik otot, pada


umumnya digunakan kimograf. Bila kita merangsang otot dengan
rangsangan yang cukup kuat, respon yang timbul disebut kontraksi
tunggal. Kontraksi tunggal ini dapat dicatat pada kimograf yang
diputar dengan cepat. Gambaran kontraksi otot (myogram) tunggal
seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini. Kontraksi tunggal
dapat dibagi menjadi 3 periode : 1) periode laten (periode
tersembunyi) adalah waktu antara saat pemberian rangsang
dengan permulaan terjadinya rangsang, berlangsung selama 0,01
detik. 2) periode penegangan (kontraksi) adalah waktu
berlangsungnya otot memendek dan 3) periode
pengenduran (relaksasi) adalah lamanya waktu otot kembali pada
bentuk dan ukuran semula.

Pada kontraksi otot berlaku Hukum Starling yang menyatakan


bahwa kuat kontraksi otot berbanding lurus dengan panjang awal
otot tersebut. Ini berarti bila otot diberi beban karena sifat otot
dapat memanjang maka otot akan sedikit memanjang sehingga
kalau otot berkontraksi , kuat kontraksinya akan lebih besar. Hukum
Starling jangan diartikan bahwa otot yang panjang kontraksinya

167
lebih kuat daripada otot yang pendek. Bila otot melakukan kerja
terus menerus maka otot akan membesar (hipertropi) . Otot yang
mengalami hipertropi, diameter serabut otot meningkat dan jumlah
zat yang terdapat dalam otot bertambah. Sebaliknya otot yang tidak
digunakan dapat menjadi kecil dan disebut artropi.
Hiperplasia adalah membesarnya serabut otot yang disebabkan
oleh bertambahnya jumlah serabut otot.

1. Kontraksi isotonik dan isometrik

Jika otot diberi beban melebihi kapasitasnya, otot tersebut tidak


memperlihatkan adanya kontraksi. Otot tidak memperlihatkan
pemendekan dan jumlah kerjanya hampir tidak ada. Meskipun
demikian semua otot menjadi tegang dan keadaan ini
disebut kontraksi isometrik.

Jika otot dibebani dengan beban yang konstan dan dapat dilakukan
dengan mudah untuk terjadi konstraksi yang konstan maka
konstraksi yang demikian disebut kontraksi isotonik. Jadi selama
kontraksi tekanan pada otot tetap konstan.

2. Sumasi, tetanisasi dan tonus


stimulus yang kuat menyebabkan makin banyak serabut otot
dalam ssuatu jaringan otot yang menanggapinya sehingga
kekuatan kontraksinya bertambah. Kontraksi yang lebih kuat
juga didapat dengan merangsang otot berkali-kali dengan waktu

168
yang amat singkat dengan intensitas yang maksimal. Stimulus
yang menyusuli suatu kontraksi diberikan sebelum relaksasi
selesai sempurna dan dilakukan berturut-turut akan
menghasilkan suatu gambaran kontraksi yang disebut efek
tangga. Efek taangga tersebut memperlihatkan sejumlah
kontraksi yang berurutan dengan memperlihatkan setiap
kontraksi sedikit lebih tinggi amplitudonya dari pada kontraksi
sebelumnya. Efek ini mungkin disebabkan oleh keadaan aktif
yang diperpanjang yang belum selesai secara sempurna
menyusul masuknya stimulus berikutnya. Efek tangga ini jelas
sekali terutama pada jantung vertebrata.
a. Sumasi
Apabila dua stimulus dikenakan pada otot dengan selang
waktu amat singkat sehingga keduanya sangat berdekatan
dimana stimulus kedua diberikan sebelum daur kontraksi
selesai maka akan terjadi kontraksi yang lebih kuat
dibandingkan jika hanya satu stimulus. Keadaan ini
disebutsumasi . Kadang kala sumasi tidak terjadi jika jarak
waktu antara stimulus pertama dengan stimulus berikutnya
sangat dekat. Otot tidak memberikan tanggapan terhadap
stimulus yang dikenakan. Hal ini disebabkan oleh keadaan
membran otot dalam periode refrakter absolut.
b. Tetanisasi
Bila otot dirangsang pada frekuensi yang makin besar secara
progressip, akhirnya akan didapaatkan sebuah frekuensi
dimana kontraksi berikut yang berurutan bersatu dan tidak
dapat dibedakan satu dengan lainnya. Keadaan ini disebut
tetanisasi, dan frekuensi yang terendah dimana
tetanisasi itu terjadi disebut frekuensi ktitis. Jika

