Oleh
Alifia Asterina (160351606467)
Oktaviani Dina P (160351606431)
Nur Azizah (160351606417)
Rizka Rahmagusviana (170351600074)
Offering B
Kelompok 2
C. Gagasan
Dmitri Mendeelev merupkan ahli kimia yang menciptakan tabel periodik berdasarkan
peningkatan bilangan atom. Bilangan ini menunjukkan jumlah proton yang terdapat dalam
inti atom. Lalu digagaskan bahwa “Jumlah proton sama dengan jumlah elektron yang
mengelilingi atom bebas”. Ia menemukan gagasannya sewaktu menyiapkan sebuah buku
pelajaran untuk mahasiswanya. Ia menemukan bahwa jika ia menata unsur-unsur menurut
kenaikan massa atom, unsur dengan sifat yang mirip akan muncul dengan selang yang
berskala. Ia berhasil menyajikan hasil kerjanya pada Himpunan Kimia Rusia di awal 1869.
Hal itu memberi keuntungan baginya karena di akhir tahun yang sama, seorang kimiawan
lain dari Jerman, Julius Lothar Meyer, juga berhasil menyusun tabel yang sama, namun
karena berhasil lebih dulu, Mendeleevlah yang dianggap sebagai penemu daftar berkala.
Dalam penelitiannya, ia membuat beberapa urutan tentang unsur-unsur zat kimia yang
telah diketahui dengan menyusun seperangkat kartu, di mana setiap kartu berisi tiap-tiap
unsur dan sifat-sifat kimianya. Ia menemukan hukum periodik ketika menyusun kartu-kartu
itu, yang disusun secara berurutan menurut peningkatan massa atomnya, dan sifat-sifatnya
diulangi secara periodik. Bahkan ada sedikit kelebihan pada tabel periodik yang disusun,
yaitu adanya adanya pengakuan tentang unsur-unsur baru yang belum diketahui pada massa
ia menemukan tabel periodik tersebut seperti galium, germanium, dan skandium. Ia
menyediakan ruang untuk unsur-unsur itu dan bahkan telah memperkirakan berapa massa
atom dan bagaimana sifat-sifat kimianya nanti.
Tabel Periodik Mendeleev dan Meyer
Pada tahun 1869, Dmitri Mendeleev dari Rusia dan Julius Lothas Meyer dari Jerman
menemukan cara baru untuk menyusun unsur-unsur kimia. Pada waktu itu telah dikenal 65
unsur. Mendeleev dan Meyer bekerja secara terpisah, tetapi menghasilkan tabel periodik yang
hampir sama pada waktu yang hampir bersamaan pula. Mendeleev mempresentasikan hasil
kerjanya di depan Persatuan Ahli Kimia Rusia (Russian Chemical Society) pada permulaan
tahun 1869, sedangkan tabel periodik Meyer baru dikemukakan pada bulan Desember 1869.
Tetapi ada perbedaan dan persamaan antara tabel periodik Mendeleev dan Meyer.
a. Tabel Periodik Mendeleev
Mengacu pada sifat-sifat unsur,Mendeleev menyusun unsur-unsur menggunakan kartu
yang jumlahnya sama dengan jumlah unsur yang saat itu diketahui. Setiap kartu bertuliskan
sifat-sifat unsur dan berat atom. Ia menemukan pengulangan sifat unsur dalam daftarnya.
Mendeleev mengelompokkan unsur-unsur tersebut ke dalam beberapa baris. Tabel periodik
Mendeleev ini disebut tabel periodik bentuk pendek.
Sifat unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Mendeleev
membagi unsur dalam tabelnya atas 8 golongan dan 12 periode. Hal-hal yang penting dari
tabel periodik Mendeleev yaitu :
1. Dua unsur yang berdekatan massa atom relatifnya mempunya selisih paling kurang
dua atau satu satuan.
2. Terdapat kotak kosong untuk unsur yang belum ditemukan.
3. Dapat meramalkan sifat unsur yang belum dikenal seperti ekasilikon
4. Dapat mengoreksi kesalahn pengukuran massa atom relatif beberapa unsur, contohnya
Cr = 52 bukan 43,3
Kelebihan sistem periodik Mendeleev adalah
1. Sifat kimia dan fisika unsur dalam satu golongan mirip dan berubah teratur
2. Valensi tertinggi suatu unsur sama dengan nomor golongannya
3. Meramalkan adanya 3 unsur yang letaknya dibawah alumunium, boron, dan silikon,
dan diberi nama eka-alumunium, eka-boron, dan eka-silikon.
Eka-alumunium memiliki sifat mirip alumunium dan begitu seterusnya. November
1875, Lecoq de Boisbaudran menemukan unsur Galium, yang memiliki sifat mirip dengan
eka-alumunium yang diramalkan Mendeleev
Tabel Perbandingan sifat Eka-alumunium dan Galium.
Sifat Eka-alumunium (Ea) Galium (Ga)
Berat atom Sekitar 68 69,72
Berat Jenis 6,0 g/cm3 5,9 g/cm3
Titik leleh Rendah 29,78 oC
Valensi 3 3
Metode Penemuan Kemungkinan dari data spektrum Metode spektroskopi
Sifat Oksida Rumus:Ea2O3, larut dalam asam Rumus:Ga2O3, larut dalam asam da
dan basa n basa
Kemudian tahun 1879, ilmuan Swedia, Lars Nilson, menemukan skandium yang
mirip sifatnya dengan eka-boron, dan tahun 1886 ilmuan Jerman, Clemens Wiinkler,
menemukan germanium yang sifatnya mirip eka-silikon.
