MOTIVASI
Oleh :
Alifia Asterina Putri (160351606469)
Bestari Admadiwati (160351606478)
Evida Febriana (160331605634)
Melisa (160351606433)
Nurhadi Muhlisin (160351606471)
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai sebeb-sebab
yang menjadi dorongan tindakan seseorang. Dari pengertian motif tersebut,
pengertian motifasi dapat diartikan sebagai sesuatu pokok yang menjadi dorongan
setiap orang untuk bekerja. Motif tidak dapat di amati secara langsung, tetapi
dapat di interpretasikan dalam tingkah lakunya, yaitu berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Sudirman (2006) mengemukakakn bahwa “motif” dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu
demi mencapai tujuan.
Berikut ini beberapa pengertian mengenai motivasi menurut para ahli seperti :
Petri (1981) menggambarkan motivasisebagai kekuatan yang bertindak [ada
organisme yang mendorong dan mengarahkan perilakunya.
Mc Donald mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang di tandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan
reaksi u tuk mencapai tujuan.
Morgan dkk (1986) mendevinisikan motivasi sebagai kekuatan yang memberikan
energi, menjaga kelangsungannya, dan mengarahkan perilaku terhadap tujuan.
Jadi motivasi adalah suatu pendorng yang mengubah energo dalam diri seseorang
ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain
motivasi adlah kondisi psikologis yang mendorong sesorang untuk malkukan
sesuatu. Sedangkan motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar.
Dalam arti yang lebih luas, motivasi diartikan sebagai pengaruh dari energi dan
arahan terhadap perilaku yang meliputi kebutuhan, minat, sikap, nilai, aspirasi,
dan perangsang (incentives).
Pendapat lain mengenai motivasi yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya :
James O.Whittaker
Mengatakan bahwa, motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang
mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku
mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.
Thorndike
Mengatakan bahwa belajar dengan “trial adn error” itu dimulai dengan adanya
beberapa motif ya g mendorong keaktifan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan
anak dalam belajar diperlukan motivasi.
Dari eksperimentasinya, ia menyimpulkan ada tiga hukum belajar:
Law of Readiness
Law of Exersice, dan
Law of Effect
Ghuthrie
Mengenai motivasi belajar. Ghuthrie mempunyai pandangan yang berbeda dengan
Thondike. Ghuthrie memandang motivasi dan reward sebagai hal yang kurang
penting dalam belajar.
Menurut Ghuthrie, motivasi hanyalah menimbulkan variasi respon pada individu,
dan bila dihubungkan dengan hasil belajar, motivasi itu bukan instrumental dalam
hasil belajar.
Dari beberapa pengertian di atas , dapat disimpulkan definisi motivasi belajar
sebagai berikut :
Motivasi adalah suatu penyemangat atau dorongan yang menyebabkan terjadinya
perubahan tenaga di dalam diri seseorang dan menjadi penggerak perilaku
seseorang untuk mencapai tujuan. Motivasi ini bisa timbul dari dalam diri
seseorang dan timbul karena bantuan orang lain. Sedangkan motivasi belajar
adalah penyemangat atau pendorong yang menyebabkan seseorang untuk belajar.
Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru. Pentingnya motivasi
belajar bagi siswa ( Dimyati, 2006: 85 ) adalah sebagai berikut :
Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. Contohnya :
setelah siswa membaca suatu bab buku bacaan, di bandingkan dengan temannya
sekelas yang juga bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia
terdorong membaca lagi.
Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang di bandingkan dengan
teman sebaya. Sebagai ilustrasi jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum
memadai maka ia berusaha maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan
berhasil.
Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi setelah ia ketahui bahwa bahwa
dirinya belum belajar secara serius, seperti bersenda gurau di dalam kelas maka ia
akan merubah perilaku belajarnya.
Membesarkan semangat belajar. Contoh seorang anak yang telah menghabiskan
banyak dana untuk sekolahnya dan masih ada adik yang di biayai orang tua maka
ia akan berusaha agar cepat lulus.
Menyadarkan bahwa adanya perjalan belajar dan kemudian bekerja ( di sela-
selanya ada istirahat atau bermain ) yang berkesinambungan. Individu di latih
untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa hingga dapat berhasil. Sebagai
ilustrasi, setiap hari siswa di harapkan untuk belajar di rumah, membantu orang
tua dan bermain dengan temannya. Apa yang di lakukan di harapkan dapat
berhasil memuaskan.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan
pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bemanfaat bagi guru, manfaat itu
sebagai berikut:
Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa. Dalam hal ini
pujian, hadiah, dorongan atau pemicu semangat dapat di gunakan untuk
mengobarkan semangat belajar.
Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang bermacam-
macam sehinnga dengan bermacamnya motivasi tersebut di harapkan guru dapat
menggunakan bermacam-macam strategi belajar mangajar.
Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-
macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, dan
penyemangat.
Memberi peluang guru untuk mengubah siswa yang tak berminat menjadi
bersemangat belajar.
Jenis Motivasi
Motif yang mendasari tingkah laku manusia banyak jenisnya dan dapat
digolongkan berdasarkan latar belakang perkembangannya, motif dapat dibagi
menjadi dua yaitu motif primer dan sekunder.
Motif primer adalah motif bawaan, tidak dipelajari. Motif ini timbul akibat
proses kimiawi fisiologik yang terdapat pada setiap orang.
Motif sekunder adalah motif yang diperoleh dari belajar melalui
pengalaman. Motif sekunder ini, oleh beberapa ahli disebut juga motif
sosial. Lidgren menyatakan bahwa motif sosial adalah motif yang
dipelajari dan bahwa lingkungan individu memegang peranan yang
penting (Darsono, 2000:62).