169
perangsangan tetanik dipertahankan pada otot yang lepas,
akhirnya otot akan mengalami kontraktur, tidak mampu
relaksasi walaupun stimulasi dihentikan. Selanjutnya jika
stimulus diteruskan akan terjadi kelelahan. Kelelahan
disebabkan oleh adanya penimbunan asam laktat dan
penurunan jumlah ATP dan kreatin fosfat. Kelelahan yang
demikian hanya terjadi pada otot yang diperlakukan di
laboratorium (invitro), sedangkan otot hewan utuh tidak
mengalami kelelahan seperti itu karena penyebab-
penyebabnya dapat diatasi. Kemungkinan kelelahan akan
dialami lebih dahulu oleh saraf motoris yang mengirim
impuls ke otot. Disamping itu hambatan aliran darah menuju
ke otot yang sedang berkontraksi juga dapat menyebabkan
kelelahan otot karena otot kehilangan suplai makanan
terutama kehilangan suplai oksigen.
3. Tonus
Tonus pada otot rangka adalah keadaan sedikit kontraksi untuk
mempertahankan terhadap regangan. Otot yang sehat
sesungguhnya tidak pernah secara sempurna relaksasi.

Teori kontraksi otot filamen

170
a. Filament tipis
Filamen tipis terdiri dari 2 rantai molekul aktin yang melilit satu
dengan yang lainnya dan mengandung tempat pengikat bagi
jembatan silang (cross bridge) dari filamen yang tebal yang
disebut "aktif site". Selain itu filamen tipis juga mengandung
protein tropomiosin dan troponin. Tropomiosin dan troponin
dikenal sebagai protein pengatur. Troponin mempunyai tempat
pengikat ion Ca2+.
b. Filament tebal
Filamen tebal dibangun oleh molekul miosin dan setiap molekul
miosin terdiri dari bentuk batang yang disebut bagian ekor
dengan salah satu ujungnya yang berbentuk bulat yang disebut
kepala. Kepala dari molekul miosin dikenal sebagai jembatan
silang . Jembatan silang memiliki dua tempat pengikatan, satu
untuk aktin dan lainnya untuk ATP. Setiap filamen tebal
mengandung beratus-ratus molekul miosin. Dalam keadaan otot
tidak berkontraksi, posisi tropomiosin menutupi tempat
pengikatan jembatan silang (kepala miosin). Jika troponin
mengikat ion Ca2+ terjadi perubahan posisi tropomiosin

171
sedemikian rupa sehingga kepala miosin berikatan dengan aktif
site pada aktin akibatnya otot berkontraksi. Jadi kontraksi otot
rangka baru terjadi bila di sarkoplasma banyak terdapat ion Ca2+.
Ion Ca2+ ini disimpan dalam retikulum sarkoplasma yang
membentuk triad. Pada otot polos , protein yang mengikat ion
Ca2+ adalah kalmodulin.

