Anda di halaman 1dari 29

BAB

TERMOREGULASI DAN OSMOREGULASI

KEGIATAN BELAJAR
1. Deskripsi Isi
Mendeskripsikan tentang termoregulasi dan osmoregulasi.
2. Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang mekanisme termoregulasi dan
osmoregulasi.
3. Tujuan
Setelah mempelajari bahan ajar ini mahasiswa mampu menjelaskan
tentang mekanisme termoregulasi dan osmoregulasi pada hewan dan
manusia dalam mempertahankan homeostasis.

URAIAN SINGKAT
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) dan pengaturan cairan tubuh
(osmoregulasi) merupakan bagian dari mekanisme homeostasis. Homeostasis
berasal dari bahasa yunani yaitu, homeo yang berati sama dan stasis yang
berati mempertahankan keadaan. Jadi, homeostasis adalah keadaan yang
relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh organisme yang
dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis.
Homeostasis mengacu kepada pemeliharaan suatu keadaan stabil dan
dinamis di dalam lingkungan cairan internal yang meliputi semua sel pada
tubuh, karena salah satu fungsi dari homeostasis adalah menyeimbangan
jumlah dan komposisi cairan di dalam tubuh. Sel-sel tubuh tidak melakukan
kontak langsung dengan lingkungan luar, oleh karena itu kelangsungan hidup
sel bergantung pada pemeliharaan lingkungan cairan internal yang stabil.
Contohnya di lingkungan internal sel, O2 dan zat-zat gizi harus terus menerus
diganti sesuai dengan kecepatan penggunaannya oleh metabolisme sel,
sehingga keadaan homeostatis dapat senantiasa dipertahankan untuk

1
menjaga kelangsungan hidup. Homeostasis pada dasarnya juga harus dapat
menstabilkan cairan di sekitar sel-sel organisme multisel yaitu cairan ekstrasel
(CES) yang merupakan interface antara sel dengan lingkungan luar. Contoh
homeostasis lainnya ialah apabila cuaca panas, jaringan kulit akan merespon
dengan mengeluarkan keringat melalui kelenjar keringat pada epidermis kulit,
hal ini dilakukan untuk mencegah meningkatnya suhu cairan darah, oleh
karena itu pembuluh darah akan mengembang agar dapat mengeluarkan
panas ke lingkungan sekitarnya.
Dalam menyelenggarakan homeostasis, tubuh harus senantiasa
memantau adanya perubahan-perubahan yang terjadi, lalu
mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi
tersebut agar dapat diredam, untuk itu sel-sel tubuh harus mampu
berkomunikasi satu dengan yang lainnya.Komunikasi antar sel ini merupakan
media yang menopang pengendalian fungsi sel, jaringan hingga sistem organ
tubuh. Pengendalian yang paling sederhana terjadi secara lokal (intrinsik) yaitu
yang dilakukan dengan komunikasi antar sel yang berdekatan. Pengendalian
jarak jauh (ekstrinsik) lebih kompleks dengan melibatkan sistem saraf maupun
sistem endokrin (umpan balik). Misalnya pada saat demam, badan akan
bertambah panas untuk membunuh bakteri dan virus, namun di lain sisi, badan
akan diatur untuk mengurangi suhu tubuh yang terlalu tinggi.

A. Termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat
ditoleransi. Suhu berpengaruh kepada stabilitas metabolisme. Suhu yang
tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi, karena
energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara
molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan
aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu
hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh

2
diatur salah satunya oleh enzim yang memiliki suhu optimum dalam bekerja.
Jika suhu lingkungan tubuh meningkat atau menurun drastis, maka enzim-
enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya.
Kontrol suhu tubuh oleh hewan dan manusia dilakukan untuk mengatur
panas yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme
perubahan panas tubuh dapat terjadi melalui 4 proses, yaitu radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi (Gambar 9.1).

Gambar 9.1 Mekanisme perubahan panas

Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik. Radiasi dapat


menyampaikan panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai
contoh, radiasi sinar matahari. Kehilangan panas melalui radiasi adalah
kehilangan dalam bentuk gelombang panas yang dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, semakin rendah suhu lingkungan, semakin besar panas tubuh
yang hilang. Selain dipengaruhi oleh suhu lingkungan, radiasi juga dipengaruhi
oleh kelembaban udara, semakin tinggi kelembabannya, semakin kecil panas
tubuh yang hilang.
Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan
suatu benda. Konduksi merupakan transfer panas antara dua materi padat
yang berhubungan secara langsung. Panas menjalar dari materi yang memiliki
suhu tinggi ke materi yang memiliki suhu yang lebih rendah. Laju aliran panas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luas permukaan benda yang saling
bersentuhan, perbedaan suhu awal antara kedua benda, dan konduktivitas panas
dari kedua benda tersebut. Konduktivitas panas merupakan tingkat