Menurut Bimo Walgito (2003:224) menyatakan bahwa motif dibagi menjadi dua
yaitu motif fisiologis dan motif sosial.
Motif fisiologis adalah dorongan yang berkaitan dengan kebutuhan-
kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai mahluh hidup.
Seperti ketika lapar ada dorongan untuk makan, haus ada dorongan untuk
minum. Karena itu motif ini sering disebut sebagai motif dasar (basic
motives) atau motif primer (primery motives).
Motif sosial adalah motif yang mempelajari dalam kelompok sosial (social
group). McClelland (lin. Morgan, dkk., 1984) berpendapat bahwa motif
sosial itu dapat dibedakan dalam (1) motif berprestasi (achievement
motivation), (2) motif kebutuhan afiliasi (need for affiliation), (3) motif
kebutuhan berkuasa (need for power).
Sifat Motivasi
Motivasi pada diri seseorang bersumber dari dalam diri(motivasi internal) dan dari
luar diri seseorang(motivasi eksternal).
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan /
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi ini membuat
seseorang melakukan sesuatu karena senang melakukannya. Motivasi ini
mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi.
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Motivasi eksternal
akan berubah menjadi motivasi internal jika timbul kesadaran dari dalam dirinya
sendiri untuk melakukan sesuatu karena senang melakukannya.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan guru untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru
menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapai oleh
siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b. Hadiah.
Berikan hadiah untuk siswa berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka
untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi
akan termotivasi untuk bisa mengajar siswa yang berprestasi.
c. Saingan/kompetisi.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil belajar yang telah dicapai
sebelumnya.
d. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk di berikan pujian yang sifatnya
membangun.
e. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses balajar
mengajar. Harapan pemberian hukuman adalalah agar siswa berusaha merubah
diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f. Memberikan perhatian yang maksimal kepada peserta didik.
g. Membantu kesulitan belajar anak secara individual maupun kelompok.
h. Menggunakan metode pengajaran yang bervariasi.
i. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
j. Menggunakan gambar dalam proses menerangkan, hal ini untuk mengurangi
rasa jenuh siswa.
k. Menggunakan lelucon/bercanda sebagai bentuk “refreshing” dan untuk
mendapatkan perhatian siswa kembali.
Unsur – Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar
berjalan, makan makanan yang lezat, berebut permainan, dan lain-lain.
Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergat,
bahkan di kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Cita-cita dapat
berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat.
Misalnya cita-cita seorang siswa menjadi pemain bulu tangkis, dia akan
memperkuat seangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Siswa tersebut
akan rajin berolah raga, melatih fisik dan tekun berlatih bulu tangkis. Cita-cita
akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya
suatu cta-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
Kemampuan Siswa
upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya
pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Upaya
pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut : (i) menyelenggarakan tertib
belajar di sekolah, (ii) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, (iii)
membina belajar tertib pergaulan, dan (iv) membina tertib belajar lingkungan
sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga
agama, pramuka dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada
umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut.
Perilaku membaca pada anak pencari informasi berbeda dengan perilaku anak
yang hanya iseng membaca. Motif membaca kedua anak tersebut berbeda.
Demikian halnya dengan motif belajar pada siswa yang sedang membaca buku
pelajaran. Membaca dengan motivasi “mencari sesuatu” lebih berarti bila
dibandingkan dengan membaca “tanpa mencari sesuatu”. Guru di sekolah
menghadapi banyak siswa dengan bemacam-macam motivasi belajar. Oleh karena
itu peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar cukup banyak.
Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Sejak usia enam tahun,
siswa masuk sekolah selama lima-enam jam sehari. Sekurang-kurangnya tiap
siswa mengalami belajar di sekolah selama sembilan tahun. Dari segi
perkembangan, ada siswa yang semula hanya ikut-ikutan, suka bermain, belum
mengerti faedah belajar. Dengan tugas-tugas sekolahnya, kemudian mereka mulai
menyenangi belajar. Siswa akan menyadari bahwa bermain, belajar sungguh-
sungguh, pemberian motivasi belajar, belajar giat, istirahat, belajar kembali, dan
kemudian bekerja adalah pola perilaku kehidupan yang wajar bagi anggota
masyarakat.
Kehadiran siswa di kelas merupakan awal motivasi belajar. Persoalan guru
menghadapi siswa di kelas adalah: apakah siswa memiliki motivasi belajar yang
tinggi? Apakah motivasi belajar tinggi berlaku pada bahan pelajaran tertentu?
Apakah motivasi belajar tinggi berlaku pada sembarang jam pelajaran? Apakah
motivasi belajar tinggi diberlakukan oleh siswa pada setiap guru? Dapatkah
motivasi belajar rendah ditingkatkan menjadi tinggi, sehingga hasil belajar
bertambah baik? Pertanyaan tersebut dapat menjadi acuan dan bimbingan untuk
tindakan pembelajaran bagi guru.
Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar.
Untuk dapat membelajarkan atau mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan:
guru telah mempelajari bahan pelajaran; guru telah memahami bagian-bagian
yang mudah, sedang, dan sukar; guru telah menguasai cara-cara mempelajari
bahan; dan guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut.
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar, yaitu: (i) belajar
menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu, guru
perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis. (ii) belajar menjadi bermakna
bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya, oleh karena
itu, peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik.
(iii) belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan
mental siswa dalam program kegiatan tertentu, oleh karena itu, di samping
mengajarkan bahan secara terpisah-pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran
dalam pengajaran unit atau proyek. (iv) sesuai dengan perkembangan jiwa siswa,
maka kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu,
guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling manantang.
Bahan tersebut diatur dalam prinsip pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri. (v)
belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah
nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu, guru perlu
memberitahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri., Psikologi Belajar. Cet I. Jakarta: Rineka Cipta. 2002