Teori pergeseran filament


Selama kontraksi otot filamen aktin bergeser kedalam arah zona H,
sarkomer memendek tetapi panjang miofilamen aktin maupun
miosin tidak mengalami perubahan. Jembatan silang dari
miofilamen miosin mengait pada aktif site filamen aktin dan
aktivitas ini dapat terjadi apabila tersedia ATP. Jembatan silang
selanjutnya membengkokan diri kearah zona H dengan ini filamen
aktin menggeser dan garis Z tertarik ke arah zona H pula dengan
demikian sarkomer memendek, otot berkontraksi. Pada setiap daur,
satu sarkomer memendek hanya sepanjang 2 x 10 nm atau 1%nya.
Pada kontraksi otot, pemendekan sarkomer dapat mencapai 30%
hingga 50%. Untuk mendapatkan kontraksi sejauh itu, daur
pergeseran harus diulang beberapa kali. Untuk melaksanakan daur
berikutnya, jembatan silang harus lepas dari aktif site filamen aktin
dengan bantuan ATP, selanjutnya daur dimulai lagi. Kekurangan
ATP dapat menyebabkan kejang otot. Relaksasi terjadi bila ion
Ca2+ disingkirkan dari sarkoplasma dengan mekanisme pompa Ca.
Apabila kadar ion Ca2+ dalam sarkoplasma turun dibawah kadar 10
-7 mol/L, troponin kembali ke posisi semula, tropomiosin bergerak
kembali menutup aktif site pada aktin dan daur jembatan silang
terhenti.

172
5. Dasar kimia efektor
Pada proses kontraksi otot diperlukan energi yang bersumber dari
ATP. Reaksi pembebasan energi yang tersimpan dalam ATP adalah
sebagai berikut.

ATP + H2O ----------------- > ADP + Pa + energi,


energi tersebut digunakan untuk kontraksi dan relaksasi. Simpanan
ATP dalam jaringan terbatas untuk memperoleh penyediaan ATP
dengan cepat maka berlangsung resintesis ATP dari ADP dan
senyawa berenergi tinggi lain yang tersedia dalam otot yaitu
kreatinfosfat. reaksinya yaitu:

ADP + kreatinfosfat <_kreatin kinase > ATP + keratin

Simpanan kreatinfosfat juga terbatas. Untuk itu diperlukan


resintesis kreatin fosfat dengan memanfaatkan cadangan makanan
dalam otot yaitu glikogen. Glikogen dipecah untuk dapat
menghasilkan glukosa dan selanjutnya melalui proses glikolisis
akan dihasilkan asam piruvat. ATP yang dihasilkan sedikit, dalam
keadaan anaerob asam piruvat diubah menjadi asam laktat. Jika
oksigen cukup, asam piruvat akan dioksidasi menghasilkan H2O,
CO2 dan energi melalui daur Kreb's. Pada arthropoda terdapat
senyawa sejenis dengan kreatinfosfat yaitu argininfosfat, yang
berfungsi sama dengan kreatinfosfat. Argininfosfat tersebut luas
pada hewan-hewan invertebrata antara lain Molusca, Coelenterata,
dan Echinodermata.

B. Macam efetor
Efektor merupakan alat penghasil tanggapan yang pada sistem
kerjanya terlihan adanya gerakan tubuh tetapi tidak terlihat adanya