3
kemudahan untuk mengalirkan panasyang dimiliki suatu benda. Setiap benda
memiliki konduktivitas yang berbeda. Hewan memiliki konduktivitas panas yang
rendah sehingga merupakan penahan panas (isolator) yang baik, contohnya
adalah rambut dan bulu. Karena hal inilah aves dan mamalia yang banyak
memiliki bulu dan rambut hanya akan melepas sejumlah kecil panas dari
tubuhnya ke benda lain yang bersentuhan dengannya.
Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan
melalui permukaan tubuh. Di sekitar manusia terdapat suatu lapisan udara
yang hangat yang berfungsi sebagai insulator (penyekat tubuh). Lapisan udara
ini yang menghalangi hilangnya panas tubuh ke udara luar. Tetapi bila ada
aliran udara yang bergerak yang menghilangkan lapisan udara di sekitar tubuh
manusia, maka akan menyebabkan hilangnya panas tubuh. Proses hilangnya
panas tubuh karena aliran udara ini disebut konveksi.
Evaporasi adalah proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang
ditranformasikan dalam bentuk gas. Contohnya saat tubuh panas, tubuh akan
menanggapi kenaikan suhu tersebut dengan berkeringat. Keringat yang keluar
akan membasahi kulit dan menyerap kelebihan panas tersebut dan menjadi
uap. Setelah keringat kering suhu tubuh akan turun. Hanya saja tidak semua
hewan memiliki kelenjar keringat. Hewan yang tidak dapat berkeringat seperti
anjing akan meningkatkan penguapan melalui saluran pernapasan mereka. Pada
anjing akan terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya untuk mengurangi
panas tubuh. Kulit merupakan tempat pembuangan panas yang utama, karena
85% dari panas dibuang oleh tubuh melalui kulit secara radiasi, konveksi, dan
evaporasi.
Selama suhu kulit lebih tinggi daripada suhu lingkungan, panas dapat
hilang melalui radiasi dan konduksi. Tetapi ketika suhu lingkungan lebih tinggi
daripada suhu tubuh, tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi
dari suhu lingkungan. Dalam keadaan seperti ini satu-satunya cara tubuh
melepaskan panas adalah dengan evaporasi.

4
Termoregulasi pada Hewan
Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh hewan, maka
hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikioterm dan homoiterm.
a) Poikioterm
Suhu tubuh hewan poikioterm dipengaruhi oleh lingkungan. Hewan
poikiloterm memiliki suhu tubuh yang fluktuatif (mengikuti suhu
lingkungannya). Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin,
contohnya ular, bunglon, katak, dll.
b) Homoiterm
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya
reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan
homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda
dengan suhu tubuhnya karena memiliki kemampuan mengatur suhu
tubuh. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah panas, contohnya
burung dan mamalia. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur
normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, kelamin, makanan, dan
lingkungan.

Sedangkan berdasarkan sumber panas utama tubuhnya, hewan dibedakan


atas:
a) Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan
(mampu menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm
cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan
ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan
luar untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan
dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Hewan dalam
kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia.
Termoregulasi pada hewan ektoderm dipengaruhi oleh perbedaan yang
signifikan antara suhu udara siang dengan malam. Hewan harus berusaha
mengatur suhu tubuhnya dengan cara mengatur perolehan dan pelepasan

5
panas. Hewan ektoterm terestrial memperoleh panas dengan cara
menyerap radiasi matahari, misalnya:
 Mengubah warna permukaan tubuh (melalui penyerapan melanin,
contohnya pada belalang rumput dan kumbang akan mengubah warna
tubuhnya menjadi lebih gelap).
 Menghadapkan tubuh ke arah matahari, contohnya pada beberapa
spesies belalang akan mengarahkan tubuhnya tegak lurus ke arah
matahari
Sedangkan cara pelepasan panas pada hewan ektoterm terestrial ialah
dengan cara:
 Mengubah orientasi tubuh menjauhi/membelakangi sinar matahari.
 Memanjat pohon untuk berteduh.
 Vasodilatasi, yaitu perluasan diameter pembuluh darah.
Beberapa hewan ektoderm lainnya melakukan adaptasi terhadap suhu
sangat panas dengan cara meningkatkan laju pendinginan melalui
penguapan, misalnya:
 Melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak) atau
dengan cara berkeringat (untuk hewan yang mempunyai kelenjar
keringat).
 Melalui saluran pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap
air (reptil dan insekta).
 Mengubah sistem metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi
(kadal dan reptil gurun).