Tabel perbandingan sifat Eka-silikon dan Germanium
Sifat Eka-alumunium (Ea) Galium (Ga)
Berat atom 72 72,59
Berat Jenis 5,5 g/cm3 5,35 g/cm3
Titik didih Tinggi 947 oC
Rumus Oksida EsO2 GeO2
Berat jenis oksidanya 4,7 4,23
Garam kloridanya EsCl4 GeCl2
Selain itu, sistem periodik Mendeleev juga mempunyai beberapa kekurangan, yaitu
1. Panjang periode tidak sama dan sebabnya tidak dijelaskan
2. Beberapa unsur tidak disusun berdasarkan kenaikan Ar-nya,contoh Te (128) sebelum
I (127)
3. Selisih massa unsur yang berurutan tidak selalu 2, tetapi berkisar antara 1 dan 4
sehingga sukar meramalkan massa unsur yang belum diketahui secara tepat.
4. Valensi unsur yang lebih dari satu sulit diramalkan dari golongannya.
5. Anomali (penyimpangan) unsur hidrogen dari yang lain tidak dijelaskan
b. Tabel Periodik Meyer
Lothar Meyer mengurutkan tabel periodik yang hampir sama dengan Mendeleev,
namun dia lebih memperhatikan karakteristik fisik elemen, seperti titik didih.Tetapi ia tidak
dikenal sebagai bapak tabel periodik seperti Mendeleev. Sebenarnya Tahun 1864 (5tahun
sebelum Mendeleev mengumumkan tabel periodiknya), Meyer menyusun 28 unsur
berdasarkan valensi dalam bentuk tabel. Meyer menempatkan unsur-unsur dengan valensi
yang sama dalam satu kolom. Gagasan Mayer lebih sederhana dibandingkan tabel periodik
Mendeleev. Sayangnya, Meyer baru mempublikasikannya tahun 1870.
Tabel periodik Mayer dikembangkan dari grafik hubungan antara volume dengan
berat atom. Grafik tersebut menunjukkan suatu pola yang periodik secara teratur dari unsur-
unsur yang diurutkan berat atomnya.
D. Pengetahuan
Dmitri Mendeleev merupkan kimiwan yang berasal dari Rusia paling dikenal sebagai
penemu hukum berkala. Dia membuat berbagai kontribusi di bidang kimia fisik misalnya ia
melakukan penelitian yang berfokus pada gas dan cairan. Pada tahun 1860 ketika bekerja di
Heidelberg, ia mendefinisikan "titik absolut dari ebullition" (titik di mana gas dalam wadah
akan mengembun menjadi cair semata-mata oleh penerapan tekanan). Pada 1864 ia
merumuskan teori bahwa solusi adalah kombinasi kimia dalam proporsi tetap. Pada 1871,
saat ia menerbitkan volume terakhir edisi pertamanya Prinsip-prinsip Kimia, ia sedang
menyelidiki elastisitas gas dan memberikan formula untuk penyimpangan mereka dari
ekspansi termal cairan menggunakan hukum Boyle (sekarang juga dikenal sebagai hukum
Boyle-Mariotte, prinsip yang volume gas bervariasi berbanding terbalik dengan tekanannya).
Ia juga mempelajari kerapatan sebagai fungsi konsentrasi (pada temperatur yang
berbeda). Ia membuktikan pembentukan senyawa tertentu (umum, seperti H2SO4 * H2O,
atau kurang umum, seperti H2SO4 * 150H2O) dengan menemukan titik ekstrim
kelengkungan terus menerus (sekarang disebut sebagai titik singular).
Dmitri Mendeelev menciptakan tabel periodik berdasarkan peningkatan bilangan
atom. Bilangan ini menunjukkan jumlah proton yang terdapat dalam inti atom. Lalu
digagaskan bahwa “Jumlah proton sama dengan jumlah elektron yang mengelilingi atom
bebas”. Ia menemukan gagasannya sewaktu menyiapkan sebuah buku pelajaran untuk
mahasiswanya. Ia menemukan bahwa jika ia menata unsur-unsur menurut kenaikan massa
atom, unsur dengan sifat yang mirip akan muncul dengan selang yang berskala. Tabel
periodik inilah hingga saat ini digunakan sebagai pedoman untuk mengelomopokkan sauatu
senyawa yang disesuaikan dengan jumlah proton yang terdapat dalam inti atom.
E. Daftar Pustaka .
Chim,.Rendus. 2016. 19. 11-16. Dmitri Ivanovich Mendeleev: The Sanctus Sanctorum of the
art in theestablishment of the first periodic table of the elements
Commun, M. 2009. Dmitrii Mendeleev. Science Direct , 19, 1-3.
Mendeleev, B. :. (n.d.). Storytelling Teaching Model . Retrieved 2018, from wiki.science-
stories.org.
Sandri, Justiana dan Muchtaridi. 2009. Chemistry. Jakarta : Yudhistira.
Sofyatiningrum, Etty. 2007. Kimia. Jakarta : Bumi Aksara.
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung : ITB.