173
sekresi hormon. Tanggapan yang dihasilkan tergantung pada jenis
rangsangan dan jenis efektornya. Pada proses tanggapan ,baik itu
tanggapan perubahan gerak atau pun tanggapan perubahan warna
akan terjadi pelepasan arus listrik. Tanggapan perubahan gerak
terjadi karena sel memilki sitoskeleton yang berfungsi untuk
menghasilkan gerak. Gerak ini akan menimbulkan aliran
sitoplasmik. Dalam perubahan gerak terjadi kontraksi otot (proses
aktif) yang selalu diikuti relaksasi otot (proses pasif) yang
berpasangan kerja secara antagonis. Aktivitas yang berulang
memerlukan tulang atau rangka sebagai tempat bertumpu dan
penahan tarikan otot. Pada hewan terdapat tiga jenis sistem rangka,
yaitu:
1. Rangka hidrostatik, merupakan rangka yang terdapat pada
invertebrata yang bertubuh lunak (contoh: annelida). Fungsinya
mirip dengan gerakan ameboid.
2. Rangka luar, merupakan rangka yang terdapat di luar tubuh.
(contoh: Moluska dan Artropoda). Fungsinya melindungi diri dan
pelekatan otot
3. Rangka dalam, merupakan rangka yang terdapat di dalam tubuh
(contoh: vertebrata). Pada invertebrata rangka mengandung
berbagai garam kalsium dan fungsi sama dengan hewan lain.
anggapan perubahan warna pada hewan berfungsi untuk
menyamar, komunikasi kawin, dan pertahanan diri. Zat yang
berperanadalah kromatofor, yaitu sel yang mengandung pigmen.
Selain itu, ada pula tanggapan pelepasan arus listrik yang hanya
terjadi pada beberapa jenis ikan, misalnya pada Electrophorus
electricus memiliki organ listrik yang disebut elektroplat. Organ ini
berfungsi untuk orientasi, komunikasi, dan interaksi. Proses
pembentukan arus listrik yang terjadi disebut elektrogenesis.

174
Elektroplat merupan badan mioneural yang memiliki struktur
bersifat seperti saraf dan otot. Elektroplat memiliki dua sisi dimana
satu sisi mengarah ke daerah ekor (sisi ini mampu menanggapi
rangsang/ innervated face) dan satu sisi lagi mengarah ke daerah
kepala (sisi ini tidak mampu menanggapi rangsang/ non innervated
face).
a. Organ elektrik
Lebih dari 60 persen Bumi kita ditutupi dengan air. Dan yang
paling dominan adalah samudra atau lautan. Dengan habitat
seperti itu tentunya kita memiliki potensi laut yang sangat besar.
Termasuk di dalamnya binatang yang sangat jarang kita temui
dan memiliki bentuk yang unik. Salah satunya zona abyssal,
tempat yang sangat dalam dan gelap di lautan. Lapisan ini
berada di kedalaman 4000 – 6000 meter. Hewan-hewan yang
hidup di dalam lapisan ini juga merupakan makhluk hidup yang
unik. Tubuh mereka beradaptasi sesuai dengan karakteristik
dari lingkungan di zona tersebut. Karakteristik tersebut antara
lain cahaya, tekanan, suhu, oksigen, dan makanan. Karena
sangat dalam dan gelap, lapisan abyssal tidak mendapat cahaya.
Sehingga sebagian besar dari makhluk hidup di lapisan ini
memiliki tubuh yang menghasilkan cahaya biru-hijau
(bioluminescence). Selain itu, mereka juga memiliki mata yang
lebih besar untuk menangkap cahaya lebih banyak.
Lautan merupakan habitat terbesar di bumi. Struktur lantai
lautan juga bergunung-gunung, berlembah, dan berpalung
seperti didaratan. Semuanya punya sistem kehidupan sendiri-
sendiri yang sangat variatif dan beragam. Tergantung tingkat
kedalaman air, kemampuan sinar matahari menembus laut,
suhu, iklim, dan arus air. Laut dalam merupakan daerah yang

175
tidak pernah diungkapkan dan dijelajahi. Orang banyak
mengeksplorasi ke luar angkasa dari pada ke bawah laut. Itulah
sebabnya banyak yang tidak mengetahui keajaiban-keajaiban
yang ada dilaut.
Semua hewan yang hidup memancarkan muatan listrik
(meskipun hanya listrik yang dikeluarkan lemah) selama
gerakan otot rutin. Namun, hanya terdapat satu kelompok
(kebanyakan air) hewan yang memungkinkan mereka untuk
(dalam beberapa kasus) fisik menghasilkan listrik. Hewan-
hewan ini bergantung pada kemampuan electroreception
biologis mereka untuk memproduksi dan dorongan rasa / atau
listrik untuk berburu mangsa untuk melawan serangan
pemangsa dan bahkan navigasi
1. Hiu kepala martil