Pada beberapa hewan ektoderm, untuk menghadapi cuaca yang sangat


buruk (terlalu dingin), perlu menghemat energi dengan cara hibernasi.
Mekanisme adaptasi terhadap suhu sangat dingin dapat juga dilakukan
dengan cara:
 Meningkatkan konsentrasi osmotik, titik beku cairan tubuh dapat
diturunkan hingga dibawah 00C. Zat terlarut gula, seperti fruktosa atau

6
derivatnya, serta gliserol sangat bermanfaat untuk melindungi
membran dan enzim dari denaturasi akibat suhu yang sangat dingin,
contohnya lalat dari Alaska yaitu Rhabdophaga strobiloides, yang dapat
bertahan hingga suhu -600C.
 Menghambat pembentukan kristal es di dalam sel untuk mencegah
kerusakan membran. Dilakukan dengan cara menambahkan
glikoprotein antibeku ke dalam cairan tubuh (misal: ikan es dari
antartika (Trematomus borchgrevink).
 Berkelompok dalam sarangnya, hasil metabolisme lebah secara
kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

b) Endoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas
di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.
Suhu tubuh dipertahankan agar tetap konstan, walaupun suhu
lingkungannya selalu berubah dengan cara menyeimbangkan perolehan
dan pelepasan panas. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung
dan mamalia.
Hewan Endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam
tubuh sebagai hasil dari proses metabolisme sel tubuh, apabila suhu tubuh
terlalu tinggi maka panas akan dilepaskan dengan cara:
 Vasodilatasi, sehingga terjadi peningkatan aliran darah.
 Berkeringat dan terengah-engah.
 Menurunkan laju metabolisme.
 Respons perilaku, banyak hewan dapat menurunkan panas tubuh
dengan cara berpindah tempat. Mereka akan mencari tempat yang
sejuk, lembab atau masuk ke dalam lubang di dalam tanah pada musim
panas, dan bahkan bermigrasi ke lingkungan yang lebih sesuai.

Sebaliknya bila suhu tubuh terlalu rendah, maka penyesuaian yang


dilakukan berupa:

7
 Vasokonstriksi sehingga terjadi penurunan aliran darah.
 Menegakkan rambut (merinding).
 Menggigil.
 Meningkatkan laju metabolisme.
 Respons perilaku (menghangatkan diri).

Setiap makhluk hidup akan menyesuaikan diri dengan lingkunganya.


Adaptasi adalah cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dalam mengatasi
tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu
beradaptasi terhadap lingkungannya akan dapat bertahan hidup, sedangkan
yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan
jenis. Kemampuan adaptasi makhluk hidup dapat dikelompokan menjadi 3
jenis, yaitu:
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi
singa dan harimau yang runcing dan tajam untuk makan daging,
sedangkan pada gigi sapi dan kambing tidak runcing dan tajam, karena
giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau mengunyah
makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah
seperti pada onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan
air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama
serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk
bertahan di daerah dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku

8
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah
laku/perilaku terhadap lingkungannya seperti pada bunglon yang dapat
menguubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan
sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri/kamuflase.

Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah


dengan tingkah lakunya, coontoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm
antara lain adalah sebagai berikut.
 Ikan (Pisces), jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah
dengan berenang ke perairan yang lebih dalam atau menuju ke tempat
yang intensitas sinar matahari lebih sedikit.
 Katak (Amphibi), pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi
secara morfologi dengan cara menguapkan panas dari dalam tubuhnya,
sedangkan adaptasi secara tingkah laku yang dilakukan katak adalah
bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah suhunya.
 Belalang (Insecta), pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara
morfologi dengan cara mengubah warna tubuhnya. Adaptasi secara
tingkah laku yang dilakukan belalang adalah dengan bersembunyi di balik
daun.
 Buaya (Reptil), memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada
lingkungan panas akan mengurangi penguapan melalui kulitnya. Secara
tingkah laku yang dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk
menguapkan panas tubuhnya (evaporasi).
 Ular, secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas
dengan bersembunyi di bawah tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa
ular gurun, adaptasi pada lingkungan panas dilakukan dengan berjalan
menyamping bersudut sekitar 45o.

Termoregulasi pada manusia

9
Manusia adalah makhluk homoiterm, makhluk berdarah panas yang suhu
tubuhnya relatif konstan terhadap perubahan suhu disekitarnya. Suhu tubuh
manusia dipertahankan dalam batas normal dalam suatu limit yang kecil, tidak
lebih dari 0,4º C yaitu sekitar 36,7-37,1º C, melalui sistem yang disebut
termoregulasi.
Termoregulasi merupakan pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh
dapat dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi
oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan
berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan
pengeluaran panas harus dipertahankan.
Termoregulasi manusia berpusat pada hipotalamus yang terletak diantara
hemisfer serebral, guna mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja termostat
dalam menjaga suhu lingkungan. Hipotalamus anterior mengontrol
pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas,
yaitu termoreseptor, hipotalamus, dan saraf eferen.
Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi
dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. Di dalam pengaturan suhu
tubuh manusia terdapat sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor
dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan
jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh. Dari kedua jenis sensor ini, isyarat
yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim
ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas
untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru, dan seluruh tubuh. Mekanisme
umpan balik terjadi, saat isyarat diterima kembali oleh sensor panas dan
sensor dingin melalui peredaran darah.
Termoregulasi dapat menjaga suhu tubuh, dari perubahan keadaan
lingkungan yang terjadi secara tiba-tiba ataupun karena jenis akitifitas yang
dilakukan oleh manusia. Pada suhu tubuh yang konstan biasanya lebih tinggi

10
dibandingkan dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu lingkungan memiliki
derajat yang tidak jauh berbeda dari suhu tubuh. Hal ini dapat mengisyaratkan
bahwa suhu tubuh dan suhu lingkungan akan saling menyesuaikan.
Penyesuaian ini dilakukan untuk mencegah kerusakan dan gangguan sistem
dalam tubuh yang dapat mengganggu kestabilan sel-sel dalam melakukan
metabolisme secara sempurna.
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan suhu lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih
dingin atau lebih panas. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan
lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas
melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah,
dengan demikian kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk
keseimbangan suhu tubuh.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu
tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh
(Gambar 9.2).

11
Gambar 9.2 Mekanisme termoregulasi pada manusia
Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back)
yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh
akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh
meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk
melakukan mekanisme guna mempertahankan suhu dengan cara menurunkan
produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali
pada titik tetap.
Kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi suhu tubuh sehingga
menyebab kan terjadinya variasi suhu tubuh antara lain sebagai berikut.
a) Usia

12
Pada usia bayi dan anak-anak, regulasi suhu belum stabil. Rentang suhu
normal akan tercapai pada saat dewasa kemudian turun secara berangsur-
angsur sampai mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu
tubuh lebih sempit, hal ini dikarenakan adanya kemunduran mekanisme
kontrol terutama pada kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi, serta
penurunan metabolisme.
b) Aktivitas fisik
Setelah melakukan latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik
terkait dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah melakukan
latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 40 ºC.
c) Kadar hormon
Hormon tiroid adalah pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon
lain seperti testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan juga dapat
meningkatkan laju metabolisme 5-15%.
d) Jenis kelamin
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar
progesteron rendah, maka suhu tubuh juga akan menurun.
e) Pola suhu lingkungan
Fluktuasi suhu tubuh berubah secara normal pada rentang 0,5 ºC sampai 1
ºC selama periode 24 jam. Suhu tubuh paling rendah biasanya terjadi pada
pagi hari, yang akan meningkat menjelang siang hari.
f) Kondisi psikis/stres
Stres atau emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan saraf. Situasi stress akan membuat bagian simpatis dari sistem saraf
otonom terstimulasi. Neuron-neuron akan merangsang pelepasan hormon
epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga
meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.

13
g) Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara
lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena
menyebabkan hambatan penguapan keringat, sehingga panas tertahan di
dalam tubuh.

B. Osmoregulasi
Air (H2O) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di
dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri
dari air. Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat
di dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total
berat badan orang dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan
terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung
lebih banyak air jika dibandingkan tubuh non atlet. Di dalam tubuh, sel-sel
yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot
dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau jantung,
sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel
jaringan seperti tulang atau gigi.
Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh
manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi
tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang
keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan
2.5L cairan per harinya. Sekitar 1.5L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml
melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses
respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces (tinja).
Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas=240 ml)
biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan
perharinya.

Komposisi cairan tubuh manusia

14
Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium)
adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti
manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena yang selanjutnya akan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam cairan intraseluler
(cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh) dan cairan ekstraseluler
(cairan yang berada di luar sel).
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam
larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen,
karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh
mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+),
Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Garam mineral
ketika berada dalam bentuk cairan sel, baik seluruhnya maupun sebagian
berbentuk ion elektron, yaitu kation dan anion.