Dengan ratusan ribu organ electrorecptor (disebut Ampullae


dari Lorenzini) di dalam tubuh mereka, hiu ini menjadi satu
satunya hiu yang memiliki sensitivitas listrik terbesar yang
dapat mendeteksi sinyal dari setengah milyar volt hewan lain.
Dan memudahkan dalam mencari mangsa.
Terdiri dari kanal yang dipenuhi jeli membuka sebagai pori-
pori (dan tampak seperti bintik hitam di permukaan),
ampullae mendeteksi medan listrik yang dihasilkan oleh
penduduk bawah air lainnya, sehingga martil untuk memindai
pasir dan menggali makan malam dari dasar laut.

176
Martil juga dikatakan menggunakan deteksi internal mereka
seperti perangkat GPS, membantu untuk menyesuaikan diri
dengan mendeteksi arus laut yang bergerak dalam medan
magnet bumi.
2. Peters ikan belalai gajah

Ditemukan di sekitar sungai di Afrika barat dan tengah, ikan


ini berwarna gelap. Batang seperti tonjolan dari kepala (yang
tidak seperti pada gajah, adalah mulut sebenarnya lebih dari
hidung). Elephantnose dilengkapi dengan organ yang
menghasilkan listrik khusus, yang terletak di ekor, yang
terdiri dari ribuan "kotak seperti sel multi-bernukleus" disebut
electroplax (atau electroplaques).
dalam keadaan istirahat, masing-masing sel electroplax
memiliki muatan negatif di dalam dan muatan positif di luar.
Ketika organ dirangsang melalui kontraksi otot/internal biaya
eksternal dibalik, menciptakan arus listrik lemah. Dengan
demikian, elephantfish ini mampu mendeteksi berbagai
tingkat distorsi dalam bidang diproduksi diri dan kemudian
dapat membedakan antara predator dan mangsa.

3. Ikan pari electric

177
Seperti belut listrik, hewan ini, juga mampu mengendalikan
tegangan di setiap muatan listrik dalam tubuhnya. Organ
produksi terletak di kedua sisi kepala dan bersama-sama
menempatkan di mana saja dari delapan sampai 220 volt.
Ada 69 spesies sinar dalam empat keluarga, dengan
Torpedo genus yang paling menonjol dinamai kata Latin
"torpere," yang berarti menyebabkan menjadi kaku atau
melumpuhkan. Kejutan listrik yang dihasilkan oleh ray
berukuran rata-rata serupa dengan efek jika menjatuhkan
pengering rambut ke bak mandi
b. Organ organ Bioluminescence
Bioluminescence adalah produksi dan emisi cahaya oleh
organisme hidup. Ini adalah bentuk chemiluminescence.
Bioluminesensi terjadi secara luas pada vertebrata laut dan
invertebrata, serta pada beberapa jamur, mikroorganisme
termasuk beberapa bakteri bioluminesen dan artropoda
terestrial seperti kunang-kunang. Pada beberapa hewan, cahaya
bersifat bakteriogenik, diproduksi oleh organisme simbiotik
seperti bakteri Vibrio; pada yang lain, bersifat autogenik,
diproduksi oleh hewan sendiri
Secara umum, reaksi kimia utama dalam bioluminesensi
melibatkan beberapa molekul pemancar cahaya dan enzim,
yang umumnya disebut luciferin dan luciferase. Karena ini