Fungsi cairan tubuh manusia


Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir
semua reaksi di dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme
tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk
menggantikan cairan yang hilang.
Fungsi cairan tubuh adalah untuk mengatur proses-proses sebagai berikut.
 Mengatur suhu tubuh. Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi
panas dan naik.

15
 Melancarkan peredaran darah, jika tubuh kita kurang cairan maka darah
akan mengental, hal ini disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk
kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja
otak dan jantung.
 Membuang racun dan sisa makanan. Tersedianya cairan tubuh yang cukup
dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh. Air membersihkan
racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan pernafasan.
 Kesehatan kulit. Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi
kulit. Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban,
kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari luar
tubuh.
 Pencernaan. Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut
nutrisi dan oksigen melalui darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh.
Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem pencernaan di
dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga
feses dapat keluar dengan lancar.
 Pernafasan. Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru
harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan
memompa karbondioksida keluar tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita
menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa embun
dari nafas yang dihembuskan pada kaca.
 Sendi dan otot. Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada
sendi dan otot. Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan
cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas
untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.
 Pemulihan penyakit. Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena
asupan air yang memadai berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh
yang terbuang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan

16
a) Usia, dengan bertambahnya usia semua organ yang mengatur
keseimbangan akan menurun fungsinya, sehingga fungsi untuk mengatur
keseimbangan juga menurun.
b) Temperatur Lingkungan. Lingkungan yang panas bisa menyebabkan kita
berkeringat banyak sehingga cairan banyak keluar.
c) Diet. Diet tinggi natrium akan berfungsi meretensi urine, demikian juga
sebaliknya.
d) Obat-Obatan, seperti steroid, diuretik.
e) Stress, dapat mempengaruhi metabolisme sel, meningkatkan gula darah,
meningkatkan osmotik dan kadar ADH.
f) Sakit, seperti gagal ginjal, dalam keadaan sakit akan mengeluarkan air
yang lebih banyak.

Pengaturan keseimbangan cairan tubuh


Organ yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan meliputi:
1. Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan
adalah sebagai berikut.
a) Pengaturan volume dan kadar osmotik cairan ekstrasel melalui retensi
dan eksresi selektif cairan tubuh.
b) Pengaturan kadar elektrolit dalam cairan ekstrasel dengan retensi
selektif substansi yang dibutuhkan.
c) Pengaturan pH cairan ekstrasel melalui retensi ion-ion hidrogen.
d) Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
2. Jantung dan pembuluh darah.
Kerja pompa jantung antara lain adalah berperan dalam sirkulasi darah
melalui ginjal untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung dapat
mengganggu fungsi ginjal sehingga mengganggu pengaturan air dan
elektrolit.

17
3. Paru-paru
Melalui ekshalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak kurang lebih 300L
setiap hari pada orang dewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti batuk
yang terus-menerus akan memperbanyak kehilangan air.
4. Hipotalamus/Kelenjar pituitari
Hipotalamus menghasilkan ADH yang disebut juga hormon penyimpan air,
karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel dengan
mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal serta mengatur volume
darah.
5. Kelenjar adrenal
Aldosteron disekresi oleh korteks adrenal (zona glomerolus). Peningkatan
aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air juga ditahan.
Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan banyak keluar karena
natrium hilang.
6. Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid
(PTH), sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium
dari usus, dan reabsorbsi kalsium dari ginjal.

Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi


pemasukkan cairan yang memadai dapat berakibat dehidrasi. Dehidrasi adalah
keadaan tubuh yang kehilangan cairan elektrolit, yang sangat dibutuhkan
organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Untuk
dapat mengembalikan cairan tubuh yang hilang, sebaiknya banyak minum
minimal 8 gelas (± 2 liter) air setiap hari. Kelebihan cairan tubuh akan disimpan
didalam ginjal. Kelebihan cairan tubuh selanjutnya akan dikeluarkan melalui air
seni (urine). Kelebihan cairan tubuh dapat dialami saat udara sedang dingin
atau saat tidak banyak melakukan aktivitas.

18
BAB
TINGKAH LAKU (PERILAKU) HEWAN

KEGIATAN BELAJAR
1. Deskripsi Isi
Mendeskripsikan tentang tingkah laku hewan.
2. Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk tingkah laku/perilaku
hewan.
3. Tujuan
Setelah mempelajari bahan ajar ini mahasiswa mampu menjelaskan
tentang pengertian dan teori dasar etologi; bentuk-bentuk dan contoh
tingkah laku/perilaku hewan; adaptasi tingkah laku hewan.