178
adalah nama generik, luciferin dan luciferases sering dibedakan
dengan memasukkan spesies atau kelompok, yaitu Firefly
luciferin. Dalam semua kasus yang ditandai, enzim
mengkatalisasi oksidasi luciferin.
Pada beberapa spesies, luciferase memerlukan kofaktor lain,
seperti kalsium atau ion magnesium, dan kadang-kadang juga
molekul pembawa energi adenosine triphosphate (ATP). Dalam
evolusi, luciferin sedikit berbeda: satu khususnya,
coelenterazine, ditemukan pada sebelas hewan yang berbeda
(filum), meskipun pada beberapa di antaranya, hewan
mendapatkannya melalui makanan mereka. Sebaliknya,
luciferases sangat bervariasi antara spesies yang berbeda, dan
akibatnya bioluminesensi telah muncul lebih dari empat puluh
kali dalam sejarah evolusi.
Baik Aristoteles dan Pliny the Elder menyebutkan bahwa kayu
lembab terkadang mengeluarkan cahaya dan berabad-abad
kemudian, Robert Boyle menunjukkan bahwa oksigen terlibat
dalam proses tersebut, baik dalam kayu maupun dalam cacing
cahaya. Baru pada akhir abad ke-19 bioluminesensi diselidiki
dengan benar. Fenomena ini tersebar luas di antara kelompok-
kelompok hewan, terutama di lingkungan laut di mana
dinoflagellata menyebabkan fosforensi pada lapisan permukaan
air. Di darat itu terjadi pada jamur, bakteri dan beberapa
kelompok invertebrata, termasuk serangga.
Penggunaan bioluminesensi oleh hewan termasuk kamuflase
kontra-iluminasi, mimikri hewan lain, misalnya untuk memikat
mangsa, dan memberi sinyal kepada individu lain dari spesies
yang sama, seperti untuk menarik pasangan. Di laboratorium,
sistem berbasis luciferase digunakan dalam rekayasa genetika

179
dan untuk penelitian biomedis. Peneliti lain sedang menyelidiki
kemungkinan menggunakan sistem bioluminescent untuk
penerangan jalan dan dekoratif, dan sebuah pabrik
bioluminescent telah dibuat.
c. Kromatofora
Kromatofor adalah sel berpigmen dan reflektif yang ditemukan
pada amfibi, ikan, reptil, krustasea, dan sefalopoda. Kromatofora
terutama bertanggung jawab untuk warna kulit dan mata pada
organisme berdarah dingin (poikilothermic), dan dihasilkan dari
sel-sel krista neural selama perkembangan. Kromatofor yang
dikembangkan dibagi sesuai dengan warna atau warna yang
terlihat di bawah cahaya putih, yaitu xanthophores (kuning),
eritrophores (merah), iridofor (cahaya / warna), leucophores
(putih), melanofor (hitam / coklat), dan sianofor (biru). Istilah ini
juga dapat merujuk pada vesikel bernoda membran terikat pada
beberapa bakteri fotosintesis yang disebut klorosom, dan
plastida berwarna pada tanaman, i. untuk kloroplas dan
kromoplas, dan vakuola yang mengandung antosianin yang
memberi bunga merah, biru dan ungu.
Beberapa jenis organisme dapat dengan cepat mengubah warna
melalui mekanisme yang memindahkan pigmen ke ruang lain
(yaitu, mentranslokasi pigmen) dan mengubah posisi pelat
reflektif di dalam kromatofora. Perubahan warna adalah salah
satu jenis kamuflase. Cephalopoda, seperti gurita, mencapai ini
melalui organ kromatofor kompleks yang dikontrol oleh otot,
sementara vertebrata seperti bunglon mencapainya melalui
sinyal seluler yang dikontrol oleh saraf (yaitu neurotransmiter
atau neurotransmiter) atau hormon , faktor pemicu mungkin
perubahan suasana hati dan / atau suhu, stres, atau perubahan

180
yang terlihat di lingkungan
Tidak seperti organisme berdarah dingin, hanya satu jenis sel
mirip melanofor, melanosit, hadir dalam organisme berdarah
panas (homeotermik). Penelitian saat ini sedang dilakukan
untuk penggunaan praktis melanofor, termasuk untuk
memahami penyakit manusia dan sebagai sarana
pengembangan obat baru.

181
182
183

Anda mungkin juga menyukai