URAIAN SINGKAT
A. Etologi
Ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku atau perilaku hewan, disebut
etologi. Etologi menekankan bahwa tingkah laku adalah produk dari evolusi dan
ditentukan secara biologis. Tiap organisme mempelajari bagaimana cara beradaptasi
agar bisa bertahan hidup. Teori seleksi alam menyatakan bahwa organisme yang
dapat bertahan hidup ialah yang dapat mewariskan sifat kepada anak-anaknya.
Tingkah laku atau perilaku merupakan bentuk respons suatu organisme terhadap
kondisi internal dan eksternalnya. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu
organisme akibat adanya suatu stimulus. Suatu respons dikatakan sebagai perilaku
apabila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons yang sama
terhadap stimulus tertentu. Umumnya prilaku yang muncul oleh suatu organisme
memiliki tujuan yaitu:

1) untuk mencari makanan dan minum,


2) mendapat dan menjaga daerah teritorial,
3) untuk melindungi diri,
4) untuk bereproduksi guna kelangsungan hidup.

19
Berdasarkan tujuan tersebut maka umumnya tingkah laku atau behavior
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan koordinasi antara sistem syaraf dan
endokrin. Perilaku hewan juga berkaitan dengan adaptasi. Adaptasi merupakan suatu
bentuk usaha untuk menyeimbangkan berbagai proses metabolisme dan perilaku
dengan perubahan yang terjadi di sekeliling lingkungannya.

Dalam mengamati tingkah laku hewan, manusia cenderung untuk


menempatkan diri sebagai organisme yang sedang diamati, yakni dengan
menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti manusia. Ini
merupakan perilaku antropomorfisme, yaitu interpretasi perilaku organisme lain
seperti perilaku manusia.

B. Teori dasar etologi


1. Teori Karl von Frisch (bee’s dance theory)
Frisch mempelajari indera lebah, mengenali mekanisme komunikasi
mereka, menerjemahkan arti tarian lebah, dan menunjukkan sensitivitas lebah
pada cahaya ultraviolet dan polarisasi. Komunikasi lebah terjadi lewat tarian.
Lebah pekerja lebih efektif dan efisien mencari nectar bunga atau sumber
pakan dengan mengandalkan bantuan lebah pekerja pemandu lewat tari
keliling (round dance). Saat seekor lebah pemandu mendapat sari bunga, ia
sering menari di depan sarangnya sebagai kode memberi tahu lokasi sari
bunga ke semua rekan (Gambar 12.1).

Gambar 12.1 Tarian Lebah

20
Tarian lenggak-lenggok lebah menginformasikan tentang lokasi nektar
(sari bunga). Biasanya sebelum memasuki sarang, seekor lebah pembawa
nektar melakukan gerakan tarian seperti mengibaskan perut saat menari di
tengah kerumunan lebah lain. Kibasan dan tarian tersebut dilakukan dalam
pola tertentu dan terorganisir. Frisch menyimpulkan bahwa lebah sedang
berjuang menyampaikan serangkaian instruksi tentang upaya menemukan
sumber sari bunga saat menari.

2. Teori Lorenz (Imprinting and critical period theory)


Teori imprinting-critical period dikemukakan oleh Lorenz yang meneliti anak
angsa yang ditetaskan akan mengikuti benda pertama yang mereka lihat dan
mempercayai bahwa benda tersebut adalah induknya. Tingkah laku anak angsa itu
disebut imprinting-critical period (Gambar 12.2).

Gambar 12.2 Perilaku imprinting pada anak angsa

Lorenz melakukan sebuah eksperimen untuk mengetahui perilaku si anak


angsa. Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetaskan oleh seekor angsa ke dalam
dua kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk
ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam
kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan. Di sisi lain, anak
angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz ketika mereka menetas,
mengikuti Lorenz kemanapun ia pergi, seolah Lorenz adalah ibu mereka. Lorenz
menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok kedalam sebuah

21
kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak tersebut
diangkat. Tiap kelompok anak angsa langsung melihat kearah “ibunya”. Lorenz
menyebut proses ini sebagai imprinting, yaitu pembelajaran yang cepat dan alami
pada periode kritis yang terbatas sehingga menghasilkan perilaku kelekatan pada
benda bergerak pertama yang terlihat.

Tingkah laku imprinting terjadi pada periode kritis atau sesaat setelah menetas
melalui pengamatan pada benda tertentu yang dilihat secara cepat. Teori Lorenz
menyatakan bahwa ada insting dari makhluk hidup untuk mengembangkan
perilakunya. Dasar pemahaman mengenai periode kritis selama perkembangan dan
proses belajar cepat yang melibatkan ketertarikan pada benda tertentu merupakan
penyebab terbentuknya tingkah laku imprinting pada suatu organisme.

Seorang etolog Belanda bernama Tinbergen selanjutnya bekerjasama dengan


Frisch dan Lorenz, mengemukakan bagaimana bentuk penting komunikasi hewan
dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sederhana. Tinbergen melakukan
percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang ditempatkan di tengah
lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan di samping
sarangnya. Ternyata tawon tersebut kembali ke tengah lingkaran, tidak ke sarang.
Demikian pula setelah lingkaran bunga pinus diganti dengan lingkaran baru tanpa
sarang, dan disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang
ditengahnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran baru, bukan
ke sarang di tengah segitiga bunga pinus. Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon
dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut
dengan belajar untuk mangenal sesuatu..

3. Teori Bowlby (Bonding and attachment theory)


Salah satu dari beberapa penerapan penting teori etologi pada
perkembangan manusia meliputi teori kelekatan John Bowlby. Bowlby
menyatakan bahwa kelekatan pada pengasuh selama satu tahun pertama
kehidupan memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup. Dalam
pandangannya, jika kelekatan ini positif dan aman, seseorang mempunyai
dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki

22
hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan
kelekatannya negatif dan tidak aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia
akan mungkin menghadapi kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam
menangani emosi.
Menurut teori Bowlby, tingkah laku pada anak manusia diprogram secara
evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada
anak namun juga pada ibu. Hubungan ibu dan anak secara biologis dipersiapkan
untuk saling merespon perilaku (Gambar 12.3).

Gambar 12.3 Hubungan ibu dan anak

Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu
dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Perilaku attachment ibu dapat dipicu oleh
signaling behavior atau penampilan ‘imut’ anak, sehingga akan meningkatkan
hubungan antara ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon
tanda, suara, dan perhatian yang diberikan oleh ibu. Hasil dari respon biologis yang
terprogram ini akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling
menguntungkan (mutuality attachment) antara anak dan ibu.

C. Bentuk Tingkah Laku/Perilaku Hewan


Terjadinya suatu perilaku hewan dapat diakibatkan oleh pengaruh
genetis/perilaku bawaan lahir (innate behavior), atau akibat proses
belajar/pengalaman (learned behavior) yang diperoleh dari lingkungan, sehingga
kemudian mengakibatkan terjadinya suatu perkembangan sifat.

23
1) Perilaku bawaan atau naluri (innate behavior)
Innate behavior muncul seketika, spontan, dan konsisten terhadap suatu
rangsang. Perilaku ini timbul karena bawaan lahir dan kemudian berkembang secara
genetis (diturunkan). Contoh perilaku yang diperoleh dari bawaan lahir adalah
sebagai berikut.

 Pada pembuatan sarang burung manyar (Ploceus manyar), meskipun burung


tersebut belum pernah melihat model sarangnya, burung manyar secara naluriah
akan membuat sarang yang sama (Gambar 12.4).

Gambar 12.4 Perilaku bawaan burung manyar dalam pembuatan sarang

 Pada pembuatan sarang laba-laba diperlukan serangkaian aksi yang kompleks,


tetapi bentuk akhir sarangnya seluruhnya bergantung pada nalurinya. Dan
bentuk sarang ini adalah khas untuk setiap spesies, walaupun sebelumnya tidak
pernah dihadapkan pada pola khusus tersebut (Gambar 12.5).

Gambar 12.5 Perilaku bawaan laba-laba dalam pembuatan sarang

24
2) Perilaku yang diperoleh dengan belajar (Learned behavior)
Perilaku yang diperoleh dengan belajar adalah perilaku yang diperoleh atau
sudah dimodifikasi karena pengalaman hewan yang bersangkutan yang
mengakibatkan suatu perubahan yang tahan lama dan dapat juga bersifat permanen.

 Kebiasaan (habituation)
Hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi terhadap stimulus
berulang yang yang telah dibuktikan tidak merugikan. Misalnya membuat suara
aneh dekat anjing, pertama-tama hewan tersebut akan terkejut dan mungkin
juga takut, tetapi setelah lama dan merasa bahwa suara tersebut tidak
berbahaya, maka bila ada suara tersebut hewan tersebut tidak akan bereaksi
lagi.

 Perekaman (imprinting)
Teori Lorenz menyatakan bahwa cara belajar pada angsa bergantung pada satu
pengalaman saja. Hanya pengalaman ini harus berlangsung tepat dan cepat
setelah telur angsa tersebut menetas. Angsa akan mengikuti benda bergerak
pertama yang dilihatnya dan benda tersebut dianggap sebagai induknya.

 Refleks bersyarat
Ivan Pavlov, fisiologiawan Rusia, dalam penelitiannya dengan anjing menemukan
bahwa jika anjing diberi makanan pada mulutnya, ia akan mengeluarkan air liur
yang mungkin merupakan refleks bawaan yang melibatkan kuncup rasa, neuron
sensori, jaring-jaring neuron di otak, dan neuron motor yang menuju kelenjar
ludah. Pavlov kemudian menemukan jika pada saat meletakkan makanan di
mulut anjing ia membunyikan bel, anjing selanjutnya akan berliur setiap kali
anjing tersebut mendengar bel.

D. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan
baik. Adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation) pada hewan adalah
penyesuaian hewan pada tingkah laku/perilaku terhadap lingkungannya.

25
Berbagai macam perilaku bergantung pada reseptor indera, koordinasi pada
sistem saraf, dan efektor.
Adaptasi tingkah laku hewan berujuan untuk mempertahankan hidup
dalam hal: (a) makan, (b) menghindari predator, (c) mampu bertahan hidup
dalam kondisi fisik lingkungannya, dan (d) meneruskan gen-gennya kepada
generasi berikutnya.

E. Bentuk adaptasi tingkah laku hewan (behavioral adaptation)


Makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitar
habitat tempat hidupnya tidak terkecuali manusia. Adaptasi yang dilakukan makhluk
hidup bertujuan untuk dapat bertahan hidup dari kondisi lingkungan yang mungkin
kurang menguntungkan. Di bawah ini adalah merupakan beberapa bentuk adaptasi
tingkah laku (behavioral adaptation) pada binatang/hewan di sekitar kita disertai
pengertian dan arti definisi :

1) Mimikri
Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang, misalnya bunglon
yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar dapat
mengelabuhi binatang predator/pemangsa sehingga sulit mendeteksi
keberadaan bunglon untuk
dimangsa. Apabila bunglon
berada dekat dengan dedaunan
hijau maka bunglon akan
mengubah warna kulitnya menjadi
hijau (Gambar 12.6).

Gambar 12.6 Mimikri pada bunglon

2) Hibernasi

26
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan cara
tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara
berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya
membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu biantang yang
berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat,
pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau
bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang dapat melakukan
hibernasi ialah beruang
(Gambar 12.7).

Gambar 12.7 Hibernasi pada beruang

3) Estivasi
Estivasi adalah menonaktivkan diri (dorman)
pada saat kondisi lingkungan tidak bersahabat.
Bedanya dengan hibernasi adalah di mana pada
estivasi dilakukan pada musim panas dengan
suhu udara yang panas dan kering. Hewan seperti
kelelawar akan mengestivasi diri di tempat yang
aman dan terlindung (Gambar 12.8).

Gambar 12.8 Estivasi pada kelelawar

4) Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu
bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak yang biasa hidup di dinding
rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya
sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan
gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian
sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke

27
ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa (Gambar
12.9).

Gambar 12.9 Autotomi pada cicak

5) Pernapasan Ikan Paus


Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di air. Paus memiliki paru-
paru yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal setiap
setangah jam sekali. Ikan paus ketika muncul ke permukaan akan membuang
udara kotor lewat hidung mirip seperti air mancur yang berisi karbon dioksida
bercampur uap air jenuh yang terkondensasi (Gambar 12.10).

Gambar 12.10 Adaptasi tingkah laku pada ikan paus

6) Ketajaman Insting Hiu


Hiu merupakan mesin pemburu yang mengandalkan insting khusus untuk
menangkap mangsa. Menggunakan insting pendengaran yang peka, hiu mampu
mendeteksi getaran suara hingga sejauh 3.000 kaki. Hiu sangat sensitif terhadap
bunyi berfrekuensi rendah dari mangsa yang sekarat. Ketika para hiu semakin
dekat dengan mangsa, insting penciumannya mengambil alih. Insting hiu dapat
mendeteksi darah di dalam air laut (Gambar 12.11).

28
Gambar 12.11 Adaptasi tingkah laku pada ikan hiu

Daftar Pustaka
1. Campbell. 2004. Biology. Erlangga. Jakarta.
2. Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock
Publishing.New York.
3. Guyton, D.C. 1993. Fisiologi Hewan, edisi 2. EGC. Jakarta.
4. Martini. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed.. Prentice
Hall International Inc., New Jersey.
5. Pearce, Evelyn C. 1990. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia:
Jakarta.
6. Swenson, GM. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing Co.
Inc: USA.

29

Anda mungkin juga menyukai